Makalah Nikel Laterit
Makalah Nikel Laterit
PENDAHULUAN
sangat melimpah di permukaan bumi. Oleh karena itu, perlu dilakukan karakterisasi
dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) untuk melihat tingkat kekristalan dan
(SEM-EDS) untuk menentukan variasi komposisi, struktur mikro dan senyawa kimia
yang terkandung dalam Lempung. Dengan adanya informasi tersebut, maka Lempung
yang ada di daerah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk berbagai
Clay atau Lempung adalah bahan baku yang melimpah yang memiliki berbagai
kegunaan yang menakjubkan dan sifatnya sangat tergantung pada struktur mineral
dan komposisinya. Sifat fisik dan kimia dari mineral Lempung menentukan
pemanfaatannya dalam proses industri. Tanah liat digunakan dalam proses industri,
seperti dalam aplikasi pertanian, di bidang teknik dan aplikasi konstruksi, geologi.
Istilah tanah liat mengacu pada bahan alami yang terdiri dari mineral dengan
komposisi kimia, mineral Lempung dapat dibagi atas tiga kelompok kandites dengan
struktrur yang mirip dengan struktur kaolin, smectites dengan struktur yang mirip
dengan struktur pyrophyllite, dan illites dengan struktur yang mirip dengan struktur
muscovite. Kandites terdiri atas kaolinite, halloysite, dickites, dan nacrite. Kaolinite
ditemukan sebagai unsur pokok umum tanah dan sedimen. Mineral yang lain disebut
smectites, klasifikasi ini dibagi ke dalam jenis dioctahedral dan trioctahedral. Kelompok
mineral yang terakhir yaitu Illites memiliki struktur yang mirip dengan muscovite.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
EDX
1.4 Manfaaf
baik.
2. Dapat mengetahui mineral Lempung
3. Dapat mengetahui karakterisasi mineral Lempung
4. Dapat mengertahui cara analisis senyawa menggunkan tambang dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Lempung atau soil merupakan ibu dari bumi (mother earth) atau sebagai
pendukung dari bumi dimana manusia dan hewan serta tumbuhan berpijak. Tanah dari
desintegrasi batuan atau dari hasil pelapukan batuan keras baik dari Batupasir
(sandstone) maupun dari batuan lainnya, yang mempunyai sifat absorbs dan kembang
susut, hal ini merupakan sifat dapat merusak. Namun demikian tidak semua jenis
2
tanah yang mempunyai sifat negatif, tergantung batuannya dan jenis pelapukannya,
juga oleh pengaruh iklim, waktu dan topografi (I.Ince* dan A. Özdemir, 2010).
batuan sedimen, dengan jumlah hampir 40%, juga sebagai unsur utama tanah ( soil).
Science,untuk menyatakan suatu batuan atau partikel mineral yang terdapat pada
tanah berukuran butir kurang dari 0.002 mm, sedangkan menurut Pettijohn (1987),
Lempung merupakan besar butir dalam skala Wentworth berukuran 1/256 atau 0.0039
mm.
yang paling umum dari semua sedimen, dan mineral Lempung dapat ditemukan
sebagai penyusun tanah dari kutub hingga ke daerah khatulistiwa. Mineral Lempung
yang dihasilkan oleh transformasi batuan induk dengan pemilahan fisik dan kimia
tanpa modifikasi unsur dari mineralnya, dan oleh pelapukan kimia menyebabkan
iklim, vegetasi, fauna dan aktivitas manusia, litografi, bentang alam, air interflow,
waktu.
