Pimpinan Sidang :
dr. M. Feldy Gazali, SpPD
Oleh :
Winnie Carey (140100197)
Faiza Ruby Azzahra H. (140100181)
Karthikraj A/L Karuppiah (140100271)
Wira Putri Ramadhani (140100087)
Kevin (140100149)
LEMBAR PENGESAHAN
CHIEF OF WARD
PIMPINAN SIDANG
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Congestive Heart Failure”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat bagi
pada pembaca, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum, penyebab gagal jantung dapat dibagi menjadi dua, meliputi
penyakit pada miokard (antara lain: penyakit jantung koroner, kardiomiopati,
miokarditis), dan gangguan mekanis pada miokard (antara lain: hipertensi, stenosis
aorta, koartasio aorta).
1
2
Adapun beberapa manfaat yang diperoleh dari laporan kasus ini adalah :
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
3
4
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi2,3
Gagal jantung kronis dapat diakibatkan oleh berbagai macam gangguan
kardiovaskular. Etiologi dapat dikelompokkan pada yang (1) mengganggu
kontraktilitas ventrikel, (2) meningkatkan afterload, atau (3) mengganggu
relaksasi dan pengisian ventrikel (Gambar 9.6). Gagal jantung yang disebabkan
oleh kelainan pengosongan ventrikel (karena gangguan kontraktilitas atau
kelebihan afterload) disebut disfungsi sistolik, sedangkan gagal jantung yang
disebabkan oleh kelainan relaksasi diastolik atau pengisian ventrikel disebut
disfungsi diastolik. Namun, ada banyak tumpang tindih, dan banyak pasien
menunjukkan kelainan sistolik dan diastolik. Akibatnya, sekarang umum untuk
4
5
5
6
6
7
7
8
Gambar 9.7. Tekanan volume loop pada disfungsi sistol dan diastol
8
9
Penyebab paling umum dari gagal jantung sisi kanan sebenarnya adalah
adanya gagal jantung sisi kiri (Tabel 9.2). Dalam situasi ini, kelebihan afterload
menghadapkan ventrikel kanan karena tekanan vaskular pulmonal yang
meningkat yang dihasilkan dari disfungsi LV. Isolated right-heart failure
kurang umum dan biasanya mencerminkan peningkatan afterload RV karena
penyakit parenkim paru atau pembuluh darah pulmonal. Penyakit jantung
sebelah kanan yang dihasilkan dari proses paru primer dikenal sebagai kor
pulmonale, yang dapat menyebabkan gejala gagal jantung kanan.
9
10
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
10
11
Batuk pada malam hari disebabkan oleh kongesti paru. Hemoptysis dikarenakan
adanya ruptur vena bronchial.4
Pada gagal jantung kanan, dapat dijumpai rasa penuh di perut dikarenakan
hepatomegaly. Dapat ditemukan gejala mual dan muntah dikarenakan edema
saluran pencernaan. Edema perifer dapat mencerminkan adanya peningkatan
tekanan hidrostatik. Berdasarkan anamnesis dapat ditentukan function of class dan
stage dari penyakit congestive heart failure dengan mencocokkan dengan tabel
NYHA functional classification (tabel 1) dan tabel stage (tabel 2).4
Class Deskripsi
11
12
Stage Deskripsi
Stage Deskripsi
Pasien yang memiliki penyakit jantung
B struktural yang berhubungan dengan
CHF namun tidak ada gejala.
