Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebanyakan diantara kita sudah menyadari bahwa lingkungan di sekitar kita


selalu bergerak, berubah, mempegaruhi kehidupan kita. Dalam dunia yang semakin
kompetitif, melakukan perubahan adalah kebutuhan mutlak. Namun, pengalaman
empiris menunjukkan bahwa upaya perubahan tidak selalu berhasil. Untuk itu,
perubahan yang dilakukan perlu dikelola dengan baik dan benar.
Sumber daya manusia berperan sebagai pemain kunci untuk keberhasilan
perubahan. Oleh karena itu, kedepan, sumber daya manusia harus selalu ditingkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya secara terus-menerus.
Manajemen perubahan merupakan pengelolaan sumber daya untuk
mencapai tujuan organisasi, dalam kondisi lingkungan yang bergerak terus-menerus.
Manajemen perubahan perlu mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya,
menjalankan proses perubahan dengan benar dan memberika peran dan tanggung jawab
kepada semua stakeholder sesuai proporsinya.
Semua organisasi merupakan bagian dari sistem sosial yang hidup di
tengah-tengah masyarakat. Masyarakat itu sendiri memiliki sifat dinamis, selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Karakteristik masyarakat seperti itu
menuntut organisasi untuk juga memiliki sifat dinamis. Tanpa dinamika yang sejalan
dengan dinamika masyarakat, organisasi tidak akansurvive apalagi berkembang. Ini
berarti bahwa perubahan dalam suatu organisasi merupakan kebutuhan yang tidak dapat
dihindari. Secara terus menerus organisasi harus menyesuaikan diri dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Proses penyesuaian dengan lingkungan merupakan salah satu permasalahan
besar yang dihadapi organisasi modern. Kecuali perubahan yang bertujuan
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, organisasi kadang-kadang
menganggap perlu secara sengaja melakukan perubahan guna meningkatkan keefektifan
pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Karena sifat dan tujuan setiap organisasi
berbeda satu sama lain maka frekuensi dan kadar perubahan yang

1
sterjadinya pun tidak selalu sama. Organisasi-organisasi tertentu lebih sering mengalami
perubahan, sementara organisasi lain relatif jarang melakukannya.
Menghadapi kondisi lingkungan yang selalu berubah tersebut, tidak ada cara
lain yang lebih bijaksana bagi seorang pimpinan kecuali dengan memahami hakekat
perubahan itu sendiri danmenyiapkan strategi yang tepat untuk menghadapinya.
Perguruan tinggi (sebagai bagian dari organisasi sosial) tidak luput dari kondisi
sebagaimana dikemukakan di atas, yang berarti jika perguruan tinggi
ingin survive apalagi berkembang dituntut untuk tanggap terhadap berbagai perubahan
yang terjadi dan mampu merespon dengan benar.

B. RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana konsep utama dalam menggunakan manajemen periaku untuk
memengaruhi perilaku siswa secara positif ?
 Bagaimana melakukan penilaian perilaku fungsional untuk mennetukan mengapa
siswa menunjukkan perilaku yang mengganggu pelajaran dan pelajaran orang
lain?
 bagaimana mengembangkan rencana intervensi perilaku untuk membantu siswa
dalam mengembangkan keahlian spesifik yang membantunya memunculkan
perilaku yang lebih bertanggung jawab ?
 bagaimana bekerja dengan tim dari rekan kerja untuk mengembangkan rencana
perilaku ?

C. TUJUAN
 Konsep utama dalam menggunakan manajemen periaku untuk memengaruhi
perilaku siswa secara positif.
 Melakukan penilaian perilaku fungsional untuk mennetukan mengapa siswa
menunjukkan perilaku yang mengganggu pelajaran dan pelajaran orang lain.
 Mengembangkan rencana intervensi perilaku untuk membantu siswa dalam
mengembangkan keahlian spesifik yang membantunya memunculkan perilaku
yang lebih bertanggung jawab.
 Bekerja dengan tim dari rekan kerja untuk mengembangkan rencana perilaku.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Perilaku (Behavior) dalam Perspektif

