Anda di halaman 1dari 44

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

NOMOR 12 TAHUN 2012

TENTANG
TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GRESIK,

Menimbang : bahwa dalam pelaksanaan ketentuan Pasal 53 ayat (1) dan


ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Tata Cara
Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian
Kepala Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Timur sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor
19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

1
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4587);
5. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun
2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Gresik
Tahun 2010 Nomor 2);
6. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 3 Tahun
2010 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran
Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2010 Nomor 3);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun
2010 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan
Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Gresik
Tahun 2010 Nomor 5);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GRESIK
dan
BUPATI GRESIK

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PEMILIHAN


KEPALA DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Bupati adalah Bupati Gresik.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gresik.
3. Camat adalah Camat di Kabupaten Gresik.

2
4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
7. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat
BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
8. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra Pemerintah Desa dalam pemberdayaan
masyarakat.
9. Tim Fasilitasi tingkat Kabupaten adalah Tim yang
dibentuk oleh Bupati dengan tugas melakukan fasilitasi
dan pemantauan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa di
Kabupaten Gresik.
10. Tim Fasilitasi tingkat Kecamatan adalah Tim yang
dibentuk oleh Camat dengan tugas melakukan fasilitasi,
pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa di wilayah kerja Kecamatan yang
bersangkutan.
11. Panitia Pelaksana Pemilihan Kepala Desa yang
selanjutnya disebut Panitia Pemilihan adalah Panitia yang
dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan proses
Pemilihan Kepala Desa.
12. Bakal Calon Kepala Desa adalah warga desa setempat yang
melamar atau mendaftar sebagai Calon Kepala Desa.

3
13. Calon Kepala Desa adalah Bakal Calon Kepala Desa yang
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mengikuti
Pemilihan Kepala Desa.
14. Calon Kepala Desa Terpilih adalah Calon Kepala Desa
yang memperoleh suara terbanyak dalam Pemilihan
Kepala Desa.
15. Penjaringan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
Panitia Pemilihan untuk mendapatkan Bakal Calon
kepala desa.
16. Penyaringan adalah seleksi administrasi yang dilakukan
oleh Panitia Pemilihan terhadap Bakal Calon Kepala
Desa.
17. Pemilih adalah penduduk desa yang memenuhi syarat
sebagai pemilih dan terdaftar dalam daftar pemilih.
18. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS
adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan data
Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum terakhir yang telah
diperbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya serta
ditambah dengan pemilih baru.
19. Daftar Pemilih Tambahan yang selanjutnya disebut
DPTambahan adalah daftar pemilih yang disusun
berdasarkan usulan dari pemilih karena yang
bersangkutan belum terdaftar dalam DPS.
20. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT
adalah daftar pemilih yang telah ditetapkan oleh Panitia
Pemilihan sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan
jumlah pemilih dalam pemilihan Kepala Desa.
21. Kampanye adalah kegiatan dalam rangka meyakinkan
pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program Calon
Kepala Desa.
22. Pendukung adalah orang perseorangan atau sekelompok
orang penduduk desa setempat yang secara aktif
mengajak pemilih untuk memberikan suaranya bagi
Calon Kepala Desa yang didukungnya yang dibentuk oleh
Bakal Calon/Calon Kepala Desa dan dilaporkan kepada
Panitia Pemilihan.

4
23. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS
adalah tempat Panitia Pemilihan penyelenggaraan
pemungutan suara dan penghitungan perolehan suara
Calon Kepala Desa yang dihadiri oleh para saksi masing-
masing Calon Kepala Desa.
24. 1 (satu) hari adalah waktu yang lamanya 24 jam.

BAB II
AZAS DAN RUANG LINGKUP PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 2

Pemilihan kepala desa dilaksanakan berdasarkan azas


langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Pasal 3

Ruang lingkup peraturan daerah ini meliputi pencalonan,


pemilihan, pengangkatan, pelantikan dan pemberhentian
kepala desa

BAB III
HAK MEMILIH DAN DIPILIH

Pasal 4

(1) Setiap penduduk desa yang memenuhi persyaratan


sebagai pemilih berhak memilih dalam pemilihan Kepala
Desa.
(2) Persyaratan sebagai pemilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. terdaftar secara sah sebagai penduduk desa yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 6 bulan dengan
tidak terputus-putus;
b. sudah berusia 17 (tujuh belas) tahun dan atau telah
pernah menikah pada saat pencoblosan
dilaksanakan;
c. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap;

5
d. tidak pernah terlibat baik langsung maupun tidak
langsung dalam suatu kegiatan yang mengkhianati
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.

Pasal 5

Untuk menggunakan hak pilihnya setiap penduduk desa


yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 4, disahkan sebagai pemilih.

Pasal 6

(1) Setiap penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia


yang memenuhi persyaratan berhak mencalonkan diri
sebagai bakal calon kepala desa.
(2) Persyaratan sebagai bakal calon kepala desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung
dalam kegiatan yang menghianati Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, atau kegiatan organisasi terlarang
lainnya;
d. berpendidikan minimal Sekolah Lanjutan Tingkat
pertama dan/atau sederajat;
e. pada saat pendaftaran berusia paling muda 25 (dua
puluh lima) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. berkelakuan baik, jujur dan adil;
h. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5
tahun;
i. tidak dicabut Hak Pilihnya berdasarkan keputusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

6
j. mengenal desanya dan dikenal oleh masyarakat desa
setempat;
k. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
l. terdaftar secara sah sebagai penduduk dan bertempat
tinggal tetap di Desa yang bersangkutan sekurang-
kurangnya 2 tahun terakhir dengan tidak terputus-
putus, kecuali Putra Desa yang berada di luar desa
tersebut;
m. belum pernah menjabat kepala desa paling lama 10
(sepuluh) tahun atau 2 (dua) kali masa jabatan;
n. rekomendasi / ijin dari instansi induknya bagi yang
berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil atau anggota
TNI/POLRI;
o. Surat bukti pengunduran diri bagi anggota BPD yang
mencalonkan sebagai kepala desa;
p. Surat bukti/pernyataan cuti dari jabatannya selama
proses pemilihan kepala desa, bagi perangkat desa
lainnya yang mencalonkan sebagai kepala desa;
q. Surat bukti pengunduran diri bagi penjabat kepala
desa yang mencalonkan sebagai kepala desa.

BAB IV
PERSIAPAN PEMILIHAN

Pasal 7

(1) Dalam hal masa jabatan kepala desa akan berakhir, BPD
memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan
berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis 6
(enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan dengan
tembusan kepada Camat.
(2) Selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan Kepala Desa, BPD memproses
pemilihan Kepala Desa.

Pasal 8

Kepala Desa setelah menerima pemberitahuan mengenai


akan berakhirnya masa jabatannya, berkewajiban
menyampaikan pertanggungjawaban akhir masa jabatannya
kepada Bupati melalui Camat Paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhir masa jabatannya.

