Anda di halaman 1dari 84

STUDI KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI

(Litopenaeus vannamei) PADA KELOMPOK BUDIDAYA BINA USAHA

DI KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

SKRIPSI

Oleh :

MOH SOFYAN H
NIM. 115080400111048

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
STUDI KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI

(Litopenaeus vannamei) PADA KELOMPOK BUDIDAYA BINA USAHA

DI KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

SKRIPSI
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan


di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh :

MOH SOFYAN H

NIM. 115080400111048

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
Judul :STUDI KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDANG
VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) PADA
KELOMPOK BUDIDAYA BINA USAHA DI
KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

Nama Mahasiswa : MOH SOFYAN H

NIM : 115080400111048

Program Studi : Agrobisnis Perikanan

PENGUJI PEMBIMBING

Pembimbing 1 : Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP

Pembimbing 2 : Mochammad Fattah, S.Pi, M.Si

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING

Dosen Penguji 1 : Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS

Dosen Penguji 2 : Candra adi Intyas, S.Pi, MP

Tanggal Ujian : 5 Juli 2018


PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan skripsi (Skripsi yang

saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 5 Juli 2018

Mahasiswa

MOH SOFYAN H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Moh Sofyan H
NIM : 115080400111048
Tempat / Tgl Lahir : Pamekasan / 15 Januari 1993
No. Tes Masuk P.T. : 3115001735
Jurusan : Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan
Program Studi : Agrobisnis Perikanan
Status Mahasiswa : Biasa
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jalan Gatot Koco Gang 7 Kolpajung, Pamekasan.

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun
No Jenis Pendidikan Keterangan
Masuk Lulus
1 S.D 1999 2005 Lulus
2 S.L.T.P 2005 2008 Lulus
3 S.L.T.A 2008 2011 Lulus
4 Perguruan Tinggi…….
4 Perguruan Tinggi (Fakultas 2011 2018 Lulus
Perikanan dan Ilmu Kelautan)
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan saya sanggup menanggung segala
akibatnya.

Malang, 5 Juli 2018


Hormat kami

(Moh Sofyan H)
NIM.
115080400111048
UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama saya mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia

dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga laporan ini dapat

terselesaikan dengan baik. Kedua orang tua saya yang senantiasa

mendukung moril dan selalu memberikan do’a serta motivasi selama saya

duduk dibangku perkuliahan ini.

Yang ketiga saya ucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Pudji Purwanti,

MP sebagai Dosen Pembimbing 1 Skripsi dan Bapak Mochammad Fattah,

S.Pi, M.Si sebagai Pembimbing 2 Skripsi Terimakasih atas bimbingan arahan

dan kebijaksanannya dalam pelaksanaan penelitian Skripsi sampai dengan

terselesaikannya laporan ini, Bapak Dr. Ir. Edi Susilo, MS sebagai Ketua

Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Ilmu Kelautan yang telah membantu

proses terlaksananya penelitian Skripsi, serta Ibu Wahyu Handayani, S.Pi,

MBA, MP sebagai Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan dan Ilmu

Kelautan yang membantu terlaksananya Skripsi hingga proses

terselesaikannya laporan ini. Teman – teman angkatan 2011 program studi

Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Brawijaya. Pihak yang belum sempat disebutkan namanya dalam membantu

proses penyelesaian laporan ini.

Malang, 6 Juli 2018

Moh Sofyan H
NIM. 115080400111048
RINGKASAN

MOH SOFYAN H, Skripsi tentang Studi Kelayakan Usaha Budidaya Udang


Vannamei (Litopenaeus vannamei) Pada Kelompok Budidaya Bina Usaha di
Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan (dibawah bimbingan Dr. Ir. PUDJI
PURWANTI, MP dan MOCHAMMAD FATTAH, S.Pi, M.Si).

Produksi Udang Windu dan produksi Udang Vannamei merupakan


spesies udang yang diproduksi di Indonesia. Kehadiran Udang Vannamei
diharapkan dapat membuat investasi pertambakan udang semakin tumbuh
berekembang. Usaha budidaya udang Vannamei saat ini sudah dilakukan oleh
sejumlah pembudidaya di daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Salah satu
Kabupaten di Jawa Timur yang mulai beralih pada usaha budidaya Udang
Vannamei adalah Kabupaten Bangkalan.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1), aspek
teknis, aspek manajemen, dan aspek pemasaran, 2) kelayakan aspek finansial
kelompok bina usaha di Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.
Penelitian pada kelompok bina usaha vannamei dilaksanakan pada bulan
April - Juni 2018 dari pemilik bapak Muchlis di desa Batah Barat di Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode ini
untuk mengetahui studi kasus yang dilakukan oleh kelompok bina usaha udang
vannamei. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan partisipasi
aktif, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif kualitatif dan data deskriptif
kuantitatif.
Aspek Teknis pada kelompok usaha budidaya udang vannamei meliputi
1) sarana produksi yang terdiri fasilitas lahan dan gubuk tempat beristirahat,
sedangkan prasarana produksi terdiri dari mesin diesel, akses jalan, penerangan
yang cukup dan alat komunikasi, 2) input produksi terdiri dari benur yang
berkwalitas serta pakan yang merangsang pertumbuhan udang, 3) output
produksi yang merupakan udang berkwalitas dan bernilai jual tinggi yang siap
dijual, 4) proses produksi yang dikerjakan oleh pembudidaya professional kaya
pengalman.
Aspek Manajemen kelompok usaha budidaya udang vannamei meliputi 1)
Perencanaan yang terdiri dari perencanaan pengalokasian dana yang digunakan
dalam proses produksi, 2) Pengorganisasian merupakan pembentukan struktur
dalam kekompakan antara manajemen dengan karyawan, 3) pengarahan
merupakan kegiatan pengarahan langsung dari pemilik usaha agar usaha dapat
berjalan dengan lancar, dan 4) pengawasan merupakan bentuk pengawasan
dalam proses produksi dapat berjalan lancar dan kegiatan pengawasan
karyawan dipantau langsung dari pemilik usaha.
Aspek Pemasaran usaha rumah makan ikan bakar D’Mriah meliputi
bauran pemasaran dan saluran pemasaran. Bauran pemasaran terdiri dari
produk, harga, promosi, dan lokasi rumah makan ikan bakar. Sedangkan saluran
pemasaran langsung melalui produsen dan konsumen.
Aspek finansial jangka pendek Usaha Budidaya Udang Vannamei pada
Kelompok Budidaya Bina Usaha meliputi modal investasi sebesar Rp.
55.765.000, biaya tetap sebesar Rp. 24.953.000 , biaya variable Rp. 168.420.000
yang berarti total biayanya sebesar Rp. 193.373.000, penerimaan sebesar Rp.
540.000.000 dengan keuntungan sebesar Rp. 346.627.000 , R/C sebesar 2,8
yang artinya usaha layak dijalankan karena lebih dari satu. Nilai BEP Produksi
Kelompok Budidaya Bina Usaha sebesar 2.587,307 Kg sedangkan nilai BEP
Harga sebesar Rp. 107.429. terakhir nilai rentabilitas sebesar 179,25 % dari
modal yang digunakan selama satu tahun poduksi
Aspek finansial jangka panjang meliputi nilai Net Present Value sebesar
Rp. 253.723.393 , Net B/C diketahui sebesar 5,55 lebih besar dari 1. jangka
waktu yang diperlukan agar modal yang diinvestasikan dapat kembali adalah
selama 0,16 tahun dan yang terakhir nilai IRR adalah 521,59 % nilainya lebih
besar dari Discount Rate 12 persen, hasil ini menyimpulkan bahwa investasi
yang ditanamkan pada usaha tersebut layak untuk dijalankan
Saran yang diberikan dalam pengembangan usaha budidaya udang
vannamei, 1. Secara administrasi, perlu adanya pencatatan yang lebih
terperinci mengenai semua komponen penerimaan dan total biaya yang
dikeluarkan selama usaha budidaya Udang Vannamei berlangsung. 2.
Petambak harus lebih memperhatikan lagi dan mengantisipasi serangan
penyakit serta virus pada udang melihat virus selama ini masih belum ada obat
yang ampuh untuk .mengatasi, sehingga membutuhkan inovasi serta penemuan
baru untuk mencegah dan mengobati penyakit dan virus pada udang vannamei.
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada Allah SWT, atas petunjuk, rahmat dan
hidayah-Nya dalam menyelesaikan penulisan penulisan Laporan Skripsi ini
dengan lancar dan menyusun Laporan Skripsi dengan judul “Studi Kelayakan
Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Pada Kelompok
Budidaya Bina Usaha Di Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan” dengan
baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Ibu Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP selaku Dosen Pembimbing pertama dan
Bapak Mochammad Fattah, Spi, M.Si selaku Dosen Pembimbing kedua atas
segala pelajaran, petunjuk, informasi serta waktu untuk membimbing saya
sehingga laporan ini dapat terselesaikan, Kedua orang tua yang selalu
memberikan dukungan baik secara moril maupun materil selama menjalankan
skripsi ini serta teman-teman SEPK 2011 yang telah membantu penyusunan
laporan Skripsi baik dukungan moril maupun semangatnya.
Latar belakang penulis memilih judul tentang studi kelayakan udang
vannamei tidak lain karena vannamei merupakan salah satu komoditi alternatif
yang banyak dipilih pembudidaya setelah udang windu. Hal ini disebabkan
karena ada anggapan bahwa udang vannamei tahan penyakit white spot. Dalam
budidaya usaha ini perlu adanya analisa usaha tidak lain agar usaha budidaya
terstruktur dan keuntungngan yang di dapat maksimal.
Penulis sangat mengharapkan penyajian ini dapat memberikan
pengetahuan tambahan bagi para pembaca namun penulis juga menyadari
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan ketrbatasan pengetahuan
dan pengalaman penulis yang masih terbatas, maka dari titik kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dijadikan pelajaran dalam
penulisan-penulisan selanjutnya.

Malang, 5 Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii


IDENTITAS TIM PENGUJI ................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi
RINGKASAN ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………………….. 5
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5
2.1 Udang Vannamei .................................................................................... 6
2.2 Perikanan ................................................................................................ 8
2.3 Analisis Kelayakan Usaha ........................................................................ 8
2.3.1 Aspek Teknis .................................................................................. 9
2.3.2 Aspek Manajemen ........................................................................ 13
2.3.3 Aspek Pemasaran ......................................................................... 14
2.3.4 Aspek Finansial ............................................................................. 16
2.3.4.1 Analisa Jangka Pendek……………………………………. 16
2.3.4.2 Analisa Jangka Panjang ……………………………………19
2.4 Kerangka Berfikir .....................................................................................23
3. METODE PENELITIAN ............................................................................... 25
3.1 Metode Pelaksanaan ............................................................................ 25
3.1.1 Partisipasi Aktif ……………………………………………………… 25
3.1.2 Observasi ……………………………………………………………. 26
3.1.3 Wawancara ………………………………………………………….. 27
3.1.4 Dokumentasi ………………………………………………………… 27
3.2 Jenis Dan Sumber Data ....................................................................... 28
3.2.1 Data Primer ................................................................................ 28
3.2.2 Data Sekunder ........................................................................... 28
3.3 Metode Analisis Data ............................................................................ 28
3.3.1 Aspek Teknis ............................................................................... 28
3.3.2 Aspek Manajemen ....................................................................... 28
3.3.3 Aspek Pemasaran ........................................................................ 29
3.3.3 Aspek Finansial ............................................................................. 29
a.Jangka Pendek ……………………………………………………….29
b. Jangka Panjang ………………………………………….…………. 32
4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................................. 36
4.1 Letak Geografis...................................................................................... 36
4.2 Kondisi Demografis ................................................................................ 37
4.3 Karakteristik Petambak ……………………………………………………... 38
4.4 Gambaran Umum Usaha Pembudidayaan Udang Vannamei ………….. 41

5. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 42


5.1 Analisa Usaha Budidaya Udang Vannamei ............................................ 42
5.1.1 Aspek Teknis ................................................................................ 42
5.1.2 Aspek Manajemen ....................................................................... 50
5.1.3 Aspek Pemasaran ......................................................................... 53
5.1.4 Aspek Finansial Jangka Pendek .................................................. 56
5.1.5 Aspek Finansial Jangka Panjang …………………………………… 61

6. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 65


6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 65
6.2 Saran …………..…………………………………………………………….. 66
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 67
LAMPIRAN ....................................................................................................... 69
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/Kota dan Subsektor di


Wilayah Madura (Ton) Tahun 2015 dan 2016 ............................................ 2
2. Jumlah Petani, Luas Lahan, dan Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten
Bangkalan Tahun 2016 ............................................................................... 3
3. Produksi, Harga, dan Nilai Produksi Budidaya Tambak Menurut Jenis Ikan
Kabupaten Bangkalan Tahun 2015 – 2016……………………………………4
4. Jumlah Penduduk Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten
Bangkalan Tahun 2016…..………………………………….…………………36
5. Jumlah Petambak Berdasarkan Umur pada Usaha Pembudidayaan Udang
di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan Tahun
2016………………………………………………………………………………37
6. Jumlah Petambak Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Batah Barat
Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan Tahun 2016………………….38
7. Luas Lahan Petambak di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan Tahun 2016…………………………………………...39
8. Jumlah Produksi Petambak di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan Tahun 2017…………………………………………...39
9. Kalender Musim Produksi Udang Vannamei Tahun 2017………………….40
10. Sarana Tambak Kelompok Bina Usaha Desa Batah Barat Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan……………………………………………….41

11. Prasarana Tambak Kelompok Bina Usaha Desa Batah Barat Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan ………………………………………………43

12. Biaya Total, Keuntungan dan Rentabilitas Usaha Budidaya Udang


Vannamei Kelompok Budidaya Bina Usaha dengan Lahan 11 ha di
Kecamatan Kwanyar Tahun 2016
…………………………………………...………………………………………..59

13. Penerimaan, Biaya Investasi, Discount Faktor dan Net Present Value
Usaha Budidaya Udang Vannamei Kelompok Budidaya Bina Usaha
dengan Lahan 11 ha di Kecamatan Kwanyar Tahun 2016
…………………………………………………………………………………….60

14. Biaya, Benefit, Net Benefit, Discount Faktor dan PV, Net B/C Usaha
Budidaya Udang Vannamei Kelompok Budidaya Bina Usaha dengan Lahan
11 ha di Kecamatan Kwanyar Tahun 2016
…………………………………………………………………………………….61
Tabel Halaman

15. Biaya Investasi, Net Benefit, dan Payback Period Usaha Budidaya Udang
Vannamei Kelompok Budidaya Bina Usaha dengan Lahan 11 ha di
Kecamatan Kwanyar Tahun 2016……………………………………………..62

16. Investasi, Discount Factor, Net Benefit dan IRR Budidaya Udang Vaname
Kelompok Budidaya Bina Usaha dengan Lahan 11 ha di Kecamatan
Kwanyar………………………………………………………………………….63
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Anatomi Udang Vannamei ................................................................... 7
2. Kerangka Berpikir Penelitian .............................................................. 24
3. Struktur Organisasi Kelompok Pembudidaya Bina Usaha .................. 51
4. Udang Vannamei Kelompok Bina Usaha ........................................... 53
5. Saluran Pemasaran ........................................................................... 55
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Peta Kecamatan Kwanyar dan Batah Barat ........................................... 69
2. Modal Investasi Dan Biaya Tetap ........................................................... 70
3. Biaya Variabel ........................................................................................ 71
4. Tabel Analisis Jangka Panjang .............................................................. 72
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan mempunyai panjang

garis pantai 81.000 km yang memiliki potensi sumber daya lahan pantai pasang

surut seluruhnya sekitar 7.000.000 ha. Dengan luas perairan tiga kali lebih luas

dibanding daratan, prospek sektor perikanan Indonesia sangat menjanjikan untuk

dikembangkan karena banyaknya permintaan komoditi perikanan dari komsumen

negara luar, sehingga sangat menguntungkan bagi setiap perusahaan dalam

mencari keuntungan dan mengembangkan usahanya (Dahuri, 2002).

