Anda di halaman 1dari 8

MODUL 2

SEJARAH PERKEMBANGAN IPS

Kegiatan Belajar 1
Sejarah perkembangan IPS secara umum

IPS adalah terjemahan dari social Studies.Untuk mengetahui perkembangan IPS ini, tentu kita
harus melihat sejarah perkembangan social studies yang berkembang di Amerika Serikat.
Perkembangan
pemikiran ini dapat dilihat diberbagai karya Akademis yang dipublikasikan oleh National councilv
for the social studies ( NCSS )

Definisi tentang “Social Studies”menurut Edgar Bruce Wasley pada tahun 1937 ( barr , Bart dan
Shermis , 1977:12 ) yaitu “the social studies are the social sciences simplified for pedagogical
purposes “.Social studies adalah ilmu-ilmu social yang disederhanakan untuk tujuan
pendidikan.Pengertian ini dikemudian dibakukan bahwa”social studies”meliputi aspek aspek
sejarah,ilmu ekonomi, ilmu politik , sosiologi , antropologi, psikologi, ilmu geografi dan filsafat.

Bila dianalisis dengan cermat . didalam pengertian awal,”social studies”tersebut diatas


terkandung
hal-hal sebagai berikut :
1. social studies merupakan turunan dari ilmu-ilmu social
2. Disiplin dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan / pembelajaran baik pada tingkat
persekolahan maupun pada tingkat pendidikan tinggi
3. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin uilmu social itu perlu diseleksi sesuai tujuan
tersebut
4. Antara tahun 1940-1950 NCSS mendapat serangan yang berkisar pada pertanyaan mesti
tidaknya
5. social studies menanamkan nilai dan ikap demokratis kepada para pemuda. Hal itu tumbuh
sebagai dampak yang melahirkan tuntutan bagi sekolah untuk berpartisipasi dalam mayarakat
demokratis.

Pada tahun 1960-an, timbul suatu gerakan akademis yang mendasar dalam pendidikan, yang
secara khusus dapat dipandang sebagai suatu revolusi dalam social studies.Yang dipelopori
oleh para sejarawan dan ahli-ahli ilmu social.Kedua kelompok ilmuan tersebut terpikat oleh
social studies, antara lain karena pada saat itu pada pemerintah federal menyediakan dana yang
sangat besar untuk perkembangan kurikulum.

Namun demikian sampai tahun 1970-an ternyata gagasan untuk mendapatkan the new spcial
studies belum menjadi kenyataan.Isu yang terus menrpa social studies.
Pada tahun 1940-1960 ditegaskan oleh Barr,dkk, ( 1977:36 ) yaitu terjadinya tarik menarik antara
dua visi socisl studies, disatu pihak adanya gerakan mengintegrasi diberbagai disiplin ilmu social
untuk tujuan citicenship education.Dilain pihak,terua bergulirnya gerakan pemisahan berbagai
disiplin ilmu social yang cenderung memperlemah konsepsi social studies education.

Pada tahun 1955terjadi terobosan besar , demikian diungkapkan Barr,dkk.( 1977:37 ) berupa
inovasi Maurice Hunt dan Lawrence Metcalf yang mencoba melihat cara baru dalam
pengintegrasian pengatahuan dan keterampilan ilmu social untuk tujuan citizenship education.

Tekanan perubahan lain yang juga cukup dahsyat muncul pada tahun 1957 dalam bentuk upaya
komperenhansip untuk mereformasi social studies.Pemicu perubahan tersebut adalah
keberhasilan
Rusia meluncurkan pesawat ruang angkasa “sputnik”yang telah membuat Amerika menjadi
panic dan merasa jauh tertinggal dari Rusia.
Gerakan the new social studies yang menjadi pilar dari mpermukaan social studies pada tahun
1960-an , bertolak dari kesimpulan bahwa social studies dinilai sangat tidak efektif dalam
mengajarkan
substansi yang mempengaruhi perubahan sikap para siswa.Oleh karena itu, para ilmuan dalam
hal ini sejarawan dan ahli-ahli ilmu social bersatu padu untuk bergerak meningkatkan social
studies kepada taraf higher level of intellectual pursuit ( Barr,dkk.1977:42 ) yakni mempelajari
ilmu social secara mendasar dengan orientasi baru tersebut maka dimulailah era modus
pembelajaran social science education.

Pada dasa warsa 1960-an tercata (Barr,dkk:45) adanya perubahan orientasi pada disiplin
akademik yang terpisah pisah kesuatu upaya untuk mencari hubungan interdisipliner. Untuk ini
The social studies curriculum center at Syracuse mengindentifikasi 34 konsep dasar yang di gali
dari sejumlah ilmu social yang dinilai perlu diajarkan disekolah.