7
BAB V
PANITIA PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 9

Dalam rangka penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa


dibentuk kepanitiaan Pemilihan Kepala Desa terdiri dari :
a. Tim Fasilitasi Pemilihan Kepala Desa tingkat Kabupaten;
b. Tim Fasilitasi Pemilihan Kepala Desa tingkat Kecamatan;
dan
c. Panitia Pelaksana Pemilihan Kepala Desa di Tingkat Desa.

Pasal 10

(1) Tim Fasilitasi Pemilihan Kepala Desa tingkat Kabupaten


dibentuk oleh Bupati.
(2) Tim Fasilitasi Pemilihan Kepala Desa tingkat Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas :
a. memfasilitasi penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa
agar berjalan dengan lancar, tertib dan aman;
b. menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
pemilihan Kepala Desa;
c. mengkoordinasikan pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa;
d. mengkoordinasikan pengamanan Pemilihan Kepala
Desa;
e. melakukan pemantauan pelaksanaan Pemilihan
Kepala Desa sejak persiapan sampai dengan
Pelantikan Kepala Desa terpilih;
f. memberikan saran dan bimbingan kepada Tim
Fasilitasi Pemilihan Kepala Desa tingkat Kecamatan
dan/atau Panitia Pelaksana Pemilihan Kepala Desa
tingkat Desa;
g. memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati
dalam pengambilan Keputusan;
h. melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati.

Pasal 11

8
(1) Tim Fasilitasi Pemilihan Kepala Desa tingkat Kecamatan
dibentuk oleh camat.
(2) Tim Fasilitasi Pemilihan Kepala Desa tingkat Kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mempunyai tugas :
a. memfasilitasi penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa
di Kecamatan masing-masing agar berjalan dengan
lancar, tertib dan aman;
b. memfasilitasi pengamanan dan mengambil langkah-
langkah yang diperlukan apabila terjadi gangguan
keamanan sejak persiapan sampai dengan selesainya
kegiatan Pemilihan Kepala Desa;
c. memfasilitasi pembentukan Panitia Pelaksana
Pemilihan Kepala Desa tingkat Desa;
d. memfasilitasi penyusunan tata tertib pemilihan
Kepala Desa;
e. memberikan saran dan bimbingan kepada Panitia
Pelaksana Pemilihan Kepala Desa tingkat Desa;
f. memberikan saran dan pertimbangan dibidang
keamanan kepada Bupati;
g. melaporkan kepada Camat atas pelaksanaan
tugasnya yang selanjutnya Camat meneruskan
laporan tersebut kepada Bupati.

Pasal 12

(1) Panitia Pelaksana Pemilihan Kepala desa dibentuk oleh


BPD.
(2) Jumlah keanggotaan Panitia Pelaksana Pemilihan Kepala
Desa ditentukan sesuai kebutuhan dengan ketentuan
berjumlah ganjil paling sedikit 5 (lima) orang dan paling
banyak 17 (tujuh belas) orang yang terdiri dari:
a. unsur perangkat desa paling banyak 20 %;
b. unsur lembaga kemasyarakatan desa paling banyak
40%;
c. unsur tokoh Masyarakat selain anggota BPD paling
banyak 40 %.
(3) Susunan Panitia Pemilihan Kepala Desa terdiri dari :
a. ketua merangkap anggota;

9
b. sekretaris merangkap anggota;
c. bendahara merangkap anggota;
d. beberapa anggota yang jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan.
(4) Penentuan kedudukan dalam Panitia pemilihan Kepala
Desa ditentukan dengan musyawarah atau melalui
mekanisme pemilihan.
(5) Panitia Pemilihan Kepala Desa dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab kepada BPD.

Pasal 13

(1) Panitia Pelaksana Pemilihan Kepala Desa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), mempunyai tugas :
a. menyusun jadwal kegiatan Pemilihan Kepala Desa;
b. mengelola anggaran pelaksanaan Pemilihan Kepala
Desa secara efisien, efektif, transparan dan akuntabel;
c. menyusun tata tertib Pemilihan Kepala Desa;
d. mengadakan sosialisasi pelaksanaan Pemilihan dan
mengumumkan akan diadakannya Pemilihan Kepala
Desa;
e. melakukan pendaftaran pemilih, menandatangani dan
mengumumkan daftar pemilih sementara dan daftar
pemilih tetap;
f. melaksanakan pendaftaran dan seleksi administrasi
Bakal Calon Kepala Desa;
g. menetapkan tanggal pelaksanaan pemungutan suara;
h. menyiapkan tempat dan peralatan pemungutan suara;
i. melaksanakan pemungutan suara dengan tertib,
aman, lancar, dan teratur;
j. melaksanakan penghitungan suara secara cermat,
transparan, dan tertib;
k. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara;
l. membuat berita acara Pemilihan Kepala Desa, yang
meliputi berita acara penetapan nomor urut Calon
Kepala Desa, berita acara jalannya pelaksanaan
Pemilihan Kepala Desa, berita acara pemungutan dan
hasil perhitungan suara;

10
m. melaporkan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
kepada BPD.
(2) Panitia Pelaksana Pemilihan Kepala Desa mempunyai
wewenang dan tanggung jawab :
a. melakukan pemeriksaan identitas Bakal Calon Kepala
Desa berdasarkan persyaratan yang ditentukan;
b. mengajukan Bakal Calon Kepala Desa yang
memenuhi syarat kepada BPD untuk ditetapkan
sebagai Calon Kepala Desa;
c. mengundi dan menetapkan nomor urut Calon Kepala
Desa;
d. mengesahkan hasil penghitungan suara.
(3) Panitia Pemilihan Kepala Desa berkewajiban :
a. memperlakukan Calon Kepala Desa secara adil;
b. menyampaikan laporan kepada BPD untuk setiap
tahapan pelaksanaan Pemilihan dan menyampaikan
informasi kepada masyarakat;
c. melaksanakan tahapan Pemilihan tepat waktu;
d. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran
kepada masyarakat melalui BPD.

Pasal 14

(1) Dalam rangka Pemilihan Kepala Desa, BPD mempunyai


tugas :
a. mengawasi proses penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Desa;
b. memberikan saran dan pertimbangan kepada Panitia
Pelaksana Pemilihan Kepala Desa;
c. mengawasi pelaksanaan kampanye Calon Kepala Desa
dan/atau pendukungnya;
d. mengawasi penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa
dan mengambil langkah yang diperlukan untuk
kelancaran pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa;
e. melaporkan hasil pengawasannya kepada Bupati
melalui Camat.

