Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS PENGARUH KURS, PRODUK DOMESTIK BRUTO DAN SUKU BUNGA

TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA (1986-2015)

Yonaris Inggar Pramadica

201604030200

Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Jalan Lingkar Selatan, Tamantiro, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

E-mail : ypramadica99@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Kurs (nilai tukar Rupiah
terhadap US Dollar), produk domestik bruto dan tingkat suku bunga terhadap jumlah uang
beredar (JUB) di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang bersumber dari website Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik dan World Bank, dimulai
pada tahun 1985 sampai dengan tahun 2015. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif
dan regresi linear berganda. Hasil penelitian yang diperoleh variable Kurs, produk domestic
bruto, dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap perubahan jumlah uang beredar di
Indonesia.

Kata kunci : Jumlah Uang Beredar, Kurs, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga.

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Jumlah uang beredar merupakan salah satu variabel sektor moneter yang
dianggap penting dalam menggerakkan perekonomian. Dalam suatu penelitian, jumlah
uang beredar dinyatakan sebagai indikator yang memberikan sinyal positif terhadap
adanya pertumbuhan ekonomi. Secara umum, uang merupakan alat untuk pembayaran
yang ada di suatu negara dan telah disahkan oleh negara tersebut sebagai media
bertransaksi. Uang yang disahkan negara untuk transaksi dapat berupa logam atau
kertas, hal ini guna memudahkan kegiatan ekonomi. Beberapa ahli mengatakan bahwa
uang juga berfungsi untuk pertukaran/jual-beli barang atau jasa, penyimpan kekayaan,
serta untuk pembayaran hutang piutang. Uang dapat digunakan selama masyarakat
menerima dan percaya bahwa uang adalah ukuran dalam bertransaksi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa, uang adalah suatu benda yang diterima secara umum oleh seluruh
lapisan masyarakat di suatu negara untuk mengukur nilai, menukar atau membayar atas
pembelian barang/jasa, dan dapat bertindak sebagai alat penimbun kekayaan.
Tercatat dalam sejarah, pada tahun 1980-an kondisi perekonomian Indonesia
mengalami kemunduran akibat dari resesi global. Karena resesi global sangat
mempengaruhi perekonomian Indonesia, pada tahun 1983 pemerintah mengambil
kebijakan untuk menderegulasi perbankan sebagai langkah mempertahankan
perekonomian Indonesia. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertinggi efisiensi
dan mobilisasi dana dalam mengatasi permasalahan saat itu. Setiap gerak kebijakan
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi, namun
memerlukan cukup waktu untuk mencapai keberhasilan dari suatu kebijakan. Selaku
otoritas moneter, Bank Sentral perlu menyesuaikan kebijakan-kebijakannya dalam
pengendalian jumlah uang beredar di masyarakat agar uang berkembang secara wajar
(tidak over supply maupun over demand).

Setiap tahun uang yang beredar di masyarakat selalu mengalami peningkatan,


rata-rata meningkat sebesar 10% hingga 12% per tahun. Perkembangan jumlah uang
beredar di Indonesia tercatat sebesar 23178 miliar rupiah pada tahun 1985 lalu pada

2
tahun 2015 telah mencapai 4548800 miliar rupiah. Peningkatan uang beredar tersebut,
terjadi seiring pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatnya pendapatan
domestik bruto di Indonesia. Selain itu, setiap perubahan yang terjadi akan sangat
berpengaruh dalam perekonomian di Indonesia baik terhadap kurs maupun suku bunga.
Besar dan kecilnya jumlah uang yang diedarkan di masyarakat akan sangat berpengaruh
terhadap daya beli masyarakat dan ketersediaan komoditas yang dibutuhkan
masyarakat. Jumlah permintaan uang di suatu negara dipengaruhi berbagai macam
faktor diantaranya adalah kebijakan pemerintah, politik, dan keamanan. Faktor yang
paling mempengaruhi terhadap perkembangan jumlah uang antara lain pendapatan
nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan pokok yang akan diteliti
adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh Kurs terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia periode
1985-2015 ?
2. Seberapa besar pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Jumlah Uang
Beredar di Indonesia periode 1985-2015 ?
3. Seberapa besar pengaruh Suku Bunga terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia
periode 1985-2015 ?