Perspektif manajemen perilaku/pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang


percaya bahwa jika manajer berfokus pada karyawan bukan pada produksi mekanistik,
maka pekerjaan menjadi lebih puas dan dengan demikian, lebih produktif. Mereka
mendukung gagasan manajer harus paternalistik dan memelihara dalam rangka
membangun kelompok kerja yang produktif dan kuat. Studi ini merupakan sebuah bidang
telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-
metode dari berbagai ilmu. Antara lain yaitu ekonomi, sosiologi, ilmu politik,
antropologi, dan psikologi. Gerakan ilmu perilaku menekankan perlunya untuk studi
ilmiah dari elemen manusia organisasi.
Intervensi perilaku dalam banyak hal telah dipahami oleh banyak guru. Di satu
sisi, bebrapa guru memandang metode behavioristic sebagai pendektan kompleks dan
menghabiskan waktunnamun merupakan jawaban atsa masalah disiplin. Di lain pihak
banyak guru memandang behaviorisme sebagai pendekatan yang manipulative represif
dalam menghdapi sisiwa. Jawabannya terletak diantara titik ekstrem ini. Metode
behavioristk tidak dapat dan tidak harus memcahkan semua masalah disiplin. Tidak ada
pengganti untu pengajaran yang efektif dalam lingkungan peduli. Behaviorsime juga
bukan ilmu yang bersifat mekanistif manipulative. Lebih dari itu behaviorisme dapat
dignakan untuk membantu guru lebih memahami perilaku siswa dalam mengembangkan
perilaku kelas ynag bertanggung jawab.
Seperti Alberto dan Troutman (2006) merujuk buku mereka Applied Behavior
Analysis For Teacher, tujuan penggunaan yang efektif prinsip-prinsip behavioral adalah
untuk meningkatkan bukan menurunkan pilihan bagi siswa. Hubungan antara perilaku
dan lingkungan saling berbalasan. Siswa yang terlibat dalam perilaku yang secara
negative mempengaruhi pembelajaran mereka dan melanggar hak-hak orang lain kecil
kemungkinan menjadi pelajar yang berhasil atau mempunyai pilihan persahabatan yang
luas.

3
1. Asusmsi Dasar yang Menadasari Intervensi Behavioristik
Behavioristik sesungguhnya lebih bersifat pemikiran dan metodologis
daripada rangkaian prosedur yang spesifik. Aliran ini di dasarkan pada penyelidikan
data yang spesifik dan menerapkan prosedur yang valid secara eksperimental untuk
mengubah perilaku. Behavioristik merupakan pendekatan ilmiah untuk mengubah
perilaku. Pendekatan ini didasarkan pada 3 asumsi utama : 1. Perilaku yang
dipengeruhi oleh anteseden dan konsekuensi yang berkaitan dengan perilaku, 2.
Program pengubah perilaku harus focus pada yang sspesifik dan dapat diobservasi, 3.
Pengumpulan data diperlukan untuk mengubah perilaku secara mendalam dan
sistematis.

2. Behavior Dipengaruhi Oleh Anteseden dan Konsekuensi yang berkaitan dengan


Perilaku
Para pendukung behavioris mengakui pentingnya anteseden dan konsekuensi.
Berkenaan dengan konsekuensi atau kejadian yang mengikuti perilaku, penelitian-
penelitian perilaku mengembangkan 3 atutan dasar melsalui penelitian perilaku
manusia yang seksama : 1. Perilaku diikuti secara langsung oleh imbalan yang terjadi
lebih sering, 2. Perilaku akan dibedakan ketika tidak lagi diperkuat, 3. Perilaku diikuti
oleh konsekuensi yang tidak diinginkan akan jarang terjadi.

