PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
sterjadinya pun tidak selalu sama. Organisasi-organisasi tertentu lebih sering mengalami
perubahan, sementara organisasi lain relatif jarang melakukannya.
Menghadapi kondisi lingkungan yang selalu berubah tersebut, tidak ada cara
lain yang lebih bijaksana bagi seorang pimpinan kecuali dengan memahami hakekat
perubahan itu sendiri danmenyiapkan strategi yang tepat untuk menghadapinya.
Perguruan tinggi (sebagai bagian dari organisasi sosial) tidak luput dari kondisi
sebagaimana dikemukakan di atas, yang berarti jika perguruan tinggi
ingin survive apalagi berkembang dituntut untuk tanggap terhadap berbagai perubahan
yang terjadi dan mampu merespon dengan benar.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana konsep utama dalam menggunakan manajemen periaku untuk
memengaruhi perilaku siswa secara positif ?
Bagaimana melakukan penilaian perilaku fungsional untuk mennetukan mengapa
siswa menunjukkan perilaku yang mengganggu pelajaran dan pelajaran orang
lain?
bagaimana mengembangkan rencana intervensi perilaku untuk membantu siswa
dalam mengembangkan keahlian spesifik yang membantunya memunculkan
perilaku yang lebih bertanggung jawab ?
bagaimana bekerja dengan tim dari rekan kerja untuk mengembangkan rencana
perilaku ?
C. TUJUAN
Konsep utama dalam menggunakan manajemen periaku untuk memengaruhi
perilaku siswa secara positif.
Melakukan penilaian perilaku fungsional untuk mennetukan mengapa siswa
menunjukkan perilaku yang mengganggu pelajaran dan pelajaran orang lain.
Mengembangkan rencana intervensi perilaku untuk membantu siswa dalam
mengembangkan keahlian spesifik yang membantunya memunculkan perilaku
yang lebih bertanggung jawab.
Bekerja dengan tim dari rekan kerja untuk mengembangkan rencana perilaku.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Asusmsi Dasar yang Menadasari Intervensi Behavioristik
Behavioristik sesungguhnya lebih bersifat pemikiran dan metodologis
daripada rangkaian prosedur yang spesifik. Aliran ini di dasarkan pada penyelidikan
data yang spesifik dan menerapkan prosedur yang valid secara eksperimental untuk
mengubah perilaku. Behavioristik merupakan pendekatan ilmiah untuk mengubah
perilaku. Pendekatan ini didasarkan pada 3 asumsi utama : 1. Perilaku yang
dipengeruhi oleh anteseden dan konsekuensi yang berkaitan dengan perilaku, 2.
Program pengubah perilaku harus focus pada yang sspesifik dan dapat diobservasi, 3.
Pengumpulan data diperlukan untuk mengubah perilaku secara mendalam dan
sistematis.
3. Program Pengubah Perilaku yang harus Memfokuskan pada Perilaku yang Spesifik
dan Dapat Dioservasi
Jika kita mengharapkan bantuan siswa untuk mengembangkan keterampilan
baru taau mengurangi perilaku yang tidak diharapkan secara hati-hati dan sistematis,
kita harus berhubungan dengan perilaku spesifik dan dapat diamati. Dan bukan hal
yang membantu baik bagi guru ataupun siswa untuk menyatakan bahwa siswa
tersebut mengganggu dan tidak dapat diperbaiki. Akan lebih bermanfaat jika kita
menyatakan bahwa siswa tersebut akan belajar lebih banyak dan akan disukai dengan
lebih baik oleh teman sebaya jika iaa dapat mereduksi sejumlah waktu dalam
mengganggu guru dan siswa lain dapat menurunkan sejumlah waktu dimana ia
memukul orang lain. Fokuskan pada perilakuyang dapat dioservasi yang
4
diperhitungkan adalah langkah pertama dalam pengembangan program untuk
mengubah perilaku siswa secara sistematis.
5
Cormier & Cormier (1991), mengemukakan lima tujuan asesmen dalam
proses konseling sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh informasi yang jelas tentang masalah utama klien dan masalah-
masalah lain yang terkait.
2. Untuk mengidentifikasi atau mengenali faktor-faktor atau variabel-variabel yang
menyebabkan dan mempertahankan masalah klien.
3. Untuk menetapkan data awal (baseline data) sebagai bahan pertimbangan (kriteria)
untuk menetapkan atau menilai kemajuan klien dan keefektifan program
perlakuan/intervensi. Penilaian ini penting untuk mengambil keputusan berkenaan
dengan apakah strategi atau program intervensi perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau
dihentikan.
4. Untuk mendidik dan memotivasi klien dengan cara mengkomunikasikan masalah yang
telah diidentifikasi atau dikenali kepada klien, mendorong penerimaan atau kesediaan
klien untuk menerima program intervensi.
5. Untuk menggunakan informasi yang diperoleh dari klien sebagai bahan pertimbangan
guna merancang strategi dan program intervensi yang efektif. Informasi yang
diperoleh dari proses asesmen dapat membantu untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut: macam strategi atau program perlakuan yang manakah yang
seharusnya digunakan untuk membantu klien yang memiliki problem ini, siapa yang
harus mengadministrasikan, dan di bawah kondisi seperti apa?
6
menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi
perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Padahal Kreativitas
disamping bermanfaat untuk pengembangan diri anak didik juga merupakan kebutuhan
akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia.