Pasien yang sekarang atau dulunya
memiliki gejala CHF yang
C
diasosiasikan dengan penyakit jantung
structural
Pasien dengan penyakit jantung
struktural dan gejala CHF yang berat
D bahkan dengan terapi yang maksimal
dan memerlukan intervensi lanjut
berupa transplantasi jantung
b. Pemeriksaan Fisik
12
13
ventrikel yang kaku dan dijumpai pada disfungsi diastolik. Efusi plura dapat
dijumpai pada gagal jantung kiri maupun kanan.4
Pada gagal jantung kiri sewaktu auskultasi, dapat dijumpai rales pada
lapangan bawah basal paru dikarenakan “popping open” saluran pernafasan yang
kecil sewaktu inspirasi yang tertutup oleh edema. Kongesti paru yang masif juga
dapat menimbulkan suara tambahan ronchi basah dan wheezing yang sering disebut
asma cardiale. Pada gagal jantung kanan dapat dijumpai ventrikel kanan yang dapat
dipalpasi yang menunjukkan adanya pembesaran jantung kanan. Pada auskultasi
dapat dijumpai S3 atau S4 gallop dan murmur tricuspid regurgitation. Dapat
dijumpai peningkatan tekanan vena sistemik yang ditandai dengan adanya distensi
vena jugular, hepatomegaly, dan edema tungkai, serta edema di daerah presacral
pada pasien bedridden.4
Kriteria Framingharm
13
14
Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
Sesak nafas TVJ meningkat
Kelelahan Refleks hepatojugular
Toleransi berolahraga menurun S3 gallop
Paroxysmal Nocturnal Dyspnea atau
Laterally displaced apical impulse
Orthopnea
Kurang Tipikal Kurang Spesifik
Batuk malam hari Peningkatan BB > 2kg dalam 1
minggu pada kasus biasa dan
penurunan BB pada kasus lanjut
Wheezing Cachexia
Penurunan nafsu makan Cardiac murmur
Depresi Tachypnoe dan respirasi cheyne stokes
Palpitasi Pulse irregular
Syncope Hepatomegaly
Perasaan perut kembung Asites
c. Pemeriksaan penunjang
1. BNP
14
15
2. Foto thorax
Foto thorax dapat digunakan untuk melihat adanya kongesti paru, edema
interstitial, efusi pleura, dan kardiomegali pada pasien CHF. Foto thorax juga dapat
digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding berupa pneumonia,
pneumothorax, dan massa thorax.5
3. EKG
Pada pasien CHF dapat ditemukan LBBB, LVH, infark miokardium yang
akut maupun kronik, atrial fibrilasi, dan perubahan gelombang T.5 Pada EKG dapat
dijumpai trias yaitu voltase rendah di lead tungkai, voltase tinggi di lead precordial,
dan R/S ratio < 1.0 pada lead V4. Pada pasien dengan edema perifer yang sudah
diberi tatalaksana diuretik maupun menjalani hemodialisis dapat dijumpai
amplitudo kompleks qrs yang meningkat.7
4. Echocardiography
Darah rutin untuk melihat adanya anemia. Tes fungsi hati dan tes fungsi
ginjal untuk melihat adanya kongesti dan penurunan fungsi. Kadar elektrolit untuk
melihat apakah terdapat electrolit imbalance yang dapat menyebabkan aritmia
secara sekunder.2 Tes genetik dapat dilakukan pada pasien CHF dengan adanya
penemuan riwayat keluarga menderita cardiomyopathy dan penyakit pericardial.
Konseling genetik direkomendasikan pada pasien HCM, idiopathic DCM, ARVC,
restrictive cardiomyopathy, dan isolated non-compaction cardiomyopathy.7
15
16
16
17
2.9 Tatalaksana8,9,10
17
18
7. Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik
stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah
sakit atau di rumah.
8. Aktvitas seksual
Penghambat 5-phosphodiesterase (contoh: sildenafil) mengurangi tekanan
pulmonal tetapi tidak direkomendasikan pada gagal jantung lanjut dan tidak boleh
dikombinasikan dengan preparat nitrat.
b. Tatalaksana Farmakologi
Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas. Tindakan preventif dan pencegahan perburukan penyakit
jantung tetap merupakan bagian penting dalam tata laksana penyakit jantung.
Gambar 2 menyajikan strategi pengobatan mengunakan obat dan alat pada pasien
gagal jantung simtomatik dan disfungsi sistolik. Sangatlah penting untuk
mendeteksi dan mempertimbangkan pengobatan terhadap kormorbid
kardiovaskular dan non kardiovaskular yang sering dijumpai.
1. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
Kecuali kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal
jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %.ACEI memperbaiki
fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit
karenaperburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup.
ACEI kadang-kadang menyebabkan perburukan fungsi ginjal,
hiperkalemia, hipotensi simtomatik, batuk dan angioedema (jarang), oleh sebab itu
ACEI hanya diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal adekuat dan kadar kalium
normal.
Indikasi pemberian ACEI :
1. Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, dengan atau tanpa gejala
2. Terapi lini pertama (bersama dengan penyekat β dan MRA) pada pasien dengan
gagal jantung kelas fungsional NYHA II-IV, mulai terapi sesegera mungkin dari
perjalanan penyakit
18
19
3. ACEI juga memiliki manfaat pada pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri
(kelas fungsional NYHA I)
2. Penyekat β
Kecuali kontraindikasi, penyekat β harus diberikan pada semua pasien gagal
jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. Penyekat β memperbaiki
fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup
19
20
20
21
jantung simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia dan
gangguan fungsi ginjal berat. Antagonis aldosteron mengurangi perawatan rumah
sakit karena perburukan gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan hidup.