mineral Lempung (Sugeng 1990), dapat terjadi melalui dua proses yaitu (1) alterasi
fisik dan kimia dari mineral primer (2) pelapukan dari mineral yang segera diikuti
penghabluran kembali bahan yang telah lapuk menjadi mineral Lempung. Mineral Illite
mewakili hidrous mika terbentuk dari muskovit bila keadaannya memungkinkan lewat
proses alterasi. Alterasi muskovit menjadi illit disebabkan sejumlah K + hilang dari
3
struktur kristal dan molekul air menggantikannya, hingga menyebabkan kisi-kisinya
kurang mantap pada saat proses hancuran berlangsung. Hilangnya K + yang terus
menerus dan penggantian Al3+ oleh Mg2+ yang berlangsung dalam lapisan Al3+ akan
berakhir dengan terbentuknya montmorilonit. Dalam beberapa hal illit dapat terbentuk
dimana K+ dijumpai dalam bentuk banyak. Klorit terbentuk melalui proses alterasi biotit
atau mika yang kaya Fe dan Mg. Perubahan itu dibarengi dengan hilangnya sejumlah
Menurut Bambang, dkk. (2006), bahwa ditinjau dari mineralogi Lempung terdiri
dari berbagai macam penyusun mineral yang mempunyai ukuran sesuai dengan
batasan yang ada. Mineral Lempung merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil
kecil yang terdiri dari lembaran-lembaran kristal yang memiliki struktur atom yang
Gambar 2.1 (a) Struktur Silika tetrahedron (b) Struktur Alumina oktahedron (Encyclopdia
Britannica dalam Grim, 2013).
a. Kaolinite, merupakan mineral silikat berlapis, struktur mineral satu banding satu
4
dengan tebal 7 .15Å (1Å=10-10 nm), berwujud seperti lempengan tipis. Mineral
diameter 1000Å sampai 20000Å dan ketebalan dari 100Å sampai 1000Å dengan
luasan spesifik perunit massa ±15 m2/gr. Kaolinit memiliki kapasitas shrink-
tukar kation rendah (1-15 meq/100g). Biasanya disebut oleh masyarakat tanah
satu satuan unit adalah 10Å-18Å, mempunyai beberapa sifat yang spesifik
sehingga keberadaannya dapat mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia tanah.
Struktur kisinya tersusun atas satu lempeng Al2O3 diantara dua lempeng SiO2.
5
3. Drainage yang terhambat sehingga terhindar dari proses pencucian dan
satuan unit adalah 10Å, tidak berubah jika diberi larutan glycol, struktur satuan
satu (1:1), terdiri dari 1 lembar oktahedral dan 1 lapisan tetrahedral serta
lainnya (Hermawan dkk, 2003) yang sering dijumpai adalah Vermiculite dan Chlorite.
Mineral Lempung terdiri dari silicon, aluminium, magnesium, oksigen dan hydrogen.
Beberapa tanah Lempung memiliki sodium potassium atau kalsium. Struktur atom
mineral Lempung terdiri dari dua unit structural yaitu (Das, 1998):
1. Tetrahedron/Silica sheet
terdiri dari empat atom oksigen dan mengelilingi satu atom silikon. Kombinasi
6
Gambar 2.4 a. Tetrahedron dan b. Silica Sheet
2. Octahedron/Alumina sheet
yang terdiri dari enam gugus hidroksil yang mengelilingi sebuah atom
bisa juga dikatakan brucite (brucite sheet) bila atom Al diganti dengan atom
Mg.
masing-masing lapisan terbentuk melalui gaya Van Der Walls, gaya elektostatis
serta ikata hydrogen, antara lapisan satu dengan lapisan yang lainnya memiliki
7
ruang yang dapat dihuni oleh sejumlah kation, molekul air maupun molekul
lainnya.
(tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskop biasa), berbentuk
lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika group, serpentinite group,
mineral-mineral Lempung (clay mineral) dan mineral yang sangat halus lainnya
gambar serta memiliki kemampuan perbesaran objek serta resolusi yang jauh lebih
bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron menggunakan jauh lebih banyak
energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya
(Anonymous, 2012).
8
Gambar 2.7 Instrumen SEM-EDX (Martinez, 2010)
mampu mencapai 200 nm sedangkan elektron mencapai resolusi sampai 0.1-0.2 nm.
