Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER ( OP-Amp )

Disusun Oleh :

Sinta Rusdiana

170210102104

Kelas : C

PENDIDIKAN FISIKA – PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Operasional amplifier ( OP-Amp ) merupakan suatu perangkat elektronika yang berfungsi
sebagai penguat listrik berpenguatan tinggi yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang
memiliki dua buah input, inverting ( pembalik ) dan non-inverting ( tak membalik ) dengan
sebuah terminal output. Sebuah OP-Amp memiliki dua koneksi catu daya yaitu satu catu daya
positif dan satu lagi catu daya negative. Sebuah OP-Amp terdiri dari beberapa transistor, diode,
resistor dan kapasitor yang terkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk
menghasilkan gain ( penguatan ) yang tinggi pada pada rentang frekuensi yang luas. Dalam
Bahasa inodnesia operational amplifier sering disebut dengan penguat operasional.
OP-Amp sering digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-macam
atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan sering disebut sebagai
rangkaian terpadu linear dasar. Penguat operasional ( OP-Amp ) merupakan komponen
elektronika analoh yang berfungsi sebagai amplifier ultiguna yang umunya dikemas dalam
bentuk IC. Sebuah IC OP-Amp bisa terdiri lebih dari bebrapa rangkaian OP-Amp. Jumblah
rangkaian OP-Amp dalam suatu kemasan Ic dapat dibedakan menjadi single OP-Amp, dual
OP-Amp dan qual OP-Amp. Ada juga IC yang didalamnya terdapat rangkaian OP-Amp
disamping rangkaian utama lainya.
Dalam rangkaian penguat, sifat-sifat rangkaian tersebut ditentukan oleh feedback di luar
penguat sehingga setiap penguat ( amplifier ) yang ditentukan oleh feedback itu dinamakan
penguat operasional. Prinsip kerja sebuah operasional amplifier ( OP-Amp ) adalah
membanding nilai kedua input ( input inverting dan non-inverting ), apabila kedua input
bernilai sama maka output OP-Amp tidak ada ( nol ) dab apabila terdapat perbedaan nilai input
keduanya maka output OP-Amp akan memberikan tegangan output. Sebagai penguat
operasional ideal operasional amplifier memiliki karakteristik impedansi input ( Zi ) sebesar
tak terhingga ( ∞ ) , impedansi output ( Zo ) sebesar nol ( 0 ) , penguat tegangan ( AV ) sebesar
tak terhingga ( ∞ ), band width respon frekuensi sebesar tak terhingga ( ∞ ) , Vo sebesar 0 (
nol ) apabila V1=V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana laju perubahan tegangan ( slew rate ) pada operasional amplifier ?
1.2.2 Bagaimana CMRR pada potensional amplifier ?

1.3 Tujuandan Manfaat


1.3.1 Mahasiswa dapat menententukan laju perubahan tegangan ( slew rate ) pada
operasional amplifier .
1.3.2 Mahasiswa dapat menentukan CMRR pada potensional amplifier.
BAB 2 DASAR TEORI

