Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin hari semakin cepat. Ini


ditandai dengan meningkatnya disposable income masyarakat atau yang
bisa disebut sebagai pendapatan bersih yang nantinya akan digunakan
untuk konsumsi (C) dan menabung (S). Ketika daya beli masyarakat naik,
konsumsinyapun akan naik, baik untuk memenuhi kebutuhan pokok
sebagai kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, maupun kebutuhan tersier.
Pada kondisi dimana masyarakat telah memenuhi kebutuhan
primernya, maka kemudian secara langsung masyarakat akan
meningkatkan standar konsumsi menjadi upaya dalam pemenuhan
kebutuhan sekunder. Salah satu bentuk kebutuhan sekunder adalah pergi
berwisata. Memang, tidak ada standar yang pasti mengenai tingkatan
kebutuhan ini. Bagi beberapa orang, bisa saja pergi berwisata adalah
kebutuhan tersier. Namun, pada umunya, berwisata merupakan kebutuhan
sekunder, karena untuk sekadar refreshing tidak perlu ke tempat yang
mahal dan mewah. Asal terjangkau dan mampu menghilangkan penat,
mengapa tidak?
Tempat wisata yang menjadi primadona bagi masyarakat kelas
menengah ke bawah, yang ada di Jakarta salah satunya adalah Kota Tua.
Tempat wisata ini, menyuguhkan kentalnya perpaduan unsur sejarah dan
budaya. Dibuktikan dengan arsitektur bangunan yang tetap
mempertahankan bentuk asli, banyaknya museum sejarah dan budaya
seperti Museum Wayang, dll. Kemudian kearifan lokalpun tetap
dipertahankan, mulai dari kendaraan bajaj, sepeda 2 boncengan, pernak-
pernik, dan masih banyak lagi.
Bagian yang menarik perhatian adalah Pedagang Kaki Lima (PKL)
yang tersebar di berbagai sudut Kota Tua. PKL tersebut menjajakan
suvenir atau pernak-pernik khas Kota Tua. Yang menarik lagi adalah
pedagang suvenir tersebut berasal dari kawasan di sekitar Kota Tua itu
sendiri. Masyarakat sekitar seakan sudah terbuka matanya mengenai
peluang bisnis yang ada. Masyarakat sudah mampu menerapkan prinsip
industri kreatif, dimana mampu mengolah bahan yang tersedia dengan
kreativitas sehingga tercipta pernak-pernik yang bisa dijajakan.
Tidak perlu repot-repot membuka kios yang besar, cukup dengan
lembaran karpet atau tenda, masyarakat sekitar sudah bisa membuka bisnis
kecil-kecilan sebagai pedagang kaki lima. Pernak-pernik yang
dijajakanpun bukan pernak-pernik yang mahal. Biasanya hanya berbentuk
gelang dari kayu, miniatur kota tua, boneka, topi pantai, dll. Dengan modal
yang sedikit, mereka sudah berani mengadu peruntungan di tanah Ibukota.
PKL ini mendapat keuntungan yang tidak pasti, tergantung pada
jumlah pembeli yang biasanya menyesuaikan hari. Hari libur menjadi hari
yang paling dinanti karena pasti dagangan mereka laku. Nasib yang serba
tidak pasti dan hanya mengandalkan hoki/untung-untungan menjadi beban
bagi penjual. Akan dibahas dalam karya tulis ini mengenai dampak
penerapan industri kreatif pedagang kaki lima tersebut terhadap
kesejahteraan masyarakat.

1. 2 RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa memilih menjadi PKL dibanding pekerjaan lain?


2. Mengapa dengan menjadi pedagang kaki lima sudah mampu
meningkatkan taraf hidup pedagang?
3. Bagaimana pengaruh penerapan prinsip ekonomi kreatif terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat?
4. Apakah dengan semakin banyaknya PKL, pertumbuhan ekonomi tetap
meningkat atau justru menurun?
1. 3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengerti penyebab masyarakat memilih menjadi pedagang kaki


lima dibanding pekerjaan lain.
2. Untuk mengetahui dampak menjadi pedagang kaki lima terhadap
kesejahteraan hidup pedagang.
3. Untuk memahami pengaruh penerapan ekonomi kreatif terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar Kota Tua.
4. Untuk memahami pengaruh banyaknya PKL terhadap perubahan
pertumbuhan ekonomi masyarakat.

1. 4 MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk siswa :
- Bahan bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan
- Referensi dalam memahami masalah di sekitar terutama
menyangkut mengenai sosial-skonomi
- Refleksi diri agar kelak nanti jika sudah menduduki jabatan
tertentu mampu untuk lebih memperhatikan kesejahteraan
masyarakat
2. Untuk sekolah :
- Acuan bacaan agar mampu mengambil kebijakan-kebijakan baru
sehingga siswa mampu menghadapi tantangan di masa depan
- Alat analisis mengenai fenomena serupa yang munkin saja terjadi
di sekitar sekolah
3. Untuk masyarakat :
- Sumber pengetahuan yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk
menyikapi hal tersebut
- Dasar untuk mengambil tindakan-tindakan baik yang mencegah
maupun yang membangun dari fenomena ini.

1. 5 HIPOTESIS
Pendapat saya sementara sebelum melakukan penelitian ini adalah
bahwa penerapan industri kreatif yang dilakukan oleh masyarakat di
sekitar wisata Kota Tua dengen menjadi pedagang kaki lima merupakan
keputusan yang kurang tepat. Alasannya adalah dengan menjadi PKL,
walau dengan modal yang sedikit, tapi pendapatan yang diterima sedikit
pula. Masyarakat bisa memanfatkan modal yang mereka punya untuk
kegiatan yang lebih produktif, seperti investasi, baik dalam bentuk emas,
tanah, atau yang lainnya.
Lagipula, pendapatan yang tak menentu juga membuat hidup PKL
sserasa terombang-ambing, makan atau tidak mereka hari ini tergantung
pada pembeli, tergantung pada jumlah pengunjung yang dating. Maka saya
berpendapat bahwa menjadi PKL merupakan hal yang kurang tepat.

Anda mungkin juga menyukai