15 Kup
15 Kup
WP adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang--undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau
pemotong pajak tertentu.
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada WP sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban Wajib Pajak.
3. Dimanakah tempat pendaftaran Wajib Pajak untuk mendapatkan NPWP dan atau tempat
pelaporan bagi Pengusaha Tertentu ?
· Seluruh WP BUMN dan WP BUMD di wilayah DKI Jakarta: di KPP BUMN Jakarta;
· WP PMA tidak Go Public: di KPP PMA, kecuali yang telah terdaftar di KPP lama dan WP PMA di
Kawasan Berikat dengan permohonan diberikan kemudahan mendaftar di KPP setempat;
· WP Go Public: di KPP Perusahaan Masuk Bursa (Go Public), kecuali WP BUMN/BUMD serta WP
PMA yang berkedudukan di kawasan berikat;
· Untuk WP BUMN/BUMD, PMA, Badora, Go Public di luar DKI Jakarta, khusus PPh
Pemotongan/Pemungutan dan PPN/PPnBM: di KPP tempat cabang atau kegiatan usaha.
4. Apa saja fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak
(NPPKP) ?
· Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan;
Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan NPWP secara jabatan, apabila Wajib Pajak tidak
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.
· Fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari instansi yang berwenang.
c. Untuk WP Badan:
· Fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari instansi yang berwenang.
e. Apabila WP pemohon berstatus cabang, maka harus melampirkan fotocopy kartu NPWP atau
Bukti Pendaftaran WP Kantor Pusatnya. Apabila permohonan ditan-datangani oleh orang lain, perlu
dilengkapi surat kuasa.
10. Dalam hal apa kelengkapan formulir pendaftaran Wajib Pajak dianggap sah ?
Fotocopy sebagai kelengkapan formulir pendaftaran WP tersebut di atas harus disahkan oleh
Petugas Pendaftaran WP kecuali dalam hal pendaftaran dilakukan melalui pos, maka fotocopy harus
disahkan oleh pejabat/instansi yang berwenang.
11. Bagaimanakah cara mendaftarkan diri dan melaporkan usaha bagi Wajib Pajak ?
b. Menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak/KP4 setempat.
12. Perubahan data apa saja, yang dapat diberitahukan Wajib Pajak untuk dapat dilakukan
perubahan data Wajib Pajak ?
b. Perubahan nama WP karena penggantian nama, disyaratkan adanya keterangan dari instansi
yang berwenang;
d. Perubahan NPWP karena adanya kesalahan nomor (misalnya NPWP cabang tidak sama dengan
NPWP Pusat);
e. Perubahan status usaha WP dilampiri pernyataan tertulis dari WP atau fotocopy akte
perubahan;
h. Perubahan jenis pajak karena sesuatu hal yang mengakibatkan kewajiban jenis pajaknya
berubah;
14. Apakah persyaratan yang harus dipenuhi Wajib Pajak untuk menghapus dan mencabut NPWP ?
b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan disyarat-kan adanya
surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil;
c. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subyek Pajak apabila sudah selesai
dibagi disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh para ahli
waris;
d. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akte pembu-baran yang
dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang;
e. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT,
disyaratkan adanya permohonan WP yang dilampiri dokumen yang mendu-kung bahwa BUT
tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai WP;
f. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP.
Kewajiban yang harus dilaksanakan setelah memperoleh NPWP oleh Wajib Pajak:
b. Kewajiban sehubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPN & PPnBM);
c. Pembukuan/Pencatatan.
2. Apa saja kewajiban Wajib Pajak Sehubungan dengan Pajak Penghasilan ?
a. SPT Masa;
c. Pelunasan utang pajak yang tercantum dalam "surat ketetapan Pajak” dan surat keputusan
lainnya.
- Impor harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak bersamaan dengan pembayaran Bea Masuk;
- Yang pemungutannya dilakukan oleh Bea Cukai disetor dalam jangka waktu satu hari;
- Penyerahan dari Pertamina, Bulog harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelum Delivery
Order ditebus.
- Penyerahan yang dilakukukan selain Pertamina dan Bulog harus disetor paling lambat tanggal
10 bulan takwim berikutnya.
Apabila Anda sudah membayar angsuran PPh, Anda harus melaporkan pembayaran itu ke KPP
sebagai berikut:
- Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja, dan otomotif yang
ditunjuk oleh Kepala KPP atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri, selambat-lambatnya 20
hari setelah masa pajak berakhir.