Penguat oprasional amplifier pertama kali dibuat pada tahun 1940-an dengan
menggunakan tabung-tabung hampa yang berfungsi untuk menjalankn operasi-opersi
mtemtika seperti penjumblhn, pengurngn, perklin, pembagian, pengintegralan, serta
pengintegrasian secara listrik yang memungkinkan diperoleh solusi dari persamaan-persamaan
diferensial dengan menggunakan Teknik-teknik rangkaian terintegrasi ( IC ) yang membuat
OP-Amp ini memiliki ukuran yang jauh lebih kecil, memiliki kehandalan yang lebih tinggi,
serta mengkonsumsi daya lebih sedikit, disbanding dengan OP-Amp tempo dulu ( William
H,2005:151 ).
Sebuah penguat ( amplifier ) adalah sebuah alat yang memperbesar sinyal. Inti dari sebuah
penguat adalah sebuah sumber yang dikontrol oleh sebuah sinyal input. Terminal referensi
input dan output sering dihubungkan bersama dan membentuk sebuah simpul referensi
Bersama. Ketika terminal outputnya terbuka kita punya V2=Kv, dengan k adalah factor
pengali, disebut sebagai keuntungan ( gain ) rangkaian terbuka. Secara berurutan, resistor Ri
dan Ro adalah hambatan input dan output dari penguat. Untuk operasi yang lebih baik,
diharapkan Ri bernilai tinggi dan Ro bernilai rendah. Dalam sebuah penguat ideal, Ri = ∞ dan
Ro=0. Penyimpangan dari kondisi di atas dapat mengurangi keuntungan total. Keuntungan dari
sebuah penguat dapat dikendalikan dengan mengumpan balikkan sebagian dari outputny ke
inputnya seperti yang dilakukan untuk penguat ideal melalui resistor umpan balik R2, resistor
umpan balik mempengaruhi total keuntungan dan membuat penguatnya kurang sensitive
terhadap variasi dalam k (Schaum,2004:42-45).
Penguat operasional ( OP-Amp ) merupakan penguat elektronika yang paling banyak
digunakan. Nama ini didapatkan dari fakta bahwa penguat ini mampu melakukan operasi-
operasi matematik seperti penjumblahan,pengurangan,pengalian,pendiferensialam,integrasi,
dan konversi analaog-digital atau sebaliknya. Penguat ini dapat pula dipakai sebagai
komparator atau filter. OP-Amp memiliki dua masukan tetapi hanya satu keluaran. Karena itu,
penguat ini sering disebut sebagai penguat differensial input, single ended output. Gambar
tersebut juga menunjukkan terminal Vcc dan Vee. Keduanya merupakan sumber tegangan
yang diperlukan untuk memberikan daya pada OP-Amp. Umunya Vcc sebesar +15 volt dan
Vee sebesar -15 volt. Kedua terminal ini tidak ditampilkan pada rangkaian OP-Amp karena
hanya berfungsi untuk meneydiakan daya ( tidak diperlukan dalam analisis rangkaian yang
melibatkan OP-Amp ) ( Siampar : 147 ).
OP-Amp pada dasarnya adalah sebuah differensial amplifier ( penguat diferensial ) yang
memiliki dua masukan. Input ( masukan ) OP-Amp ada yang dinamakan input inverting dan
non-inverting. OP-Amp ideal memiliki open loop gain ( penguatan loop terbuka ) yang tak
terhingga besarnya. Seperti misalnya OP-Amp LM741 yang sering digunakan oleh banyak
praktisi elektronika, memiliki karakteristik tipikal open loop gain sebesar 104-105. Penguatan
yang sebesar ini membuat OP-Amp menjadi tidak stabil, dan penguatannya menjadi tidak
terukur ( infinite ). Disinilah peran rangkaian negative feedback ( umpan balik negative )
diperlukan, sehingga OP-Amp dapat dirangkai menjadi aplikasi dengan nilai penguatan yang
terukur ( finite ). Impedansi input Op-Amp ideal mestinya adalah tak terhingga, sehingga
mestinya arus input pada tiap masukannya adalah 0. Sebagai perbandingan praktis, OP-Amp
LM741 memiliki impedansiinput ( Zi ) sebesar 106 ohm. Nilai impedansi ini masih relative
sangat besar sehingga arus input OP-Amp LM741 mestinya sangat kecil. Ada dua aturan
penting dalam melakukan Analisa rangkaian OP-Amp berdasarkan karakteristik OP-Amp
ideal. Pertama berdasarkan perbedaan tegangan anatar input V+ dan V- adalah nol ( 0 ) dan
yang kedua berdasarkan arus pada input OP-Amp adalah nol ( 0 ) ( imam,muda.2013:110-111
).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Eksperimen Penyearah Dioda


3.1.1 Modul praktikum
3.1.2 Aplikasi multisim
3.1.3 DC power supply
3.1.4 Functio generator
3.1.5 Multimeter digital
3.1.6 Operasional amplifier ( OP-Amp ) 741
3.1.7 resistor

3.2 Prosedur Eksperimen


3.2.1 Eksperimen 1
3.2.1.1 susun rangkaian seperti gambar 44.1

3.2.1.2 Hubungkan sirkuit yang ditunjukkan pada gambar 44.1. OP-Amp dikonfigurasikan
sebagai pengikut tegangan non-inverting. Hubungkan osiloskop seperti pada gambar dan serta
atur seperti berikut :
- basis waktu : 5 us/div
- saluran 1 : 2 div
- saluran 2 : 2 div
3.2.1.3 Gunakan daya DC sebesar 25 KHz dan Vpp 6. Amati bentuk kedua gelombang yang
identik.
3.2.1.4 Pada grafik 44.1 tambahkan satuan waktu dan amplitude serta buat sketsa bentuk
gelombang.
3.2.1.5 Ukur tegangan puncak-kepuncak dari gelombang output dan catat sebagai Δv.
3.2.1.6 Ukur jumbalh waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk berubah dari satu puncak
kepunvak lainnya. Catat data pada tabel
3.2.1.7 hitunglah laju perubahan tegangan OP-Amp menggunakan rumus :
𝛥𝑣
Slew rate = 𝛥𝑡