1.3. Batasan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka batasan masalah atau variabel
yang digunakan sebagai berikut:

1. Untuk variabel dependen (Y) adalah Jumlah Uang Beredar


2. Untuk variabel independen 1 adalah Kurs (X1)
3. Untuk variabel independen 2 adalah PDB (X2)
4. Untuk variabel independen 3 adalah Suku Bunga (X3)

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah :

3
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kurs terhadap Jumlah Uang Beredar
di Indonesia periode 1985-2015.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB)
terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia periode 1985-2015.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Suku Bunga terhadap Jumlah Uang
Beredar di Indonesia periode 1985-2015.

1.5. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah serta perumusan masalah,


diharapkan penelitian ini memberi manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai referensi bagi Mahasiswa, Dosen, dan Masyarakat Umum dengan


memberikan informasi tentang jumlah uang beredar di Indonesia serta faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhinya.
2. Secara teoritis, diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam
pengembangan Ilmu Pengetahuan.
3. Secara praktis, dalam memberikan informasi diharapkan dapat membantu pihat
terkait yang berkepentingan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Jumlah Uang Beredar


a) Definisi Uang
Uang adalah sesuatu yang secara umum dapat diterima dan di setujui
oleh seluruh orang dalam melakukan transaksi jual beli barang jasa serta
pembayaran utang piutang. Uang sering juga dilihat sebagai kekayaan yang
dimiliki seseorang dan dapat digunakan untuk membayar utang dengan jumlah
tertentu dengan kepastian dan tanpa penundaan. Cara menentukan sesuatu
menjadi uang adalah tergantung pada pilihan masyarakat, hukum yang ada dan
sejarahnya. Meskipun pemilihan tentang apa yang bertindak sebagai uang
adalah tergantung kepada faktor-faktor tersebut, namun ada beberapa kriteria
yang digunakan sebagai pedoman (Iswardono, 1994 : 6).

Penawaran uang juga sering diartikan dengan jumlah uang beredar.


Penawaran uang yakni jumlah seluruh uang beredar baik yang ada di tangan
masyarakat maupun di lembaga keuangan. Jumlah uang beredar terdiri atas
beberapa bagian, diantaranya :

1) Uang Inti (Base Money)


Uang inti adalah uang yang dicetak oleh otoritas moneter atau Bank
Sentral yang berada dalam suatu negara. Uang ini terdiri dari uang kartal dan
reserve (tabungan).

2) Jumlah uang beredar (JUB) dalam arti sempit (M1) atau narrow money
Jumlah uang beredar dalam arti sempit terdiri atas uang kartal dan uang
giral. Secara umum, uang kartal yaitu uang berupa kertas dan logam yang
dikeluarkan oleh otoritas moneter berdasarkan Undang-Undang yang berlaku di
suatu negara, sedangkan uang giral yaitu simpanan atau saldo rekening pada
bank-bank pencipta uang giral yang setiap saat dapat ditarik oleh pemiliknya
tanpa dikenakan denda. Uang giral terdiri atas rekening koran dalam bentuk

5
rupiah milik penduduk Indonesia, pengiriman uang serta deposito berjangka dan
tabungan yang telah jatuh tempo.

3) Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money
Julah uang beredar dalam arti luas (M2) terdiri atas uang giral (M1)
ditambah dengan uang kuasi. Uang kuasi merupakan aktiva milik sektor swasta
domestik yang dapat memenuhi sebagai fungsi uang. Ini berarti uang kuasi
merupakan uang yang likuid. Uang kuasi sebenarnya berfungsi sebagai aset atau
kekayaan moneter masyarakat yang disimpan dalam bentuk tabungan finansial
yang besarnya ditentukan oleh tingkat pengembaliannya (suku bunga deposito)
dan tingkat pendapatan masyarakat.

4) Jumlah uang beredar arti paling luas (M3)


Pengertian jumlah uang beredar dalam arti paling luas yaitu M3 yang
terdiri dari M2 ditambah deposit berjangka (time deposit) pada lembaga-
lembaga keuangan bukan bank (multifinance, asuransi, pegadaian, dll).

b) Pendekatan dalam Menghitung Jumlah Uang Beredar


Terdapat dua pendekatan utama dalam menghitung jumlah uang
beredar, yaitu pendekatan transaksional (transactional approach) dan
pendekatan likuiditas (liquidity approach) (Hendra Halwani, 2012).

