Dokumen - Tips - Panduan Skrining Pasien Terbaru
Dokumen - Tips - Panduan Skrining Pasien Terbaru
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di
rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang
terintegrasi dengan para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan
tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan.
Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan pasien
dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di
rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan
pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan
mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang
tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan
yang benar tentang kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani
rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, dan
transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke palayanan
lain.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya
rumah sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang
kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak pertama.
Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase,
evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien
ditransportasi emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini
sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau
merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi. Hanya
rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan
yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan
untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan rujukan
1
kepelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai
sesuai kebutuhan pasien.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan instalasi gawat darurat meliputi:
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tidak memerlukan
tindakan darurat
Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya
Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
2
serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi
persyaratan dan standar.
4. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-
kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang
medik, 12 (dua belas) spesialis lainnya dan 13 (tiga belas)
subspesialis serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah
memenuhi persyaratan dan standar.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya
rumah sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang
kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak pertama.
Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase,
evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien
ditransportasi emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini
sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau
merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis
Penyakit Dalam, Obstetri dan ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak.
Pelayanan Spesialis Penunjang adalah pelayanan medik Radiologi,
Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi
Medik. Pelayanan Medik Spesialis lain adalah pelayanan medik
spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit dan Kelamin,
Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf,
Ortopedi. Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih
pelayanan yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis.
Pelayanan Medik Sub Spesialis dasar adalah pelayanan subspesialis
yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis 4 dasar. Dan
Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan subspesialis
yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya.
3
C. Batasan Operasional
1. Instalasi gawat darurat
Adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan
secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompkan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/pemnyakit serta kecepatan penanganan/ pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penetuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa
yang timbul
4. Survey primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi ang
mengancam jiwa
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan –
perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah
dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan
mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawt atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
7. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang dating tiba-tiba tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal
9. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus peptikum, tbc kulit
4
10. Kecelakaan ( Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang dating
secara mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulakan cedera
fisik, mental, dan social.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:
1) Tempat kejadian
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan dilingkungan rumah tangga
Kecelakaan dilingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat-tempat umum lein seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelanjaan, diarea olah raga dan lain-lain
2) Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat,
terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3) Waktu kejadian
1. Waktu perjalanan (travelling/ transport time)
2. Waktu bekerja, sekolah, waktu bermain dan lain-lain
11. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan
atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu system atau organ dibawah ini, yaitu:
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan system / organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma/ cedera
2. Infeksi
3. Keracunan
4. Degeneresasi (failure)
5. Asfiksia
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar
(excessive loss of water and electrolit)
7. Dan lain-lain
Kegagalan system susunan saraf pusat, kardiovaskuler,
pernafasan dan hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam
waktu yang singkat, sedangkan kegagalan system organ yang lain
dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan penanggulangan penderita gawat
darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
6
BAB II
DEFINISI
7
pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya
masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha
untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas,
dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau
benar – benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase,
evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
1. Tujuan Skrining
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan.
Test skrining dapat dilakukan
a) Pertanyaan/ Quesioner
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan laboratorium
d) X-ray
e) Diagnostik imaqina
8
BAB III
Langkah- Langkah Skrining
A. PERSIAPAN
A. Fase Pra-Rumah Sakit
1. Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas
lapangan
2. Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit
sebelum penderita mulai diangkut dari tempat kejadian.
3. Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit
seperti waktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian
dan riwayat penderita.
9
B. Fase Rumah Sakit
1. Perencanaan sebelum penderita tiba
2. Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau
3. Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan
diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau
4. Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.
5. Pemakaian alat-alat proteksi diri
B. TRIASE
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi
dan sumber daya yang tersedia. Dua jenis triase :
A. Multiple Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui
kemampuan rumah sakit. Penderita dengan masalah yang
mengancam jiwa dan multi trauma akan mendapatkan prioritas
penanganan lebih dahulu.
B. Mass Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan
rumah sakit. Penderita dengan kemungkinan survival yang
terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga yang
paling sedikit akan mendapatkan prioritas penanganan lebih
dahulu.
10
C. Label merah
Penderita dengan cedera berat. Ditempatkan di ruang resusitasi
IGD dan disiapkan dipindahkan ke kamar operasi mayor IGD
apabila sewaktu-waktu akan dilakukan operasi
D. Label biru
Penderita dalam keadaan berat terancam jiwanya. Ditempatkan di
ruang resusitasi IGD disiapkan untuk masuk intensive care unit
atau masuk kamar operasi.
E. Label hitam
Penderita sudah meninggal. Ditempatkan di kamar jenazah.
C. PRIMARY SURVEY
A. Airway dengan kontrol servikal
1. Penilaian
a. Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
2. Pengelolaan airway
a. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal
in-line immobilisasi
b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning
dengan alat yang rigid
c. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
- Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )
3. Fiksasi leher
4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada
setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan
kesadaran atau perlukaan diatas klavikula.