3.2.1.8 Ubah output fungsi generator menjadi sinyal gelombang arus. Pertahankan output pada
6 Vpp dimulai dengan frekuensi 1 KHz. Amati output OP-Amp sambal meningkatkan
frekuensinya. Sesuaikan frekuensi generator dengan nilai dimana anda bisa mendeteksi
gelombang sinus.
3.2.1.9 menggunakan rumus langkah 7, hiyung laju perubahan tegangan OP-Amp
3.2.1.10 matikan daya dari generator fungsi, lalu lepaskan daya DC dari sirkuit.

3.2.2 Eksperimen 2 44.3


3.2.2.1 rangkai rangkaian seperti pada gambar 44.3
3.2.2.2 hitung penguatan mode diferensial menggunakan rumu
𝑅𝑓
A= 𝑅𝑖

3.2.2.3 Gunakan daya DC dan gelombang sinus 6 Vpp dan frekuensi sebesar 60 hz ke input.
3.2.2.4 Amati sinyal input dan output pada osiloskop. Anda harus melihat melihat sinyal input
6 Vpp dan sinyal kecil pada otput.
3.2.2.5 Hitung voltase AC
3.2.2.6 Hitung rasio penolakan mode umum dalam dB, menggunakan rumus :
𝐴
CMRR : log𝐴𝑐𝑚

CMRR :….
3.2.2.7 Matikan daya dari generator fungsi, lalu lepaskan daya DC dari sirkuit.
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar Slew rate sr
44.1 0,15 v/s 1,1304 v/s

Gambar Acl Acm CMRR


44.3 1.000 0,021 94 dB

4.2 Analisa Data

1. Hitung nilai slew rate


- Gambar 1
Δ𝑣 6
Slew rate : = 40 = 0,15 𝑣/𝑠
Δ𝑡
SR = 2𝜋𝐹𝑚𝑉𝑝 = 2 . 3,14 . 0,03 . 6 = 1,1304 V/s

2. Hitung nilai CMRR


𝑅𝑓 1.000.000
Acl = = = 1000
𝑅𝑙 1000
𝑉𝑖𝑛 0,125
ACM = 𝑉 𝑜𝑢𝑡 = = 0,021
6
𝐴𝑐𝑙
CMRR = 20 𝑙𝑜𝑔 𝐴𝑐𝑚
1000
= 20 𝑙𝑜𝑔 0,021 = 94 dB

4.3 Pembahasan

Operasional amplifier ( OP-Amp ) merupakan suatu penguat tinggi yang terintegrasi dalam
sebuah IC yang memiliki dua buah input inverting dan sebuah output, dimana rangkaian umpan
balik dapat ditambahkan untuk mengendalikan karateristik tanggapan keseluruhan pada
operasional amplifier ( OP-Amp ). Op-Amp digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang
bermacam-macam atau dapat juga digunakan untuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-macam
atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan sering disebut sebagai rangkaian
terpadu linier dasar.

Prinsip kerja dari operasional amplifier ( OP-Amp ) adalah dengan membandingkan nilai
kedua input ( inverting dan non-inverting ), apabila kedua input bernilai sama maka output OP-
Amp tidak ada ( nol ) dan apabila terdapat perbedaan nilai input keduanya maka output Op-Amp
akan memberikan tegangan output. Rangkaian dasar operasional amplifier dibuat dari bipolar
transistor ( BJT ). Prinsip utama pada rangkaian penguat non-inverting adalah penguat yang
memiliki masukan yang dibuat melalui input pada rangkaian inverting. Dengan demikian tegangan
keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Bentuk sinyal masukan dan
keluaran yaitu sinusoidal dikarenakan sumber yang digunakan berasal dari generator AC.
Karakteristik penguatan non-inverting adalah menguatkan tegangan input, jika ditinjau dari
rangkaian ketika melakukan penguatan non-inverting maka tegangan input dihubungkan dengan
pin non-inverting dan pin inverting di groundkan. Hal yang perlu diperhatikan agar penguatan
yang terjadi pada VCC+ dan VCC- harus diperhitungkan agar penguatan yang terjadi maksimal,
dikarenakan VCC+ dan VCC- merupakan batas penguatan, jika penguatan yang terjadi melibihi
batas tegangan VCC maka akan terjadi pelemahan pada sinyal output serta tegangan outputnya.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi penguatan pada OP-Amp yaitu pengeluaran resistor
feedback ( Rf ) dan frekuensi. Nilai frekuensi yang diberikan kepada rangkaian penguatan non-
inverting semain besar nilai frekuensi yang diberikan, maka nilai tegangan keluaran atau outpunya
akan semakin kecil hal ini karena parameter OP-Amp LM 741 memiliki unity-gain frekuensi
sebesar 1Mhz.