3. Program Pengubah Perilaku yang harus Memfokuskan pada Perilaku yang Spesifik
dan Dapat Dioservasi
Jika kita mengharapkan bantuan siswa untuk mengembangkan keterampilan
baru taau mengurangi perilaku yang tidak diharapkan secara hati-hati dan sistematis,
kita harus berhubungan dengan perilaku spesifik dan dapat diamati. Dan bukan hal
yang membantu baik bagi guru ataupun siswa untuk menyatakan bahwa siswa
tersebut mengganggu dan tidak dapat diperbaiki. Akan lebih bermanfaat jika kita
menyatakan bahwa siswa tersebut akan belajar lebih banyak dan akan disukai dengan
lebih baik oleh teman sebaya jika iaa dapat mereduksi sejumlah waktu dalam
mengganggu guru dan siswa lain dapat menurunkan sejumlah waktu dimana ia
memukul orang lain. Fokuskan pada perilakuyang dapat dioservasi yang

4
diperhitungkan adalah langkah pertama dalam pengembangan program untuk
mengubah perilaku siswa secara sistematis.

4. Pengumpulan Data Diperlukan Untuk Mengubah Perilaku Secara Mendalam dan


Sistematis
Hal yang mengejutkan adalah bahwa pendekatan dasar sering dikritik oleh
guru yang mengemkakan bahwa pengumpulan data terlalu banyak menghabiskan
waktu. Guru yang efektif mendasari program instruksi akdemis pada kegiatan
asesmen yang menunjukkan keterampilan spesifik yang dimiliki siswa-siswa mereka.
Akhirnya asesmen digunakan untuk menentukan berapa baiknya keahlian telah
dipelajari dan aktifitas yang harus diikuti.

2.2 Memahami Apa Penyebab Perilaku Siswa: Mengadakan Analisis


Lingkungan/Asesmen Fungsional
Beberapa tahun terakhit bebrapa tuntuntan hokum menentang disisplin sekola
atas pemindahan siswa yang berlebihan dari lungkungan belajar. Dalam menanggapi
masalah hokum, sejumlah negar sekarang memutuskan bahwa kapan pun intervebsi yang
bersifat terbatas tersebut digunakan secara regular, maka diwajibkan bagi staf sekolah
untuk meneliti lingkunangan sekolah guna menentukan factor-faktor yang berkonstribusi
pada masalah perilaku isswa dan sebagai tambahan mengembangkan rencana untuk
membantu siswa dalam mengembangkan keahlian guru untuk menanggapai anteseden
dari perilaku yang mengganggu ( California, Hughes Bill: A.B.2586,1990; Indiana Public
Act 89-191; Intervesi Behavioral bagi siswa dengan gannguan). Individuals with
Disabilities Education Act (IDEA) mensyaratkan staf distrik sekolah untuk mengadakan
penilaian fungsional ketika ada perubahan pada penempatan pendidikan alternative
sementara. Dalam El Paso Independent School (2003), pejabat berwenang menetapkan
bahawa persyaratan untuk melakukan aesmen perilaku fungsional tidak terbatas pada
situasi dimana masalah disiplin mengarah pada perubahan penempatan.

5
Cormier & Cormier (1991), mengemukakan lima tujuan asesmen dalam
proses konseling sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh informasi yang jelas tentang masalah utama klien dan masalah-
masalah lain yang terkait.
2. Untuk mengidentifikasi atau mengenali faktor-faktor atau variabel-variabel yang
menyebabkan dan mempertahankan masalah klien.
3. Untuk menetapkan data awal (baseline data) sebagai bahan pertimbangan (kriteria)
untuk menetapkan atau menilai kemajuan klien dan keefektifan program
perlakuan/intervensi. Penilaian ini penting untuk mengambil keputusan berkenaan
dengan apakah strategi atau program intervensi perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau
dihentikan.
4. Untuk mendidik dan memotivasi klien dengan cara mengkomunikasikan masalah yang
telah diidentifikasi atau dikenali kepada klien, mendorong penerimaan atau kesediaan
klien untuk menerima program intervensi.
5. Untuk menggunakan informasi yang diperoleh dari klien sebagai bahan pertimbangan
guna merancang strategi dan program intervensi yang efektif. Informasi yang
diperoleh dari proses asesmen dapat membantu untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut: macam strategi atau program perlakuan yang manakah yang
seharusnya digunakan untuk membantu klien yang memiliki problem ini, siapa yang
harus mengadministrasikan, dan di bawah kondisi seperti apa?