5. Evaluasi
Tabel 1- Indikasi Airway Definitif
Kebutuhan untuk Kebutuhan untuk ventilasi
perlindungan airway
Tidak sadar Apnea
11
• Paralisis neuromuskuler
• Tidak sadar
Fraktur maksilofasial Usaha nafas yang tidak adekuat
• Takipnea
• Hipoksia
• Hiperkarbia
• Sianosis
Bahaya aspirasi Cedera kepala tertutup berat yang
• Perdarahan membutuhkan hiperventilasi singkat,
• Muntah - muntah bila terjadi penurunan keadaan
neurologis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera laring, trakea
• Stridor
12
d. Menutup open pneumothorax
e. Memasang pulse oxymeter
3. Evaluasi
13
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan
circulation.
E. Exposure/Environment
1. Buka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada
ruangan yang cukup hangat.
D. RESUSITASI
A. Re-evaluasi ABCDE
B. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada
dewasa dan 20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat ( lihat
tabel 2 )
C. Evaluasi resusitasi cairan
1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal (
lihat gambar 3, tabel 3 dan tabel 4 )
2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi
urin ) serta awasi tanda-tanda syok
D. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap
pemberian cairan awal.
1. Respon cepat
- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan
maintenance
- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau
pemberian darah
- Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
- Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi
operatif mungkin masih diperlukan
2. Respon Sementara
- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan
pemberian darah
- Respon terhadap pemberian darah menentukan
tindakan operatif
14
- Konsultasikan pada ahli bedah ( lihat tabel 5 ).
3. Tanpa respon
- Konsultasikan pada ahli bedah
- Perlu tindakan operatif sangat segera
- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti
tamponade jantung atau kontusio miokard
- Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya ( lihat
tabel 6 )
15
Tension • Deviasi Tracheal • Needle decompression
Pneumothorax • Distensi vena leher • Tube thoracostomy
• Hipersonor
• Bising nafas (-)
Massive hemothorax • ± Deviasi Tracheal • Venous access
• Vena leher kolaps • Perbaikan Volume
• Perkusi : dullness • Konsultasi bedah
• Bising nafas (-) • Tube thoracostomy
Cardiac tamponade • Distensi vena leher Pericardiocentesis
• Bunyi jantung jauh • Venous access
• Ultrasound • Perbaikan Volume
• Pericardiotomy
• Thoracotomy
16
• Open book • Pelvic volume ↑ • Perbaikan Volume
• Mungkin Transfusi
• Pelvic volume
• Rotasi Internal
Panggul
• PASG
• Vertical shear • Sumber perdarahan • External fixator
banyak • Angiography
• Traksi Skeletal
• Konsultasi Ortopedi
Cedera CT scan • Potensial kehilangan • Perbaikan Volume
Organ • Perdarahan darah • Mungkin Transfusi
Dalam intraabdomimal • Hanya dilakukan bila • Konsultasi Bedah
hemodinamik stabil
17
pneumothorax • Hipersonor
• Bising nafas (-)
Tabel 6-Non responder
ETIOLOGI PEM.FISIK PEM.DIAGNOSTI INTERVENSI
K
TAMBAHAN
Massive blood • Distensi • DPL/USG • Intervensi segera
loss Abdomen (ahli bedah)
(Class III atau IV) •Perbaikan Volume
• Intraabdominal • Resusitasi Operatif
bleeding
Nonhemorrhagic • Distensi Vena • Chest
• Tension Leher Decompresion
pneumothorax • Trachea (Needle
tergeser thoracocentesis
• Suara nafas diteruskan
menghilang dengan tube
• Hipersonor thoracostomy)
• Mungkin diperlukan
penggunaan
monitoring
invasive
Nonhemorrhagic • Distensi vena •Pericardiocentes • Nilai ulang ABCDE
•Cardiac leher is • Nilai ulang jantung
tamponade • Bunyi jantung • Pericardiocentesis
jauh
• Ultrasound
• Bising nafas
normal
• Cedera tumpul • Nadi # teratur • EKG : kelainan • Persiapan OK
jantung • Perfusi jelek iskemik • Invasive monitoring
• • Inotropic support
18
Transesophage • Pertimbangkan
al operasi
echocardiograph
y
•
Ultrasonograph
y
(pericardial)
19
D. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium
Monitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas,
tekanan darah, Analisis Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan output
urine dan pemeriksaan laboratorium darah.
E. Pemeriksaan foto rotgen dan atau FAST
1. Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan servikal lateral,
menggunakan mesin x-ray portabel dan atau FAST bila
terdapat kecurigaan trauma abdomen.
2. Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan jangan sampai
menghambat proses resusitasi. Bila belum memungkinkan,
dapat dilakukan pada saat secondary survey.
3. Pada wanita hamil, foto rotgen yang mutlak diperlukan, tetap
harus dilakukan.