11
(2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), BPD mempunyai kewenangan
melalui panitia pelaksana pemilihan kepala desa :
a. memperingatkan Calon Kepala Desa dan/atau
pendukungnya yang melanggar tata tertib kampanye
Pemilihan Kepala Desa;
b. menghentikan kampanye calon Kepala Desa dan/atau
pendukungnya yang melanggar tata tertib kampanye
Pemilihan Kepala Desa;
c. menyita, melepas, dan mengamankan alat kampanye
Calon Kepala Desa yang melanggar tata tertib
Kampanye Pemilihan Kepala Desa;
d. menerima laporan pelanggaran peraturan perundang-
undangan dan tata tertib Pemilihan Kepala Desa;
e. menfasilitasi penyelesaian masalah yang terjadi dalam
penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa antara
Panitia Pemilihan dan Calon Kepala Desa.
(3) Dalam melaksanakan Pengawasan sebagaimana
dimaksud ayat (2), BPD wajib :
a. memperlakukan Calon Kepala Desa secara adil dan
setara;
b. melakukan pengawasan pelaksanaan pemilihan
secara aktif;
c. menyelesaikan sengketa proses pemilihan Kepala
Desa baik antara Panitia Pemilihan dengan Para
Calon Kepala Desa maupun antar Calon Kepala Desa;
d. meneruskan temuan dan laporan yang merupakan
pelanggaran Peraturan Perundang-undangan;
e. menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada
Bupati.

Pasal 15

Apabila diantara anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa ada


yang ditetapkan sebagai Bakal Calon Kepala Desa, sakit atau
berhalangan hadir 7 (tujuh) hari berturut-turut dengan atau
tanpa alasan apapun, maka keanggotaannya digantikan oleh
Unsur Perangkat Desa, Unsur Pengurus Lembaga

12
Kemasyarakatan Desa dan Tokoh Masyarakat yang lain,
berdasarkan ketetapan BPD.

BAB VI
DAFTAR PEMILIH

Pasal 16

(1) Panitia Pemilihan melakukan pendataan dan


pendaftaran pemilih sementara dengan menggunakan
formulir Daftar Pemilih Sementara yang disusun
berdasarkan wilayah Dusun yang memuat kolom :
a. Nomor urut;
b. Nama Lengkap;
c. Tempat dan tanggal lahir/ umur;
d. Jenis kelamin;
e. Status perkawinan;
f. Alamat; dan
g. Keterangan;
(2) Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum pemilihan
dilakukan, DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disahkan oleh Ketua Panitia Pemilihan dan diumumkan
dengan cara menempelkan DPS di papan pengumuman
di Balai Desa dan di tempat lain yang strategis dan
mudah dibaca di masing-masing RW dan RT.
(3) Kepada penduduk calon pemilih atau Penduduk Desa
dapat memberikan tanggapan, koreksi, usul dan saran
perbaikan DPS dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak DPS
diumumkan.
(4) Semua tanggapan, koreksi, usul dan saran perbaikan
sebagai bahan penyempurnaan DPS yang kemudian
dituangkan dalam DPT.
(5) DPT sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disahkan oleh
Ketua Panitia Pemilihan paling lambat 14 hari sejak
diumumkan DPS.
(6) Tanggapan, usul, dan saran yang disampaikan setelah
jangka waktu 7 (tujuh) hari sebagaimana dimaksud pada

13
ayat (3) tidak dapat diterima dan tidak akan
mempengaruhi sahnya pemilihan.

BAB VII
PENJARINGAN

Pasal 17

(1) Pencalonan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap


penjaringan dan penyaringan Bakal Calon oleh Panitia
Pemilihan.
(2) Penjaringan Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui pengumuman kekosongan
jabatan Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan paling lambat
90 (sembilan puluh) hari terhitung sebelum berakhirnya
masa jabatan kepala desa.
(3) Penjaringan Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan melalui pengumuman tertulis yang
ditempelkan di Balai Desa dan tempat lain yang strategis.
(4) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai dengan undangan kepada penduduk yang
memenuhi persyaratan untuk mendaftarkan diri sebagai
bakal calon kepala desa.

BAB VIII
PENDAFTARAN BAKAL CALON KEPALA DESA

Pasal 18

(1) Penduduk desa yang memenuhi persyaratan sebagai


calon kepala desa berhak mendaftarkan diri sebagai
bakal calon Kepala Desa.
(2) Pendaftaran bakal Calon Kepala Desa dilakukan
dengan pengajuan permohonan sebagai calon kepala desa
kepada panitia pemilihan pada waktu yang telah
ditentukan.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan secara tertulis dengan tulisan tangan diatas

14
kertas bermeterai cukup dilengkapi berkas persyaratan
dan dibuat rangkap 4 (empat).
(4) berkas Persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) meliputi:
a. Surat Pernyataan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa;
b. Surat Pernyataan Setia dan Taat kepada Pancasila
dan UUD 1945;
c. Surat Pernyataan tidak pernah terlibat langsung
atau tidak langsung dalam kegiatan yang
menghianati Pancasila dan UUD 1945, seperti
G30SPKI dan/atau kegiatan organisasi terlarang
lainnya;
d. Foto kopi ijazah mulai dari pendidikan dasar,
sampai ijazah terakhir yang dilegalisir oleh pejabat
yang berwenang;
e. Surat pernyataan usia dengan dilampiri foto kopi
akta kelahiran atau surat kenal lahir yang dilegalisir
oleh pejabat yang berwenang;
f. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari
dokter puskesmas atau rumah sakit pemerintah;
g. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Polres
Gresik;
h. Surat Pernyataan mengenal desanya dan dikenal di
desanya dengan disertai tanda tangan pengenalan
dari 10 orang warga desa;
i. Surat keterangan tidak sedang dicabut hak pilihnya
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap;
j. Surat Pernyataan bersedia dicalonkan untuk
menjadi Kepala Desa;
k. Surat Pernyataan terdaftar sebagai penduduk desa
dengan dilampiri dengan fotoki KTP;
l. Pas Foto 4X6 cm.

BAB IX
PENYARINGAN

Pasal 19

15
(1) Penyaringan Bakal Calon dilakukan melalui seleksi
administratif atas kelengkapan dan kebenaran data atas
semua berkas lamaran dan persyaratan yang
disampaikan oleh Bakal Calon.
(2) Hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh
Ketua dan Sekretaris Panitia Pemilihan.
(3) Seleksi administratif dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Panitia Pemilihan mengadakan penelitian terhadap
semua berkas lamaran/ persyaratan Bakal Calon
yang diterima;
b. Apabila setelah diadakan penelitian ternyata terdapat
kekurangan dan/atau keragu-raguan tentang
persyaratan yang telah ditetapkan, maka yang
bersangkutan diberi kesempatan untuk melengkapi
persyaratan dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak di
kembalikannya berkas/persyaratan kepada bakal
calon yang bersangkutan;
c. Pengembalian berkas lamaran/persyaratan yang
belum lengkap/diragukan disertai dengan catatan
tentang berkas lamaran/persyaratan yang belum
lengkap/diragukan, apabila dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari yang bersangkutan tidak
melengkapi/membetulkan dan mengembalikan
kepada Panitia Pemilihan dianggap mengundurkan
diri dan dinyatakan gugur sebagai Bakal Calon.