Perikanan memberikan kontribusi terbesar untuk nilai ekspor di Indonesia

sekitar 65%. Salah satu jenis usaha perikanan yang saat ini sedang diminati oleh

sebagian orang adalah usaha budidaya udang. Seiring dengan tingginya

permintaan udang di dalam dan luar negeri, menjadikan udang sebagai salah

satu andalan ekspor non migas. Hal itu dapat dilihat dalam nilai ekspor perikanan

Indonesia, udang berada pada posisi teratas menyumbang nilai ekspor sebesar

US$ 1,280 juta, disusul tuna US$ 606 juta (Sutardjo, 2014).

Perkembangan budidaya udang relatif cepat apabila dibandingkan

dengan komoditas perikannan lainnya.hal ini disebabkan oleh empat hal, yaitu :

1) daya serap pasarnya yang tinggi, sehingga memungkinkan keuntungan yang

besar, 2) marjin usahanya yang besar, 3) penguasaan teknologi pembenihan dan

perkembangan industri dan sarana industry lain, sehingga pengadaan sarana

produksi dapat relative tepat harga, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu, 4)

kesesuain sumberdaya alam Indonesia dengan “standart biological requirement”

udang.

Pergeseran sistem produksi dari usaha penangkapan ke usaha budidaya

khususnya di tambak juga menyebabkan pergeseran spesies udang yang

1
dibudidayakan, dari dominasi Udang Windu (Penaeus monodo) ke arah udang

putih khususnya Udang Vannamei. Hal ini disebabkan karena ada anggapan

bahwa Udang Vannamei bebas atau tahan penyakit white spot (Haliman dan

Adijaya, 2005).

Produksi Udang Windu dan produksi Udang Vannamei merupakan

spesies udang yang diproduksi di Indonesia. Kehadiran Udang Vannamei

diharapkan dapat membuat investasi pertambakan udang semakin tumbuh

berekembang. Usaha budidaya udang Vannamei saat ini sudah dilakukan oleh

sejumlah pembudidaya di daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Bali, Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Salah satu

Kabupaten di Jawa Timur yang mulai beralih pada usaha budidaya Udang

Vannamei adalah Kabupaten Bangkalan.

Tabel 1. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/Kota dan Subsektor di


Wilayah Madura (Ton) Tahun 2015 dan 2016
Perikanan Laut Perairan Umum Jumlah
No. Kabupaten (Ton) (Ton) (Ton)
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1. Bangkalan 25.115,30 25.693,50 150,00 89,20 25.265,30 25.782,70
2. Sampang 7.130,90 8.942,80 2,10 4,80 7.133,00 8.947,60
3. Pamekasan 24.391,90 23.190,20 - - 24.391,90 23.190,20
4. Sumenep 46.758,20 46.672,80 63,80 66,30 46.822,00 46.739,10
Jumlah 103.396,30 104.499,30 215,90 160,30 103.612,20 104.659,60
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan, 2017

Dari data Tabel 1. dapat diketahui bahwa Kabupaten Bangkalan

merupakan Kabupaten terbesar kedua penghasil produksi perikanan setelah

Kabupaten Sumenep. Data di atas menunjukkan jika dari tahun 2015 hingga

2016 untuk Kabupaten Bangkalan mengalami kenaikan angka produksi yang

stabil, maka dari itu tidak menutup kemungkinan jika tahun berikutnya angka

produksi akan semakin meningkat. Dibandingkan dengan dua kabupaten lainnya

yang mengalami penurunan angka produksi, Kabupaten Bangkalan jumlah

produksinya tergolong stabil (dibandingkan Kabupaten Sumenep dan

Pamekasan). Dengan demikian Kabupaten ini tentunya turut andil juga dalam

2
hal menyumbang devisa negara. Salah satu lokasi industrialisasi sentra budidaya

perikanan yang prospek di Kabupaten Bangkalan adalah Kecamatan Kwanyar.

Tabel 2. Jumlah Petani, Luas Lahan, dan Produksi Perikanan Tangkap


Kabupaten Bangkalan Tahun 2016
Petani Lahan Produksi
No. Kecamatan
(Orang) (Ha) (Ton)

1. Kamal 117,00 205,08 622,10


2. Labang 473,00 0,01 1.217,80
3. Kwanyar 1.437,00 27,14 3.537,70
4. Modung 1,00 9,70 193,90
5. Blega 2,00 894,02 721,20
6. Konang - 0,01 -
7. Galis - 0,03 6,80
8. Tanah Merah - 0,15 -
9. Tragah - - -
10. Socah 758,00 230,55 2.465,40
11. Bangkalan 752,00 204,27 3.745,80
12. Burneh 1,00 0,06 86,20
13. Arosbaya 550,00 31,04 3.233,20
14. Geger - 0,02 5,40
15. Kokop - 0,01 -
16. Tanjung Bumi 619,00 34,00 5.682,90
17. Sepulu 265,00 41,00 2.986,30
18. Klampis 951,00 16,04 4.210,90
Jumlah 5.926,00 1.693,13 28.715,60
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangkalan, 2017

Dari data Tabel 2. dapat diketahui jika Kecamatan Kwanyar merupakan

Kecamatan penghasil produksi perikanan terbesar keempat setelah Tanjung

Bumi, Klampis, dan Bangkalan. Sementara dilihat dari populasi petambak,

jumlahnya lebih banyak dengan kapasitas luas lahan kecil. Maka dari itu perlu

dikembangkan lagi sumber daya yang ada sehingga nantinya dengan adanya

Sumber Daya Manusia yang ada dapat memanfaatkan lahan yang ada dengan

sebaik-baiknya sehingga mampu menghasilkan jumlah produksi perikanan yang

jauh lebih besar dari sebelumnya di masa yang akan datang.

Kwanyar sebagai salah satu Kecamatan penghasil produksi perikanan

terbesar keempat yang memulai usaha budidaya Udang Vannamei. Salah satu

kelompok yang melakukan budidaya Udang Vannamei di Kecamatan Kwanyar

adalah Kelompok Pembudidaya Udang Bina Usaha yang diketuai oleh Moch.

Muchlis. Eksistensi Kelompok Pembudidaya Udang Bina Usaha ini sampai saat

3
ini masih berjalan dengan membudidayakan Udang Vannamei berbasis

kelompok-kelompok pembudidaya skala kecil dengan ukuran tambak yang kecil

pula. Ukuran tambak mini diketahui berukuran senilai mulai dari 200-300 m2

hingga kurang lebih 1.000 m2. Sementara budidaya udang di kolam terpal

berukuran sekitar 300 m2 dimana bisa menghasilkan sekitar 1 ton per siklus.

Tabel 3. Produksi, Harga, dan Nilai Produksi Budidaya Tambak Menurut Jenis
Ikan Kabupaten Bangkalan Tahun 2015 – 2016
Produksi (kg) Harga/kg (Rp) Nilai Produksi (Rp)
No. Jenis Ikan
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1. Bandeng 131.260 141.361 13.000 13.000 1.706.380.000 1.837.693.000
2. Belanak 40.730 43.871 15.000 15.000 610.950.000 658.065.000
3. Kakap 31.680 34.122 40.000 40.000 1.267.200.000 1.364.880.000
4. Mujair 76.940 82.867 10.000 10.000 769.400.000 828.870.000
5. Udang Windu 13.500 14.624 80.000 80.000 1.080.000.000 1.169.920.000
6. Udang Putih 58.840 63.369 50.000 50.000 2.942.000.000 3.168.450.000
7. Udang Api-Api 9.050 9.749 30.000 30.000 271.500.000 292.470.000
8. Udang 35.000 123.000 75.000 75.000 2.625.000.000 9.225.000.000
Vannamei
9. Kepiting 250 250 70.000 70.000 17.500.000 17.500
Jumlah 397.250 513.213 11.289.930.000 18.562.648.000
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan, 2017

Dari data Tabel 3. dapat diketahui jika produksi Udang Vannamei dari

tahun 2015 hingga tahun 2016 di Kabupaten Bangkalan mengalami kenaikan

yang signifikan. Sehingga menyebabkan nilai produksi melonjak lebih besar.

Melihat peluang pasar yang masih terbuka lebar, maka Kelompok Pembudidaya

Udang Bina Usaha mengupayakan untuk meningkatkan jumlah produksi udang

dengan meningkatkan teknologi intensifikasi dengan modal investasi usaha yang

relatif besar, sehingga perlu diketahui apakah usaha budidaya Udang Vannamei

pada Kelompok Pembudidaya Udang Bina Usaha layak untuk dikembangkan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka

rumusan masalah penelitian adalah apakah usaha Udang Vannamei pada

Kelompok Pembudidaya Udang Bina Usaha layak dikembangkan di daerah

penelitian ditinjau dari aspek finansial jangka pendek (modal, biaya, penerimaan,

4
RC Ratio, keuntungan, Break Event Point (BEP), Rentabilitas) dan analisa jangka

panjang (Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit

Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Period (PP) serta Aspek Non Finansial

(Aspek Teknis, Aspek Manajemen, dan Aspek Pemasaran)?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Mendeskripsikan Aspek Non Finansial (Aspek Teknis, Aspek

Manajemen Dan Aspek Pemasaran) usaha udang Vannamei pada

Kelompok Pembudidaya Udang Bina Usaha di daerah penelitian.

2. Menganalisis kelayakan Finansial usaha udang Vannamei pada

Kelompok Pembudidaya Udang Bina Usaha di daerah penelitian

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Kelompok Pembudidaya Udang Bina

Usaha dalam memperluas budidaya tambak Udang Vannamei;

2. Sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Bangkalan dalam

membuat kebijakan untuk mengembangkan budidaya tambak Udang

Vannamei;

3. Sebagai informasi dan bahan rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan

dengan masalah yang terkait.

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian dilaksanakan di kecamatan Kwanyar, kabupaten

Bangkalan

2. Waktu pelaksanaan penelitian tanggal 5 maret – 2 april 2018

5
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udang Vannamei

Menurut Nababan dkk. (2015) Udang vannamei (Litopenaeus vannamei)

berasal dari Pantai Barat Pasifik Amerika Latin, mulai dari Peru di Selatan hingg

Utara Meksiko. Udang vannamei mulai masuk ke Indonesia dan dirilis secara

resmi pada tahun 2001. Udang vannamei merupakan salah satu udang yang

mempunyai nilai ekonomis dan merupakan jenis udang alternatif yang dapat

dibudidayakan di Indonesia, disamping udang windu (Panaeus monodon) dan

udang putih (Panaeus merguensis). Udang vannamei tergolong mudah untuk

dibudidayakan. Hal itu pula yang membuat para petambak udang di tanah air

beberapa tahun terakhir banyak yang mengusahakannya.

Udang vannamei memiliki keunggulan yang tepat untuk kegiatan

budidaya udang dalam tambak antara lain : responsive terhadap pakan/nafsu

makan yang tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan kualitas

lingkungan yang buruk pertumbuhan lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup

tinggi, padat tebar cukup tinggi dan waktu pemeliharaan yang relative singkat

yakni sekitar 90-100 hari per siklus (Amirna dkk., 2013).

Menurut Wybanet dkk. (2000), klasifikasi udang vannamei sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Anthropoda

Kelas : Crustacea

Ordo : Decapoda

Famili : Penaidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

6
( Gambar 1. Anatomi Udang Vannamei)

Bagian tubuh udang vannamei terdiri dari kepala yang bergabung dengan

dada (cephalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vannamei terdiri dari

antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae yang dilengkapi dengan

lima pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari dua pasang maxillae dan tiga

pasang maxiliped. Bagian abdomen terdiri dari enam ruas dan terdapat enam

pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang

membentuk kipas bersama-sama telson.

Sifat biologis udang vannamei yaitu aktif pada kondisi gelap (nocturnal)

dan dapat hidup pada kisaran salinitas yang luas (euryhaline) yaitu 2-40 ppt.

Udang vannamei akan mati jika terpapar suhu dibawah 15 0C atau diatas 330C

selama 24 jam (Wyban dkk., 1991).

Avault (1996) menjelaskan jika udang vannamei bersifat kaibal dimana

mencari makan lewat organ sensor dan tipe yang pemakan lambat, memiliki lima

stadia naupli, tiga stadia zoea, tiga stadia mysis sebelum menjadi post larva yang

merupakan siklus hidupnya. Stadia post larva berkembang menjadi juvenile dan

akhirnya menjadi dewasa. Post larva udang vannamei di perairan bebas aan

berimigrasi memasuki perairan estuaria untuk tumbuh dan kembali bermigrasi ke

perairan asalnya pada saat matang gonad.

7
2.2 Perikanan

Effendi (2004) menyatakan bahwa perikanan merupakan kegiatan

ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan, binatang air lainnya

atau tanaman air. Perikanan adalah suatu kegiatan mulai dari penangkapan,

budidaya sampai dengan pengolahan organisme akuatik yang mencakup ikan

(finfish), udang (Crustasea), hewan bercangkang (molusca), ekinodermata dan

alga yang memiliki nilai ekonomis.

Budidaya perikanan merupakan kegiatan memelihara ikan, binatang air

aau tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan. Kegiatan budidaya

perikanan terdiri dari atas kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran

yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, kegiatan budidaya

merupakan suatu mata rantai antara kegiatan pembenihan, pendederan dan

pembesaran (Susanto, 2002).

2.3 Analisis Kelayakan Usaha

Kelayakan Usaha merupakan suatu bahan yang digunakan sebagai

pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan apakah menerima atau

menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan (Ibrahim, 2003).

Sementara menurut Umar (2005) studi kelayakan usaha/bisnis merupakan

penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau

tidaknya suatu usaha dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam

rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak

ditentukan.