F. SECONDARY SURVEY
A. Anamnesis (khusus pasien trauma)
Anamnesis yang harus diingat :
S : Syndrome
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian
perlukaan.
B. Pemeriksaan Fisik ( lihat tabel 7 )
Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey
Hal yang Identifikasi/ Konfirmasi
Penilaian Penemuan Klinis
dinilai Tentukan dengan
Tingkat • Beratnya • Skor GCS • 8, cedera kepala berat • CT Scan
Kesadara trauma • 9 -12, cedera kepala • Ulangi tanpa
n kapitis sedang relaksasi Otot
20
• 13-15, cedera kepala
ringan
Pupil • Jenis • Ukuran • "mass effect" • CT Scan
cedera • Bentuk • Diffuse axional injury
kepala • Reaksi • Perlukaan mata
• Luka pada
mata
Kepala • Luka pada • Inspeksi • Luka kulit kepala • CT Scan
kulit kepala adanya • Fraktur impresi
• Fraktur luka dan • Fraktur basis
tulang fraktur
tengkorak • Palpasi
adanya
fraktur
Maksilofa • Luka • Inspeksi : • Fraktur tulang wajah • Foto tulang
sial jaringan deformitas wajah
lunak • Maloklusi • Cedera jaringan lunak
• Fraktur • Palpasi : • CT Scan tulang
• Kerusakan krepitus wajah
syaraf
• Luka dalam
mulut/gigi
Leher • Cedera • Inspeksi • Deformitas faring • Foto servikal
pada faring • Palpasi • Emfisema subkutan • Angiografi/
• Fraktur • Auskultasi • Hematoma Doppler
servikal • Murmur • Esofagoskopi
• Kerusakan • Tembusnya platisma • Laringoskopi
vaskular • Nyeri, nyeri tekan C spine
• Cedera
esofagus
• Gangguan
neurologis
21
Toraks • Perlukaan • Inspeksi • Jejas, deformitas, gerakan • Foto toraks
dinding • Palpasi • Paradoksal • CT Scan
toraks • Auskultasi • Nyeri tekan dada, krepitus • Angiografi
• Emfisema • Bising nafas berkurang • Bronchoskopi
subkutan • Bunyi jantung jauh • Tube
• Pneumo/ • Krepitasi mediastinum torakostomi
hematotora • Nyeri punggung hebat • Perikardio
k sintesis
• Cedera • USG Trans-
bronchus Esofagus
• Kontusio
paru
• Kerusakan
aorta
torakalis
22
• Tentukan vagina dengan kontras
instabilitas
pelvis (hanya
satu kali)
• Inspeksi
perineum
• Pem.
Rektum/vagin
a
Medula • Trauma kapitis • Pemeriksaan • "mass effect" • Foto polos
spinalis • Trauma motorik unilateral • MRI
medulla • Pemeriksaan • Tetraparesis
spinalis sensorik Paraparesis
• Trauma syaraf • Cedera radiks
perifer syaraf
Kolumna • Fraktur • Respon • Fraktur atau • Foto polos
vertebralis • lnstabilitas verbal dislokasi • CT Scan
kolumna terhadap
Vertebralis nyeri,
• Kerusakan tanda
syaraf lateralisasi
• Nyeri tekan
• Deformitas
Ekstremita • Cedera • Inspeksi • Jejas, • Foto ronsen
s jaringan lunak • Palpasi pembengkakan, • Doppler
• Fraktur pucat • Pengukuran
• Kerusakan • Mal-alignment tekanan
sendi • Nyeri, nyeri tekan, kompartemen
• Defisit neuro- Krepitasi • Angiografi
vascular • Pulsasi hilang/
berkurang
• Kompartemen
23
• Defisit neurologis
H. RE-EVALUASI PENDERITA
A. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan
melaporkan setiap perubahan pada kondisi penderita dan respon
terhadap resusitasi.
B. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin
C. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan
24
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis IGD dan poliklinik
25
BAB V
PENUTUP
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwasanya
telah tersusun Panduan skrining di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf
Putera, karena Panduan skrining Pasien merupakan acuan atau panduan
bagi unit pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Akademis
Jaury Jusuf Putera dalam menetapkan kegawatdaruratan pasien secara
cepat, tepat, dan efektif sehingga dengan demikian dapat meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera harus mampu menyediakan
pelayanan yang yang sesuai dengan sumber daya rumah sakit dengan
konsisten. Dan Rumah Sakit melayani kebutuhan pasien yang sesuai
dengan sumber daya rumah sakit tergantung pada keterangan yang didapat
tentang kebutuhan pasien dan kondisinya melalui skrining pada kontak
pertama.
Semoga dengan telah tersusunnya Panduan skrining Pasien di Rumah Sakit
Akademis Jaury Jusuf Putera, maka unit layanan Instalasi Gawat Darurat
dapat memiliki acuan untuk menetapkan kegawatdaruratan pasien pada
kontak pertama, yang hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien
dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
26