BAB X
PENETAPAN CALON KEPALA DESA
YANG BERHAK DIPILIH

Pasal 20

(1) Bakal Calon yang telah memenuhi persyaratan


administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai Calon yang
berhak dipilih.

16
(2) Daftar Calon yang berhak dipilih diumumkan kepada
masyarakat dengan cara menempelkan foto, nomor
undian dan tanda gambar di Balai Desa dan tempat yang
strategis lainnya di wilayah Desa paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak penutupan pendaftaran bakal calon.
Pasal 21

(1) Setelah pengumuman Calon sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 20 ayat (2) selesai, Panitia Pemilihan segera
melaksanakan undian nomor urut dan tanda gambar
bagi masing-masing Calon.

(2) Pengundian nomor urut dan tanda gambar


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling
lambat 3 hari sejak pengumuman.

BAB XI
KAMPANYE

Pasal 22

(1) Kepada Calon diberikan kesempatan untuk melakukan


kampanye sejak pengumuman Calon oleh Panitia
Pemilihan sampai 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan
pemilihan.

(2) Tata tertib kampanye dan penetapan waktu kampanye


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Panitia Pemilihan.

(3) Dalam pelaksanaan kampanye, Calon dilarang


mempermasalahkan ideologi Pancasila, Undang Undang
Dasar 1945, suku, agama dan golongan serta menghina
pribadi calon yang lain.

(4) Kampanye tidak dibenarkan dalam bentuk arak-arakan/


pawai dan bentuk lain yang dapat mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat.

Pasal 23
(1) Dalam melaksanakan kampanye, Calon memaparkan
kepada masyarakat tentang visi, misi dan program
kerja yang akan dilaksanakan selama masa jabatan

17
tahun apabila yang bersangkutan terpilih sebagai
Kepala Desa.
(2) Calon menyerahkan naskah tertulis visi, misi dan
program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Panitia Pemilihan.
(3) Visi, misi dan program kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) oleh Panitia Pemilihan ditempelkan di
tempat umum setelah undian tanda gambar selesai
dilakukan.

BAB XII
PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 24

(1) Panitia Pemilihan memberitahukan kepada calon


pemilih yang telah terdaftar dengan surat
pemberitahuan yang mencantumkan nama pemilih
sesuai DPT dan tempat pemilihan atau pemungutan
suara diselenggarakan.
(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud ayat (1)
berlaku sebagai undangan dan disampaikan kepada
pemilih dengan tanda terima oleh yang bersangkutan
atau keluarganya paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
pemilihan.
(3) Bagi penduduk Desa yang namanya tercantum dalam
DPT tetapi belum mendapat surat pemberitahuan,
dapat meminta kepada Panitia Pemilihan paling
lambat sampai dengan 1 (satu) hari sebelum
pelaksanaan pemilihan.

Pasal 25

(1) Panitia Pemilihan melakukan persiapan pelaksanaan


pemilihan, baik mengenai tempat pemilihan, TPS,
perlengkapan pemungutan suara, kartu suara
ataupun persiapan lainnya guna menjamin
kelancaran, ketertiban, keamanan, dan kesuksesan
pelaksanaan pemilihan.

18
(2) Pemilihan dilaksanakan dengan mempertimbangkan
terjaminnya kebebasan, kerahasiaan pemberian
suara, ketertiban, keamanan, dan dapat diselesaikan
dalam 1 (satu) hari.

BAB XIII
KEBERATAN

Pasal 26
(1) Saksi dan/atau Calon Kepala Desa dapat mengajukan
keberatan terhadap jalannya penghitungan suara apabila
ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.
(2) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sebelum Ketua Panitia Pelaksana
Pemilihan mengumumkan dan mengesahkan hasil
penghitungan suara, keberatan yang diajukan setelah
disahkannya hasil penghitungan suara, tidak akan
dilayani dan tidak mempengaruhi hasil pemilihan.
(3) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh saksi dan/atau
Calon Kepala Desa dapat diterima, Panitia Pemilihan
seketika itu juga mengadakan pembetulan.
(4) Dalam hal tidak ada keberatan dari saksi dan/atau Calon
Kepala Desa, Ketua Panitia Pelaksana Pemilihan
mengumumkan dan mengesahkan hasil penghitungan suara.

Pasal 27
(1) Setelah selesai penghitungan suara, segera dibuat Berita
Acara penghitungan suara beserta lampirannya yang
berisi laporan kegiatan pemungutan dan penghitungan
suara.
(2) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditandatangani oleh Ketua Panitia Pelaksana Pemilihan
dan Calon Kepala Desa.
(3) Dalam hal terdapat Calon Kepala Desa yang tidak mau
menandatangani Berita Acara penghitungan suara,
dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua
Panitia Pelaksana Pemilihan dan Ketua BPD yang

19
menyebutkan salah satu atau lebih Calon Kepala Desa
tidak mau menandatangani Berita Acara Penghitungan
Suara dengan disertai alasan-alasannya.
(4) Berita Acara Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tetap dinyatakan sah dan tidak
mempengaruhi hasil pemilihan.
Pasal 28

(1) Penghitungan ulang surat suara dapat dilakukan apabila


terdapat 1 (satu) atau lebih penyimpangan :
a. penghitungan dilakukan secara tertutup;
b. penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang
penerangan cahaya;
c. saksi, calon Kepala Desa dan warga masyarakat tidak
dapat menyaksikan penghitungan suara secara jelas.
(2) Permohonan penghitungan ulang surat suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan oleh
Calon Kepala Desa paling lambat 1 hari sejak selesainya
penghitungan suara.
(3) Permohonan penghitungan ulang surat suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diajukan secara
tertulis oleh Calon Kepala Desa kepada Panitia Pelaksana
Pemilihan disertai alasan, bukti, dan saksi.
(4) Panitia Pelaksana Pemilihan memutuskan menerima atau
menolak permohonan penghitungan ulang surat suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), setelah mendapat
persetujuan BPD.
(5) Penolakan terhadap permohonan penghitungan ulang
surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
disampaikan secara tertulis oleh Panitia Pelaksana
Pemilihan disertai alasan dan pertimbangan paling
lambat 1 hari sejak diterimanya permohonan
penghitungan ulang surat suara dari Calon Kepala Desa.
(6) Penolakan terhadap permohonan penghitungan ulang
surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (5), bersifat
final dan mengikat.

