Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

“C-ARM”

Pembimbing :
dr. Aunun Rofiq, Sp.An

Disusun Oleh:
Fadhil Wiryawan

1810221014

SMF ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui referat dengan judul :
“C-ARM”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian


di Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Program Profesi Dokter
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh :
Fadhil Wiryawan
1810221014

Purwokerto, November 2018

Mengetahui,
Dokter Pembimbing,

dr. Aunun Rofiq, Sp. An


BAB I
Tinjauan Pustaka

1.1 Definisi
Alat xray C-arm adalah salah satu alat radiologi yang digunakan untuk melihat gambar
atau obyek dari pasien yang akan dilihat langsung dengan cara flouroscopy dengan bantuan
layar monitor. C- Arm merupakan alat radiologi yang menghasilkan X-ray dengan floroscopy
dan pancaran radiasi yang kecil oleh karena itu operator yang menggunakan alat ini harus
menggunakan alat pelindung diri yaitu berupa baju pelindung atau Appron yang dilapisi
dengan Pb(timbal ) dengan ketebalan setara 2mm
C- arm berfungsi untuk menunjang proses pelayanan medis pada penanganan penyakit
organ dalam, tulang, dan tindakan operasi. Dengan menggunakan c-arm letak benda atau obyek
pemeriksaan yang berada di dalam tubuh dengan mudah dapat di deteksi, bahkan dapat dilihat
langsung secara real time. C-arm dilengkapi dengan monitor untuk menampilkan hasil dari
capture foto yang diambil dan selanjutnya hasil foto yang terdapat pada layar monitor dapat di
print sebagai arsip
C-arm (alat yang berbentuk seperti huruf C) ,merupakan salah satu alat radiologi yang
biasa digunakan untuk operasi. C-Arm merupakan alat radiologi yang menghasilkan sinar-X
dengan cara fluoroskopi dengan pancaran radiasi yang kecil. Fluoroscopy merupakan teknik
pencitraan medis yang digunakan oleh dokter untuk mengambil gambar atau video dari organ
tubuh tertentu secara langsung dan mendetail. Jadi fluoroscopy disini sebagai metode
pemeriksaan dari C-arm

1.2 Fungsi
C-Arm dapat digunakan sebagai tindakan medis untuk bedah ortopedi, bedah
laparoskopi, dan bedah syaraf. Berfungsi untuk menunjang proses pelayanan medis pada
penanganan penyakit organ dalam, tulang, dan tindakan operasi. Dengan c-arm, letak benda
atau obyek pemeriksaan yang berada di dalam tubuh dengan mudah dapat dideteksi, bahkan
dapat dilihat secara lansung. C-arm dapat memperlihatkan proses pelaksanaan tindakan medis
dan operasi tulang atau bagian dalam organ tubuh manusia lainnya secara Fluoroscopy
sehingga proses operasi dan tindakan medis yang dilakukan dapat berjalan dengan mudah,
akurat, aman, dan nyaman
1.3 Komponen
1.3.1 Xray Tube dan Generator
Tabung sinar-X C-arm sangat mirip desainnya dengan tabung sinar-X diagnostik
konvesional kecuali bahwa tabung sinar-X C-arm dirancang untuk dapat mengeluarkan sinar-
X lebih lama dari pada tabung diagnostik konvensional dengan mA yang jauh lebih kecil.
Dimana tipe tabung diagnostik konvensional memiliki range mA antara 50-1200 mA
sedangkan range mA pada tabung sinar-X C-arm antara 0,55,0 mA. Sebuah Intensification
Tube (talang penguat) dirancang untuk menambah kecerahan gambar secara elektronik.
Pencerah gambar modern sekarang ini mampu mencerahkan gambar hingga 500-8000 kali
lipat.