2.3 Strategi Untuk Membantu Siswa Mengembangkan Keteramplan Perilaku yang


Baru
Disamping metode penyelesaian masalah yang didiskusikan dalam bab 9, ada
pendekatan manajemen perilaku dasar yang telah diriset denag baik guna membantu
memonitor dan mengubah perilaku (Jones, Dohrn, & Dunn, 2004).
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen
pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Manajemen
pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya merupakan
pengelolaan dan juga pelaksanaannya. Fakta-fakta dilapangan ditemukan sistem
pengelolaan anak didik masih menggunakan cara-cara konvensional dan lebih

6
menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi
perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Padahal Kreativitas
disamping bermanfaat untuk pengembangan diri anak didik juga merupakan kebutuhan
akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia.

1. Monitoring Diri (Self-monitoring)


Siswa mempunyai kebutuhan dasar untuk dilihat secara positif untuk
mendemonstrasikan kompetensi dan kekuatan mereka denga mengontrol perilaku
merekan. Sekalipun demikian, siswa sering kali tidak waspada terhadap cakupan
perilaku tidak produktif mereka. Di samping itu, beberapa anak kecil mempunyai
kesulitan mengontrol emosi dan perilaku mereka tanpa bantuan petunjuk eksternal.
Monitoring diri melibatkan tindakan memberikan bantuan kepada siswa atau
kelompok.
Penmonitoran diri telah dilaporkan dalam literatus selama lebih dari tiga puluh
tahun dan efektif mengubah sejumlah perilaku spesifik yang tidak produktif dengan
beragam populasi siswa.

Menurut Snyder (Shaw & Constanzo, 1982) self monitoring mempunyai aspek
yang meliputi:
a. Kesesuaian lingkungan sosial dengan presentasi diri seorang individu berarti
menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam situasi sosial.
b. Memperhatikan informasi perbandingan sosial sebagai petunjuk dalam
rnengekspresikan diri agar sesuai dengan situasi tertentu berarti memperhatikan
informasi eksternal yang berasal dan lingkungan sekitarnya sebagai pedoman bagi
dirinya dalam berperilaku.
c. Kemampuan mengontrol dan memodifikasi presentasi diri berarti berhubungan
dengan kemampuan untuk mengontrol dan mengubah perilakunya.
d. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada situasi-situasi
khusus berarti mampu untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada
situasi-situasi yang penting.

7
e. Kemampuan membentuk tingkah laku ekspresi dan presentasi diri pada situasi
yang berbeda-beda agar sesuai dengan situasi di lingkungan sosialnya berarti
tingkah lakunya bervariasi pada berbagai macam situasi di lingkungan sosial.

2. Instruksi Diri (Self-Intruction)


Meskipun monitor diri dapat member hasil yang memuasan, cara ini sering
dikombinasi dengan strategi semacam intruksi diri, evaluasi diri dan penguatan diri (
Di-Gangi & Maag, 1992). Seperti monitor diri, metode intruskri diri melibatkan siswa
untuk menjadi lebih awas terhadap perilaku mereka sendiri dan belajar untuk
mengambil tanggung jawab atas perilakunya. Strategi ini umumnya digunakan untuk
membantu siswa yang mempunyai kesulitan mengontrol atau mengekspresikan
emosinya secara tepat. Secar khusus karena siswa ini mempunyai sejumlah
pengalaman kegagalan dan kurang percaya diri, mereka sering merespon denagan
emosi yang kuat ketika dihadapkan kepada situasi yang dihadapi dengan cukup
nyaman oleh teman sebaya mereka.