Jakfar (2006) menyatakan tujuan dari perlu adanya studi kelayakan usaha

sebelum usaha itu sendiri dilakukan ada empat yaitu :

a. Menghindari Resiko Kerugian

b. Memudahkan Perencanaan

8
c. Mempermudah Pelaksanaan Pekerjaan

d. Memudahkan Pengawasan

Menurut (Husnan dan Muhammad, 2000), dalam melakukan studi

kelayakan ada tahap-tahap penting yang perlu diperhatikan antara lain adalah:

1) Identifikasi merupakan tahap dimana pelaku bisnis atau investor melihat

adanya kesempatan investasi yang mungkin menguntungkan. Tahap ini

dapat memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.

2) Perumusan merupakan tahap untuk menterjemahkan kesempatan investasi

ke dalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor penting

dijelaskan secara garis besar.

3) Penilaian dilakukan untuk menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik,

keuangan dan perekonomian.

4) Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang

akan dicapai.

5) Implementasi adalah tahap penyelesaian proyek dengan tetap berpegang

pada anggaran.

2.3.1 Aspek Teknis

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), aspek teknis dikatakan juga sebagai

aspek produksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis adalah

masalah dalam penentuan produksi, tata letak (lay out), peralatan usaha dan

produksinya termasuk pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek

operasional sangat tergantung dari jenis usaha yang dijalankan karena setiap

jenis usaha memiliki prioritas sendiri. Ibrahim (1998) menyatakan aspek teknis

produksi merupakan aspek yang berhubungan dengan pembangunan dari

proyek yang direncanakan, baik dilihat dari faktor lokasi, luas produksi,

9
penggunaan teknologi (mesin/peralatan, maupun keadaan lingkungan yang

berhubungan dengan faktor produksi).

Faktor produksi terdiri dari Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia,

serta Sumber Daya Buatan. Fauzi (2006) menyatakan sumber daya alam adalah

suatu sumber daya hayati maupun non hayati yang dimanfaatkan oleh manusia

maupun makhluk hidup lainnya untuk bertahan hidup. Fungsi dari sumber daya

alam adalah sebagai sumber pangan, bahan baku dan sumber energy. Sumber

daya alam merupakan faktor produksi dari alam yang digunakan untuk

memproduksi barang/jasa untuk kegiatan ekonomi. Sumber Daya Manusia

merupaka bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan untuk

mengelola unsur manusia secara baik agar diperoleh suatu tenaga kerja yang

berkualitas (Umar, 2003). Sementara sumber daya buatan menurut Arifin (2007)

merupakan sumber daya dari hasil ciptaan manusia yang digunakan untuk

mempermudah terlaksananya suatu kegiatan manusia sendiri. Bentuk dari

sumber daya buatan atau modal dapat berbentuk uang maupun bentuk fisik

seperti gedung, peralatan, mesin dan bahan mentah.

Adapun teknis budidaya udang vannamei menurut Kasmir dan Jakfar

(2002) terdiri dari persiapan tambak, perbaikan kontruksi tambak, pengapuran

dan pemupukan tambak, pengeringan tambak, pemberantasan hama, pengisian

air, penebaran benur, pemeliharaan dan pemanenan.

1. Persiapan tambak/lahan, merupakan awal dari kegiatan budidaya udang

vannamei tujuannya agar produksi atau budidaya berjalan dengan baik.

Persiapan lahan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu perbaikan kontruksi

tambak, pengeringan tambak, pengapuran, dan pemupukan, pemberantasan

hama, pengisian air, penebaran benur, pemeliharaan, hingga panen

(Mubyanto, 2012).

10
2. Perbaikan kontruksi tambak, menurut Edhy (2000), kondisi pematang harus

kuat dan tidak boleh terdapat kebocoran, perbaikan pintu air serta kemiringan

dasar tambak diarahkan ke pintu pengeluaran gunanya untuk memudahkan

penyimpanan sisa pakan dan kotoran keluar tambak. Dasar tambak juga

dapat didesain model konikal (bagian tengah lebih rendah dari pada bagian

pinggir) untuk mempermudah pembuangan tambak melalui pipa di tengah

tambak.

3. Pengapuran dan pemupukan tambak, Ichal (2011) menyatakan pengapuran

bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit

penyakit, sedangkan pemupukan bertujuan untuk memasok unsur hara yang

sangat diperlukan seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk pertumbuhan

fitoplankton yang terkait dengan produksi oksigen dengan pakan alami.

4. Pengeringan tambak, pengeringan adalah pengeluaran air dari tambak

hingga kandungan air dalam tambak mencapai 20-50%. Pengeringan

dilakukan selama 10 hari hingga tanah terlihat retak-retak tergantung pada

musim. Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup pathogen dengan

cara menghambat system transmisisnya, menguapkan gas-gas beracun, dan

membantu mikroba melakukan penguraian bahan organic (Iskandar, 2004).

5. Pemberantasan hama, menurut Haliman (2006) hama merupakan salah satu

faktor yang dapat menganggu bahkan dapat mengancam kehidupan udang

vanamei. Untuk itu, hama harus diantisipasi sedini mungkin agar tingginya

mortalitas udang vannamei yang disebabkan oleh hama dapat dilakukan

dengan cara tertentu tergantung pada jenis hama-hama yang menjadi

sasaran.

6. Pengisian air, dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah

rampung dan air dimasukkan ke dalam tambak secara bertahap. Ketinggian

air tersebut dibiarkan dalam tambak selama 2-3 minggu sampai kondisi air

11
betul-betul siap ditebari benih udang. Tinggi air di petak pembesaran

diupayakan kurang dari 1 meter (Mubyarto, 2012).

7. Penebaran benur, dilakukan setelah plankton tumbuh baik (7-10 hari)

sesudah pemupukan. Kriteria benur udang vannamei yang baik adalah

mencapai PL 10 atau organ insangnya telah sempurna, seragam atau rata,

tubuh benih dan usus terlihat jelas, berenang melawan arus. Sebelum benur

ditebar, dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu terhadap suhu dengan cara

mengapungkan kantong yang berisi benur ditambak dan menyiram dengan

perlahan-lahan. Sedangkan aklimatisasi terhadap salinitas dilakukan dengan

membuka kantong dan diberi sedikit demi sedikit air tambak selama 15-20

menit. Selanjutnya kantong benur dimiringkan dan perlahan-lahan benur

vannamei akan keluar dengan sendirinya. Penebaran benur dilakukan pada

siang hari (Risaldi, 2011).

8. Pemeliharaan dan pemanenan, pada awal budidaya sebaiknya di daerah

penebar benur disekat dengan hapa untuk memudahkan pemberian pakan.

Sekat dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1

minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang diperhatikan kualitas

air harus selalu stabil. Penambahan/pergantian air dilakukan dengan berhati-

hati karena udang masih rentan terhadap perubahan air yang drastic mulai

umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui perkembangan udang

melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari

sudah mencapai size (jumlah udang/kg) 250-300 (Henditama, 2012). Mulai

umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air

dan control terhadap kondisi udang. Sementara itu, pemanenan udang

vannamei dapat dipanen setelah memasuki ukuran pasar (100-30 ind/kg).

Panen total dilakukan dengan menggunakan jarring kantong yang dipasang

pada pintu air, kemudian dilakukan dengan jarring tarik (jarring arad). Udang

12
yang masih tersisa dapat diambil menggunakan tangan. Pengeringan air

untuk panen total dilakukan dengan cepat untuk menghindari udang molting.

Waktu pemanenan maksimal 3 jam, lebih dari itu udang akan stress.

2.3.2 Aspek Manajemen

Aspek manajemen merupakan faktor yang penting untuk kegiatan usaha,

pada aspek inilah ide pengembangan usaha akan menjadi kenyataan di bawah

kepemimpinan team manajemen (Johan, 2011). Proses pemanfaatan sumber

daya yang dimiliki organisasi atau perusahaan tidak akan optimal apabila fungsi-

fungsi manajemen tidak diterapkan secara konsisten, pada setiap kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian harus

dijalankan secara berkesinambungan (Subagyo, 2007). Adapun fungsi-fungsi

dalam aspek manajemen adalah sebagai berikut :

Perencanaan (planning) merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan

sebelum pertanyaan itu benar-benar timbul, mengantisipasi sebanyak mungkin

keputusan dengan maramalkan masalah-masalah yang mungkin timbul dan

menerapkan aturan-aturan untuk memecahkannya (Mcmahon et all, 1999).

Kasmir dan Jakfar (2003) menyatakan jika perencanaan merupakan fungsi

terpenting diantara fungsi-fungsi manajemen yang ada. Perencanaan juga

menentukan apa yang harus dicapai, siapa yang bertanggung jawab dan

mengapa hal itu harus dicapai. Perencanaan sangat diperlukan untuk mengikuti

perkembangan di masa yang akan datang. Tanpa adanya suatu perencanaan

yang matang maka suatu usaha tidak akan berjalan lancer. Perencanaan

merupakan penentuan terlebih dahulu serangkaian tindakan untuk mencapai

hasil yang diinginkan.

13
Fungsi selanjutnya adalah pengorganisasian. Johan (2011) menyatakan

organizing menyangkut pengorganisasian sumberdaya yang terarah sehingga

tercipta sebuah organisasi yang harmonis guna mencapai tujuan yang

diinginkan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), tujuan dari pengorganisasian

supaya tertata dengan jelas antara tugas, wewenang dan tanggung jawab serta

hubungan dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masing-masing. Setelah

tujuan serta rencana tersusun, maka perlu dirancang dan dikembangkan suatu

organisasi yang akan dapat melaksanakan berbagai program tersebut secara

sukses.

Fungsi terakhir dari aspek manajemen adalah pergerakan (actuating).

Dalam sebuah organisasi para leader harus menggerakkan bawahan serta

karyawan untuk mengerjakan pekerjaan yang telah ditentukan dengan cara

memimpin, memberikan perintah, memberi petunjuk dan motivasi (Primyastanto

dan Istikharoh, 2006). Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan

pemimpin seperti komunikasi, motivasi, dan disiplin.

2.3.3 Aspek Pemasaran

Cannon (2008) menyatakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk

mencapai suatu sasaran dalam perusahaan yang dilakukan dengan cara

mengantisipasi apa yang dibutuhkan konsumen serta mengalirkan barang/jasa

dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen merupakan pengertian dari

pemasaran. Aspek pemasaran dalam penelitian ini meliputi :

a. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan sekumpulan tindakan pemasaran yang

terintegrasi dalam rangka memberikan nilai kepada konsumen dan menciptakan

14
keunggulan bersaing dalam perusahaan. Stragtegi yang dimiliki perusahaan

harus bersifat distinctive artinya unik dan tidak mudah ditiru oleh pesaing dan

didukung oleh potensi yang dimiliki oleh perusahaan secara optimal (Rangkuti,

2006).

Dalam Kasmir dan Jakfar (2003) menyatakan agar investasi atau bisnis

yang akan dijalankan dapat berjalan dengan baik, maka sebelumnya perlu

melakukan strategi bersaing secara tepat. Adapun unsur persaingan tersebut

adalah menentukan segmentasi pasar (segmentation), menetapkan pasar

sasaran (targeting), dan menentukan posisi pasar (positioning).

Rangkuti (2006) menyatakan segmentasi pasar merupakan tindakan

mengidentifikasi kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Segmentasi

konsumen ini memiliki karakteristik dan kebutuhan produk tersendiri. Segmentasi

adalah metode untuk melihat pasar dengan kreatif dan disebut sebagi strategi

pemetaan, setelah pasar dipetakan, maka dibagi menjadi kelompok pelanggan

potensial dengan cirri-ciri perilaku yang serupa.

Menurut Soegito (2009) penetapan pasar sasaran adalah kegiatan yang

berisi memilih suatu pasar tertentu untuk dimasuki perusahaan. Yang dimaksud

dengan memilih pelanggan secara spesifik, golongan atau segmen-segmen yang

diinginkan perusahaan untuk memasarkan produknya. Targeting merupakan

pemilihan segmen dan dengan targeting ini berarti upaya menempatkan

sumberdaya perusahaan secara berdaya guna oleh sebab itu targeting juga

disebut strategi ketepatan.

Unsur persaingan yang terakhir adalah posisi produk dimana penentuan

tempat produk adalah menentukan tempat dimana produk ini dipasarkan agar

berbeda dan memiliki nilai lebih secara relative dibandingkan produk pesaing di

dalam benak konsumen. Penentuan tempat produk diperlukan untuk

memperkuat penerimaan produk pada segmen yang dipilihnya. Perusahaan

15
harus memastikan keberadaan diingatkan pelanggan dalam pasar sasaran.

Karena itu strategi ini disebut strategi keberadaan.

b. Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah proses dalam pemasaran yang berkaitan

dengan melalui pemasar siapa saja barang tersebut dari produsen hingga ke

tangan konsumen. Panjang pendeknya suatu saluran pemasaran tergantung dari

berapa pemasar yang berperan dalam pemasaran tersebut.

Dengan distribusi yang baik diharapkan konsumen akan lebih mudah

memperoleh produk. Untuk mendukung kegiatan distribusi produk maka

diperlukan suatu saluran distribusi agar pendistribusian produk dapat terjadi

secara cepat dan tepat (Primyastanto, 2006).

2.3.4 Aspek Finansial

2.3.4.1 Analisa Jangka Pendek

Terdapat banyak metode yang digunakan dalam analisis kelayakan

usaha, dimana masing-masing metode memiliki fungsi dan kegunaan yang

berbeda-beda. Berikut beberapa analisis kelayakan usaha yang umumnya

digunakan dalam sebuah usaha :

1. Analisis Biaya dan Pendapatan

Analisis biaya dan pendapatan digunakan untuk mengetahui biaya-biaya

apa saja yang dibutuhkan dalam produksi. Selain itu juga untuk megetahui besar

pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut. Rumus perhitungan biaya

produksi yaitu sebagai berikut :

a. Biaya Produksi (Modal)

16
Modal adalah nilai, daya beli, atau kekuasaan memakai atau

menggunakan barang–barang modal. Modal dibagi menjadi dua antara lain

modal lancar dan modal tetap.

Menurut Riyanto (2009), modal merupakan baik yang berupa barang-

barang konkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat

di neraca sebelah debit maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-

barang itu yang tercatat di sebelah kredit. Modal yang menunjukkan bentuknya

disebut dengan modal aktif, sedangkan modal yang menunjukkan sumbernya

atau asalnya disebut modal pasif.

Biaya Produksi dapat dirumuskan dengan :

Keterangan : TC = Total Cost (biaya total)

TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total)

TVC = Total Variable Cost (biaya tidak tetap total)

Biaya total (TC) diperoleh dari biaya tetap (TFC) ditambah biaya variabel

(TVC) atau biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang mempunyai nilai

yang stabil (tetap) tanpa dipengaruhi jumlah unit yang diproduksi, misalnya biaya

sewa gedung dan biaya peralatan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya

yang nilainya tergantung pada banyak tidaknya jumlah barang yang diproduksi

misalnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku (Ibrahim, 2003)

b. Penerimaan (total revenue)

Penerimaan atau total revenue (TR) diperoleh dari perhitungan jumlah

produksi (Q) dan Harga jual per unit (P). Rumus perhitungannya sebagai berikut :

17
Keterangan : TR = Total Revenue (penerimaan total)

P = Price per unit ( harga jual per unit)

Q = Quantity (jumlah produksi)

c. Revenue Cost Ratio (R/C)

Analisis R/C merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relative

suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan

tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila R/C lebih dari 1 (R/C>1). Hal ini

menggambarkan semakin tinggi nilai R/C maka tingkat keuntungan suatu usaha

akan semakin tinggi (Effendi dan Oktariza, 2006 dalam Rahayu, 2010).

