MANAJEMEN BENCANA
“ANALISIS RESIKO BENCANA KDRT”
Dosen : Rijanto, S.Kp., M.Kes
Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas, disamping itu penyusun
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya agar
dapat mengetahui Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Surabaya, 2019
Penyusun,
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Manfaat..........................................................................................................2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................25
4.2 Saran...............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu manajemen bencana yaitu
membuat analisis resiko bencana pada kasus KDRT di Indonesia pada tahun
2018.
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
8
2. Kekerasan psikologis / emosional
Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan
psikis berat pada seseorang.
a. Kekerasan Psikis Berat; berupa tindakan pengendalian, manipulasi,
eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam
bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial, tindakan dan atau
ucapan yang merendahkan atau menghina, penguntitan, kekerasan
dan atau ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis yang
masing- masingnya bisa mengakibatkan penderitaan psikis berat
berupa salah satu atau beberapa hal berikut:
1. Gangguan tidur atau gangguan makan atau ketergantungan obat
atau disfungsi seksual yang salah satu atau kesemuanya berat
dan atau menahun,
2. Gangguan stres pasca trauma,
3. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta
tanpa indikasi medis),
10
korban. Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat
dimasukkan ke dalam jenis kekerasan seksual berat.
4. Kekerasan ekonomi
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari
kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan
menghabiskan uang istri. (http://kompas.com., 2006).
a. Kekerasan Ekonomi Berat; yakni tindakan eksploitasi, manipulasi
dan pengendalian lewat sarana ekonomi berupa:
1. Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasuk
pelacuran.
2. Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya.
3. Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban,
merampas dan atau memanipulasi harta benda korban.
b. Kekerasan Ekonomi Ringan; berupa melakukan upaya-upaya
sengaja yang menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya
secara ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
12
Berawal dari perbedaan pendapat, atau dari keinginan yang tidak
dituruti, atau dari pembagian serta perlakuan yang tak adil dari
14
Peradilan Agama. Antara lain tidak lagi mengkategorikan
poligami sehat atau poligami tidak sehat.
Akses Layanan : lembaga layanan dari OMS sejauh ini yang
paling dipercaya atau terbanyak dipercaya korban untuk
menangani kasusnya. Perempuan korban dan masyarakat telah
menggunakan mekanisme LNHAM dalam memutus mata rantai
kekerasan dan mendapatkan akses layanan.
16
stakeholders harus terlibat sejak awal sehingga mereka memahami
setiap tahap dari risk assessment. Ini akan membantu memastikan,
bahwa kondisi logis, signifikansi dan keterbatasan risk assessment
secara jelas diketahui oleh seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders), termasuk juga informasi yang berasal dari stakeholders
yang bersifat krusial.
18
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Risiko Pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia
Pada Tahun 2018
3.1.1 Data Dasar
1. Data Kejadian KDRT Di Indonesia Pada Tahun 2018 Berdasarkan
Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan Tahun 2018
CATAHU 2018 menunjukkan hal yang baru, berdasarkan laporan
kekerasan di ranah privat/personal yang diterima mitra
pengadalayanan, terdapat angka kekerasan terhadap anak perempuan
yang meningkat dan cukup besar yaitu sebanyak 2.227 kasus.
Sementara angka kekerasan terhadap istri tetap menempati peringkat
pertama yakni 5.167 kasus, dan kemudian kekerasan dalam pacaran
merupakan angka ketiga terbanyak setelah kekerasan terhadap anak
yaitu 1.873 kasus.
Di ranah privat/personal, persentase tertinggi adalah kekerasan fisik
41% (3.982 kasus), diikuti kekerasan seksual 31% (2.979 kasus),
kekerasan psikis 15% (1.404 kasus), dan kekerasan ekonomi 13%
(1.244 kasus).
