PEMBAHASAN
A. Kencur
1. Arti Penting
dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang
yang ada di dalam tanah yang disebut rimpang kencur atau rizoma (Barus
2009).
bisul dan jamur. Selain itu minuman beras kencur berkhasiat untuk menambah
dicampur minyak kelapa atau alkohol digunakan untuk mengurut kaki keseleo
antara lain saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Tanaman ini
dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. Banyaknya manfaat
intensif yang disesuaikan dengan produk akhir yang diinginkan (Otih et al.
2005)
2. Biologi
musim. Akar rimpang kencur menempel pada umbi akar dan sebagian lagi
dengan induk rimpang di tengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam
putih berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna
putih kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang
lebih tua ditumbuhi akar pada ruas-ruas rimpang berwarna putih kekuningan.
tunggal, melebar dan mendatar hampir rata dengan permukaan tanah. Jumlah
daun bervariasi antara 8-10 helai dan tumbuh secara berlawanan satu sama
lain. Bentuk daun elip melebar sampai bundar, ukuran panjang daun 7-12 cm
dan lebarnya 3-6 cm, serta berdaging agak lebar. Bunga kencur keluar dalam
bentuk buliran setengah duduk dari ujung tanaman di sela-sela daun. Warna
bunganya putih, ungu hingga lembayung dan tiap tangkai bunga berjumlah 4-
12 kuntum bunga. Bunga kencur berwarna putih berbau harum terdiri dari
empat helai daun mahkota. Tangkai bunga berdaun kecil sepanjang 2–3 cm,
tidak bercabang, dapat tumbuh lebih dari satiu tangkai, panjang tangkai 5–7
cm berbentuk bulat dan beruas ruas. Putik menonjol keatas berukuran 1–1,5
cm, tangkai sari berbentuk corong pendek. Buah kencur termasuk buah kotak
beruang 3 dengan bakal buah yang letaknya tenggelam, tetapi sulit sekali
menghasilkan biji.
Zat-zat kimia yang telah banyak diteliti adalah pada rimpangnya, yakni
cumarik, etil ester dan pentadekan. Dalam literatur lain disebutkan bahwa
bagi obat-obatan, terutama obat batuk, sakit perut dan obat pengeluaran
B. Dermatitis
1. Defenisi
sendiri adalah suatu inflamasi pada kulit yang dapat disertai dengan adanya
Penyakit kulit akibat kerja atau penyakit kulit okupasi adalah keadaan
abnormal dari kondisi kulit karena adanya kontak dengan substansi atau
efeknya yang sering kronik dan memiliki pengaruh yang besar terhadap
berkaitan dengan reaksi imun dikarenakan paparan langsung dari agen bahan
iritan dengan kulit. Dermatitis kontak Iritan juga merupakan efek sitotoksik
lokal langsung dari bahan iritan fisika maupun kimia yang bersifat tidak
spesifik, pada sel−sel epidermis dengan respon peradangan pada dermis dalam
2. Klasifikasi
merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan
b. Neurodermatitis
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini
muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang
antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini
dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti
Parkinson.
d. Dermatitis Stasis
e. Dermatitis Atopik
gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,
riwayat atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau
dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
f. Dermatitis Medikamentosa
tanpa vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada
bibir, glans penis, telapak tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat-
obatan yang masuk kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal.
3. Etiologi
bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, sabun, alkali, serbuk kayu.
faktor, selain faktor molekul bahan iritan, lama kontak, frekuensi paparan juga
Sekitar 80−90% kasus DKI disebabkan oleh paparan zat kimia dan
pelarut. Inflamasi dapat terjadi setelah satu kali paparan atau paparan berulang
DKI yang terjadi stelah pemaparan pertama disebut DKI akut dan biasanya
disebabkan oleh iritan yang kuat, seperti asam kuat, basa kuat, garam, logam
berat, aldehid, senyawa aromatik dan polisiklik. Sedangkan DKI yang terjadi
setelah pemaparan berulang disebut dengan DKI kronis, dan biasanya
usia anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi, mengenai
seluruh ras, jenis kelamin yaitu insidens DKI lebih banyak pada wanita, pada
penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami ambang rangsang terhadap
kulit pada waktu tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. Bahan iritan dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Iritan kuat
4. Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan
iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk,
ikat air kulit. Kebanyak bahan iritan (toksin) merusak membran lemak
Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNF−α, suatu sitokin
2006).
tempat terjadinya kontak di kulit tergantung pada bahan iritannya. Ada dua
jenis bahan iritan, yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang
dan menimbulkan gejala berupa eritema, edema, panas, dan nyeri (Kamphf,
2007). Sedangkan iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau
mengeluarkan cairan bila terkelupas, gatal, perih, dan rasa terbakar terjadi
gejala awal seperti ini hingga pembentukan luka dan area nekrosis pada kulit.
Dalam beberapa hari, penurunan dermatitis dapat terjadi bila iritan dihentikan.
Pada pasien yang terpapar iritan secara kronik, area kulit tersebut akan
mengalami radang, dan mulai mengkerut, membesar bahkan terjadi hiper atau
5. Manifestasi Klinis
Kelainan kulit yang sangat beragam, tergantung pada sifat iritan. Iritan
kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis (Siregar,
yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronik.
a. Dermatitis kontak iritan akut
bahan kimia asam atau basa kuat, atau paparan singkat serial bahan kimia,
atau kontak fisik. Sebagian kasus dermatitis kontak iritan akut merupakan
akibat kecelakaan kerja. Kelainan kulit yang timbul dapat berupa eritema,
kontak, dan lamanya kontak. Reaksinya dapat berupa kulit menjadi merah
atau cokelat, terjadi edema dan rasa panas, atau ada papula, vesikula,
2006).
kerjasama berbagai macam faktor, suatu bahan secara sendiri tidak dapat
2010).
kulit tebal dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak
fisura. Kelainan kulit dapat juga berupa kulit kering dan skuama tanpa
stadium, diantaranya:
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
albumin, globulin
oleh sebab lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa
tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di
dari tahap seluler awal pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan
peradangannya.
7. Komplikasi
6. Penatalaksanaan
a. Kortikosteroid
spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel
selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping
b. Radiasi ultraviolet
antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T
c. Siklosporin A
e. Imunosupresif topical
IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain.
atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan
kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti peradangan tidak