BAB XIV
CALON TERPILIH

20
Pasal 29

(1) Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah Calon


Kepala Desa yang tidak gugur dan memperoleh dukungan
suara terbanyak.
(2) Dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari setelah
diterimanya laporan dari Panitia Pemilihan, BPD
menetapkan calon Kepala Desa terpilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan laporan dan Berita
Acara Pemungutan Suara dan Berita Acara Penghitungan
Suara yang disampaikan dari Panitia Pemilihan.
(3) Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan BPD.
(4) Apabila BPD tidak segera membuat Keputusan BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Camat segera
melaporkan kepada Bupati.

BAB XV
PENGESAHAN

Pasal 30
(1) Paling lambat 3 (tiga) hari sejak ditetapkannya Calon
Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29, BPD mengajukannya pengesahannya kepada Bupati
melalui Camat.
(2) Bupati mengesahkan pengangkatan Kepala Desa Terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 15
(lima belas) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
Keputusan BPD tentang Penetapan Calon Kepala Desa
Terpilih.

BAB XVI
PELANTIKAN

Pasal 31

(1) Bupati menerbitkan keputusan bupati tentang


pengesahan, pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling
lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya
penyampaian hasil pemilihan dari BPD.

21
(2) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa
mengucapkan Sumpah/ Janji dan dilantik oleh Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk.

(3) Bunyi Sumpah/Janji Kepala Desa adalah sebagai berikut :

“ Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa


saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala
Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan
seadil-adilnya;
Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan
mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara; dan
Bahwa saya akan menegakkan kehidupan Demokrasi
dan Undang-undang Dasar 1945 serta melaksanakan
segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-
lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia”.

Pasal 32
Pelantikan Calon Kepala Desa Terpilih sebagai Kepala Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilaksanakan pada
tanggal berakhirnya masa jabatan Kepala Desa periode
sebelumnya, sekaligus dilaksanakan serah terima jabatan
bertempat di wilayah Desa yang bersangkutan atau di tempat
lain yang ditunjuk oleh Bupati.

BAB XVII
PEMILIHAN ULANG DAN PENGULANGAN
PROSES PEMILIHAN

Pasal 33

(1) Pemilihan ulang


dilaksanakan dalam hal beberapa Calon memperoleh
suara terbanyak dalam jumlah yang sama.
(2) Pemilihan ulang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak pemilihan
pertama dilaksanakan.

22
Pasal 34

(1) Dalam hal pemilihan dengan calon tunggal dinyatakan


sah apabila dihadiri sebanyak 50 % ditambah 1 (satu)
dari jumlah DPT.
(2) Dalam hal pemilihan dengan Calon tunggal, Calon
memperoleh suara yang sama atau di bawah suara yang
diperoleh oleh surat suara dengan tanda gambar kotak
kosong, maka pemilihan dinyatakan gagal.
(3) Dalam hal terjadi pemilihan gagal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Panitia Pemilihan melaksanakan
pengulangan proses pemilihan baru mulai dari
pencalonan sampai dengan selesainya pemilihan.

Pasal 35

(1) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33


ayat (1) dilaksanakan hanya diikuti oleh calon yang
mendapat suara terbanyak dengan jumlah suara yang
sama.
(2) Dalam hal pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hasilnya tetap sama, maka pemilihan dinyatakan
batal dan harus dilaksanakan pengulangan proses
pemilihan ulang kembali sebagaimana dimaksud Pasal 33
ayat (2).

BAB XVIII
PENGAWASAN PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 36

(1) Dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa, BPD


merupakan lembaga yang berhak melakukan
pengawasan dan menyelesaikan sengketa proses
pemilihan.
(2) BPD berkewajiban untuk menyelesaikan sengketa proses
pemilihan, antara Panitia Pemilihan dengan Para Calon
Kepala Desa maupun antar Calon Kepala Desa.

23
Pasal 37

(1) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 36 ayat (1), BPD mengadakan rapat menurut
keperluan.
(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dimusyawarahkan segala sesuatu mengenai pengawasan
terhadap pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
(3) Anggota BPD wajib merahasiakan hal yang dalam rapat
ditentukan untuk dirahasiakan.

Pasal 38

(1) Dalam melaksanakan tugas pengawasan, BPD dapat


mengadakan klarifikasi kepada pihak yang diperlukan
dan dilakukan dalam bentuk tim berdasarkan keputusan
rapat.
(2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan
beberapa hal yang perlu dilakukan klarifikasi kepada
pihak terkait.
(3) Penunjukkan Ketua dan anggota Tim sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Ketua BPD.
(4) Laporan hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dimusyawarahkan dalam rapat BPD untuk
diambil keputusan.

Pasal 39

(1) Pelanggaran pada setiap tahapan pemilihan dilaporkan


kepada BPD oleh Calon Kepala Desa dan/atau
pendukungnya.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),
disampaikan secara tertulis yang berisi :
a. nama dan alamat pelapor;
b. waktu dan tempat kejadian perkara;
c. nama dan alamat pelanggar;
d. nama dan alamat saksi; dan
e. uraian kejadian.

24
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2),
disampaikan kepada BPD paling lambat 1 hari sejak
terjadinya pelanggaran.
(4) Tata cara pelaporan diatur lebih lanjut oleh BPD.

Pasal 40

(1) BPD mengkaji setiap laporan pelanggaran yang diterima.


(2) BPD memutuskan untuk menindaklanjuti atau tidak
menindaklanjuti laporan sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1), paling lambat 1 hari setelah laporan diterima.
(3) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa dan tidak
mengandung unsur tindak pidana, diselesaikan oleh BPD
berpedoman pada Ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
(4) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa mengandung
unsur tindak pidana, penyelesaiannya diteruskan kepada
aparat penyidik.
(5) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), untuk pelanggaran terhadap dugaan
memberikan dan/atau menjanjikan uang dan/atau
barang baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada pemilih yang dapat mempengaruhi hak pilih,
terlebih dahulu diselesaikan oleh BPD dan apabila BPD
tidak dapat menyelesaikan sengketa dimaksud,
diteruskan kepada aparat penyidik.
(6) Laporan yang mengandung unsur pidana sebagaimana
dimaksud pada Ayat (4), yang telah memperoleh putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
yang berakibat calon terpilih tidak memenuhi
persyaratan, ditindaklanjuti dengan pembatalan oleh
BPD.

Pasal 41

(1) BPD menyelesaikan sengketa proses pemilihan Kepala


Desa melalui tahapan :

25
a. mempertemukan pihak yang bersengketa melakukan
musyawarah untuk mencapai kesepakatan;
b. dalam hal tidak tercapai kesepakatan tersebut pada
huruf a, BPD sebagai pengawas pemilihan membuat
keputusan;
c. keputusan tersebut pada huruf b, bersifat final dan
mengikat.
(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1), paling lambat 1 hari sejak pihak yang bersengketa
dipertemukan.