Gambar 2.8 Perbandingan Hasil Gambar Mikroskop Cahay dan Mikroskop Elektron
(Martinez, 2010)
beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan karakterisasi. Jika elektron
mengenai suatu benda maka akan timbul dua jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan
pantulan non-elastis.
9
Gambar 2.9 Pantulan Elastis dan Pantulan Non-Elastis (Martinez, 2010)
1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah
udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencer oleh
Adapaun prinsip kerja dari mikroskop SEM ( Scanning Electron Microscope) yaitu
(Prasetyo, 2004):
anoda.
2. Lensa magnetic memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan
baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).
10
Gambar 2.10 Mekanisme Kerja SEM (Prasetyo, 2004)
Skema diagram standar SEM JSM-6510LA dari fabrikan JEOL yang digunakan
dalam penelitian ini dengan fasilitas analisis komposisi kimia berupa detektor sinar X.
Komponen utama alat SEM ini pertama adalah tiga pasang lensalensa elektromagnetik
yang berfungsi memfokuskan berkas elektron menjadi sebuah titik kecil, lalu oleh dua
pasang scan coil discan-kan dengan frekuensi variabel pada permukaan sampel.
Semakin kecil berkas difokuskan semakin besar resolusi lateral yang dicapai. Kesalahan
stigmator. SEM tidak memiliki sistem koreksi untuk kesalahan aberasi lainnya.
11
Gambar 2.11 Blok Diagram SEM
seluruh jalur elektron (column) divakum hingga 10-6torr. Tetapi kevakuman yang
yang menyulitkan analisis pada bahan bahan non-konduktif, seperti keramik dan
oksida. Untuk mengatasi hal tersebut SEM ini memiliki opsi untuk dapat dioperasikan
dengan vakum rendah, yang disebut Low-Vaccum Mode. Dengan teknik low vaccum
kita dapat menganalisis bahan yang non konduktif sekalipun. Tekanan pada mode ini
12
Gambar 2.12 Skema Interaksi antara Bahan dan Elektron di dalam SEM
kualitatif elemen. Metode ini memungkinkan cepat dan analisis kimia non-destruktif
dengan analisis spasial dalam rezim micrometer. Hal ini didasarkan pada analisis
spektral radiasi sinar-X karakteristik yang dipancarkan dari atom sampel pada radiasi
dengan berkas elektron difokuskan dari SEM. Dalam sistem ini spektroskopi dari foton
sinar-X dipancarkan dilakukan oleh detector-Li Si dengan radiasi energi sekitar 150 eV
SEM-EDX adalah alat yang dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dan
kualitatif elemen yang didasarkan pada analisis spektral radiasi sinar-X karakteristik
yang dipancarkan dari atom sampel pada iradiasi dengan berkas elektron yang
difokuskan dari SEM. Alat ini umumnya digunakan untuk berbagai aplikasi termasuk
13
Sumber elektron biasanya berupa filamen dari bahan kawat tungsten atau
berupa jarum dari paduan Lantanum Hexaboride LaB6 atau Cerium Hexaboride CeB6,
yang dapat menyediakan berkas elektron yang teoretis memiliki energi tunggal
elektron menjadi gambar/image. Sesuai dengan jenis elektronnya, terdapat dua jenis
Ketika berkas elektron discan pada permukaan sampel, terjadi interaksi elektron
terlihat pada Gambar 2, akibat interaksi tersebut sebagian besar berkas elektron
memindahkan sebagian besar energi pada elektron atom sehingga terpental ke luar
sekunder selalu diikuti proses munculnya X-ray yang karakteristik untuk setiap elemen,
sehingga dapat digunakan untuk mengukur kandungan elemen yang ada di dalam
yang lebih dalam. Ini disebabkan tumbukan antara elektron dari sumber dengan inti
atom, seperti ditunjukan pada Gambar 2.3, karena massa proton yang membentuk inti
hingga 2000 kali lebih besar dari elektron, maka setiap tumbukan akan menyebabkan
terpentalnya sebagian besar elektron ke arah 180o. Artinya, sebagian akan dipantulkan
kembali ke arah di mana mereka datang yaitu ke luar permukan bahan. Elektron-
elektron BSE ini membawa informasi tentang atom-atom yang ditumbuknya beserta
ikatannya dalam fasa. Sehingga kontras pada image yang terbentuk dari elektron-
elektron BSE dalam batas-batas tertentu dapat dipandang sebagai kontras fasa.