Rumus R/C ratio adalah sebagai berikut:

Keterangan : TR = Total revenue (total penerimaan)

TC = Total cost (biaya total)

d. Keuntungan

Keuntungan atau pendapatan diperoleh dari total penerimaan yang

dikurangi biaya total. Adapun rumus perhitungannya adalah berikut :

Keterangan : ᴫ = Pendapatan bersih atau keuntungan

TR = Total Revenue (penerimaan total)

TC = Total cost (biaya total)

18
2. Break Event Point (BEP)

Break Even Point merupakan suatu keadaan dimana perusahaan berada

dalam titik impas, dalam artian perusahaan tidak untung dan juga tidak rugi.

BreakEven Point digunakan untuk mengetahuihubungan antara beberapa

variabel di dalam kegiatan perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mencari

total harga agar mencapai titik impas adalah :

3. Rentabilitas

Rasio rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Semakin besar

tingkat keuntungan yang dihasilkan menunjukkan semakin baik pihak

manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut pendapat Munawir (2000),

pengertian rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilan laba

selama periode tertentu.

Rasio rentabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator diantaranya :

1) Net Profit Margin, merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.

2) Return on Asset, kerap disebut rentabilitas ekonomis yaitu merupakan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva

yang dimiliki oleh perusahaan.

3) Return on Equity, sering disebut dengan rentabilitas modal sendiri yanitu

merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

19
2.3.4.2 Analisa Jangka Panjang

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah menghitung antara nilai sekarang investasi

dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun

terminal cash flow) di masa yang akan dating. Untuk menghitung nilai sekarang

tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat suku bunga yang dianggap

relevan. Apabila nilai sekaranh penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang

akan dating lebih besar daripada nilai sekarang investasi, maka proyek ini

dikatakan menguntungkan sehingga diterima. Sedangkan apabila lebih kecil

(NPV negative), proyek ditolak karena tidak menguntungkan (Husnan dan

Suwarsono, 1999).

Menurut Riyanto (2006), dalam metode ini pertama yang dihitung adalah

nilai sekarang (present value) dari Proceeds yang diharapkan atas dasar discout

rate tertentu. Kemudian jumlah present value dari keseluruhan proceeds selama

usianya dikurangi dengan present value dari jumlah investasinya (initial

investment). Selisih antara present value dari keseluruhan proceeds dengan

present value dari pengeluaran modal (capital outlays atau initial investment)

dinamakan nilai sekarang neto (net present value /NPV). Apabila jumlah present

value dari keseluruhan proceeds yang diharapkan lebih besar daripada present

value dari ivestasinya maka usul investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya

jika jumlah present value dari keseluruhan proceeds lebih kecil daripada present

value investasinya artinya NPV negative maka usul investasi tersebut harusnya

ditolak.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah metode menghitung

perbandingan antara nilai sekarang dengan penerimaan-penerimaan kas bersih

di masa datang dengan nilai sekarang investasi (Husnan dan SUwarsono, 1999).

20
Menurut Kadariah (2001) analisis Net B/C Ratio dimaksudkan untuk

mengetahui perbandingan antara penerimaan kotor dengan total biaya yang

digunakan. Cara ini digunakan dikarenakan dengan menghitunf B/C ratio aka

diketahui dengan cepat berapa besar manfaat dari usaha tersebut. Apabila

nilainya lebih besar dari satu makan manfaat dari usaha tersebut lebih besar dari

biaya-biaya yang diperlukan.

3. Payback Period (PP)

Pay Back Period (PBP) merupakan jangka waktu tertentu yang

menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama

dengan jumlah investasi dalam bentuk present value (Ibrahim, 2003).Pay Back

Period digunakan untuk mengetahui lama tidaknya pengembalian suatu

investasi, sehingga dengan demikian maka dapat diketahui waktu yang

diperlukan untuk mengembalikan investasi. Adapun rumus perhitungannya

adalah sebagai berikut :

4. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Riyanto (2009), Internal Rate of Return dapat didefinisikan

sebagai tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari

proceeds yang diharapkan akan diterima (pv of future proceeds) sama dengan

jumlah nilai sekarang dan pengeluaran modal (pv of capital outlays).

Pada dasarnya IRR merupakan metode yang digunakan untuk mencari

tingkat bunga yang dipakai untuk mendiskonto aliran kas bersih yang akan

diterima dimasa yang akan dating, sehingga menunjukkan perbandingan antara

laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata

lain apabila nilai rentabilitas sama dengan bunga bank pada saat itu maka lebih

21
baik modal yang digunakan untuk usaha ditabung di bank karena pendapatan

yang didapatkan oleh seorang pengusaha dari menabung di bank sama dengan

pendapatan usaha tersebut.

2.4 Penelitian Terdahulu

Peluang pengembangan budidaya polikultur di Kecamatan Pasekan,

Kabupaten Indramayu cukup besar terutama dilihat dari faktor pendukung berupa

aspek teknis, keinginan masyarakat yang cukup besar, aspek finansial dan aspek

pasar dan dapat meminimalisir faktor penghambat usaha tersebut. Usaha

budidaya polikultur udang windu dengan bandeng di Kecamatan Pasekan,

Kabupaten Indramayu memberikan keuntungan dalam satu tahun sebesar Rp

85.896.900,- dengan perhitungan R/C ratio > 1 yang menandakan bahwa usaha

budidaya udang dan bandeng di Kecamatan Pasekan layak untuk diusahakan.

Perhitungan analisis sensitifitas pada usaha udang windu dengan bandeng untuk

umur proyek 10 tahun diperole NPV sebesar Rp 93.664.893,- Net B/C sebesar

2,70 dan nilai IRR sebesar 33% yang menunjukkan bahwa usaha budidaya

polikultur udang windu dengan bandeng layak untuk diusahakan selama umur

proyek (Triyanti, 2015).

Afan, Nur dkk. (2015) menghasilkan penelitian usaha budidaya udang

vannamei dinyatakan layak dengan nilai NPV sebesar Rp 212.016.952,- dan AE

sebesar Rp 170.084.423,- yang semakin didukung dengan hasil perhitungan

metode payback period payback period yang menyatakan bahwa periode

pengembalian modal akan terjadi di tahun kedua juga nilai IRR lebih besar

dibandingkan MARR yaitu 42% dibanding 20%.

Usaha budidaya tambak uang windu dan dikatakan layak dilaksanakan

untuk masa yang akan dating jika hasil perhitungan kelayakan investasi pada

22
tambak polikultur udang windu dan bandeng di Desa Simpang Tiga Abadi

menunjukkan bahwa nilai NPV > 0, Net B/C > 1 dan IRR >discount rate (Haryono

dkk., 2013).

Kusumawardany (2010) mengkaji analisis kelayakan usaha udang

vannamei di Cantigi Indramayu menggunakan dua skenario yaitu perluasan

lahan tanpa ada perbaikan teknis dan perluasan lahan yang disertai dengan

perbaikan teknis. Hasilnya diketahui jika skenario pertama yaitu perbaikan lahan

tanpa ada perbaikan teknis lebih sensitif dibandingkan skenario kedua dimana

nilai NPV sebesar Rp 7.221.427.150,00 dan Rp 29.867.006.067,00, net B/C

sebesar 2,62 dan 7,7 da IRR sebesar 47,84 % dan 146,55%.

Produksi yang tinggi merupakan tujuan dari budidaya udang vannamei

secara intensif untuk memenuhi kebutuhan pasar dan salah satu upaya untuk

meningkatkan produksi dengan cara padat tebar tinggi. Purnamasari dkk. (2017)

menganalisa pertambahan bobot dan kelangsungan hidup udang vannamei

dimana memiliki hasil pemeliharaan yang lebih baik dengan nilai padat tebar 170

dan 175 ekor/m2. Dengan adanya penelitian ini aka kelangsungan hidup udang

vannamei akan tumbuh menjadi baik sehingga memenuhi permintaan pasar

yang semakin meningkat.

2.5 Kerangka Berfikir

Sebagai salah satu penghasil produksi perikanan terbesar di Kabupaten

Bangkalan, di Kecamatan Kwanyar mayoritas sebagian masyarakatnya

bergantung pada budidaya udang vannamei, tak terkecuali Kelompok

Pembudidaya Udang Bina Usaha. Jumlah produksi udang vannamei setiap

tahunnya mengalami peningkatan seiring permintaan pasar yang besar pula.

Kelompok Pembudidaya Udang Bina Usaha membudidayakan udang vannamei

dengan lahan sempit dengan biaya usaha yang cukup besar. Oleh karena itu

23
perlu diadakannya penelitian mengenai kelayakan usaha apakah budidaya

udang vannamei layak atau tidak untuk dijalankan dengan menggunakan analisis

kelayakan usaha. Secara skematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan dalam bagan di bawah ini :


Kelompok Pembudidaya Udang Bina Usaha
Sebagian Bergantung Pada Perikanan
Budidaya Udang Vannamei

Lahan yang Digunakan Sempit, Biaya Usaha


yang Digunakan Relatif Besar

Studi Kelayakan Usaha

Aspek Finansial Aspek Non Finansial

Jangka Pendek Jangka Panjang

1. Analisis Modal, 1. Net Present 1. Aspek Teknis


Biaya dan Value (NPV) 2. Aspek Manajemen
Pendapatan 2. Net Benefit Cost 3. Aspek Pemasaran
2. Break Event Ratio (Net B/C
Point (BEP) Ratio)
3. Rentabilitas 3. Payback Period
(PB)
4. Internal Rate of
Return

Layak Tidak Layak

(Gambar 2. Kerangka Berpikir)

24
3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan skripsi ini dilakukan dengan cara partisipasi aktif, observasi,

dan wawancara. Adapun rincian dari jenis kegiatan yang dilakukan antara lain :

3.1.1 Partisipasi Aktif

Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif

dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap

sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan

memberikan sumbangan tenaga kerja, pikiran, atau dalam bentuk materiil

(Turindra, 2009).

Partisipasi yaitu proses yang dilakukan untuk mendapatkan informasi

dengan berperan aktif dalam proses yang berlangsung. Partisipasi yang

dilakukan dalam praktek kerja lapang adalah berupa keikutsertaan secara aktif

dalam kegiatan proses produksi hingga proses pemasaran. Hal ini dilakukan

dengan tujuan mengembangkan pemahaman menyeluruh dan mendalam

tentang kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari maupun proses interaksi

sosial yang berlangsung di dalamnya (Wuisman, 1991).

Dengan begini dapat diartikan, partisipasi aktif disini berarti ikut serta

langsung dalam kegiatan pembesaran Ikan Lele (Clarias sp).

25
3.1.2 Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan

data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara

sistematis serta dapat dikontrol reabilitas dan kesahannya.

Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses

biologis dan psikologis. Dalam menggunakan teknik observasi yang terpenting

ialah mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti (Wuisman, 1991).

Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting,

namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak

terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data

penting karena :

a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal

yang diteliti akan atau terjadi.

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada

penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati

masalah secara induktif.

c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian

sendiri kurang disadari.

d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang

karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka

dalam wawancara.

26
e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif

terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan

akanmenjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk

memahami fenomena yang diteliti.

3.1.3 Wawancara

Menurut Narbuko dan Achmadi (1997), wawancara adalah proses tanya

jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau

lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.

Dalam skripsi di kelompok budidaya bina usaha udang vannamei ini,

wawancara dilakukan dengan pihak terkait mengenai :

1. Pelaksanaan manajemen pemasaran udang vannamei yang meliputi

kegiatan bauran pemasaran 4P (Product, Price, Place, Promotion),

segmentasi pasar dan alur pemasarannya.

2. Aspek finansial usaha meliputi modal, biaya, dan besar penerimaan,

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam Kelompok Bina Usaha

Budidaya Udang Vannamei.

3.1.4 Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data secara langsung dengan

mengambil foto dari kegiatan–kegiatan di lapang. Peneliti PKL telah mengambil

gambar yang dapat memberikan penjelasan tentang kegiatan yang ada di lapang

27
meliputi kegiatan produksi, pengemasan, sarana dan prasarana yang ada di

kediaman bapak djoko meliputi yang produkdihasilkan dan lain sebagainya.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

3.2.1 Data Primer

Menurut Marzuki (2005), data primer adalah data yang diperoleh dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data ini diperoleh secara

langsung dengan melakukan pengamatan dan pecatatan dari hasil partisipasi

aktif, observasi, dan wawancara.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah informasi yang sudah tersedia yang mungkin

berguna untuk tujuan survey tertentu. Data ini mungkin tersedia dari dalam

(internal) atau dari luar (eksternal ) (Jamil dan winahjoe, 1992).

3.3 Metode Analisis Data

3.3.1 Aspek Teknis

Dalam penelitian ini kegiatan teknis produksi akan dianalisis secara

deskriptif kualitatif dengan cara memberikan gambaran umum tentang kegitan

teknis usaha pembesaran udang secara umum yang meliputi persiapan tambak

pembesaran, penebaran benur, pemeliharaan, pengelolaan perairan hingga

pemanenan pada Kelompok Bina Usaha, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten

Bangkalan.

28
3.3.2 Aspek Manajemen

Dalam penelitian ini aspek manajemen akan dianalisis secara deskriptif

kualitatif, yaitu dengan memberikan gambaran secara umum tentang manajemen

pada usaha pembesaran udang vannamei di tambak Kelompok Budidaya Bina

Usaha, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan. Dalam hal ini peneliti akan

menggambarkan bagaimana manajemen yang meliputi pengorganisasian,

pergerakan dan pengawasan yang dilakukan oleh pembudidaya pembesaran

udang vannamei di tambak Kelompok Bina Usaha, Kecamatan Kwanyar,

Kabupaten Bangkalan.

3.3.3 Aspek Pemasaran

Dalam penelitian ini aspek pemasaran akan dianalisis secara deskriptif

kualitatif yaitu dengan memberikan gambaran secara umum tentang kegiatan

pemasaran pada usaha pembesaran udang vannamei di Kelompok Bina Usaha,

Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan yang meliputi strategi pemasaran

dan saluran pemasaran.