1.3.2 Image Intensifier


Image intensifier adalah yang berperan penting menghasilkan gambar pada proses C-
arm. Image Intisifier adalah alat yang berupa detektor dan PMT (di dalam PMT terdapat
photocatoda, focusing electroda, dinode, dan output phospor) yang lansung terhubung dengan
tv camera.
A. Detektor
Terbuat dari crystals iodide (CsI) yang mempunyai sifat memendarkan cahaya apabila
terkena radiasi sinar-X. Absorpsi dari detektor sebesar 60% dari radiasi sinar-X
B. PMT (Photo Multiplier Tube)
a) Input Screen Berfungsi untuk menyerap x-ray dan mengkonversikannya ke dalam
bentuk cahaya tampak.
b) Photokatoda Terletak setelah input phospor . Memiliki fungsi untuk merubah cahaya
tampak yang diserap dari input phospor menjadi berkas elektron.
c) Vacuum Envelope Fungsinya untuk menjaga agar udara tidak masuk ke dalam II.
Lengkung-lengkungnya berfungsi untuk menahan tekanan udara dari luar II.
d) Focusing Electroda Elektroda dalam focus Image Intensifier meneruskan elektron-
elektron negatif dari photochatode ke output phospor .
e) Anode dan Output Phospor Elektron dari photochatode di akselerasikan secara cepat
ke anoda karena adanya beda tegangan serta merubah berkas elektron tadi menjadi
cahaya. Output phospor terbuat dari zinc cadmium sulfide yang dicampur dengan perak
(ZnCdS: Ag), Ukuran partikel fosfor ZnCdS Ag sangat kecil, 1 - 2 μm dengan ketebalan
4 - 8 μm dan Mengubah elektron menjadi cahaya.

Pick up tube yang berfungsi untuk merubah cahaya tampak menjadi sinyal listrik,
dilaksanakan oleh face plate (bidang sasaran) yang terbuat dari bahan foto konduktif. Didalam
pick up tube, elektron-elektron yang dibangkitkan oleh filamen, kemudian dikontrol oleh G1,
dipercepat oleh G2 dan difocuskan oleh G3 menjadi elektron gun untuk menuju ke bidang
sasaran bagian dalam. Pada bidang sasaran bagian dalam inilah terjadi scanning/pemayaran.
Maksud dari scanning/pemayaran dalam hal ini adalah menabraknya berkas elektron ke bidang
sasaran sesuai dengan pola horizontal dan vertikal deflection.Pada horizontal dan vertical
deflection dilakukan dan diolah oleh horizontal dan vertical deflection circuit blok 2 dan 3.
Blok circle production berfungsi untuk membentuk lingkaran pada bidang sasaran dan central
TV (control unit) sehingga objek yang tergambar pada monitor dapat lebih terfocus.
Cara kerja PMT mirip Phototube, terdiri dari photocathode dan beberapa buah anode
(tidak seperti pada phototube yang hanya terdiri dari satu buah anode) yang disusun secara
serie (disebut dynode). Sinar UV (photons) yang ditembakan ke cathode akan menyebabkan
emisi electron dari cathode ke anode. Anode yang satu dengan yang lainya diberi beda
potensial, sehingga apabila emisi electron dari cathode sampai di dynode pertama, akan ada
tambahan electron yang diteruskan ke dynode berikutnya, dan seterusnya sehingga secara
akumulasi jumlah electron yang emisi di dynode terakhir semakin banyak (arusnya semakin
besar), itu sebabnya mengapa PMT lebih sensitif dibandingkan dengan phototube.