1) Pendekatan transaksional (transactional approach)


Pendekatan transaksional merupakan perhitungan jumlah uang
beredar atas kebutuhan untuk keperluan transaksi. Pendekatan ini
menghitung jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) atau
M1. Di Indonesia yang tercakup dalam M1 adalah uang kartal dan uang
giral, dengan komponen sebagai berikut :

a. Uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam, tidak termasuk uang
kas pada kantor perbendaharaan dan kas negara (KPKN) dan bank
umum.
b. Uang Giral terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka,
dan tabungan dalam rupiah yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya
merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

6
2) Pendekatan Likuiditas (liquidity approach)
Pendekatan likuiditas merupakan jumlah uang untuk kebutuhan
transaksi ditambah uang kuasi (quasy money). Hal ini dilandasi
pertimbangan atas sekalipun kurang liquidnya uang kuasi dibandingkan
dengan uang kertas, uang logam dan uang rekening giro, akan tetapi uang
kuasi sangat mudah diubah menjadi uang yang dapat dipergunakan untuk
keperluan transaksi. Dalam prakteknya, pendekatan ini menghitung jumlah
uang bererdar dalam arti luas (broad money) yang dikenal dengan M2 yang
terdiri dari M1 ditambah uang kuasi (di Indonesia uang kuasi adalah
deposito berjangka).

Perkembangan M2 di Indonesia jauh lebih cepat dari pertambahan


M1 karena pertambahan tingkat kemajuan perekonomian. Meningkatnya
M2 secara langsung maupun tidak langsung mengindikasikan bahwa terjadi
peningkatan dalam perekonomian masyarakat. Sebab peningkatan deposito
berjangka mengandung pengertian bahwa tingkat penghasilan masyarakat
sudah lebih besar dari tingkat konsumsi. Keputusan seseorang menyimpan
dananya di bank dalam bentuk deposito merupakan keputusan investasi
yang didorong oleh tingkat bunga yang diberikan (Prayitno dkk, 2002).

2.1.2. Kurs
a) Definisi Kurs
Nilai tukar mata uang atau yang disebut kurs adalah harga satu unit mata
uang asing dalam bentuk mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga
mata uang domestik terhadap mata uang asing (Simorangkir dan Suseno, 2004),
Perdagangan antar negara di mana masing–masing negara mempunyai alat
tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata
uang dengan mata uang lainnya yang kemudian disebut kurs (Boediono, 1993 :
43). Jadi kurs atau nilai tukar valuta asing adalah perbandingan nilai atau harga
mata uang uang nasional tertentu denagn mata uang asing nasional lain
(Salvatore, 1997).

b) Macam-Macam Kurs
Adapun macam-macam dari kurs, diantaranya :

7
1) Kurs Beli
Kurs beli yaitu kurs yang digunakan bank atau pedagang valas dalam
menjual valuta asing atau jika kita ingin menukarkan mata uang negara kita
dengan mata uang asing. Kurs beli juga dapat di simpulkan sebagai kurs yang
ditetapkan oleh pedagang valas saat menjual valas kepada pembeli.

2) Kurs Jual
Kurs jual yaitu kurs yang digunakan bank atau pedagang valas dalam
menjual valuta asing atau jika kita ingin menukarkan valuta asing dengan mata
uang negara kita. Kurs jual juga dapat di simpulkan sebagai kurs yang
ditetapkan pedagang valas saat membeli mata uang asing

3) Kurs Tengah
Kurs tengah adalah kurs antara kurs jual dan kurs beli atau penjumlahan
antara kurs jual dan kurs beli lalu dibagi dua (kurs rata-rata).

c) Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Jumlah Uang beredar


Pada efek jangka panjang, kurs dapat mempengaruhi jumlah uang beredar
yang disebabkan oleh masuknya deposito dalam valuta asing sebagai komponen
uang kuasi, karena fluktuasi dari kurs akan mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam memegang uang kuasi. Hal ini disebabkan karena adanya unsur spekulasi
dan ketidakpastian di masa mendatang yang menjadi salah satu pertimbangan
bagi seseorang untuk mengkonversikan kekayanya dalam aktiva-aktiva yang
menguntungkan. Dengan demikian, apabila nilai dollar AS terapresiasi berarti
kurs dollar AS terhadap rupiah meningkat, masyarakat cenderung akan memilih
memegang dollar AS dan menabung atau mendepositokan uangnya dalam
bentuk valuta asing, dimana rekening dan deposito dalam valuta asing ini
merupakan komponen uang kuasi, sehingga uang kuasi akan meningkat, yang
berarti jumlah uang beredar pun akan meningkat.