3.3.4 Aspek Finansial

a. Jangka Pendek

1. Analisis Biaya dan Pendapatan

Analisis biaya dan pendapatan digunakan untuk mengetahui biaya-biaya

apa saja yang dibutuhkan dalam produksi. Selain itu juga untuk megetahui besar

pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut. Rumus perhitungan biaya

produksi yaitu sebagai berikut :

29
a. Biaya Produksi

Keterangan : TC = Total Cost (biaya total)

TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total)

TVC = Total Variable Cost (biaya tidak tetap total)

Biaya total (TC) diperoleh dari biaya tetap (TFC) ditambah biaya variabel

(TVC) atau biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang mempunyai nilai

yang stabil (tetap) tanpa dipengaruhi jumlah unit yang diproduksi, misalnya biaya

sewa gedung dan biaya peralatan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya

yang nilainya tergantung pada banyak tidaknya jumlah barang yang diproduksi

misalnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku (Ibrahim, 2003)

b. Penerimaan (total revenue)

Penerimaan atau total revenue (TR) diperoleh dari perhitungan jumlah

produksi (Q) dan Harga jual per unit (P). Rumus perhitungannya sebagai berikut :

Keterangan : TR = Total Revenue (penerimaan total)

P = Price per unit ( harga jual per unit)

Q = Quantity (jumlah produksi)

c. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Analisis R/C merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relative

suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan

tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila R/C lebih dari 1 (R/C>1). Hal ini

menggambarkan semakin tinggi nilai R/C maka tingkat keuntungan suatu usaha

akan semakin tinggi (Effendi dan Oktariza, 2006 dalam Rahayu, 2010).

30
Rumus R/C ratio adalah sebagai berikut:

Keterangan : TR = Total revenue (total penerimaan)

TC = Total cost (biaya total)

d. Keuntungan

Keuntungan atau pendapatan diperoleh dari total penerimaan yang

dikurangi biaya total. Adapun rumus perhitungannya adalah berikut :

Keterangan : ᴫ = Pendapatan bersih atau keuntungan

TR = Total Revenue (penerimaan total)

TC = Total cost (biaya total)

2. Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue

sama dengan total cost.

o BEP Volume Produksi :

o BEP Harga Produksi :

o BEP Penerimaan :

Kriteria uji : Titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing

variable lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP (Break Event Point)

(Sunarjono, 2000).

31
3. Rentabilitas

Menurut pendapat Munawir (2000), pengertian rentabilitas adalah

kemampuan perusahaan untuk menghasilan laba selama periode tertentu.

Secara umum rentabilitas dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan : R = Rentabilitas

L = Jumlah Laba yang diperoleh selama periode tertentu

M = Modal/Aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba

b. Jangka Panjang

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah niali kini dari keuntungan bersih yang akan

diperoleh pada masa mendatang dan merupakan selisih nilai kini dari benefit

dengan nilai kini dari biaya (Kadariah et al, 1978). Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut :

NPV =

Keterangan :

Bt : Manfaat dari usaha pada tahun ke-t

Ct : Biaya dari usaha pada tahun ke-t

i : Tingkat suku bunga (14% per tahun)

t : Umur proyek (10 tahun)

: Discount Factor (df)

Kriteria kelayakan dalam metode NPV adalah :

32
NPV > 0 maka usaha menguntungkan dan dapat dilakukan

NPV < 0 maka usaha merugikan karena keuntungan lebih kecil daripada biaya

dan tidak layak untuk diusahakan.

NPV = 0 maka usaha tidak menguntungkan tapi juga tidak rugi, jadi tergantung

penilaian subyektif pengambil keputusan.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan antara NPV dari total benefit bersih

terhadap total biaya bersih (Gray et al, 1993). Net B/C digunakan untuk ukuran

efisiensi dalam penggunaan modal. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Net B/C = ,

Keterangan :

Bt : Manfaat dari usaha pada tahun ke-t

Ct : Biaya dari usaha pada tahun ke-t

i : Tingkat suku bunga (14% per tahun)

t : Umur proyek (10 tahun)

: Discount Factor (df)

Kriteria kelayakan pada metode ini adalah :

Net B/C > 1 maka usaha yang dijalankan akan memperoleh keuntungan

dan dianggap layak.

Net B/C < 1 maka usaha yang dijalankan akan mengalami kerugian dan

usaha ini tidak layak untuk diusahakan.

33
3. Payback Period (PB)

Menurut Husnan dan Suwarsono (1999), Payback Period dapat

dirumuskan :

Metode Payback Period merupakan metode yang banyak digunakan oleh

banyak perusahaan karena sederhana dan mudah perhitungannya. Tetapi di lain

pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan prinsipil sebagai berikut :

a. Metode ini mengabaikan penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh

sesudah payback period tercapai, oleh karena itu criteria ini bukan alat

pengukur profitability, tetapi pengukur rapidly atau kecepatan kembalinya

dana.

b. Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang).

4. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah nilai

sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh ongkos proyek atau NPV sama

dengan nol (Gray et al, 1993). Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan

bunga yang berlaku menunjukkan bahwa usaha layak untuk dilaksanakan.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

IRR = i’ + [ (i”-i’)]

Dimana :

i’ : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i” : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negative

NPV’ : NPV pada tingkat suku bunga i’

NPV” : NPV pada tingkat suku bunga i”

34
Kriteria kelayakan pada metode IRR adalah :

IRR > i maka usaha layak untuk dijalankan

IRR < i maka usaha tidak layak untuk dijalankan

35
4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan

(2017) tertulis Kecamatan Kwanyar merupakan daerah dataran rendah

dengan ketinggian pada umumnya + 24 meter dari permukaan laut.

Selama kurun waktu 2015 hujan turun sepanjang tahun di Kecamatan

Kwanyar. Tercatat puncak musim hujan pada tahun 2015 terjadi pada

bulan April dengan rata-rata curah hujan mencapai 40,67 mm/hari.

Sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus-Oktober,

dimana tidak ada hari hujan pada bulan tersebut. Kecamatan Kwanyar

terletak di lintang 7º 8’ 33’’ dan 112º 52’ 35,8’’ bujur timur yang memiliki

luas wilayah 47,81 km2 atau 4.781,00 ha. Adapun batas-batas wilayah di

Kecamatan Kwanyar adalah sebagai berikut:

1. Bagian Utara : Kecamatan Tragah dan Kecamatan Tanah Merah.

2. Bagian Selatan : Selat Madura.

3. BagianTimur : Kecamatan Modung.

4. Bagian Barat : Kecamatan Labang.

Salah satu desa yang menjadi pusat sentralisasi pembudidayaan udang

vannamei adalah Desa Batah Barat dimana berada pada di sebelah timur pusat

kecamatan Kwanyar dengan jarak tempuh 5 km. Hal ini disebabkan karena luas

wilayah tanah Desa Batah Barat merupakan tanah agraris sehingga sebagian

masyarakatnya merupakan petani dan nelayan. Luas wilayah desa Batah Barat

secara keseluruhan adalah 114,3 ha, dengan dihuni oleh 2.775 penduduk

(Kecamatan Kwanyar, 2015). Adapun batas-batas dari Desa Batah Barat adalah

sebelah barat berbatasan dengan Desa Karang Anyar, sebelah Selatan

36
berbatasan dengan Selat Madura, sebelah timur berbatasan dengan Desa Batah

Timur, sebelah utara berbatasan dengan Desa Duwak Bunter.

4.2 Kondisi Demografis

4.2.1 Penduduk

Adapun jumlah penduduk yang terdapat pada Desa Batah Barat

selengkapnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten


Bangkalan Tahun 2016
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1. Perempuan 1.430 51,91
2. Laki-laki 1.325 48,09
Jumlah Penduduk 2.775 100,00
Sumber: Kantor Kecamatan Kwanyar, 2015

Pada Tabel 4. diatas diketahui jumlah penduduk perempuan di Desa

Batah Barat lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini

tidak menutup kemungkinan bahwa kaum perempuan juga ikut berperan dalam

usaha pembudidayaan udang vannamei. Adanya jumlah penduduk dapat

berpengaruh terhadap permintaan pasar akan udang vannamei dan

mempengaruhi jumlah pembudidaya dalam melakukan usaha pembudidayaan

udang vannamei.

4.2.2 Mata Pencaharian

Jumlah penduduk sebesar di Kecamatan Kwanyar 4.963 jiwa mayoritas

bekerja di sector perikanan sebanyak 2.482 orang. Sementara penduduk yang

bekerja di sector pertanian sebanyak 1.489 orang, sector industri sebanyak 149

orang, sector perdagangan sebanyak 496 orang, sector jasa sebanyak 248

orang, serta sector lain-lain diketahui sebanyak 99 orang.

37
Dari data di atas diketahui jumlah mata pencaharian penduduk di

Kecamatan Kwanyar terbesar yaitu bekerja di sector perikanan petani, termasuk

petambak udang. Hal ini dikarenakan kondisi Kecamatan Kwanyar yang terletak

di daerah pesisir.

4.3 Karakteristik Petambak

4.3.1 Umur

Umur merupakan faktor yang berpengaruh dalam pengelolaan usaha

tambak udang vannamei dimana produktivitas kinerja seseorang dapat terlihat.

Semakin tua usia seseorang, maka kemampuan dalam mengelola usahataninya

kurang produktif begitu juga sebaliknya. Karakteristik petambak berdasarkan

umur dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini :

Tabel 5. Jumlah Petambak Berdasarkan Umur pada Usaha Pembudidayaan


Udang di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten
Bangkalan Tahun 2016
Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
20 – 30 2 6,67
21 – 40 6 20,00
41 – 50 6 20,00
51 – 60 12 40,00
61 – 70 4 13,33
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Pada tabel di atas menunjukkan jika petambak di Desa Batah Barat rata-

rata berusia 51-60 tahun dengan persentase sebesar 40 %. Hal ini menunjukkan

bahwa petambak udang di Desa Batah Barat masih berada pada usia produktif

dalam mengelola usaha pembudidayaan udang dan meningkatkan produksi

udang vannamei di Desa Batah Barat. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-

Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, usia produktif berada

pada usia 25-55 tahun.

38
4.3.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan kerap dijadikan acuan untuk mengukur sejauh mana

kemampuan seseorang karena pendidikan berpengaruh terhadap pemikiran

serta wawasan yang dimiliki seseorang dalam menyerap pengetahuan yang baru

dan bermanfaat seiring dengan adanya teknologi yang semakin berkembang.

Tabel 6. menunjukkan tingkat pendidikan petambak yang tersebar di Desa Batah

Barat.

Tabel 6. Jumlah Petambak Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Batah Barat


Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan Tahun 2016
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tidak tamat SD 4 13,33
SD/ sederajat 13 43,33
SMP/ sederajat 6 20,00
SMA/ sederajat 5 16,67
Perguruan Tinggi 2 6,67
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengah

petambak di Desa Batah Barat selaku responden hanya mengenyam pendidikan

hingga tamat SD saja, yaitu sebesar 43,33%. Kondisi ini jelas berbanding terbalik

dengan anjuran pemerintah tentang pendidikan minimal 12 tahun atau minimal

lulus SMA. Hal ini berbuntut pada sulitnya petambak dalam menerapkan

teknologi yang ada dalam mengelola usaha pembudidayaan tambaknya. Selama

ini secara teknis petambak dalam mengelola usahanya melalui lamanya

pengalaman melakukan usaha pembudidayaan udang vannamei.

4.3.3 Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki oleh seorang petambak berhubungan dengan

banyaknya produksi yang dihasilkan. Semakin luas lahan yang dimiliki dan

digunakan, maka semakin banyak pula perolehan produksi yang akan dihasilkan.

39
Adapun sebaran luas lahan yang dimiliki petambak di Desa Batah Barat dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas Lahan Petambak di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar


Kabupaten Bangkalan Tahun 2016

Luas Lahan (ha) Jumlah Persentase (%)

< 0,5 2 6,67


0,5 - 0,9 18 60,00
1 - 1,9 7 23,33
2 - 2,9 3 10,00
>3 0 0,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Tabel 7 menunjukkan luas lahan yang digunakan dalam produksi udang

vannamei oleh petambak Kelompok Bina Usaha di Desa Batah Barat sebagian

besar berkisar antara 0,5 – 0,9 Ha atau sebesar 60%.

4.3.4 Jumlah Produksi

Jumlah produksi yang dihasilkan petambak sangat berkaitan dengan

penerimaan yang nantinya akan diterima. Pada Tabel 9. digambarkan jumlah

produksi udang vanamei di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten

Bangkalan.

Tabel 8. Jumlah Produksi Petambak di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar


Kabupaten Bangkalan Tahun 2017
Produksi (Ton) Jumlah (Ton) Persentase (%)
20 – 40 0 0,00
41 – 60 17 56,67
61 – 80 3 10,00
81 – 100 10 33,33
> 100 0 0,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Tabel 8. menjelaskan jumlah produksi udang vannamei yang dihasilkan di

Desa Batah Barat berkisar antara 41-60 ton/musim ditunjukkan adanya jumlah

40
petambak sebanyak 17 orang atau persentase sebesar 56, 67%. Hal tersebut

dikarenakan adanya luas lahan yang dimiliki rata-rata < 3 Ha sehingga produksi

udang vannamei minim.

4.4 Gambaran Umum Usaha Pembudidayaan Udang Vannamei

Usaha pembudidayaan udang vannamei di Desa Batah Barat Kecamatan

Kwanyar Kabupaten Bangkalan pada umumnya dilakukan 3 kali panen dalam

setahun. Kalender musim produksi udang vannamei dapat ditunjukkan dengan

Tabel 9.

Tabel 9. Kalender Musim Produksi Udang Vannamei Tahun 2017

Produksi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Sterilisasi

Sterilisasi

Sterilisasi
Produksi

Produksi

Produksi
Proses

Proses

Proses
Udang
Vannamei

Sumber : Data Petambak, 2018

Pada tabel 9. menunjukkan bahwa proses pengolahan udang vannamei

normalnya berlangsung dari bulan Februari 2017 hingga Januari 2018, dimana

bulan Februari dilakukan sterilisasi, persiapan kolam. Sementara pada bulan

Maret-Mei proses produksi udang vannamei mulai dilakukan. Sementara untuk

bulan sterilisasi petambak tetap melakukan transaksi jual-beli dari hasil produksi

dimana sebagian hasil produksi disimpan di gudang.

41
5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa Usaha Budidaya Udang Vannamei

Berdasarkan hasil analisis usaha budidaya Udang Vaname di Kelompok

Budidaya Bina Usaha, dapat diketahui gambaran atau keadaan usaha yang

sedang dijalankan. Adapun aspek yang dianalisa sebagai berikut.

5.1.1 Aspek Teknis

a. Sarana dan Prasarana

Sarana yang digunakan dalam proses produksi udang vannamei pada

Kelompok Bina Usaha 4 hektar dengan 7 petak kolam dengan luas kolam

masing-masing petak berbeda-beda. Untuk saat ini yang digunakan adalah 5

kolam untuk udang vannamei dan 2 kolam untuk penampungan air. Di lokasi

penelitian ini juga terdapat ruang sortir, ruang penyimpanan pakan, serta gubuk

yang didirikan untuk para petambak.