1.3.3 Sistem Monitoring danVideo


Beberapa sistem penampil gambar (viewing system) telah mampu mengirim gambar
dari output screen menuju alat penampil gambar (Viewer). Dikarenakan output phospor hanya
berdiameter 1 inch (2,54 cm), gambar yang dihasilkan relatif kecil, karena itu harus diperbesar
dan di monitor oleh sistem tambahan. Termasuk diantaranya Optical Mirror, Video, Cine , dan
sistem spot film. Beberapa dari sistem penampil gambar tersebut mampu menampilkan gambar
bergerak secara langsung ( Real - Time Viewing ) dan beberapa yang lainnya untuk gambar
diam ( Static Image ). Waktu melihat gambar, resolusi dan waktu processing bervariasi antar
alat-alat tersebut. Pada saat pemeriksaan fluoroskopi memungkinkan untuk dilakukan proses
merekam gambar bergerak maupun gambar yang tidak bergerak (statis). (Richard R.C, dan
Arlene M. 1992;570).
1.4 Cara Kerja
- Xray tube menembakkan sinar X yang menembus pasien
- Sebagian diserap tubuh dan sebagian diteruskan ke image intensifier
- Oleh image intensifier Sinar X dirubah menjadi cahaya tampak
- Yang kemudian cahaya tampak akan dirubah menjadi sinyal listrik,lalu akan teruskan ke tv
camera
- Video atau CCD camera yang dihasilkan dari tv camera akan dirubah ke ADC dan Digital
image yg akan lansung muncul di monitor.
Pada saat pemeriksaan berlangsung, berkas cahaya sinar-x primer menembus tubuh
pasien menuju input screen yang berada dalam Image Intensifier Tube . Input screen yang
berada pada Image Intensifier adalah layar yang menyerap sinar-x dan mengubahnya menjadi
berkas cahaya tampak, yang kemudian akan ditangkap oleh PMT (Photo Multiplier Tube).
PMT terdiri dari photokatoda, focusing elektroda , dan anoda dan output phospor . Cahaya
tampak yang diserap oleh photokatoda pada PMT akan dirubah menjadi elektron, kemudian
dengan adanya focusing elektroda elektron-elektron negatif dari photokatoda difokuskan dan
dipercepat menuju dinoda pertama. Kemudian elektron akan menumbuk dinoda pertama dan
dalam proses tumbukan akan menghasilkan elektron-elektron lain. Elektron-elektron yang
telah diperbanyak jumlahnya yang keluar dari dinoda pertama akan dipercepat menuju dinoda
kedua sehingga akan menghasilkan elektron yang lebih banyak lagi, demikian seterusnya sampai dinoda
yang terakhir. Setelah itu elektron-elektron tersebut diakselerasikan secara cepat ke anoda karena
adanya beda potensial yang kemudian nantinya elektron tersebut dirubah menjadi sinyal listrik yang
kemudian oleh tv monitor sinyal listrik di rubah menjadi sinyal video/gambar
1.5 Stationary dan Mobile C-Arm
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri Akut
2.1.1 Definisi Nyeri
The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai
berikut nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri
merupakan suatu gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan
komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis). Sedangkan nyeri akut disebabkan oleh
stimulasi noxious akibat trauma, proses suatu penyakit atau akibat fungsi otot atau viseral yang
terganggu. Nyeri tipe ini berkaitan dengan stress neuroendokrin yang sebanding dengan
intensitasnya. Nyeri akut akan disertai hiperaktifitas saraf otonom dan umumnya mereda dan
hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan.