21
22
22
23
Efek tidak mengutungkan yang dapat timbul akibat pemberian ARB: Sama seperti
ACEI, kecuali ARB tidak menyebabkan batuk.
5. Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis
atau gejala kongesti. Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status
euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus
diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau reistensi.
Indikasi pemberian diuretik :
1. Semua pasien dengan gejala dan tanda kongesti, tidak memandang fraksi ejeksi
2. Harus digunakan secara kombinasi dengan ACEI / ARB, penyekat β, dan MRA
pada pasien dengan reduksi fraksi ejeksi, sampai tanda kongesti telah diatasi
23
24
3. Thiazide dapat digunakan pada pasien dengan fungsi ginjal yang masih terjaga.
Akan tetapi kebanyakan pasien memerlukan diuretik loop dikarenakan
keparahan dari gejala gagal jantung dan perburukan fungsi ginjal
24
25
Efek tidak mengutungkan yang dapat timbul akibat pemberian kombinasi H-ISDN:
1. Hipotensi simtomatik
2. Nyeri sendi atau nyeri otot
25
26
7. Digoksin
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan
untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti
penyekat beta) lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi
ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % dengan irama sinus, digoksin dapat mengurangi gejala,
menurunkan angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung,tetapi
tidak mempunyai efek terhadap angka kelangsungan hidup.
26
27
27
28
28
29
-obatan digitalis
29
30
BAB III
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Sentosa Sinulingga
Umur : 46 tahun 7 bulan 25 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Karo
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mesjid Suhasda No.36 Medan
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : Sesak Napas
Telaah :
Sesak napas mulai dialam i pasien kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sesak nafas berhubungan dengan aktivitas dan tidak berhubungan dengan cuaca.
Pasien dapat tidur dengan 2-3 bantal. Saat tidur, pasien terbangun pada malam hari
karena sesak. Pasien merasa mudah lelah, demam tidak dijumpai, batuk dijumpai.
30
31
Riwayat batuk >1 bulan disangkal, namun sebelumnya pasien pernah meminm obat
OAT, tetapi tidak tuntas. Keringat malam disangkal, nyeri ulu hati dijumpai, mual
dijumpai, muntah tidak dijumpai. BAK warna kuning dengan volume ± 750ml/hari,
BAB (+) normal. Pasien menyangkal mempunyai riwayat asma. Penurunan berat
badan tidak dijumpai, nafsu makan pasien normal. Riwayat merokok dijumpai.
RPT : DM (+) 5 tahun yang lalu, peny. Jantung
ANAMNESA ORGAN
Jantung Sesak Nafas :(+) Edema :(+)
Angina Pectoris :(-) Palpitasi :(-)
Lain-lain :(-)
31
32
Lain-lain :(-)
BW = 65 / 60 x 100%
= 108,33 %
Indeks Massa Tubuh = BB/(TB)2
= 65/(1,60)2 = 25,39
KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterus (-/-),
pupil: isokor, refleks cahaya direk (+/+) / indirek (+/+).