Tabel 10. Sarana Tambak Kelompok Bina Usaha Desa Batah Barat Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan

No. Alat Keterangan


1. Lahan Tambak Pada tambak Kelompok Bina
Usaha lahan yang digunakan
sebagai area tambak + 3 hektar
untuk luas masing-masing 4
petak ukuran 30x30m, 2 petak
berukuran 15x15m, serta 1 petak
berukuran 10x30m.

2 Gubuk Tempat Istirahat Petambak Kelompok Bina Usaha


menyediakan gubuk sebagai
tempat beristirahat para
petambak yang bekerja di
tambak tersebut.

42
No Alat Keterangan

3 Ember Ember berfungsi sebagai wadah


untuk memberi pakan udang di
setiap petak tambak.

4 Tempat Penyimpanan Pakan Di lokasi penelitian terdapat


ruang penyimpanan pakan
dikarenakan untuk meminimalisir
sesuatu hal di luar prediksi,
seperti pencurian misalnya, serta
menjaga kualitas pakan agar
terhindar dari parasit yang dapat
merusak kualitas pakan itu
sendiri.

5. Tangki Air Tangki air diperlukan untuk


menampung air yang akan
mengisi kolam pembesaran
udang vannamei.

Prasarana yang disediakan oleh tambak Kelompok Bina Usaha dalam

mempermudah proses produksi udang vannamei antara lain mesin diesel yang

disediakan jika terdapat kendala pemadaman listrik, sumber air bersih dimana

sebagai media berkembangnya udang vannamei.

43
Tabel 11. Prasarana Tambak Kelompok Bina Usaha Desa Batah Barat
Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan
No Alat Keterangan

1 Mesin Diesel Untuk mencegah udang stress


karena kincir yang mati.
Mesin diesel menjadi satu-
satunya jalan keluar ketika
listrik disekitar tambak mati.

2. Akses Jalan Untuk memperlancar proses


jual-beli dengan para supplier
sea food, Akses jalan menuju
lokasi tambak diupayakan
selalu mengalami perbaikan.

3. Lampu/ Penerangan Lampu/penerangan berguna


dalam hal penerangan di
malam hari, serta menjelang
panen lampu membantu
udang tidak mengalami tingkat
stress yang tinggi.

4 Handphone Untuk berkomunikasi dengan


supplier seafood dan juga
produsen benih udang
vannamei. Handphone
digunakan sebagai alat
penghubung.

b. Proses Produksi pada Tambak Kelompok Bina Usaha

1) Persiapan Kolam

Hal utama sebelum penyebaran benur adalah pengolahan tanah dasar

pada kolam yang akan digunakan. Pengolahan tanah dasar kolam meliputi

44
pencangkulan tanah dasar kolam dengan cara membalikkan tanah, serta

membentuk kemiringan permukaan tanah dasar kolam. Tujuan pengolahan

tanah ini agar tanah menjadi kedap air sehingga dapat dapat menahan air,

struktur tanah baik sehingga dapat memperlancar proses penguraian bahan

organik, dan tanah menjadi higienis karena terbebas dari gas-gas beracun.

Selanjutnya dilakukan penyemprotan untuk mengangkat bakteri ataupun

penyakit yang masih menempel pada permukaan tanah, juga untuk mengangkat

lumpur hitam pada permukaan yang bersifat racun. Pengerjaan penyemprotan

bisa berlangsung hingga seminggu.

Tahap selanjutnya adalah pengapuran yang bertujuan untuk menaikkan

alkanitas dan ph air. Apabila pH air rendah, maka dosis yang digunakan adalah

0,1 kg/m2 sehingga pH akan meningkat dan kondisi stabil. Pada umumnya kapur

yang digunakan adalah kapur dolomite /kaptan yang mengandung unsur

magnesium dengan dosis 20 ppm. Pengapuran disebar secara merata di seluruh

permukaan tanah dasar tambak kemudian dibiarkan selama + 2-3 hari untuk

dialiri air yang sudah diproses melalui penyaringan.

Langkah selanjutnya setelah pengapuran adalah penyediaan

pelindung/shelter yang diperlukan untuk tempat berlindung ketika udang

vannamei akan melakukan proses pergantian kulit.

2) Pengisian Air Kolam

Setelah persiapan kolam selesai, proses selanjutnya adalah pengisian air

ke dalam kolam. Dalam hal ini air disalurkan dengan menggunakan pipa dua

lapis dengan di bagian depan menggunakan waring (ukuran lubang 4-5 mm) dan

di belakang dengan kantong hapa (ukuran lubang 2-3 mm). kedalaman air dibuat

setinggi 20 cm dan didiamkan selama 5 hari hingga air tampak bewarna biru,

kemudian ditambahkan secara perlahan hingga mencapai ketinggian + 0,8-1 m

dan siap untuk ditebari.


45
Kolam yang digunakan lebih pada pola intensif karena dilengkapi dengan

pompa air, kincir, pakan 100% pellet dan tingkat penebaran yang tinggi.

Kedalama kolam rata-rata 2,5 m dimana setiap kolam memiliki 1 center line yang

berguna untuk menyedot lumpur. Setiap kolam mempunyai saluran pengisian

dan pemasukan yang terpisah untuk keperluan penggantian, penyiapan kolam

sebelum penebaran benih, sirkulasi air dan pemanenan.

3) Tahap Penebaran Benur

Benur yang digunakan oleh Kelompok Bina usaha berasal dari PT. prima

Surabaya yaitu jenis N1 dan F1. Harga benur jenis F1 sebesar Rp 50,-/ekor,

sementara N1 sebesar Rp 10,-/ekor. Jumlah benur yang digunakan dalam satu

kali panen adalah berkisar 200-300 ribu benur. Sementara dalam satu

petak/kolam memerlukan benur sekitar 60 ribu.

Sebelum penebaran benur dilakukan proses aklimitasi atau adaptasi

udang vannamei terhadap kondisi tambak yaitu dengan cara memasukkan benur

ke dalam plastik bening dan diberi air tambak lalu apungkan di atas air tambak

selama 30-60 menit, setelah itu benur bisa ditebar perlahan di atas tambak.

Penebaran benur dilakukan pada malam hari karena pada kondisi ini suhu air

tambak rendah, sehingga proses penyesuaian udang dengan kondisi air tambak

berlangsung cepat.

4) Pengelolaan Pakan

Pemberian pakan udang vannamei dilakukan tiga kali dalam sehari

sehingga mengharuskan petambak yang tergabung dalam Kelompok Bina Usaha

memberikan pakan berupa pellet tiga kali sehari. Untuk udang berumur kurang

dari 30 hari, pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali sehari hal ini

dikarenakan udang masih bisa memanfaatkan pakan alami yang berasal dari

dasar kolam. Sementara menginjak umur dua bulan, pemberian pakan dilakukan

46
sebanyak tiga kali dalam sehari karena nafsu makan dari udang vannamei

semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

Dalam pemberian jumlah pakan, Kelompok Bina Usaha melakukan

perhitungan jumlah pakan dengan perbandingan 1 : 1 artinya dimana padat tebar

100.000 ekor akan diberikan pakan sebanyak 1 kg. jumlah pemberian pakan

bergantung pada umur udang jika udang berumur kurang dari 30 hari, makan

pemberian pakan diberikan sebanyak 0,5 kg, 1 kg jika udang berumur lebih dari

30 hari, dan 2 kg jika udang telah berumur 1,5 bulan.

Dalam pengontrolan pakan digunakan anco yang merupakan alat terbuat

dari jaring selambu berbentuk kotak yang dikaitkan dengan menggunakan tali

tambang pada bamboo yang dibuat menyerupai jembatan. Pakan diletakkan di

atas alat tersebut dan diturunkan ke dalam kolam perlahan, pengecheckana

dilakukan selama 2 jam. Apabila pakan pada anco habis menandakan jika

pemberian pakan selanjutnya jumlahnya ditambah, namun jika sebaliknya pakan

pada anco tidak habis dan bersisa, maka untuk pemberian pakan selanjutnya

jumlahnya dikurangi.

Penambahan maupun pengurangan pakan disesuaikan dengan usia

udang. Apabila umur udang masih di bawah 30 hari pengurangan maupun

penambahan sebanyak 0,5 kg, menginjak 30 hari sebanyak 1 kg, dan ketika

melebihi umur 30 hari sebanyak 2 kg.

5) Teknik Pemeliharaan

Langkah pemeliharaan pertama adalah kontrol tingkat salinitas air.

Salinitas air yang baik berkisar antara 10-25 ppt. Selain itu perlu dilakukan

pemeriksaan pH air dan tanah secara berkala. Bila kurang dari 7,5 maka perlu

dilakukan proses pengapuran tambahan. Sebelum udang berumur 60 hari, perlu

juga diperiksa tinggi air dan dilakukan pengisian air sesuai salinitas bila air

kurang karena penguapan. Perlakuan sirkulasi air pada kolam dilakukan saat
47
usia udang menginjak 25 hari dan pada pagi hari saja ketika kondisi air terlalu

pekat. Hal ini dilakukan agar menjaga kualitas air yang ada pada kolam juga

menjaga kondisi air agar tetap stabil.

Pada saat usia udang menginjak 60 hari, dilakukan pengambilan

sampling pertama dengan menggunakan jala yang tidak terlalu besar.

Penggunaan jala standart bertujuan meminimalisir jumlah udang yang terjaring.

Menurut Mawaidi (2016) air merupakan media hidup bagi udang

vannamei dan memiliki peran vital karena akan menentukan kelangsungan hidup

udang yang akan dibudidayakan. Ada beberapa parameter yang selalu dijaga

dan dikontrol dalam pelaksanaan pembesaran, seperti :

 Salinitas, merupakan total garam terlarut yang terukur ke dalam sampel air

dalam satuan ppt. Pada umumnya budidaya udang vannamei menggunakan

air payau, yaitu campuran air laut dan tawar. Besar salinitas yang diketahui

pada penelitian berkisar antara 20-25 ppt.

 Oksigen dissolved oksigen, merupakan kadar oksigen yang terlarut dalam air

dan dibutuhkan oleh biota perairan. Kuantitas oksigen dijaga dengan cara

pemberian kincir. Ukuran ini dijaga hingga di atas 4 ppm, karena di bawah

angka itu maka kemungkinan udang akan mengalami kematian. Pada

Kelompok Bina Usaha untuk menjaga kadar oksigen tetap stabil

menggunakan kincir air yang optimalnya dapat mengalirkan oksigen untuk

100 ekor.

 Derajat Keasaman (pH), pada pembesaran udang vannamei pengecekan pH

dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan menggunakan pH meter.

Sebagian besar udang vannamei pada tambak Kelompok Bina Usaha sensitif

terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5.

48
 Kedalaman Air, pada umumnya kedalaman yang ideal untuk kolam budidaya

yaitu 70-120 cm karena air yang terlalu dangkal dapat menyebabkan

perubahan suhu yang terlalu besar. Pada tambak Kelompok Bina Usaha

pengukuran air dilakukan pagi dan sore hari dengan kedalaman air rata-rata

sebesar 90-110 cm yang disesuaikan dengan luas kolam dan jumlah padat

tebar udang.

Selain pembesaran udang vannamei, pencegahan terhadap penyakit

perlu dilakukan. Penyakit menyerang udang vannamei tidak datang begitu saja

melainkan melalui beberapa proses seperti kondisi lingkungan (kualitas air),

kondisi udang, juga adanya jasad pathogen. Untuk itu perlu dilakukan beberapa

tindakan pencegahan untuk menanggulangi penyebaran hama dan penyakit.

Kendala yang dihadapi saat ini oleh petambak adalah adanya virus yang

bernama White Spot Syndrom (WSSV). White Spot Syndrome merupakan

penyakit pada udang yang secara signifikan menyebabkan tingginya mortalitas

udang dan kerusakan parah pada udang. Penyakit ini dapat menyerang pada

pembenihan maupun di tambak pembesaran. Kelompok bina usaha melakukan

pencegahan hama dan penyakit dengan menggunakan berbagai obat sesuai

dengan dosis yang wajar seperti nikotin, rotenon, saponin, brestan, dan sekam

padi. Nikoton digunakan untuk memberantas ikan-ikan liar yang buas dan siput.

Nikotin hanya digunakan ketika pengolahan lahan di awal. Rotenone merupakan

racun yang dapat ditemui pada akar tuba dan digunakan saat pegolahan dasar

tanah. Selanjutnya adalah saponin yang merupakan racun guna membunuh

ikan-ikan buas. Penggunaan saponin sangat kuat terhadap ikan-ikan dan sama

sekali tidak mempengaruhi udang yang dipelihara. Saponin diberikan dengan

cara penguragan tinggi air kolam. Obat yang digunakan lainnya adalah brestan,

berfungsi untuk memberantas siput. Dan yang terakhir adalah sekam padi.

Sekam padi digunakan untuk membasmi hama kepiting.


49
6) Panen dan Pasca Panen

Sebelum proses panen, sebagai langkah awal adalah mempersiapkan

peralatan yang akan digunakan pada proses panen seperti kereta dorong, jala,

serta lahan yang akan digunakan sebagai tempat penyortiran udang. Selanjutnya

menyebar jaring/jala ke dalam kolam. Setelah jaring dilebarkan kemudian jaring

digiring menuju outlet tambak. Dengan begitu udang akan berenang dengan

sendirinya ke dalam jaring dan secara otomatis menuju outlet dimana di setiap

ujung outlet terdapat terminal yang nantinya udang-udang masuk ke dalamnya.

Setelah udang-udang masuk ke dalam terminal, maka dilakukan

pengangkatan udang menuju pematang kolam dan memasukkan wadah yang

terbuat dari jaring. Ketika udang-udang sudah terkumpul di dalam jaring,

dipindahkan menuju tempat sortir dengan menggunakan kereta dorong. Dalam

hal ini udang disortir berdasarkan kelengkapan anggota tubuh serta ukuran

tubuhnya. Udang yang telah disortir akan akan ditimbang dengan timbangan

elektrik dan dimasukkan ke dalam cold storage milik supplier sea food yang telah

memenangkan lelang pada umumnya.

5.1.2 Aspek Manajemen

Fayol (2003) mayoritas pada umumnya manajemen dibagi menjadi

beberapa fungsi yaitu merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan

mengendalikan kegiatan dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan yang

diinginkan secara efektif dan efisien.

a. Perencanaan

Kotler (2011) menjelaskan marketing plan adalah instrument sentral untuk

mengarahkan dan mengkoordinasikan usaha pemasaran. Rencana pemasaran

beroperasi pada dua tingkat strategis dan taktis. Strategic marketing plan

menjelaskan pasar sasaran dan proporsi nilai yang akan ditawaran perusahaan,

berdasarkan pada analisis peluang terbaik. Tactical marketing plan


50
menspesifikasikan taktik pemasaran termasuk fitur produk, promosi, penyediaan

barang, penetapan harga, saluran pemasaran serta layanannya.