2.1.2 Klasifikasi Nyeri


Berdasarkan sumber nyeri, maka nyeri dibagi menjadi:
a. Nyeri somatik luar
Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit, jaringan subkutan dan membran mukosa. Nyeri
biasanya dirasakan seperti terbakar, jatam dan terlokalisasi
b. Nyeri somatik dalam
Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan baik akibat rangsangan pada otot rangka,
tulang, sendi, jaringan ikat
c. Nyeri viseral
Nyeri karena perangsangan organ viseral atau membran yang menutupinya (pleura parietalis,
perikardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi lagi menjadi nyeri viseral terlokalisasi, nyeri
parietal terlokalisasi, nyeri alih viseral dan nyeri alih parietal.
Klasifikasi yang dikembangkan oleh IASP didasarkan pada lima aksis yaitu:
Aksis I : regio atau lokasi anatomi nyeri
Aksis II : sistem organ primer di tubuh yang berhubungan dengan timbulnya nyeri
Aksis III : karekteristik nyeri atau pola timbulnya nyeri (tunggal, reguler, kontinyu)
Aksis IV : awitan terjadinya nyeri
Aksis V : etiologi nyeri
Berdasarkan jenisnya nyeri juga dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Nyeri nosiseptif
Karena kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral. Stimulasi nosiseptor baik secara
langsung maupun tidak langsung akan mengakibatkan pengeluaran mediator inflamasi dari
jaringan, sel imun dan ujung saraf sensoris dan simpatik.
b. Nyeri neurogenik
Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf perifer.
Hal ini disebabkan oleh cedera pada jalur serat saraf perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut
saraf, dan terpotongnya saraf perifer. Sensasi yang dirasakan adalah rasa panas dan seperti
ditusuk-tusuk dan kadang disertai hilangnya rasa atau adanya sara tidak enak pada perabaan.
Nyeri neurogenik dapat menyebakan terjadinya allodynia. Hal ini mungkin terjadi secara
mekanik atau peningkatan sensitivitas dari noradrenalin yang kemudian menghasilkan
sympathetically maintained pain (SMP). SMP merupakan komponen pada nyeri kronik. Nyeri
tipe ini sering menunjukkan respon yang buruk pada pemberian analgetik konvensional.
c. Nyeri psikogenik
Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misalnya cemas dan depresi. Nyeri akan
hilang apabila keadaan kejiwaan pasien tenang.
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Nyeri akut
Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri ini ditandai dengan adanya
aktivitas saraf otonom seperti : takikardi, hipertensi, hiperhidrosis, pucat dan midriasis dan
perubahan wajah : menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa:
1. Nyeri somatik luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan mukosa
2. Nyeri somatik dalam : nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan jaringan ikat
3. Nyeri viseral : nyeri akibat disfungsi organ viseral

b. Nyeri kronik
Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda aktivitas otonom kecuali serangan
akut. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakit/operasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai melebihi 3 bulan.
Nyeri ini disebabkan oleh :
1. kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2. non kanker akibat trauma, proses degenerasi dll
Berdasarkan penyebabnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Nyeri onkologik
b. Nyeri non onkologik
Berdasakan derajat nyeri dikelompokan menjadi:
a. Nyeri ringan adalah nyeri hilang timbul, terutama saat beraktivitas sehari hari dan menjelang
tidur.
b. Nyeri sedang nyeri terus menerus, aktivitas terganggu yang hanya hilan gbila penderita tidur.
c. Nyeri berat adalah nyeri terus menerus sepanjang hari, penderita tidak dapat tidur dan dering
terjaga akibat nyeri.

2.1.3 Fisiologi dan Anatomi Nyeri.


Salah satu fungsi sistem saraf yang paling penting adalah menyampaikan informasi tentang
ancaman kerusakan tubuh. Saraf yang dapat mendeteksi nyeri tersebut dinamakan nociception.
Nociception termasuk menyampaikan informasi perifer dari reseptor khusus pada jaringan
(nociseptors) kepada struktur sentral pada otak. Sistem nyeri mempunyai beberapa komponen
a. Reseptor khusus yang disebut nociceptors, pada sistem saraf perifer, mendeteksi dan
menyaring intensitas dan tipe stimulus noxious.
b. Saraf aferen primer (saraf A-delta dan C) mentransmisikan stimulus noxious ke CNS.
c. Kornu dorsalis medulla spinalis adalah tempat dimana terjadi hubungan antara serat aferen
primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks hubungan antara lokal eksitasi dan inhibitor
interneuron dan traktus desenden inhibitor dari otak.
d. Traktus asending nosiseptik (antara lain traktus spinothalamikus lateralis dan ventralis)
menyampaikan signal kepada area yang lebih tinggi pada thalamus.
e. Traktus thalamo-kortikalis yang menghubungkan thalamus sebagai pusat relay sensibilitas
ke korteks cerebralis pada girus post sentralis..
f. Keterlibatan area yang lebih tinggi pada perasaan nyeri, komponen afektif nyeri,ingatan
tentang nyeri dan nyeri yang dihubungkan dengan respon motoris (termasuk withdrawl
respon).
g. Sistem inhibitor desenden mengubah impuls nosiseptik yang datang pada level medulla
spinalis.

Anda mungkin juga menyukai