Pasal 42

Pengawasan terhadap pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa


meliputi pelaksanaan kegiatan :
a. pendaftaran pemilih;
b. kampanye Calon Kepala Desa dan/atau Pendukungnya;
c. pemungutan suara;
d. penghitungan suara; dan
e. penetapan hasil Pemungutan dan Penghitungan Suara.

Pasal 43
(1) Sasaran pengawasan terhadap kegiatan pendaftaran
pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf a,
adalah :
a. Penyusunan DPS;
b. Pengumuman DPS;
c. Penyusunan dan pengesahan DPTambahan;
d. Pengumuman DPTambahan;
e. pengesahan DPT; dan
f. Penerimaan undangan oleh Pemilih.
(2) Sasaran pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
penyusunan DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf b adalah :
a. Penyusunan DPS menggunakan formulir Daftar
Pemilih Sementara;
b. Persyaratan Pemilih;
c. Seorang pemilih hanya didaftar satu kali dalam daftar
pemilih;
d. Berita Acara Penetapan DPS;

26
e. DPS diumumkan selama 7 (tujuh) hari; dan
f. DPS ditandatangani oleh Ketua Panitia Pemilihan.
(3) Sasaran pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
penyusunan DPTambahan dan DPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c adalah :
a. penyusunan DPTambahan dan DPT menggunakan
formulir DPTambahan dan DPT;
b. daftar nama pemilih yang mendaftarkan diri untuk
dicatat sebagai pemilih melalui seksi pendaftaran
pemilih;
c. alasan perubahan telah sesuai dengan ketentuan
Pasal 16 ayat (2) dan ayat (3);
d. DPTambahan diumumkan selama 7 (tujuh) hari dan
DPT diumumkan selama 3 (tiga) hari;
e. berita Acara Penetapan DPTambahan dan DPT; dan
f. DPTambahan dan DPT ditandatangani oleh Ketua
Panitia Pemilihan.

Pasal 44

Sasaran pengawasan terhadap kegiatan kampanye


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf b adalah :
a. pelaksanaan kampanye sesuai dengan tempat dan jadwal
waktu yang telah ditentukan;
b. pelaksanaan kampanye tidak melanggar ketentuan dalam
Pasal 22;
c. pemasangan atribut kampanye bukan pada bangunan
tempat ibadah, tempat pendidikan dan bangunan milik
pemerintah atau pemerintah desa;
d. pemasangan atribut kampanye di rumah/pekarangan
seizin pemilik rumah/pekarangan.

Pasal 45

Sasaran pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan


pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
huruf c adalah:
a. pengaturan tempat diatur sedemikian rupa sehingga bagi
setiap pemilih ada jaminan untuk dapat memberikan
suaranya secara bebas dan rahasia;

27
b. pemilih memberikan suara di dalam bilik pemberian
suara dengan cara mencoblos salah satu tanda gambar
yang terdapat dalam surat suara.

Pasal 46
Sasaran pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
penghitungan suara di TPS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 huruf d adalah :
a. dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) menit setelah
selesai pemungutan suara;
b. dilakukan dengan cara menghitung satu demi satu surat
suara yang telah dicoblos oleh pemilih;
c. disaksikan oleh saksi dari masing-masing Calon Kepala
Desa;
d. petugas Penghitung surat suara membuka selembar demi
selembar surat suara dan mengumumkan sah atau
tidaknya suara yang diberikan oleh pemilih, dengan
menunjukkan kepada saksi dan pemilih yang hadir;
e. hasil penghitungan suara dibuat Berita Acara
Rekapitulasi penghitungan suara di TPS yang
ditandatangani oleh Petugas Penghitung Suara dan Saksi
Para Calon Kepala Desa.

Pasal 47

Sasaran pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan


penetapan hasil pemungutan dan penghitungan suara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf e adalah :

a. dilaksanakan setelah seluruh proses penghitungan suara


pada masing-masing TPS selesai dilaksanakan;

b. jalannya Rapat Pemungutan dan Penghitungan Suara;

c. alasan Saksi/Calon Kepala Desa yang tidak


menandatangani berita acara penghitungan suara;

d. syarat sahnya pelaksanaan pemungutan suara.

BAB XIX
LARANGAN DAN SANKSI

Pasal 48

28
(1) Bagi bakal atau Calon Kepala Desa yang memalsukan
keterangan mengenai dirinya dan/atau melakukan
kecurangan yang dibuktikan dan/atau dikuatkan oleh
Lembaga yang berkompeten dan hal tersebut diketahui
sebelum diadakan pemilihan, maka Panitia Pemilihan
berhak menyatakan bakal calon atau calon Kepala Desa
tersebut gugur.

(2) Dalam hal pemalsuan keterangan dan/atau melakukan


kecurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diketahui setelah pemilihan dinyatakan sah, maka calon
Kepala Desa terpilih tetap dilantik dan apabila
dikemudian hari berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang
bersangkutan dinyatakan bersalah melakukan tindak
pidana sebagaimana tersebut diatas, yang bersangkutan
akan diberhentikan dari jabatannya sebagai Kepala Desa.

Pasal 49

Calon kepala desa baik langsung maupun melalui orang lain


dilarang memberikan dan/atau menjanjikan akan
memberikan sesuatu, baik langsung maupun tidak langsung,
dengan nama atau dalih apapun dalam usaha untuk
memenangkan dirinya dalam pemilihan Kepala Desa, kecuali
hidangan makanan dan minuman yang disajikan di tempat
tinggal calon kepala desa sebagai jamuan bagi tamu yang
datang.

Pasal 50

(1) Setiap orang dilarang menggunakan hak pilih orang lain


dalam pemilihan kepala desa.
(2) Dalam hal terdapat pemilih yang menggunakan hak pilih
orang lain dan hal tersebut diketahui sebelum hak
pilihnya dipergunakan, maka kepada orang yang diwakili
kehilangan hak pilihnya sedangkan kepada orang yang
akan menggunakan hak pilih orang lain tersebut
dikenakan tindakan sesuai Peraturan Perundang-
undangan.

29
(3) Dalam hal terdapat pemilih yang menggunakan hak pilih
orang lain dan hal tersebut diketahui setelah hak pilihnya
dipergunakan, maka hak pilihnya tetap dianggap sah dan
yang bersangkutan dikenakan tindakan sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 51

Dalam hal anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa terbukti


melakukan pelanggaran ketentuan dalam pemilihan Kepala
Desa, maka kepada yang bersangkutan dapat diberhentikan
dari kepanitiaan dan dikenakan tindakan sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.