OP-Amp inverting atau membalik memiliki ciri-ciri keluaran yang terbalik dari masukkan.
Ketika diberi tegangan masukan ( input ) positir + maka tengan keluaran ( output ) negative -.
Tanda – menunjukkan bahwa polaritas Vo berkebalikan dengan Vn. Karakteristik penguatan
inverting pada OP-Amp adalah menguatkan tegangan input namun pembalik, artinya penguatan
yang terjadi nantinya memiliki nilai tegangan output yang negative atau berbeda dengan bentuk
sinyal tegangan input. Jika ditinjau dari rangkaian ketika melaukan panguatan inverting maka
tegangan input dihubungkan dengan pin inverting pada OP-Amp dan pin non-inverting di
groundkan. Sama halnya dengan OP-Amp non-inverting pada OP-Amp inverting juga terdapat
beberapa factor yang mempengaruhi penguatan, antara lain resistor feedback ( Rf ) saat
pengukuran Rf berfungsi sebgai variasi penguatan dan frekuensi, dimana semakin besar frekuensi
yang diberikan maka penguatan yang terjadi mengalami pelemahan atau penguatan yang tidak
maksimal. Penguatan OP-Amp akan melemah seiring dengan naiknya nilai frekuensi sinya input.

Dari kedua fakta yang telah kita ketahui dalam kita kesimpulan apabila nila penguatan OP-
Amp non-inverting dan inverting bergantung pada nilai frekuensi yang diberikan. Pada non-
inverting semakin besar maka nilai tegangan keluarannya atau outpun akan semain kecil. Untuk
OP-Amp invering, semain besar nilai frekuensi yang diberikan maka penguatan yang terjadi
semakin melemah karena penguatannya tidak maksimal.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 laju perubahan tegangan baik OP-Amp inverting maupun non-inverting bergantung
pada frekuensi. Pada inverting semakin besar frekuensi yang diberikan maka penguatannya
akan semakin lemah dan pada inverting semakin besar frekuensi maka tegangan keluarannya
akan semain kecil.

5.1.2
DAFTAR PUSTAKA

Hayt, William.2005.Rangkaian listrik edisi ke eman jilid satu.Erlangga:Surabaya


Imam,muda.2013.elektronika dasar.gunung Samudra:malang
Schaum.2004.rangkaian listrik. Erlangga : Surabaya
Sutikno,Lina.2000.Teori Aplikasi Op-Amp.Jakarta:Iniversitas Mercubuana
LAMPIRAN PERHITUNGAN
LAMPIRAN

3. Hitung nilai slew rate


- Gambar 1
Δ𝑣 6
Slew rate : = 40 = 0,15 𝑚
Δ𝑡
SR = 𝟐𝝅𝑭𝒎𝑽𝒑 = 2 . 3,14 . 0,03 . 6 = 1,1304 V/s

4. Hitung nilai CMRR


𝑹𝒇 𝟏.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
Acl = = = 1000
𝑹𝒍 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝑽𝒊𝒏 𝟎,𝟏𝟐𝟓
ACM = 𝑽 𝒐𝒖𝒕 = = 0,021
𝟔
𝑨𝒄𝒍
CMRR = 20 𝒍𝒐𝒈 𝑨𝒄𝒎
1000
= 20 𝑙𝑜𝑔 0,021 = 94 dB
LAMPIRAN GAMBAR

- Rangkaian 1

- Gambar gelombang rangkaian 1


- Rangkaian 2

- Gambar gelombang rangkaian 2

Anda mungkin juga menyukai