- Pertamina dan badan usaha lain selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak
jenis premix dan gas dan atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh BULOG, selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
Macam-macam surat ketetapan yang berkenaan dengan utang pajak yang harus dilunasi:
d. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Surat Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
5. Apakah kewajiban Wajib Pajak yang berkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah ?
Kewajiban Wajib Pajak sehubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPN/PPnBM):
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
a. Bagi Wajib Pajak PPh untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang untuk melaporkan tentang :
- Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam 1 tahun pajak atau bagian tahun pajak;
- Penghasilan yang merupakan obyek pajak dan atau bukan obyek pajak;
c. laporan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
Setiap WP pada dasarnya harus mengambil sendiri SPT di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau KP4.
4. Bagaimana cara pengisian SPT dan siapa yang berwenang menandatangani ?
SPT harus diisi secara benar, jelas, lengkap, dan harus ditandatangani oleh Wajib pajak. Dalam hal
SPT diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan WP, harus dilampiri surat kuasa khusus.
Kekurangan pajak yang terutang harus dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ke tiga setelah
tahun pajak berakhir, sebelum SPT Tahunan disampaikan.
SPT disampaikan secara langsung atau melalui Pos secara tercatat ke KPP/Kapenpa setempat.
7. Apa persyaratan yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak untuk mengajukan permohonan
perpanjangan waktu penyampaian SPT ?
a. Permohonan tersebut harus diajukan secara tertulis sebelum batas waktu penyampaian SPT
Tahunan berakhir;
b. Memberikan pernyataan tertulis tentang besarnya pajak yang harus dibayar berdasarkan
penghitungan sementara;
8. Sanksi apa yang dikenakan pada Wajib Pajak yang tidak/terlambat menyampaikan SPT ?
SPT yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan ,
dikenakan sanksi administrasi berupa denda:
Syarat bagi Wajib Pajak untuk dapat membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh:
a. Sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan dalam jangka waktu dua tahun sesudah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak:
· ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas
jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyam-paian SPT berakhir sampai dengan
tanggal pembayaran karena pembetulan SPT;
· ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar dua kali jumlah pajak yang kurang
dibayar;
· mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT yang telah
disampaikan, yang mengakibatkan:
- rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil; atau jumlah harta menjadi lebih besar;
atau jumlah modal menjadi lebih besar;
· ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
pajak yang kurang dibayar.
D. PENETAPAN DAN KETETAPAN PAJAK ( 250304 )
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa
denda, dan atau bunga.
a. sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak;
b. berdasarkan penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran akibat salah tulis dan atau salah
hitung;
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga;
d. Pengusaha yang dikenakan pajak tidak melapor untuk dikukuhkan sebagai PKP;
f. PKP tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak tapi tidak tepat waktu atau tidak
mengisi faktur pajak dengan lengkap.
a. denda administrasi Rp. 50.000,00 bagi Wajib Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan
SPT Masa;
b. denda administrasi Rp. 100.000,00 bagi Wajib Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan;
c. denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak bagi Pengusaha yang tidak melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP, PKP yang tidak membuat atau tidak lengkap mengisi Faktur Pajak;
d. bunga, bagi Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan sehingga mengakibatkan kurarng
bayar;
e. bunga, bagi Wajib Pajak yang terlambat atau tidak membayar pajak yang sudah jatuh tempo
pembayarannya
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
atau Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat
Ketetapan Pajak Nihil.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah
pajak yang terutang, kredit pajak, kekurangan pembayaran pokok pajak, sanksi administrasi dan
jumlah yang masih harus dibayar.
- berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar
- SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam Surat Teguran
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat Keputusan yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
a. SKPKBT diterbitkan dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat terutang pajak, berakhirnya
masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak,
b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau seharusnya
tidak terutang;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat Keputusan yang menentukan jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau tidak terutang pajak dan tidak ada kredit
pajak.
Surat Teguran adalah surat peringatan kepada Wajib Pajak agar segera melunasi utang pajak.
Surat Teguran dikirimkan kepada Wajib Pajak apabila Wajib Pajak tidak melunasai utang pajak 7 hari
setelah jatuh tempo.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan.
Surat Paksa diterbitkan apabila Wajib Pajak belum melunasi utang pajak setelah 21 hari sejak tanggal
surat Tegoran.