Pada dasa warsa 1970-an , demikian direkam Barr,dkk (1877:46) terjadi pertemuan social
studies yang serupa dengan perkembangan sebelumnya.Para ahli ternyata mendapatkan
kesimpulan yang sama yakni terlepas dari upaya pemerintah belum banyak terjadi perubahan
disekolah Barr,dkk(1978:1917)

Jika dilihat dari visi, misi strateginya ,Barr,dkk (1978:1917) social studies telah dan dapat
dikembangkan dalam tiga tradisi yakni social studies taught as citizenship transmission,
sogialstudies tought as social science, and social studies tought asreflegtive inguiry.Masing
masing tradisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tradisi citizenship transmission merujuk pada suatu modus pembelajaran social yang bertujuan
untuk mengembangkan warga Negara yang baik yang ditandai oleh confoms to certain accepted
practices, hold particular belief, isloyal to certain values, participates in certain activities. And
conform to norm which are often local to character.
Seadngkan tradisi social science merupakan modus pembelajaran social yang juga
mengembangkan karakter warga Negara yang baik, yang ditandai oleh kemampuannya dalam
melihat dan mengatasi masalah-masalah social dan personal dengan menggunakan visi dan
cara kerja ilmuwan social .

Dilain pihak tradisi revlective inguiry merupakan modus pembelajaran social yang menekankan
pada hal yang sama yakni pengembangan waraga Negara yang baik dengan criteria yang
berbeda yaitu dilihat dari kemampuannya.Jika dilihat dari definisi dan tujuannya, social menurut
laporan tersebut terkandung dalam hal sebagai berikut:
1. Pertama social studies merupakan mata pelajaran dasar diseluruh jenjang pendidikan
persekolahan.
2. Kedua tujuan utamamata pelajaran ini ialah mengembangkan siswa untuk menjadi warga
Negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan.
3. Ketiga konten pembebelajarannya digali dan diselaksi dari sejarah dan ilmu-ilmu social
4. Keempat pembelajarannya menggunakan cara-cara yang mencerminkan kesadaran pribadi ,
kemasyarakatan , pengalaman budaya perkembangan siswa.

Pada tahun 1992 the bord of direction of the nationa council for the social studies mengadopsi
visi
terbaru mengenai social studies yang kenudian diterbitkan dalam dokuman resmi NCSS pada
tahun 1994 dengan judul Expectations of excellence: curriculum standart of social
studies.Dokumen ini nampaknya yang sedang mewarnai pemikiran dan praksid social studies di
Amerika Serikat saat ini. Didalam dokumen teresbut ( NCSS, 1994:13) diadopsi pengertian
social studies sebagai berikut: Secara essensial terkandung visi, misi, dan strategi pendidikan
social studies yang mengokohkan kristalisasi pemikiran yang lebih solid dan kohesif dari pakar
dan praktisi yang tergabung dalam NCSS.Yang secara social akademik sangat berpengaruh di
Amerika serikat, yang juga biasanya memberi dampak yang sangat signifikan terhadap
pemikiran dan praksis dalam bidang itu dan Negara lain.

Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan setrategi baru social studies
tersebut, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut:
 Pertama program social studies mempunyai tujuan pokok yang ditegaskan kembali bahwa
civic competence itu bukanlah menjadikan tanggung jawab dari social studies .
 Kedua program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan mulai dari taman kanak-
kanak sampai dengan pendidikan menengah ditandai oleh keterpaduan know ladge, skill, and
attitudes within and cross disciplines ( NCSS.1994:3 )hal ini memberikan dasar bahwa
pendidikan social studies memiliki dua akternatif yakni yang bersifat monodisipliner. Pda
kelas rendah ditekankan pada social studies yang mengintegrasikan beberapa disiplin yang
bertolak dari suatu tema tertenru misalnya tema tine, continutity, an cange sedangkan pada
kelas lanjutan dan menengah program social studies dapat diteruskan dengan
mengintegrasikan secara interdisipliner yang sering disebut dengan secara interdisciplinary
yang lebih luas.
 Ketiga program social studies dititikberatkan pada upaya membantu siswa dalam construcl a
know base and attitudes drawn from academic diciplines as specialized ways of viewing
reality ( NCSS ,1994:4). Disini siswa di perankan bukan sebagai penerima pengetahuan yang
pasif, tetapi sebagai pembangun pengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara pandang
escara akademik terhadap realita
 Keempat program social studies mencerminkan “The chaging nature know , ledge, fostering
entirely now and highly integrated approfe dres to resolving issue of significance to
humanity”(NCSS 1994:5) dengan begitu hakikat pengetahuan yang semula dilihat secara
kotak- kotak kini harus dilihat secara terpadu yang menuntun perlibatan sebagai disiplin.