BAB XX
MASA JABATAN

Pasal 52

Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun terhitung


sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya
untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

BAB XXI
BIAYA PEMILIHAN

Pasal 53

(1) Rencana biaya pemilihan dibuat oleh Panitia Pemilihan


diajukan kepada Pemerintah Desa, dengan
memperhatikan prinsip rasional efektif dan efisien.

(2) Pemerintah Desa dan BPD menetapkan besarnya biaya


pemilihan Kepala Desa dengan memperhatikan kebutuhan
yang diperlukan dan kemampuan keuangan Desa.

(3) Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada APB Desa


yang bersumber dari APBD, dan dari sumber lain yang sah
dan tidak mengikat.

(4) Bantuan Biaya pemilihan Kepala Desa yang bersumber dari


APBD berjumlah Rp 3.000,- (tiga ribu rupiah) per pemilih.

30
(5) Bantuan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dipergunakan sekurang-kurangnya untuk :

a. surat suara;
b. alat coblos;
c. bilik suara;
d. kotak suara; dan
e. sosialisasi.
BAB XXII
PEMBERHENTIAN DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA

Bagian Kesatu
Pemberhentian

Pasal 54

Kepala Desa berhenti, karena:


a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; dan
c. diberhentikan.

Pasal 55

Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada


pasal 54 huruf c karena :

a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala


Desa yang baru;

b. tidak dapat melaksanakan tugas secara


berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-
turut selama 6 (enam) bulan;

c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa;

d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan;

e. tidak melaksanakan kewajiban kepala desa;


dan/atau

f. melanggar larangan bagi kepala desa.

Pasal 56

(1) Usul pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 55 huruf a dan huruf b diusulkan oleh

31
Pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat,
berdasarkan keputusan musyawarah BPD.
(2) Usul pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud
dalam pasal 55 huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f
berdasarkan putusan musyawarah BPD yang dihadiri
sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
anggota BPD.

Pasal 57

(1) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 56 ayat (2) dilakukan setelah pemeriksaan
oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintahan (APIP).
(2) Pemeriksaan oleh APIP atas permintaan BPD kepada
Bupati melalui Camat berdasarkan putusan musyawarah
BPD.

Pasal 58

Pengesahan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 57 ditetapkan dengan Keputusan
Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima.

Pasal 59

Kepala Desa diberhentikan dengan tidak hormat oleh Bupati


tanpa melalui usulan BPD apabila terbukti melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap

Pasal 60

(1) Apabila Kepala Desa berhenti atau diberhentikan sebelum


masa jabatannya berakhir, Bupati mengangkat Penjabat
Kepala Desa dengan tugas pokok menyelenggarakan
pemilihan Kepala Desa.
(2) Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus sudah selesai dilaksanakan oleh Penjabat

32
Kepala Desa paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak
pengangkatannya sebagai Penjabat Kepala Desa.
(3) Pengangkatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati
berdasarkan usulan Camat.
(4) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dijabat oleh Sekretaris Desa.

(5) Dalam hal Sekretaris Desa tidak dapat melaksanakan


tugas sebagai Penjabat Kepala Desa, Camat mengusulkan
salah seorang Perangkat Desa.

(6) Usulan Camat untuk mengangkat Perangkat Desa


sebagai Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) ditetapkan dengan memperhatikan usulan
tertulis dari BPD.

Bagian Kedua
Pemberhentian Sementara

Pasal 61

(1) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa


melalui usulan BPD apabila dinyatakan sebagai terdakwa
dalam perkara tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

(2) Apabila sampai dengan berakhirnya masa jabatan Kepala


Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ternyata belum ada putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, Kepala Desa
yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya karena
telah berakhir masa jabatannya.

Pasal 62

(1) Desa yang tidak melaksanakan kewajibannya


menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa (LPPD) dan/atau Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada BPD dan/atau
informasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa dapat
dikenai sanksi berupa teguran tertulis oleh Bupati atau

33
Pejabat yang ditunjuk setelah menerima Laporan tertulis
dari BPD melalui Camat.
(2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sejak diberikannya
sanksi teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kepala Desa tetap tidak menyampaikan LPPD
dan/atau LKPJ kepada BPD dan/atau Informasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dapat dikenai
sanksi pemberhentian sementara oleh Bupati
berdasarkan usulan BPD melalui Camat.

(3) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa


melalui usulan BPD karena berstatus sebagai tersangka
melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana
terorisme, makar dan/atau tindak pidana terhadap
keamanan negara.
(4) Kepala Desa yang berstatus sebagai tersangka melakukan
tindak pidana selain tindak pidana korupsi, terorisme,
makar dan/atau tindak pidana terhadap keamanan Negara
atau tindak pidana dengan ancaman pidana paling sedikit
5 (lima) tahun dapat diberhentikan sementara oleh Bupati
berdasarkan usulan BPD melalui Camat.

Pasal 63

(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 62, setelah
melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak ditetapkan putusan pengadilan, Bupati harus
merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali kepala
desa yang bersangkutan sampai dengan berakhirnya
masa jabatannya.
(2) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa
jabatannya, Bupati merehabilitasi Kepala Desa yang
bersangkutan.
(3) Apabila dalam masa pemberhentian sementara ternyata
Kepala Desa yang bersangkutan telah berakhir masa

34
jabatannya, Kepala Desa yang bersangkutan
diberhentikan dari jabatannya sesuai dengan saat
berakhirnya masa jabatannya.

Pasal 64

Apabila Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 62, maka
Penjabat Kepala Desa melaksanakan tugas dan kewajiban
Kepala Desa sampai dengan adanya putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
BAB XXIV
LOWONGAN JABATAN KEPALA DESA

Pasal 65

Jabatan Kepala Desa dinyatakan lowong dalam hal Kepala


Desa berhenti atau diberhentikan sementara oleh Bupati
karena sebab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1)
dan 62.

Pasal 66

(1) Paling lama 1 (satu) bulan sejak terjadinya lowongan


jabatan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal
65, harus sudah dimulai persiapan pemilihan Kepala
Desa.
(2) Pelaksanaan pemilihan Kepala Desa agar diselenggarakan
paling lama 6 (enam) bulan sejak terjadinya lowongan
jabatan Kepala Desa.

BAB XXV
PENJABAT KEPALA DESA

Pasal 67

Dalam hal kepala desa berhenti atau diberhentikan untuk


melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan desa diangkat
Penjabat Kepala Desa.

35
Pasal 68

(1) Pengangkatan penjabat Kepala Desa ditetapkan dengan


Keputusan Bupati atas usul BPD melalui Camat.
(2) Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari tidak
diusulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka
Camat dapat mengajukan Penjabat Kepala Desa kepada
Bupati.