Untuk perencanaan yang dilakukan oleh kelompok budidaya bina usaha,

meliputi perencanaan pengalokasian dan sumber dana yang akan digunakan

dalam proses produksi. Sumber dana yang digunakan pada kelompok ini berasal

dari modal pibadi, pinjaman dari perbankan, serta bantuan dari Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Bangkalan. Adapun perencanaan terhadap sarana

prasarana, jumlah tenaga kerja di luar anggota kelompok, tidak tertulis secara

terperinci sehingga terkadang bersifat reflex tersirat pada angan dan segera

diterapkan.

b. Pengorganisasian

Menurut Amirulah et.al. (2004) pengorganisasian merupakan proses

pemberian perintah, pengalokasian sumber daya serta pengaturan kegiatan

secara terkoodinir kepada setiap individu dan kelompok untuk menerapkan

rencana. Kegiatan yang terlibat dalam pengorganisasian mencakup tiga kegiatan

yaitu membagi komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan

sasaran dalam kelompok-kelompok; membagi tugas kepada manajer dan

bawahan untuk mengadakan pengelompokan tersebut; menetapkan wewenang

di antara kelompok atau organisasi.

Pengorganisasian yang dilakukan oleh tambak Kelompok Bina Usaha

yaitu dengan cara membagi jumlah karyawan yang ada dan disesuaikan dengan

jumlah tambak. Adapun anggota pada kelompok Bina Usaha sebanyak 30 orang

dimana keseluruhan memiliki hubungan kekerabatan. Jumlah anggota yang ada

dibagi sesuai jumlah petak pada tambak yang digunakan. Untuk jumlah tambak

yang tersedia yaitu sebanyak 7 petak.

Berikut adalah struktur organisasi pada Kelompok Pembudidaya Udang

Bina Usaha :
51
Ketua
Moh. Mukhlis

Sekretaris Bendahara
Imam Syafi’i Nur Cahyadi

Seksi Teknis Seksi Akomodasi Seksi Pemasaran


Suprapto Tursino Nanang Hermawan

Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Pembudidaya Bina Usaha

Struktur organisasi yang digunakan oleh kelompok pembudidaya bina

usaha termasuk struktur organisasi yang masih sederhana dengan jumlah

karyawan yang tidak banyak. Jumlah anggota sebanyak 30 orang membuat

keseluruhan anggota juga merangkap sebagai organisasi inti. Alasan Bapak

Mukhlis selaku pendiri dan ketua menerapkan struktur organisasi seperti ini

adalah agar komando menjadi satu kesatuan dan mudah dilakukan sehingga

dalam hal pengambilan keputusan lebih cepat.

c. Pengarahan

Di saat proses sterilisasi selesai, kelompok bina usaha sebelum proses

produksi akan memberikan pengarahan seperti jumlah anggaran yang akan

dikeluarkan, jumlah benur yang akan ditebar, serta pakan yang akan digunakan

untuk proses produksi. Pengarahan bersifat penting dilakukan guna memberikan

pemahaman kepada para pelaku produksi serta meminimalisir kesalahan yang

akan terjadi.

52
d. Pengawasan

Pengawasan dilakukan langsung oleh Bapak Mukhlis sendiri selaku

pendiri sekaligus ketua kelompok bina usaha dengan cara control pada segala

aktivitas pra hingga pasca produksi udang vannamei secara keseluruhan. Dari

keseluruhan anggota yang juga masih memiliki hubungan kekeluargaan, pak

Mukhlis juga terjun ke lapang selama proses produksi dikarenakan agar menjalin

komunikasi dan interaksi yang baik dengan anggota di kelompok bina usaha

serta bisa mengetahui secara langsung kendala apapula yang ditemui selama di

lapang.

5.1.3 Aspek Pemasaran

Pemasaran adalah suatu upaya untuk menciptakan dan menjual produk

kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha

menciptakan dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa kepada

konsumen. Penciptaan produk didasarkan pada kebutuhan dan keinginan pasar

(Kasmir dan Jakfar, 2008).

Aspek pemasaran memegang peranan penting dalam menjamin

kelangsungan suatu usaha pembesaran udang vannamei. Sasaran pemasaran

produk untuk usaha pembesaran udang vannamei pada Kelompok Bina Usaha

adalah supplier pemasok udang dimana system penjualannya dilelang dengan

harga tertinggi.

Persaingan merupakan hal yang tidak asing lagi di dalam dunia usaha,

begitu pula di dalam usaha produksi udang vannamei. Melihat dari mayoritas

penduduk di Kecamatan Kwanyar merupakan petambak dan hidup di dari sector

perikanan pada umumnya, ini membuat Klompok Bina Usaha tak gentar untuk

terus melakukan pengebangan usahanya walaupun kerap terpilih sebagai tempat

penelitian uji coba Dinas Perikanan Kabupaten Bangkalan.

53
a. Product

Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan pada pasar untuk

mendapatkan perhatian dibeli, digunakan, ataupun dikonsumsi yang dapat

memenuhi keinginan serta kebutuhan konsumen.

Kelompok Bina Usaha menerapkan strategi produk yaitu dengan cara

udang yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, kandungan bahan kimia yang

relatif kecil dikarenakan proses produksi secara intensif dan dilakukan

pengawasan secara rutin, dimulai dari proses pemilihan benur hinggaproses

pemanenan.

Gambar 4. Udang Vannamei Kelompok Bina Usaha

b. Price

Harga merupakan salah satu hal yang penting dalam bauran pemasaran

karena salah satu penyebab laku tidaknya produk dan jasa yang ditawarkan.

Salah dalam menentukan harga kan berakibat fatal pada produk yang ditawarkan

dan berakibat tidak lakunya produk di pasaran (Kashmir dan Jakfar, 2004).

Penetapan harga pada Kelompok Bina Usaha disesuaikan dengan

keadaan kondisi pasar. Mengingat banyaknya pembudidaya yang juga

menerapkan harga sesuai pasaran sehingga untuk harga yang dikeluarkan juga

dapat kompetitif. Berdasarkan observasi di pasar, harga udang vannamei

54
mengalami kenaikan dikarenakan jumlah permintaan udang vannamei yang terus

meningkat. Saat ini harga udang vannamei seharga Rp 75.000,-/kg.

c. Place

Agar konsumen mudah menjangkau setiap lokasi serta mendistribusikan

barang/jasa, penentuan lokasi beserta sarana prasarana pendukung menjadi

sangat penting. Dalam penentuan lokasi beberapa hal penting yang seharusnya

diperhatikan antara lain : dekat dengan lokasi perkantoran, lokasi pemerintahan,

lokasi pasar, lokasi perumahan, mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada,

serta melihat segi dari sarana dan prasarana (Jakfar dan Kashmir (2004).

Lokasi tambak serta usaha produksi pembesaran udang vannamei

berada di pinggir jalan raya yang cukup ramai. Tentu hal ini cukup strategis

dalam memudahkan produksi serta memasarkan produk kepada konsumen,

karena konsumen tidak perlu terlalu jauh pun untuk menemukan lokasi tambak

milik Kelompok Bina Usaha ini.

d. Promotion

Pada proses pemasaran udang vannamei, Kelompok Bina Usaha selain

menggunaka jasa smartphone, mereka juga bekerja sama dengan para supplier

seafood dengan cara melelang hasil produksi mereka. Bagi yang bisa menawar

dengan harga tertinggi, maka hasil produksi mereka akan didapat oleh supplier

dengan tawaran harga tertinggi.

Berdasarkan hasil penelitian, saluran pemasaran udang vannamei pada

Kelompok Bina Usaha terbagi dalam 1 jalur yang dapat dilihat pada gambar 5. di

bawah ini :

55
Tambak Supplier
Kelompok Sea Food Pabrik Konsumen
Bina Usaha

Gambar 5. Saluran Pemasaran Udang Vannamei Kelompok Bina Usaha

Saluran pemasaran pada kelompok bina usaha terdiri dari tambak

kelompok bina usaha yang merupakan produsen kemudian jatuh ke tangan

supplier sea food. Pada supplier sea food, produksi udang akan jatuh ke tangan

supplier sea food berdasarkan harga tawaran lelang yang paling tinggi. Hal ini

dikarenakan kelompok bina usaha meminimalisir anggaran pemasaran. Setelah

berada pada supplier sea food, akan diteruskan ke pabrik hingga terakhir jatuh

ke tangan konsumen seharga Rp 75.000/kg.

5.1.4 Aspek Finansial Jangka Pendek

5.1.4.1 Analisis Biaya dan Pendapatan

a. Investasi

Investasi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan satu kali selama

umur proyek untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomis tidak dapat

memberikan keuntungan lagi. Biaya investasi untuk usaha budidaya Udang

Vannamei hanya meliputi rumah jaga, mesin pompa air, genset, pintu air, lampu,

kabel, steroform, ember, jala, dan jaring. Biaya investasi yang dikeluarkan dalam

usaha tambak udang di Kelompok Budidaya Udang Bina Usaha dengan luasan

lahan 11 ha adalah sebesar Rp. 55.765.000,-. Nilai ini merupakan hasil penilaian

ulang terhadap investasi yang telah ditanam pada awal usaha tahun 2016.

Keseluruhan modal tersebut berasal dari modal sendiri. Rincian investasi dapat

diliha pada lampiran 2.

56
b. Biaya Produksi

Biaya produksi diperlukan untuk mengolah input sehingga dapat

menghasilkan sejumlah output. Biaya usaha yang dikeluarkan pada usaha

budidaya Udang Vannamei di Kelompok Budidaya Bina Usaha terdiri atas biaya

tetap dan biaya Variabel.

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tetap dan tidak tergantung

kepada volume produksi. Biaya tetap untuk usaha budidaya Udang Vannamei

meliputi biaya penyusutan, pajak dan sewa lahan. Biaya tetap usaha budidaya

Udang Vannamei adalah sebesar Rp. 24.953.000,-. Jumlah biaya tetap yang

dikeluarkan untuk usaha tambak Udang Vannamei pada Kelompok Budidaya

Bina Usaha di Kecamatan Kwanyar dapat dilihat pada lampiran 2.

Berdasarkan pada lampiran 2, dapat diketahui bahwa biaya tetap terbesar

adalah sewa lahan sebesar Rp. 20.000.000,-. Biaya sewa lahan merupakan

pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur

proyek. Hal ini dikarenakan 4 hektar lahan yang digunakan dalam budidaya

Udang Vaname di Kelompok Budidaya Bina Usaha bukan merupakan lahan

pribadi dengan biaya sewa lahan Rp. 5.000.000,- per ha.

Biaya variabel merupakan biaya yang sifatnya tergantung kepada volume

produksi yang dihasilkan. Biaya variable untuk usaha budidaya Udang Vaname

meliputi ; biaya tenaga kerja (persiapan, pemeliharaan, panen dan

pengangkutan) dan sarana produksi. Biaya variabel usaha Budidaya Udang

Vannamei yang dikeluarkan oleh Kelompok Budidaya Udang Bina Usaha selama

satu tahun adalah sebesar Rp. 168.420.000,-. Jumlah biaya variabel yang

dikeluarkan untuk usaha tambak udang Kelompok Budidaya Bina Usaha di

Kecamatan kwanyar dapat dilihat pada lampiran 3.

Berdasarkan pada lampiran 3, dapat diketahui bahwa pakan buatan

memerlukan biaya yang besar yaitu Rp. 117.000.000,-. Hal ini terjadi karena
57
pakan merupakan komponen penting dalam budidaya dan menyerap 60 - 70%

dari total biaya.

Upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Kelompok Budidaya Bina Usaha

selama satu tahun adalah sebesar Rp. 13.220.000,-. Upah tersebut merupakan

upah keseluruhan tenaga kerja baik dari persiapan hingga panen. Biaya untuk

bensin yang dikeluarkan oleh Kelompok Budidaya Bina Usaha selama satu tahun

adalah sebesar Rp. 2.560.000,-. Bensin tersebut digunakan untuk menjalankan

pompa.

c. Penerimaan

Analisis usaha tambak udang Vannamei yang dikembangkan Kelompok

Budidaya Bina Usaha di Kecamatan Kwanyar dilakukan selama satu tahun yang

didasarkan pada data produksi tahun 2016. Penerimaan yang diperoleh berasal

dari nilai produksi udang yang merupakan perkalian antara produksi udang yang

dihasilkan dengan harga yang berlaku untuk udang yang memiliki size 30. Harga

udang untuk size 30 ekor per kg adalah sebesar Rp. 75.000,- per kg.

Jumlah produksi yang dihasilkan 1.800 kg dalam 1 kali panen. Sehingga

penerimaan total Udang Vannamei pada Kelompok Budidaya Bina Usaha dalam

satu tahun dengan luas lahan 11 ha adalah sebesar Rp. 540.000.000,-.

d. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk mencapai hasil yang

menguntungkan. Analisis R-C Ratio dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

usaha tersebut mendatangkan keuntungan pada periode tertentu. Nilai R-C Ratio

yang diperoleh dari usaha budidaya Udang Vannamei dengan luas lahan 11 ha

sebesar 2,8. Nilai ini menunjukkan bahwa untuk setiap Rp. 1,00 biaya yang

dikeluarkan Kelompok Budidaya Bina Usaha akan memperoleh penerimaan

sebesar 2,8.
58
Nilai R-C Ratio lebih besar dari satu berarti usaha tambak udang tersebut

menguntungkan, karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang

dikeluarkan. Berdasarkan nilai R-C Ratio yang diperoleh pada usaha budidaya

udang vaname, maka dapat dikatakan bahwa usaha budidaya Udang Vannamei

di Kelompok Budidaya Bina Usaha dngan luas lahan 11 ha menguntungkan.

e. Keuntungan

Keuntungan merupakan selisih total penerimaan dengan total

pengeluaran. Total penerimaan ditentukan oleh nilai penjualan dari komoditas

yang diproduksi, sedangkan total pengeluaran ditentukan oleh biaya produksi

yang dikeluarkan. Analisis pendapatan usaha dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh usaha budidaya

Udang Vannamei di Kelompok Budidaya Bina Usaha. Penerimaan yang

diperoleh dari usaha budidaya Udang Vannamei dengan luas lahan 11 ha per

tahun adalah Rp. 540.000.000,-, sedangkan biaya total yang dikeluarkan adalah

sebesar Rp. 193.373.000,-. Dari penerimaan dan biaya total tersebut diketahui

keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 346.627.000,-.

5.1.4.2 Break Event Point (BEP)

Analisis Break Event Point bertujuan untuk mengetahui pada volume

penjualan atau produksi berapakah usaha budidaya Udang Vannamei pada

Kelompok Budidaya Bina Usaha akan mencapai laba. Nilai BEP Produksi

Kelompok Budidaya Bina Usaha sebesar 2.587,307 Kg sedangkan nilai BEP

Harga sebesar Rp. 107.429,-.