Berikut prosedur untuk melakukan self-instruction dalam menangani kejenuhan


belajar :

1. Cognitive Modeling. Konselor melakukan demonstrasi instruksi diri dengan


suara yang keras. Hal yang penting adalah ungkapan diri (self-statement) yang
cocok untuk anak. Misalkan “Saya pasti bisa mengendalikan diri saya untuk
semangat belajar. Pertama saya harus sabar dalam berbagai situasi. Saya pasti
bisa melakukannya”.
2. Overt external guidance. Konseli melakukan verbalisasi seperti yang konselor
lakukan dibawah instruksi konselor. Pada tahapan ini, kata-kata yang
diistruksikan harus sama dengan yang konselor contohkan seperti di atas.
Konselor melakukan instruksi secara langsung, mengarahkan dan memperbaiki
kesalahan konseli dalam mempraktekkan perilaku yang diinstruksikan.
3. Overt self-guidance. Konseli melakukan perbuatan (performance) yang tepat
saat melakukan verbalisasi diri dengan suara yang keras. Pada tahapan ini,

8
konseli melakukan pengulangan verbalisasi diri seperti yang dimodelkan oleh
konselor sampai melibatkan perilaku yang tepat.
4. Faded overt self-guidance. Konseli menunjukkan perbuatan dan perilaku yang
tepat saat membisikan perkataan instruksi diri. Konseli melakukan pengulangan
tugas seperti yang diinstruksikan dan memuji diri sendiri lebih banyak secara
lembut.
5. Covert self-instruction. Akhirnya pada tahapan ini, konseli akan terbiasa untuk
melakukan instruksi secara tersembunyi dan mampu melakukan perilaku yang
tepat.

2.4 Pendekatan Kelompok Untuk Mengembangkan Rencana Perubahan Perilaku


yang Positif
Meskipun demikian, terlepas tingkat keahlian seseorang dalam
menciptakan lingkungan kelas yang mendukung perilaku siswa yang positif dan
secara terampil menerapkan bebrapa metode yang dibahas dalam bab ini, bebrapa
siswa menghadirkan tantangan kreativitas dan kesabaran pendidik yang bahkan
paling berbakat dan berdedikasi,

1. Siapa yang Harusnya Berada Dalam Tim?


Dalam bukunya A Positive Approach to Understanding and Addressing
Challenging Behaviors,Karen Topper dkk. membahas komposisi dan fungsional tim
semacam ini secara detail (Topper dkk, 1994). Sementara banyak tim berfungsi tanpa
anggota keluarga, mereka sangat mendukung partisipasi anggota keluarga dan
menyebutkan manfaat keterlibatan keluarga sebagai berikut :
 Pengetahuan sejarah lengkap siswa dan gambaran total atas apa yang
terjadi dala kehidupan siswa.
 Pengetahuan yang mendalam tentang kekuatan, minat dan kebutuhan
siswa dan keterampilan yang diperlukan siswa di luar setting sekolah.

9
 Pengetahuan dan pengalaman yang berlngsung dari strategi yang
paling bermanfaat berkenaan dengan tantangan perilaku siswa.
 Pengetahuan atas pendukung utama dan orang penting dalam
kehidupan siswa.
 Pengetahuan tentang sumber sters sekarang atau yang sedang
berlangsung yang mempengaruhi siswa di sekolah.
 Pengetahuan cara untuk mencegah, mengajarkan dan merespons
strategi dalam berbagai setting (h.32).

2. Mengembangkan Rencana Perubahan Perilaku yang Positif


Pengembangan rencana semacam ini dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan terstruktur untuk staf. Proses efektif meliputi tujuh langkah berikut:
1) Menentukan perilaku spesifik siswa yang perlu diuabah.
2) Mengadakan asesmen perilaku fungsional.
3) Menentukan perubahan yang perlu dibuat di lingkungan sekolah untuk
mendukung siswa.
4) Menentukn strategi yang digunakan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan keahlian perilaku baru.
5) Menentukan data yang dikumpulkan untuk tujuan penilaian keefektifan
intervensi.
6) Menugaskan secara bertanggung jawab kepada staf untuk
mengimplementasikan tiap intervensi.
7) Menentukan tanggal untuk meninjau program.