(3) Dalam hal Kepala Desa diberhentikan, Penjabat Kepala


Desa melaksanakan tugas sampai dengan dilantiknya
calon Kepala Desa terpilih dari hasil pemilihan Kepala
Desa dan Masa Jabatan Penjabat Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lama 6
(enam) bulan terhitung sejak tanggal pelantikan sampai
dengan terpilihnya Kepala Desa yang baru.
(4) Tugas, wewenang, dan kewajiban Penjabat Kepala Desa
adalah sama dengan tugas, wewenang, dan kewajiban
Kepala Desa, kecuali memberhentikan/mengangkat
Perangkat Desa.
(5) Penjabat Kepala Desa dengan tugas pokok
menyelenggarakan Pemilihan Kepala Desa paling lama 6
(enam) bulan terhitung sejak tanggal pengangkatan.

BAB XXVI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 69

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, bagi kepala desa


yang masa jabatannya berakhir paling lambat bulan Mei
2013 proses pemilihan kepala desa berlaku Peraturan
Daerah Kabupaten Gresik Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Desa.

BAB XXVII
PENUTUP
Pasal 70

36
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah
ini sepanjang mengenai teknis pelaksanannya diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Bupati.

Pasal 71

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, Pasal 13 sampai


dengan Pasal 42 Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor
12 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Desa (lembaran
Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2006 Nomor 12) dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 72

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gresik.

Ditetapkan di Gresik
pada tanggal

BUPATI GRESIK,

Dr. Ir. H. SAMBARI HALIM RADIANTO, ST., M.Si.

Diundangkan di Gresik
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN GRESIK,

37
Ir. MOCH. NADJIB, MM
Pembina Utama Madya
NIP. 19551017 198303 1 005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2012 NOMOR

38
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK
NOMOR 12 TAHUN 2012

TENTANG

TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN


PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

I. UMUM

Sebagai miniatur negara Indonesia, Desa menjadi arena politik paling


dekat bagi relasi antara masyarakat dengan pemegang kekuasaan (perangkat
Desa). Di satu sisi, para perangkat Desa menjadi bagian dari birokrasi negara
yang mempunyai daftar tugas kenegaraan, yakni menjalankan birokratisasi di
level Desa, melaksanakan program-program pembangunan, memberikan
pelayanan administratif kepada masyarakat. Tugas penting pemerintah Desa
adalah memberi pelayanan administratif (surat-menyurat) kepada warga.
Di sisi lain, karena dekatnya arena, secara normatif masyarakat akar-
rumput sebenarnya bisa menyentuh langsung serta berpartisipasi dalam
proses pemerintahan dan pembangunan di tingkat Desa. Para perangkat Desa
selalu dikonstruksi sebagai “pamong Desa” yang diharapkan sebagai
pelindung dan pengayom warga masyarakat. Para pamong Desa beserta elite
Desa lainnya dituakan, ditokohkan dan dipercaya oleh warga masyarakat
untuk mengelola kehidupan publik maupun privat warga Desa. Dalam
praktiknya antara warga dan pamong Desa mempunyai hubungan kedekatan
secara personal yang mungkin diikat dengan tali kekerabatan maupun
ketetanggaan, sehingga kedua unsur itu saling menyentuh secara personal
dalam wilayah yang lebih privat ketimbang publik. Batas-batas urusan privat
dan publik di Desa sering kabur. Sebagai contoh, warga masyarakat menilai
kinerja pamong Desa tidak menggunakan kriteria modern (transparansi dan
akuntabilitas), melainkan memakai kriteria tradisional dalam kerangka
hubungan klientelistik, terutama kedekatan pamong dengan warga yang bisa
dilihat dari kebiasaan dan kerelaan pamong untuk beranjangsana
Jika pemerintah Desa menjadi sentrum kekuasaan politik, maka kepala
Desa (lurah Desa) merupakan personifikasi dan representasi pemerintah
Desa. Semua perhatian di Desa ditujukan kepada Kepala Desa secara
personal. Hitam putihnya Desa ini tergantung pada kepala desanya. Kades

39
harus mengetahui semua hajat hidup orang banyak, sekalipun hanya
selembar daun yang jatuh dari pohon. Karena itu kepala Desa selalu sensitif
terhadap legitimasi di mata rakyatnya. Legitimasi berarti pengakuan rakyat
terhadap kekuasaan dan kewenangan kepala Desa untuk bertindak mengatur
dan mengarahkan rakyat.
Kepala Desa yang terpilih secara demokratis belum tentu memperoleh
legitimasi terus-menerus ketika menjadi pemimpin di Desanya. Legitimasi
mempunyai asal-usul dan sumbernya. Legitimasi kepala Desa bersumber
pada ucapan yang disampaikan, nilai-nilai yang diakui, serta tindakan yang
diperbuat. Umumnya kepala Desa yakin bahwa pengakuan rakyat sangat
dibutuhkan untuk membangun eksistensi dan menopang kelancaran
kebijakan maupun tugas-tugas yang diemban, meski setiap kepala Desa
mempunyai ukuran dan gaya yang berbeda-beda dalam membangun
legitimasi. Tetapi, kepala Desa umumnya membangun legitimasi dengan cara-
cara yang sangat personal ketimbang institusional. Kepala Desa dengan
gampang diterima secara baik oleh warga bila ringan tangan membantu dan
menghadiri acara-acara privat warga, sembada dan pemurah hati, ramah
terhadap warganya, dan lain-lain.
Di sisi lain, pemerintahan Desa mempunyai organisasi dan birokrasi
yang sederhana. Para Birokrat Desa (sekretaris Desa hingga kepala-kepala
urusan) disebut sebagai perangkat Desa yang bertugas membantu kepala
Desa dalam menjalankan urusan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan, termasuk pelayanan administratif di dalamnya. Di Jawa,
perangkat Desa sering disebut sebagai “Pamong Desa”, yang karena posisinya
sebagai pemuka masyarakat, dan memperoleh mandat untuk mengayomi dan
membimbing rakyat Desa. Mereka juga mempunyai atribut mentereng (abdi
negara dan abdi masyarakat) yang menjadi kebanggaannya. Sebagai abdi
negara, perangkat Desa menyandang atribut dan simbol-simbol yang
diberikan oleh negara, sekaligus menjalankan tugas-tugas negara, seperti
menarik pajak, mengurus administrasi, surat-surat resmi, pendataan
penduduk dan lain-lain. Sebagai abdi masyarakat, perangkat Desa bertugas
melayani masyarakat 24 jam, mulai pelayanan administratif hingga pelayanan
sosial (mengurus kematian, hajatan, orang sakit, pasangan suami isteri yang
mau cerai, konflik antarwarga, dan sebagainya).

II. PASAL DEMI PASAL

40
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Yang dimaksud dengan “putra desa” dalam pasal ini adalah
seseorang yang dilahirkan atau orang tuanya asli dari desa dan
masih tinggal di desa dimaksud.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.

41
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.

42
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.

43
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.

44

Anda mungkin juga menyukai