Hal lain yang mengejutkan pada CATAHU 2018, untuk kekerasan
seksual di ranah privat/personal tahun ini, incest (pelaku orang
terdekat yang masih memiliki hubungan keluarga) merupakan kasus
yang paling banyak dilaporkan yakni sebanyak 1.210 kasus, kedua
adalah kasus perkosaan sebanyak 619 kasus, kemudian
persetubuhan/eksploitasi seksual sebanyak 555 kasus. Dari total 1.210
kasus incest, sejumlah 266 kasus (22%) dilaporkan ke polisi, dan
masuk dalam proses pengadilan sebanyak 160 kasus (13,2%).
Di tahun ini, CATAHU juga menemukan bahwa pelaku kekerasan
seksual tertinggi di ranah privat/personal adalah pacar sebanyak 1.528
orang, diikuti ayah kandung sebanyak 425 orang, kemudian
20
3. Bentuk – Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Perkawinan
Dan Hubungan Pribadi
Kekerasan terhadap perempuan dalam ranah pribadi terjadi dalam
berbagai bentuk. Melalui bentuk-bentuk kekerasan dalam hubungan
perempuan dengan orang terdekat, dapat menggambarkan kekerasan
yang terjadi pada korban. Bentuk-bentuk tersebut adalah kekerasan
terhadap istri (KTI), kekerasan dalam pacaran (KDP), kekerasan terhadap
anak perempuan berdasarkan usia anak (KTAP), kekerasan yang
dilakukan oleh mantan suami dan mantan pacar, kekerasan yang terjadi
pada pekerja rumah tangga, dan ranah personal lainnya.
D
22
Diagram di atas sangat mengejutkan karena kekerasan seksual di
dalam rumah yang banyak dilaporkan adalah kasus incest yaitu sebesar
1,210 kasus, kedua adalah kasus eksploitasi seksual/persetubuhan
sebanyak 555 kasus, dan kemudian perkosaan dan pencabulan. Angka
tentang incest menunjukkan pelaku kekerasan seksual terbanyak
dilakukan oleh orang terdekat yang masih memiliki hubungan keluarga.
Selain itu kekerasan seksual dalam hal incest yang pelakunya adalah
anggota keluarga menjadi semakin banyak terlaporkan.
24
A. Peta Risiko Kejadian KDRT
Keterangan :
: Tinggi
: Sedang
: Rendah
C. Analisis Risiko
Keterangan :
Ancaman : 3
KDRT dapat menyebabkan psikologis seseorang terganggu.
Hampir tidak ada seseorang yang psikologisnya tidak terganggu
setelah mengalami kekerasan. Oleh sebab itu ancaman untuk
KDRT termasuk tinggi, sehingga diberi skor 3.
Keretanan : 2
KDRT dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya ekonomi.
Indonesia merupakan berkembang yang pertumbuhan ekonominya
masih rendah, sehingga di Indonesia masih tergolong rentan terjadi
26
KDRT. Oleh sebab itu kerentanan untuk KDRT di Indonesia
termasuk sedang, sehingga diberi skor 2.
Kapasitas : 2
Di Indonesia banyak terdapat LSM yang memperjuangkan hak-hak
anak dan perempuan. LSM tersebut mempunyai tujuan untuk
mencegah dan menanggulangi resiko terjadinya KDRT. Namun,
seiring waktu, semakin banyak kekerasan yang terjadi. Sehingga
dapat disimpulkan dengan adanya LSM ini masih belum bisa untuk
mengurangi resiko terjadinya KDRT. Oleh karena itu, kapasitas
untuk mengurangi resiko KDRT sedang. Sehingga diberi skor 2.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Seharusnya seorang suami dan istri harus banyak bertanya dan belajar,
seperti membaca buku yang memang isi bukunya itu bercerita tentang
bagaimana cara menerapkan sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warahmah.
Di dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang baik antara suami
dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di
dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara
kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam
rumah tangga. Seharusnya seorang suami dan istri bisa mengimbangi
kebutuhan psikis, di mana kebutuhan itu sangat mempengaruhi keinginan
kedua belah pihak yang bertentangan. Seorang suami atau istri harus bisa
saling menghargai pendapat pasangannya masing-masing.
4.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
25