10
Penggunaan sistem instruksional dalam pembelajaran didalam kelas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tahap :

a. Tahap awal
Tahap pembelajaran awal ini adalah langkah pertama sebelum materi
pembelajaran berlangsung, yaitu memberikan pencerahan terhadap pola pikir
siswa tentang apa yang ingin diajarkan, diberikan bayangan sebelum memasuki
tahap yang serius, tahap awal ini memiliki banyak teori dan metode yang bisa
digunakan diantaranya adalah mengatur tatanan kelas yang nyaman dan efektif
seperti group resume (resume kelompok) prosedurnya dibentuk seperti :

 Bagilah peserta kedalam beberapa kelompok, terdiri dari 3 sampai 6 anggota.

 Beritahukan kepada mereka bahwa kelas memiliki kesatuan bakat dan


pengalaman yang sangat hebat.

 Memberikan motivasi kepada setiap kelompok agar aktif dan bervariasi


dalam menela’ah materi.

b. Inti
Pada tahapan ini pengajar menguraikan materi yang diajarkan kepada
siswa dengan menggunakan metode dan teknik yang nyaman dan mudah
dimengerti oleh siswa sehingga siswa tidak mudah jenuh dan tidak cepat merasa
bosan
 Bagilah kelas menjadi empat kelompok
 Masing-masing kelompok diberi tugas, kelompok pertama sebagai
penanya, kelompok kedua sebagai orang yang setuju, kelompok yang
ketiga sebagai orang yang tidak setuju, sedangkan yang terakhir sebagai
pemberi contoh.
 Sampaikan pelajaran yang didasarkan dengan pelajaran
 Suruhlah tiap-tiap tim untuk bertanya, sepakat dan sebagainya.

11
c. Tahap Akhir
Setelah materi diberikan kepada siswa dan waktu telah hampir habis untuk
pembelajaran maka tahapan yang paling akhir ialah bagaimana siswa belajar agar
tidak lupa tentunya dengan berbagai strategi yang bisa digunakan salah satunya
adalah Reviewing Strategies (meninjau ulang).

Salah satu cara paling meyakinkan untuk menjadikan belajar tepat adalah
menyertakan waktu untuk meninjau apa yang telah dipelajari. Materi yang telah
ditinjau (review) oleh peserta didik mungkin disimpan lima kali lebih banyak dari
materi yang tidak ditinjau. Hal itu karena peninjauan memudahkan peserta didik
untuk mempertimbangkan informasi dan menemukan cara-cara untuk
menyimpannya dalam otaknya.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Setiap perubahan yang terjadi pasti ada proses didalamnya untuk menyesuaikan
dengan perubahan yang terjadi.
2. Pada proses tersebut harus ada komitmen bersama bahwa perubahan yang dilakukan
ialah untuk kemajuan bersama demi terciptanya lingkungan organisasi yang lebih
baik dan mengikuti setiap perkembangan yang terjadi di dunia luar sehingga
organisai ataupun perusahaan tersebut tidak ketinggalan dalam segala aspek, baik itu
aspek sosial ekonomi maupun aspek yang berhubungan dengan teknologi dan alat
pendukung kinerja lainnya sehingga dapat bersaing dalam segala hal dengan
organisasi maupun perusahaan lain.
3. Dari hasil perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja suatu perusahaan
ataupun organisasi dan tidak menutup kemungkinan dari perubahan ini akan dapat
pula memajukan organisasi ataupun perusahaan tersebut ke arah yang lebih maju dan
lebih baik lagi dari masa sebelumnya.
4. Siswa mempunyai kebutuhan dasar untuk dilihat secara positif untuk
mendemonstrasikan kompetensi dan kekuatan mereka denga mengontrol perilaku
mereka.

3.2 Saran
1. Perubahan sangat membutuhkan sekali proses penyesuain di dalamnya untuk
tercapainya tujuan perubahan itu sendiri. Adakalanya proses tersebut membutuhkan
waktu yang tidak bisa ditentukan.
2. Sebaiknya guru memahami berbagai pendekatan dalam pembelajaran, sehingga guru
dapat menyesuaikan antara pendekatan dengan masalah yang dihadapi guru.
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri.
Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
4. Keputusan yang dibuat seorang guru harus dilandasi dengan ilmu, kebijaksanaan, dan
tanggung jawab agar terciptanya keputusan yang tepat.

13
14

Anda mungkin juga menyukai