KEGIATAN BELAJAR 2
Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia

Untuk menelusuri perkembangan pemikiran / konsep Pendidikan IPS di Indonesia secara


histories epistomologis terasa sangat sukar karena ada dua alasan

1. Di Indonesia belum ada profisional bidang pendidikan IPS seperti NCSS ( national Council
for the social studies)
2. Perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontology ilmu pendidikan ( disiplin
) IPS sampai saat ini sangat tergantung pada pemikiran individual / kelompok pakar yang
ditugasi secara incidental untuk mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui pusat
pengembangan kurikulum dan sarjana pendidikan badan penelitian perkembangan (
BALITBANG DIKNAS ) dan pusat kurikulum ( purkur )

Istilah IPS untuk pertama kalinya muncul dalam seminar Nasional tentang Civic Education tahun
1972 di
Tawangmangu Solo, dalam winata putra, 1972; 42 ada 3 istilah yang muncul dan digunakan
secara
bertukar pakai ( in tere hangeably ), yaitu:
1. Pengetahuan social
2. Studi social
3. Ilmu Pengetahuan Social

Ketiga istilah tersebut diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah social yang dipilih dan
dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-
masalah social itu dapat dipahami oleh siswa.

Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk kedalam dunia persekolahan terjadi pada tahun 1972-
1973,yakni dalam kurikulum proyek perintis Sekolah Pembangunan( PPSP ) IKIP Bandung.
Dalam kurikulum SD PPSP diartikan sama dengan pendidikan kewarganegaraan ,sedangkan
dalam kurikulum sekolah menengah 4 tahun, digunakan istilah
1. Studi Social
2. Pendidikan kewarganegaraan
3. Civies dan hokum
Pada tahap ini konsep pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk , yaitu:
1. Pendidikan IPS , terintegrasi denagn nama pendidikan kewargaan Negara / Studi Social
2. Pendidikan IPS terpisah , dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep ,payung untuk
mata pelajaran geografi, sejarah dan ekonomi.
3. Pendidikan kwargaan Negara sebagai suatu bentuk Pendidikan IPS khusus, yang dalam
konsep
tradisi Social Studies termasuk “Citizenship Trans Mission”(Barr , dkk;1978)

Konsep pendidikan IPS tersebut kemudian memberi Inspirasi terhadap kurikulum 1975 ,
menampilkan 4 profil, yakni :
a. Pendidikan moral pancasila menggantikan kewargaan Negara sebagai suat bentuk
pendidikan IPS khusus yang mewadahi tradisi citizenship transmission
b. Pendidikan IPS terkonferdasi untuk SNIP yang menempatkan IPS sebagai konsep paying
yang menaungi mata pelajaran geografi ,sejarah dan ekonomi koperasi.
c. Pendidikan IPS terpadu untuk sekolah dasar
d. pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah , geografi , ekonomi,
untuk SMA atau sejarah dan Geografi untuk SPG

Secara konseptual mata pelajaran ini masih tetap merupakan bidang pendidikan IPS yang
khusus mewadahi tradisi citizenship transmission dengan muatan utama butir-butir pancasila
yang diorganisasikan dengan menggunakan pendidikan spiral of concept development ala Taba
dan expanding evirenment approach ala Hanna dengan bertitik tolak dari masing-masing sila
pancasila.

Dalam kurikulum 1994, mata pelajaran social khusus yang wajib diikuti semua siswa ( SD,
SLTA,SMU ) sedang mata pelajaran IPS diwujudkan dalam :
1. Pendidikan IPS terpadu di SD kelas III-VI
2. Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTA yang mencakup materi geografi , sejarah dan
ekonomi
koperasi
3. Pendidikan terpisah, yang mirip dengn tradisi “Sosial Studies”

Dilihat dari tujuan setiap mata pelejaran sama / memiliki tujuan yang bervariasi
1. Sejarah, untuk menanamkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat masa lampau
hingga masa kini
2. Ekonomi, untuk memberikan pengetahuan konsep-konsep dan teori sederhana untuk
menjelaskan fakta , peristiwa dan masalah ekonomi yang dihadapi.
3. Sosiologi, untuk memberikan kemampuan secara kritis berbagai persoalan dalam kehidupan
sehari-hari yang muncul. Seiring dengan perubahan masyarakat dan budaya.
4. Tata Negara, untuk meningkatkan kemampuan agar siswa memahami penyelenggaraan
Negara sesuai dengan tata kelembagaan Negara, tata peradilan, sistim pemerintahan Negara
RI maupun
Negara lain.
5. Antropologi, untuk memberikan pengetahuan mengenahi proses terjadinya kebudayaan ,
pemanfaatan dan perwujudan dalam kehidupan sehari-hari.