14
Gambar 2.13 Proses Terbentuknya BSE
awan elektron atau orbital sebuah atom maka elektron tersebut dapat saja
memindahkan sebagian energi kinetiknya kepada satu atau lebih elektron pada orbit
tersebut. Elektron itu akan menjadi tidak stabil dan dalam kondisi tereksitasi sehingga
meninggalkan posisinya dan keluar dari permukaan bahan, maka elektron tersebut
berada atau sangat dekat permukaan bahan saja yang dapat lolos ke luar. Dengan
seperti batas butir, edge, porositas, puncak atau lembah akan terlihat lebih detil
15
Gambar 2.14 Proses Terbentuknya SE dan X-Ray
guna menunjukkan secara fisik partikel butiran dan jenis elemen penyusun mineral
Lempung, berdasarkan struktur kristal yang terkandung pada setiap lapisan dengan
kedalaman tertentu. Jumlah rasio terbesar dari macam dan jenis mineral yang
terkandung tersebut, kemudian dihubungkan dengan sifat geokimia dan sifat fisik
tanah residual berdasarkan kandungan mineral Lempung yang dijumpai pada setiap
struktur kisi kristal dan ukuran partikel. Analisis komposisi fasa atau senyawa
data EDX dan XRF yang mengidentifikasi kandungan unsur-unsur utama pada obyek
untuk lebih memastikan jenis mineral tersebut. Rekaman pada diffractometer chart
sebagai difraktogram, tergantung harga jarak kisi yang berbeda dari masing- masing
16
mineral Lempung dan jenisnya yang terkandung pada sampel tanah residual yang
dideterminasi. Secara deskriptif hasil analisis XRD yang diolah secara semi kuantitatif,
untuk mengetahui rasio mineral Lempung, maka diperoleh jenis yang hampir selalu
atua fitur material dengan resolusi yang sangat tinggi dengan memperoleh suatu
diletakkan pengamatan SEM pada rentang perbesaran 1000 sampai dengan 30.000
ribu kali hingga terlihat ukuran dan bentuk partikel Lempung dengan jelas dan dapat
hasil SEM. Hal ini dimaksudkan karena SEM-EDX bisa menghasilkan gambar yang lebih
detail dan jelas dibandingkan dengan penelitian dengan hanya menggunakan SEM,
sehingga dengan menggunakan EDX kita dapat membuat element mapping (pemetaan
dipermukaan bahan. EDX juga bisa digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif
17
1. Preparasi sampel cepat dan sederhana.
2. Ukuran sampel yang relatif besa.
3. Rentang perbesaran yang luas 3 kali sampai 150.000 kali.
4. Menghilangkan efek pergerakan elektron yang tidak beraturan karena adanya
sampel, baik gas yang berasal dari sampel atau pun mikroskop. Karena apabila
hal tersebut terjadi, maka akan menurunkan kontras dan membuat gelap detail
pada gambar.
Sedangkan kelemahan SEM-ESX yaitu sebagai berikut (Prasetyo, 2011):
4. Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mineral Lempung (clay mineral) merupakan kelompok mineral penyusun pada
batuan sedimen, dengan jumlah hampir 40%, juga sebagai unsur utama tanah
(soil).
2. Karakterisasi mineral Lempung dapat diketahui dengan menggunakan metode
SEM-EDX.
18
3. Analisis SEM digunakan untuk mengetahui mikrostruktur dalam tiga dimensi,
guna menunjukkan secara fisik partikel butiran dan jenis elemen penyusun
resolusi tinggi.
3.2. Saran
Dengan demikian pembahasan dari makalah kami. Kami berharap semoga
pembahasan dalam makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan
kami pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam
19