Kesan: normal
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Bibir : Dalam batas normal
Lidah : Atrofi papil lidah (-)
32
33
LEHER
Struma tidak membesar, tingkat: (-)
Pembesaran kalenjar limfa (-), lokasi (-), jumlah (-), konsistensi (-), mobilitas (-), nyeri
tekan (-)
Posisi trakea: medial, TVJ: R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain (-)
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Ketinggalan bernafas (-)
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak dijumpai
Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri, kesan normal
Iktus : Tidak teraba
Perkusi
Paru
Auskultasi
Paru
THORAX BELAKANG
33
34
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan lambung/usus : Tidak terlihat
Vena kolateral : Tidak dijumpai
Caput medusa : Tidak dijumpai
Lain-lain :(-)
Auskultasi
HATI
LIMFA
Pembesaran :(-)
GINJAL
Ballotement :(-)
34
35
PINGGANG
Nyeri Ketuk Sudut Kosto Vertebra (-)
INGUINAL : Tidak dilakukan pemeriksaan
GENITALIA LUAR : Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT)
Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Spincter Ani : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lumen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mukosa : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sarung tangan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks patologis - -
Lain-lain - -
35
36
36
37
37
38
RESUME
38
39
39
40
- CHF ec CAD
Medikamentosa:
- Inj. Furosemide 20mg/12j
- inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Bisoprolol 1x2,5mg
- Valsartan 1x80mg
- inj. Novorapid 10-10-10 104sc
- Inj. Levemir 0-0-12 14/sc
2. Lipid profile
3. KGDpuasa/2jamPP/HbA1C
40
41
BAB IV
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
13 dan Lemas, Compos mentis CHF fc II-III Bed rest
16 Juli Sesak nafas TD: 130/100 ec CAD septal O2 2-4 L/i via NC
2018 (+) HR: 104 dd HHD Diet Jantung
RR: 28 Alkalosis IVFD Nacl 0.9% 10
Temp: 35,9 respiratorik + gtt/I mikro
edema paru Inj. Furosemid 20
Kepala: DM tipe 2 mg/8jam/IV
Mata: Anemis (-/-), Inj. Ranitidin 50
ikterik (-/-) mg/12jam/IV
Leher: Inj. Novorapid 10-10-
TVJ R-2 cmH20, 10/4jam/sc ½ h.a.c
pem. KGB (-) Furosemide 3x40 mg
Toraks: Bisoprolol 1x2,5 mg
I: Simetris fusiformis Valsartan 1x80 mg
P: SF ka=ki Inj. Novorapid 22 22
P: sonor 22 IV/SC
A: SP: Vesikuler Inj. Levemir 0-0-
melemah di lapangan 12/SC
bawah paru kiri. NKR 2x5mg
ST: Ronkhi basah
basal di lap. bawah
kedua paru
Abdomen:
Soepel,
normoperistaltik,
H/L/R: tidak teraba
Ekstremitas:
akral hangat, nadi
cukup, CRT <2,
edema (+/+)
41
42
42
43
43
44
- Inj. Levemir14
10 →16 10/sc
20 Sesak Sens: CM - CHF FC III - Tirah baring
Juli napas TD: 100/80
ec. CAD - 02 2-4 l/i via
2018 berkurang, mmHg
nyeri HR: 80x/i septal NC
perut RR: 20x/i
- DM tipe 2 - IVFD NaCL
bawah Temp: 36,5 C
VAS 2-3 Mata: anemis (- - Susp. DVT 0,9 % 10gtt/i
/-), iktertik (-/-)
- Pneumonia - Inj. Furosemide
Leher: TVJ R-2
cmH2O, pemb. HAP 20mg/12j
KGB (-)
- inj. Ranitidin
Thorax:
I: Simetris 50 mg/12 jam
fusimormis
- Spironolacton
P: Stem fremitus
ka=ki 1x20mg
P: Sonor
- Bisoprolol
A: SP: bronchial
ST: Ronkhi basah 1x2,5mg
pada lap.paru
- Candesartan
tengah bawah
Abdomen: 1x80mg
I: Simetris
- inj. Novorapid
A: Peristaltik (+)
N 18-18-18 10/sc
P: Timpani
- Inj. Levemir 0-
P: Soepel, H/L/R:
TTB 0-16 10/sc
Ekstremitas
- Nkr 2x5mg
Oedem -/-, CRT
<2
22 Juli Sesak nafas Compos mentis CHF FC II-III Tirah baring
2018 (+), batuk TD: 100/60 ec CAD septal Diet DM 1700 kkal
(+), bengkak HR: 120x/i DM tipe 2 IVFD NaCl 0,9% 20
pada kaki (-) RR: 20x/i gtt/i mikro
Temp: 36,10C Inj. Furosemide 20
gram/12 jam
Kepala: Inj. Ranitidine 50 mg/
Anemia (-/-) dan 12 jam
Ikterus (-/-) Spironolactone 1x2 mg
Leher : Candesartan 1x8 mg
TVJ = R-2 cmH2O Inj. Novorapid 18-18-
Thorax: 18
44
45
45
46
46
47
SP= bronkial,
ST= Ronki basah
pada paru kanan.