Menurut Snyder (Shaw & Constanzo, 1982) self monitoring mempunyai aspek
yang meliputi:
a. Kesesuaian lingkungan sosial dengan presentasi diri seorang individu berarti
menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam situasi sosial.
b. Memperhatikan informasi perbandingan sosial sebagai petunjuk dalam
rnengekspresikan diri agar sesuai dengan situasi tertentu berarti memperhatikan
informasi eksternal yang berasal dan lingkungan sekitarnya sebagai pedoman bagi
dirinya dalam berperilaku.
c. Kemampuan mengontrol dan memodifikasi presentasi diri berarti berhubungan
dengan kemampuan untuk mengontrol dan mengubah perilakunya.
d. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada situasi-situasi
khusus berarti mampu untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada
situasi-situasi yang penting.
7
e. Kemampuan membentuk tingkah laku ekspresi dan presentasi diri pada situasi
yang berbeda-beda agar sesuai dengan situasi di lingkungan sosialnya berarti
tingkah lakunya bervariasi pada berbagai macam situasi di lingkungan sosial.
8
konseli melakukan pengulangan verbalisasi diri seperti yang dimodelkan oleh
konselor sampai melibatkan perilaku yang tepat.
4. Faded overt self-guidance. Konseli menunjukkan perbuatan dan perilaku yang
tepat saat membisikan perkataan instruksi diri. Konseli melakukan pengulangan
tugas seperti yang diinstruksikan dan memuji diri sendiri lebih banyak secara
lembut.
5. Covert self-instruction. Akhirnya pada tahapan ini, konseli akan terbiasa untuk
melakukan instruksi secara tersembunyi dan mampu melakukan perilaku yang
tepat.
9
Pengetahuan dan pengalaman yang berlngsung dari strategi yang
paling bermanfaat berkenaan dengan tantangan perilaku siswa.
Pengetahuan atas pendukung utama dan orang penting dalam
kehidupan siswa.
Pengetahuan tentang sumber sters sekarang atau yang sedang
berlangsung yang mempengaruhi siswa di sekolah.
Pengetahuan cara untuk mencegah, mengajarkan dan merespons
strategi dalam berbagai setting (h.32).
10
Penggunaan sistem instruksional dalam pembelajaran didalam kelas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tahap :
a. Tahap awal
Tahap pembelajaran awal ini adalah langkah pertama sebelum materi
pembelajaran berlangsung, yaitu memberikan pencerahan terhadap pola pikir
siswa tentang apa yang ingin diajarkan, diberikan bayangan sebelum memasuki
tahap yang serius, tahap awal ini memiliki banyak teori dan metode yang bisa
digunakan diantaranya adalah mengatur tatanan kelas yang nyaman dan efektif
seperti group resume (resume kelompok) prosedurnya dibentuk seperti :
b. Inti
Pada tahapan ini pengajar menguraikan materi yang diajarkan kepada
siswa dengan menggunakan metode dan teknik yang nyaman dan mudah
dimengerti oleh siswa sehingga siswa tidak mudah jenuh dan tidak cepat merasa
bosan
Bagilah kelas menjadi empat kelompok
Masing-masing kelompok diberi tugas, kelompok pertama sebagai
penanya, kelompok kedua sebagai orang yang setuju, kelompok yang
ketiga sebagai orang yang tidak setuju, sedangkan yang terakhir sebagai
pemberi contoh.
Sampaikan pelajaran yang didasarkan dengan pelajaran
Suruhlah tiap-tiap tim untuk bertanya, sepakat dan sebagainya.
11
c. Tahap Akhir
Setelah materi diberikan kepada siswa dan waktu telah hampir habis untuk
pembelajaran maka tahapan yang paling akhir ialah bagaimana siswa belajar agar
tidak lupa tentunya dengan berbagai strategi yang bisa digunakan salah satunya
adalah Reviewing Strategies (meninjau ulang).
Salah satu cara paling meyakinkan untuk menjadikan belajar tepat adalah
menyertakan waktu untuk meninjau apa yang telah dipelajari. Materi yang telah
ditinjau (review) oleh peserta didik mungkin disimpan lima kali lebih banyak dari
materi yang tidak ditinjau. Hal itu karena peninjauan memudahkan peserta didik
untuk mempertimbangkan informasi dan menemukan cara-cara untuk
menyimpannya dalam otaknya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Setiap perubahan yang terjadi pasti ada proses didalamnya untuk menyesuaikan
dengan perubahan yang terjadi.
2. Pada proses tersebut harus ada komitmen bersama bahwa perubahan yang dilakukan
ialah untuk kemajuan bersama demi terciptanya lingkungan organisasi yang lebih
baik dan mengikuti setiap perkembangan yang terjadi di dunia luar sehingga
organisai ataupun perusahaan tersebut tidak ketinggalan dalam segala aspek, baik itu
aspek sosial ekonomi maupun aspek yang berhubungan dengan teknologi dan alat
pendukung kinerja lainnya sehingga dapat bersaing dalam segala hal dengan
organisasi maupun perusahaan lain.
3. Dari hasil perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja suatu perusahaan
ataupun organisasi dan tidak menutup kemungkinan dari perubahan ini akan dapat
pula memajukan organisasi ataupun perusahaan tersebut ke arah yang lebih maju dan
lebih baik lagi dari masa sebelumnya.
4. Siswa mempunyai kebutuhan dasar untuk dilihat secara positif untuk
mendemonstrasikan kompetensi dan kekuatan mereka denga mengontrol perilaku
mereka.
3.2 Saran
1. Perubahan sangat membutuhkan sekali proses penyesuain di dalamnya untuk
tercapainya tujuan perubahan itu sendiri. Adakalanya proses tersebut membutuhkan
waktu yang tidak bisa ditentukan.
2. Sebaiknya guru memahami berbagai pendekatan dalam pembelajaran, sehingga guru
dapat menyesuaikan antara pendekatan dengan masalah yang dihadapi guru.
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri.
Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
4. Keputusan yang dibuat seorang guru harus dilandasi dengan ilmu, kebijaksanaan, dan
tanggung jawab agar terciptanya keputusan yang tepat.
13
14