M.Numan Somantri selaku pakar dan ketua HISPISI, kembali menegaskan adanya 2 versi PIPS.
Sebagaimana dirumuskan dalam pertemuan Yogyakarta tahun 1991
 Versi PIPS untuk pendidikan dasar dan menengah ;
PIPS adalah penyederhanaan, adaptasidari disiplin ilmu-ilmu social dan humairo, serta
kegiatan dasar manusia, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagagis /
psikologis untuk tujuan pendidikan.

 Versi PIPS untuk jurusan pendidikan IPA-IKIP


PIPS adalahseleksi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaninior serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampai saat ini pendidikan
IPS
terpilih dalam 2 arah :
1. PIPS, untuk persekolahan dan dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu social ,
dan humaiora yang diorganisasikan secara psikopedagogis untuk tujuan pendidikan
persekolahan
2. PDIPS, untuk perguruan tinggi, pda dasarnya merupakan penyelecsian dan pengorganisasian
secara ilmiah dan meta psikopedagogis dari ilmu social, humaniora dan disiplin lain yang
relevan untuk tujuan pendidikan professional guru IPS

PIPS untuk dunia persekolahan terpilah menjadi 2 versi / tradisi


1. Tradisi citizenship transmission dalam banyak mata bentuk mata pelajaran pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan dan sejarah Indonesia
2. Tradisi social science dalam bentuk mata pelajaran terkonfenderen untuk SLTA, dan IPS
terpisah-pisah untuk SMU

Secara filsafat ilmu pengetahuan bagian dari pengetahuan, yakni pengetahuan bersifat ilmiah.
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang terorganisasikan dan bersistem yang digali dan
dibangun dengan menggunakan pendekatan ilmiah menurut Golmark ( 1968, dalam bank,
1977:16 ) yaitu “Bahwa suatu kebenaran tidaklah mutlak dan tidak berubah , akan tetapi
merupakan suatu kesimpulan yang disepakati komutis yang memahaminya dengan baik dan
menghasilkan sesuatu.

Suatu metide ilmiah mempunyai cirri-ciri : Systematyzed, Precise, expanding, testable, open itu
public judgment, demans responsibility dan reconstructable.

Bidang pengetahuan yang bersifat ilmiah ini dikenal sebagai suatu disiplin ilmu.
 Logika disiplin ilmu seperti di kemukakan oleh Gold mark pada dasarnya mencerminkan apa
yang menjadi telaah dan bagaimana pengetahuan itu digali dan dikembangkan dengan
mengikuti prinsip dan prosedur yang baku . Dalam wacana filsafat pengetahuan (
suriasumantri, 1984 , 1986 ) Terang tersebut dikenal sehingga “landasan antologi dan
epistemology”

 Logika eksternal seperti dikemukakan oleh Dufty ( 1967 ) dan Somantri ( 1998 ) pada
dasarnya
mencerminkan seharusnya pengetahuan itu digunakan sehingga memberikan manfaat sebesar-
besarnya kepada masyarakan Negara , apabila mungkin terhadap masyarakat dunia. Dalam
wacana filsafat pengetahuan kerangka pemikiran teresbut dikenal sebagai “ Landasan Aksiologi

PDIPS tersebut sebagai berikut:
1. Karakteristik potensi dan perilaku belajar siswa SD, SLTP, dan SMU
2. Krakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP / FKIP
3. Kurikulum dan bahan belajar IPS SD, SUP, dan SMU
4. disiplin ilmu-ilmu social , humaniora, dan disiplin lain yang relevan.
5. Teori, prinsip, strategi, media dan evaluasi pembelajaran IPS.
6. Masalah-masalah social dan masalah ilmu dan teknologi yang berdampak social .
7. Norma agama yang melandasi dan memperbuat profesionalisme

Paradigma pembangunan pengetahuan dalam bidang PDIPS


Hal yang dimaksud dengan paradigma adalah accepted pattern or model : ( kuhn:1970 ). Ser
ofperasional paradigma pembangunan pengetahuan dalambidang PDIPS diartikan sebagai pola
pikir , pola sikap , dan pola tindak yang tertata secara utuh yang seyogyanya digunakan oleh
para pakar /
ilmuan PDIPS dalam melakukan kegiatan”

Kontruksi, interprestasi , tranformasi dan rekontruksi ( KITR )”pengetahuan sampai pda akhirnya
ditemukan teori ( Sanusi, 1998 : 19 )

Teori inilah yang pda gilirannya membangun suatu system pengetahuan / disiplin ilmu . Namun
demikian disiplin itu sendiri tidak dapat dipandang hanya sebagai akumulasi informasi , fakta
,teori / paradigma.Melainkan system berfikir.

Anda mungkin juga menyukai