Abdomen :
Simetris, soepel
H/L/R tidak teraba,
normoperistaltik,
nyeri tekan ( - )
Ekstremitas :
Edema (+/+)
Akral hangat (+/+),
petekie (-)
1-3 Batuk (+) Compos mentis CHF fc II-III ec Bed rest
Agustus sesekali, TD: 120/80 CAD dd HHD Diet DM 1600 kkal
2018 sesak napas HR: 96 DVT bilateral Furosemide 3x40 mg
berkurang, RR: 24 DM tipe 2 Cefadroxil 2x500 mg
kaki Temp: 37,3 ISK komplikasi Spironolakton 1x25
bengkak (+) mg
Xarilto 2x15 mg
Kepala: Valsartan 1x80 mg
Mata: Anemis (-/-), Inj. Novorapid 22 22
ikterik (-/-) 22 IV/SC
Leher: Inj. Levemir 22 10 /SC
TVJ R-2 cmH20, Rencana PBJ
pem. KGB (-)
Toraks:
I: Simetris
fusiformis
P: SF ka=ki
P: sonor
A: SP: Bronkial lap.
bawah kedua paru.
ST: Ronkhi basah
lap. bawah kedua
paru
Abdomen:
Simetris, peristaltic
(+) N, timpani,
soepel.
H/L/R: tidak teraba
Ekstremitas:
Oedem (-/-, +/+),
akral hangat
47
48
BAB V
DISKUSI KASUS
Teori Diskusi
Diagnosis Diagnosis
- Anamnesis Pada pasien ditemukan
Ditemukan keluhan sesak nafas, keluhan sesak nafas, kelelahan,
orthopnea, dan penurunan
kelelahan, penurunan toleransi toleransi berolahraga.
berolahraga, dan kadang-kadang
dapat dijumpai batuk pada malam
hari, wheezing, penurunan nafsu
makan, depresi, palpitasi, dan
syncope.
- Pemeriksaan Fisik
Leher
Inspeksi : TVJ meningkat
Thorax dan cor
Palpasi : Refleks hepatojugular (+)
Auskultasi : Rales di lapangan
basal paru, S3 gallop dan cardiac
murmur
Abdomen
Palpasi : Hepatomegaly
Ekstremitas
Inspeksi : Edema (+)
- Pemeriksaan penunjang
48
49
Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosis CHF
Pada foto thorax didapati
harus memenuhi minimal 2 kriteria
gambaran LVH, peningkatan
mayor atau 1 kriteria mayor + 2
corakan bronchovaskular, dan
kriteria minor pada kriteria
efusi.
framingharm
Pada pemeriksaan ekg didapati
Kriteria mayor: Edema paru akut,
hasil normal dikarenakan tidak
kardiomegali, reflex hepatojugular,
ada klinis MI
peningkatan TVJ, Paroxysmal
Nocturnal Dyspnea, Orthopnea, Pada pasien dijumpai kriteria
Rales, dan S3 gallop mayor berupa kardiomegali,
Kriteria minor: Edema tungkai, peningkatan TVJ, Orthopnea, dan
sesak napas sewaktu beraktivitas, rales di lapangan basal paru
hepatomegaly, batuk pada malam
Pada pasien dijumpai kriteria
hari, tachycardia dengan frekuensi
minor berupa edema tungkai,
120x/menit, dan efusi pleura
sesak nafas sewaktu beraktivitas,
hepatomegaly, dan efusi pleura.
49
50
Penatalaksanaan
Kecuali kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung
simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %.ACEI memperbaiki fungsi
ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karenaperburukan
gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup. Diuretik
direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala
kongesti. Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia
(kering dan hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai
kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau reistensi.
Non-farmakologis :
o Tirah baring
o Diet DM 1600 kkal
o Tindakan suportif : IVFD NaCl 0.9% 10gtt / menit makro
Farmakologis :
o Furosemide 3x40 mg
o Cefadroxil 2x500 mg
o Spironolakton 1x25 mg
o Xarilto 2x15 mg
o Valsartan 1x80 mg
o Inj. Novorapid 22 22 22 IV/SC
o Inj. Levemir 22 10 /SC
50
51
BAB VI
KESIMPULAN
51
52
DAFTAR PUSTAKA
5. Yancy C.W., Jessup M., Bozkurt B., et al. 2017. ACC/AHA/HFSA Focused
Update of the 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure.
Circulation. e137-e145.
6. Ponikowski P., Voors A. A., Anker S. D., et al. 2016. ESC Guideline for the
Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure: The Task Force
for the Diagnosis of Acute and Chronic Treatment of Acute and Chronic Heart
Failure of the Europian Society of Cardiology (ESC) Developed with the Special
Contribution of the Heart Failure Association (HFA) of the ESC. Europian Heart
Journal. 2128-2146p.
9. ESC. 2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatement of acute and chronic
heart failure. European Heart Journal. 2016.
10. AHA. 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure:
Executive Summary. Journal of the American College of Cardiology. 2013.
52