Bersamaan dengan penyampaian Surat Paksa tersebut Wajib Pajak dibebani biaya penagihan paksa
sebesar Rp. 25.000,-
- memperbolehkan Juru SIta untuk memasuki ruangan,tempat usaha/tempat tinggal Wajib Pajak
Tindakan lelang dilakukan apabila Wajib Pajak dalam jangka waktu 14 hari setelah tindakan
penyitaan dilakukan Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak. Tindakan Lelang dilakukan melalui
Kantor Lelang Negara.
Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan
bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumumam lelang di surat kabar dan biaya lelang pada
saat pelelangan.
6. Apa saja hak-hak Wajib Pajak yang berkaitan dengan Pelunasan utang pajak ?
a. meminta juru sita memperlihatkan tanda pengenal Juru Sita Pajak Negara
d. Sebelum Pelaksanaan lelang, mendapat kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajak
termasuk biaya penyitaan, iklan, dan biaya pembatalan lelang dan melaporkan pelunasan tersebut
kepada Kepala KPP yang bersangkutan.
1. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak untuk dapat menyelenggarakan
pembukuan ?
Syarat-syarat penyelenggaraan pembukuan/pencatatan:
a. diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan
usaha yang sebenarnya;
b. sekurang-kurangnya terdiri dari catatan yang dikerjakan secara teratur keadaan kas dan bank,
daftar utang piutang, daftar persediaan barang, dan membuat neraca dan perhitungan laba rugi
pada setiap akhir Tahun Pajak;
c. diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang
rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan;
d. Pembukuan atau pencatatan dan dokumen yang menjadi dasarnya serta dokumen lain yang
berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak harus disimpan selama
sepuluh tahun.
Pembukuan adalah proses pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
tentang:
· keadaan harta
· modal
· harga perolehan dan penyerahan barang/jasa yang terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
yang tidak terutang, yang dikenakan PPN dengan tariff 0% dan dikenakan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah
Yang ditutup dengan menyusun Laporan keuangan berupa neraca dan Perhitungan laba rugi pada
setiap akhir Tahun Pajak.
Tujuan pembukuan:
5. Siapa saja yang diperkenankan meyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata
uang selain rupiah?
Yang dapat melakukan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain rupiah:
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menyelengggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan
mata uang selain rupiah:
a. bahasa asing dan mata uang selain rupiah yang boleh dipergunakan adalah bahasa Inggris dan
mata uang Dollar Amerika Serikat;
- fotokopi NPWP
- fotokopi Akte Pendirian, atau dokumen lain yang serupa (bagi WP BUT)
Jika telah memnuhi syarat, Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan akan menerbitkan
Surat Keputusan Menteri Keuangan dalam jangka waktu 30 hari sejak permohonan diterima
7. Apa yang dimaksud dengan pencatatan ?
Pencatatan:
Pencatatan adalah pengumpulan data secar teratur tentang peredaran bruto dan atau penerimaan
Penghasilan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang.
Tujuan pencatatan:
Norma penghitungan adalah pedoman untuk menentukan penghasilann netto Wajib Pajak, karena
Wajib Pajak tersebut tidak wajib melakukan pembukuan.
2. memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari
tahun buku
3. menyelenggarakan pencatatan.
Wajib Pajak yang tidak menyampaikan pemberitahuan akan menggunakan Norma Penghitungan
sebagai dasar penghitungan pajaknya kepada Direktur Jenderal Pajak dianggap memilih untuk
menggunakan pembukuan.
Wajib Pajak yang tidak sepenuhnya menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan atau tidak
memperlihatkan pencatatan atau pembukuan atau bukti-bukti pendukungnya, maka Penghasilan
nettonya dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Netto atau cara lain yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak wajib menyelenggarakan
pembukuan dan pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak wajib menyampaikan SPT
Tahunan PPh
G. KEBERATAN DAN BANDING ( 250304 )
b. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan;
5. Apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi Wajib Pajak dalam mengajukan keberatan ?
a. Satu Keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak;
d. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang menurut penghitungan Wajib Pajak.