Dari hasil analisis Break Event Point tersebut menunjukkan bahwa

Kelompok Budidaya Bina Usaha akan mengalami titik impas saat harganya Rp.

107.429,- per kg dengan produksi 1.800 Kg. Sementara itu, berdasarkan titik

impas produksi, usaha tersebut akan mengalami titik impas saat produksinya

sebesar 2.587,307 Kg dengan harga jual Rp. 75.000 per kg.


59
5.1.4.3 Rentabilitas

Analisis rentabilitas merupakan perbandingan antara laba yang diperoleh

dengan modal yang telah dikelurkan untuk menghasilkan laba tersebut. Untuk

melihat kemampuan suatu usaha didalam memberi manfaat tidaklah hanya

cukup dengan memperlihatkan besarnya laba yang diperoleh, karena laba yang

besar dapat diperoleh dari penyediaan korbanan yang besar pula. Tinggi

rendahnya rentabilitas tidak hanya tergantung pada besarnya laba yang

diperoleh perusahaan, tetapi juga tergantung pada besarnya produksi yang

dihasilkan dan besarnya modal yang dikeluarkan dalam produksi tersebut.

Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh Kelompok Budidaya Udang

Bina Usaha sebesar Rp. 193.373.000. sedangkan laba yang diperoleh dari

jumlah biaya produksi tersebut adalah Rp. 346.627.000. Hasil analisis rentabilitas

budidaya udang Kelompok Budidaya Bina Usaha dapat dilihat pada Tabel 12.

sebagai berikut :

Tabel 12. Biaya Total, Keuntungan dan Rentabilitas Usaha Budidaya Udang
Vannamei Kelompok Budidaya Bina Usaha dengan Lahan 11 ha di
Kecamatan Kwanyar Tahun 2016
No Keterangan Nilai (Rp)
1 Biaya Total (TC) 193.373.000
a. Biaya Tetap (TFC) 24.953.000
b. Biaya Varibel (TVC) 168.420.000
2 Keuntungan 346.627.000
3 Rentabilitas 179,25
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

= 179,25

Berdasarkan hasil analisis rentabilitas di atas, diketahui nilai rentabilitas

sebesar 179,25 %. Menunjukkan bahwa nilai rentabilitas telah memberikan

keuntungan sebesar 179,25 % dari modal yang digunakan selama satu tahun

60
poduksi. Angka rentabilitas sebesar 179,25 % mempunyai arti ekonomi yaitu

setiap 100 % modal yang dikeluarkan akan mamberikan keuntungan sebesar

179,25 %. Ini menunjukkan bahwa besarnya modal yang digunakan selama satu

tahun produksi telah dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Hal itu disebabkan petani tambak dalam mengolah tambaknya

memperhatikan pengolahan tanah, aklimatisasi benih terhadap lingkungan

tambak, pengaturan air, pemberian makanan tambahan atau buatan sehingga

menghasilkan produksi yang tinggi. Dilihat dari rentabilitas tersebut berarti

Budidaya Udang Vannamei di Kelompok Budidaya Udang Bina Usaha tersebut

layak diusahakan.

5.1.5 Aspek Finansial Jangka Panjang

5.1.5.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) bertujuan untuk menganalisa keuntungan dalam

sebuah usaha yang akan dilaksanakan. NPV positif menandakan bahwa

pendapatan yang dihasilkan oleh sebuah usaha melebihi dari biaya yang

dikeluarkan.

Penerimaan yang diperoleh oleh Kelompok Budidaya Bina Usaha

sebesar Rp. 540.000.000,- sedangkan biaya investasi yang dikeluarkan ialah

sebesar Rp. 55.765.000 dengan discount faktor 12 %. Hasil analisis Net Present

Value budidaya udang Kelompok Budidaya Bina Usaha dapat dilihat pada Tabel

13. sebagai berikut :

Tabel 13. Penerimaan, Biaya Investasi, Discount Faktor dan Net Present Value Usaha Budidaya
Udang Vannamei Kelompok Budidaya Bina Usaha dengan Lahan 11 ha di Kecamatan
Kwanyar Tahun 2016
No Keterangan Nilai
1 Penerimaan 540.000.000
2 Investasi 55.765.000
3 Discount Faktor 12 %
4 NPV 253.723.393
Sumber : Data Primer Diolah, 2018
61
Berdasarkan hasil analisis Net Present Value di atas, diketahui nilai Net

Present Value sebesar Rp. 253.723.393,- lebih besar dari nol. Data tersebut

menunjukkan usaha budidaya udang Vannamei dengan modal pribadi terhadap

Discount Rate 12 % persen layak untuk dijalankan.

5.1.5.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C merupakan perbandingan antara jumah PV net benefit yang

positif dengan jumlah PV net benefit yang negatif. Net B/C menunjukkan

gambaran berapa kali lipat benefit yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan.

Pengusaha tambak udang Kelompok Budidaya Bina Usaha dalam

melakukan usaha menggunakan pinjaman modal pribadi. Imbangan modal

investasi pada penelitian ini menggunakan discount rate 12 %. Modal investasi

dikeluarkan sejak tahun ke 0 untuk proses persiapan produksi, sehingga dihitung

dari tahun ke-0 sampai tahun ke-1. Hasil analisis Net Benefit Cost Ratio budidaya

udang Kelompok Budidaya Bina Usaha dapat dilihat pada Tabel 14. sebagai

berikut :

Tabel 14. Biaya, Benefit, Net Benefit, Discount Faktor dan PV, Net B/C Usaha
Budidaya Udang Vannamei Kelompok Budidaya Bina Usaha dengan
Lahan 11 ha di Kecamatan Kwanyar Tahun 2016
Tahun Biaya Benefit Net Benefit Df 12 % PV

0 0 0 - 55.765.000 1,00 -55.765.000


1 55.765.000 346.627.000 346.627.000 1,12 309.488.393
Net B/C 5,55
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Net B/C =

62
=

= 5,55

Berdasarkan hasil analisis Net B/C Kelompok Budidaya Bina Usaha

diketahui sebesar 5,55 lebih besar dari 1. Data tersebut menunjukkan usaha

budidaya udang Vannamei terhadap Discount Rate 12 % layak untuk dijalankan.

5.1.5.3 Payback Period (PP)

Payback period atau periode pengambilan investasi merupakan jangka

waktu yang dibutuhkan suatu usaha untuk dapat menutup kembali investasi yang

dikeluarkan menggunakan aliran kas neto dengan mengabaikan niilai waktu

uang. Layak atau tidaknya suatu investasi dilakukan dengan membandingkan

periode waktu maksimum yang ditentukan dengan hasil hitungan (Arifin, 2007).

Payback Period Analysis bertujuan untuk mengetahui waktu yang

diperlukan untuk menutupi investasi. Payback Period dari usaha budidaya udang

Vannamei Kelompok Budidaya Bina Usaha dengan luas 11 ha adalah 0,16

tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin cepat masa pengembalian modal

maka semakin layak untuk dijalankan. Artinya, jangka waktu yang diperlukan

agar modal yang diinvestasikan dapat kembali adalah selama 0,16 tahun.

Rincian biaya dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Biaya Investasi, Net Benefit, dan Payback Period Usaha Budidaya Udang Vannamei
Kelompok Budidaya Bina Usaha dengan Lahan 11 ha di Kecamatan Kwanyar Tahun
2016
No Keterangan Nilai (Rp)
1 Investasi 55.765.000
2 Net Benefit 346.627.000
5 Payback Period (pp) 0,16
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

63
5.1.5.4 Internal Rate of Return (IRR)

IRR bertujuan untuk mengetahui persentase keuntungan usaha tiap tahun

guna menentukan apakah usaha layak atau tidak layak untuk dijalankan. Hasil

analisis Internal Rate of Return budidaya udang Kelompok Budidaya Bina Usaha

dapat dilihat pada Tabel 16 sebagai berikut :

Tabel 16. Investasi, Discount Factor, Net Benefit dan IRR Budidaya Udang
Vaname Kelompok Budidaya Bina Usaha dengan Lahan 11 ha di
Kecamatan Kwanyar
Tahun Investasi DF 12 % Net Benefit

0 55.765.000 1 - 55.765.000
1 0 1,12 346.627.000
IRR 521,59 %
Sumber : Data Primer Diolah, 2018

Berdasarkan analisis IRR di atas, Nilai IRR pada Kelompok Budidaya

Bina Usaha adalah 521,59 % nilainya lebih besar dari Discount Rate 12 persen,

hasil ini menyimpulkan bahwa investasi yang ditanamkan pada usaha tersebut

layak untuk dijalankan.

64
6. Kesimpulan Dan Saran

6.1 Kesimpulan

1. Aspek teknis usaha budidaya udang vannamei terdiri dari sarana (kolam,

gubuk, ember, tempat penyimpanan pakan, tangki air) dan prasarana (mesin

diesel, akses jalan, lampu dan handphone). Adapun proses produksi meliputi

: persiapan kolam, pengisian air kolam, tahap penebaran benur,

pengelolalaan/pemberian pakan, pemeliharaan dan terakhir panen dan pasca

panen.

2. Aspek manajemen yang meliputi : perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan.

3. Aspek pemasaran terdiri dari dua : strategi pemasaran (Product, Price, Place

dan Promotion) dan saluran pemasaran (petambak ke supplier ke pabrik ke

konsumen)

4. Aspek finansial jangka pendek Usaha Budidaya Udang Vannamei pada

Kelompok Budidaya Bina Usaha meliputi modal investasi sebesar Rp.

55.765.000, biaya tetap sebesar Rp. 24.953.000 , biaya variable Rp.

168.420.000 yang berarti total biayanya sebesar Rp. 193.373.000,

penerimaan sebesar Rp. 540.000.000 dengan keuntungan sebesar Rp.

346.627.000 , R/C sebesar 2,8 yang artinya usaha layak dijalankan karena

lebih dari satu. Nilai BEP Produksi Kelompok Budidaya Bina Usaha sebesar

2.587,307 Kg sedangkan nilai BEP Harga sebesar Rp. 107.429. terakhir nilai

rentabilitas sebesar 179,25 % dari modal yang digunakan selama satu tahun

poduksi

Aspek finansial jangka panjang meliputi nilai Net Present Value

sebesar Rp. 253.723.393 , Net B/C diketahui sebesar 5,55 lebih besar dari 1 .

65
jangka waktu yang diperlukan agar modal yang diinvestasikan dapat kembali

adalah selama 0,16 tahun dan yang terakhir nilai IRR adalah 521,59 % nilainya

lebih besar dari Discount Rate 12 persen, hasil ini menyimpulkan bahwa

investasi yang ditanamkan pada usaha tersebut layak untuk dijalankan.

6.2 Saran

1. Secara administrasi, perlu adanya pencatatan yang lebih terperinci mengenai

semua komponen penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan selama

usaha budidaya Udang Vannamei berlangsung.

2. Petambak harus lebih memperhatikan lagi dan mengantisipasi serangan

penyakit serta virus pada udang melihat virus selama ini masih belum ada

obat yang ampuh untuk .mengatasi, sehingga membutuhkan inovasi serta

penemuan baru untuk mencegah dan mengobati penyakit dan virus pada

udang vannamei.

66
DAFTAR PUSTAKA

Affan, Nur dkk. 2015. ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDANG


VANAME (LITOPANEAUS VANNAMEI) PADA TAMBAK INTENSIF (Studi
Kasus Kewirausahaan Tambak Udang di Desa Blendung, Kecamatan
Ulujami, Kabupaten Pemalang. Tegal : Universitas Pancasakti.

Amirna, O. R., Iba dan A. Rahman. 2013. Pemberian Silase Ikan Gabus pada
Pakan Buatan Bagi Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Udang
Vannamei (Litopenaeus Vannamei) pada Stadia Post Larva. Jurnal Minat
Indonesia Vol. 01 No. 01 hal. (93-103) ISSN : 2303-3959. Kendari :
Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridarma.

Arifin. 2007. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta : Ekonisia.

Avault, J.W. 1996. Fundamental of Aquaculture a Step by Step Guide to


Comercial Aquaculture. AVA Publishing. Baton Rouge. USA.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan. 2017. Produksi, Harga dan Nilai
Produksi Budidaya Tambak Menurut Jenis Ikan Kabupaten Bangkalan
Tahun 2015-2016. Bangkalan : Badan Pusat Statistik.

Dahuri, R. 2002. Usaha Pertambakan Udang Vannamei Prospektif. Jakarta:


BPEN.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangkalan. 2017. Jumlah Petani, Luas
Lahan, dan Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Bangkalan dalam
Angka 2016. Bangkalan: Dinas Kelautan dan Perikanan.

Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta : Penebar Swadaya.

Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.

Haliman, RW dan D Adijaya. 2003. Udang Vannamei “Seri Agribisnis


Pembudidaya dan Prospek Pasar Udang Putih dan Tahan Penyakit”.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Haliman, R.W. dan Dian A.S. 2006. Udang Vannamei. Jakarta : Penebar
Swadaya.

Husein, Umar. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.

Husnan, Suad dan Suwarsono Mohammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi
Keempat. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Ibrahim, Yacob. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Pertama. Jakarta : Rineka
Cipta.

Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.

67
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.

Kusumawardany, Utary. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya


Tambak Udang Vaname pada Usaha Dagang Jasa Hasil Diri di Desa
Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Nababan, E., Putra I., dan Rusliadi. 2015. Pemeliharaan Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) dengan Presentase Pemberian Pakan Yang
Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 3 No. 2. Lampung :
Universitas Lampung.

Primyastanto M dan Istikharoh N. 2006. Potensi Peluang Bisnis Usaha Unggulan


Ikan Gurami dan Nila. Bahtera Press.
Pulungan, Rizky Hermawan dkk. 2004. ANALISIS KELAYAKAN USAHA
TAMBAK UDANG (Studi Kasus : Desa Sei Meran, Kec. Pangkalan Susu,
Kab. Langkat ). Medan : Universitas Sumatera Utara.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. PERPAJAKAN INDONESIA : Konsep dan Aspek


Formal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Riyanto, Bambang. 2006. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi


Keempat. Yogyakarta : BPFE.
Sa’adah, Wachidatus. 2014. ANALISA USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
(Lithopenaeus vannamei) DAN IKAN BANDENG (Chanos-chanos Sp.) DI
DESA SIDOKUMPUL KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN
LAMONGAN JAWA TIMUR. Lamongan : Universitas Islam Lamongan.

Subagyo, Ahmad. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo.

Susanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisius.

Sutardjo, Sharif C. 2014. Udang Merajai Ekspor Perikanan. www.kkp.go.id (27


Juli 2014).
Suwarsono, dan Suad Husnan. 1999. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Ketiga.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Triyanti, Riesti dan Hikmah. 2015. ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA
UDANG DAN BANDENG: STUDI KASUS DI KECAMATAN PASEKAN
KABUPATEN INDRAMAYU. Jakarta Utara : Balai Besar Penelitian Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

Umar, Husein. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.

Umar, Husain. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

68

Anda mungkin juga menyukai