6. Kapankah Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan ?
Jangka waktu pengajuan keberatan:
a. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB,
SKPN atau sejak tanggal dilakukan pemotongan/pemungutan, kecuali Wajib Pajak dapat
menunjukkan jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena di luar kekuasaannya
b. Surat keberatan yang diantar langsung ke Kantor Pelayanan Pajak, maka jangka waktu 3 bulan
dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan
oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.
c. Surat keberatan yang dikirim melalui pos (harus dengan pos tercatat), maka jangka waktu 3
bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal bukti pengiriman melalui Kantor
Pos dan Giro.
7. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan apakah Wajib Pajak masih tetap berkewajiban
melunasi utang pajaknya ?
Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
8. Apabila Wajib Pajak merasa kurang puas dengan Putusan Keberatan, apa yang dapat dilakukan
oleh Wajib Pajak selanjutnya ?
Jika Wajib Pajak masih kurang puas juga atas keberatannya maka ia dapat mengajukan Banding.
b. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah yang bersangkutan atau ahli warisnya
- Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan mencantumkan tanggal
diterima surat keputusan yang dibanding;
14. Dalam hal apa imbalan bunga dapat diberikan kepada Wajib Pajak ?
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau seluruhnya, maka
kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% sebulan, untuk
selama-lamanya 24 bulan.
1. Jenis ketetapan pajak apa saja yang diberikan imbalan bunga sehubungan dengan Keputusan
Keberatan atau Putusan Banding ?
Imbalan bunga hanya diberikan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan.
2. Dalam hal yang bagaimana imbalan bunga diberikan sehubungan dengan Keputusan Keberatan
dan Putusan Banding ?
Apabila pengajuan keberatan atau banding diterima sebagian atau seluruhnya, sepanjang utang
pajak sebagaimana dimaksud dalam SKBKB atau SKPKBT telah dibayar yang menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak.
4. Apabila Wajib Pajak mengajukan banding atas SKPLB ke Badan Penyelesaian Pajak untuk Tahun
Pajak 2001, apakah atas putusan BPSP/Pengadilan Pajak yang dibacakan (diputus) sejak Tahun Pajak
2001 untuk SKPLB yang diajukan banding masih diberikan imbalan bunga ?
Tidak diberikan imbalan bunga, karena dalam Pasal 27A Undang-undang KUP diatur dengan tegas
bahwa imbalan bunga atas kelebihan pembayaran pajak hanya diberikan sepanjang utang pajak
tersebut sebagaimana dimaksud dalam SKPKB atau SKPKBT.
1. Dalam hal bagaimana Direktur Jenderal Pajak dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi
administrasi?
Dalam hal sanksi administrasi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannya, misalnya karena tidaktelitian petugas pajak.
2. Dalam hal bagaimana Direktur Jenderal Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan
ketetapan pajak.
Direktur Jenderal Pajak secara jabatan dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak
apabila diketahui bahwa ketetapan pajak tersebut tidak benar dengan berlandaskan unsur keadilan.
1. Sanksi apa yang dikenakan terhadap Wajib pajak yang melakukan pelanggaran ?
Pelanggaran terhadap kewajiban administrasi perpajakan yang dilakukan Wajib Pajak dapat
dikenakan sanksi administrasi. Sedangkan pelanggaran yang menyangkut tindak pidana perpajakan
dikenakan sanksi pidana.
2. Dalam hal apa Wajib Pajak dapat dinyatakan melakukan kealpaan ?
b. Menyampaiakan Surat Pemberitahauan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang tidak benar,
a. Tidak mendaftar diri, atau menyalah gunakan, atau menggunakan tanpa hak NPWP atau
NPPKP;
c. Menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;
d. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan;
5. Sanksi apa yang dapat dikenakan terhadap Pejabat yang melakukan pelanggaran atas larangan
mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak ?
Sanksi yang dapat dikenakan terhadap Pejabat yang melakukan pelanggaran atas larangan
mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak dapat diancam sanksi pidana:
a. Kealpaan, dipidana kurungan selama-lamanya satu tahun dan denda setinggi-tingginya dua
juta rupiah;
b. Kesengajaan, dipidana selama-lamanya dua tahun dan denda setinggi-tingginya dua juta
rupiah.
6. Sanksi apa saja yang dikenakan kepada pihak ketiga berkaitan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan ?
Sanksi terhadap pihak ketiga berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan :
diancam pidana selama-lamanya satu tahun dan denda setinggi-tingginya sepuluh juta rupiah
b. Pihak ketiga yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana
perpajakan diancam penjara selama-lamanya tiga tahun dan denda setinggi-tingginya sepuluh juta
rupiah.