2.1.3. Produk Domestik Bruto (PDB)


Pendapatan dalam penelitian ini di definisikan sebagai produk domestik
bruto (PDB). Di negara-negara berkembang, konsep produk domestik bruto
adalah konsep yang paling penting jika dibandingkan dengan konsep pendapatan
nasional lainya. Produk domestik bruto adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa

8
di dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga
negara tersebut dan warga negara asingdalam satu tahun tertentu (Sukirno, 1999:
33).

a) Konsep Produk Domestik Bruto (PDB)


Pertumbuhan suatu peekonomian negara dapat diukur dari pertumbuhan
barang dan jasa yang diproduksikan. Untuk dapat menghitung kenaikan tersebut
barang dan jasa yang dihasilkan haruslah dihitung pada harga yang tetap dari
tahun ke tahun, yaitu harga barang dan jasa yang berlaku pada tahun tertentu
yang seterusnya akan digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan
pada tahun-tahun yang lain. Nilai yang didapat dari perhitungan dengan cara ini
disebut produk domestik bruto harga konstan. Produk domestik bruto menurut
harga konstan ini lebih mencerminkan pertumbuhan uotput atau produksi yang
sesungguhnya terjadi (Wijaya, 1990).

Teori yang digunakan yang terkait dengan variabel produk domestik bruto
ini adalah teori ini kuatitas dari marshall yang memperhatikan hubungan antara
jumlah uang beredar dengan pendapatan.

Rumus marshall adalah: M=kY.M

Keterangan:

M : Jumlah uang beredar

K : Koefisien yang mengukur keseimbangan antara kedua sisi persamaan

Y : Pendapatan

Dalam perumusan marshall ini, terlihat bahwa perubahan jumlah uang


beredar atau perubahan permintaan terhadap uang untuk disimpan dalam bentuk
liquiditas telah membawa pengaruh yang utama terhadap pendapatan untuk
kemudian berpengaruh terhadap warga.

b) Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Jumlah Uang Beredar


Produk Domestik Bruto merupakan ukuran tingkat kegiatan ekonomi suatu
negara, namun demikian Produk domestik bruto bukanlah merupakan indeks

9
atau pengukur kesejahteraan yang memuaskan, meskipun demikian perlu
memasukan variabel pendapatan dalam analisis jumlah uang beredar, karena
memiliki prinsip dasar yang sama yaitu tindakan memilih dari individu sebagai
pemilik kekayaan. Masyarakat yang pendapatanya tinggi akan mendorong
bank-bank umum untuk meningkatkan pemberian jaminan kredit pinjaman
kepada masyarakat, sehingga jumlah uang beredar meningkat. Dalam jangka
panjang Produk Domestik Bruto dapat mempengaruhi jumlah uang beredar
untuk dapat menghitung kenaikan tersebut dari tahun ke tahun, barang dan jasa
yang dihasilkan haruslah dihitung pada harga yang tetap, yaitu harga barang
barang yang berlaku pada satu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk
menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun ke tahun berikutnya.

Pendapatan Nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai


dalam satu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Maka ia
mempunyai peranan penting dalam menggambarkan tingkat kegiatan ekonomi
yang dicapai dan perubahan pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Produk
nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerapkan tentang nilai
barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan sesuatu negara dalam suatu
tahun tertentu (Sukirno, 2004).

2.1.4. Suku Bunga


a) Pengertian Suku Bunga
Pada dasarnya suku bunga adalah imbalan yang diberikan oleh pihak yang
meminjam uang kepada pihak yang memberinya pinjaman. Terdapat dua
macam bunga yaitu bunga dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Bunga dari
sisi permintaan adalah biaya atas pinjaman atau jumlah yang dibayarkan sebagai
imbalan atas penggunaan uang yang telah dipinjam. Sedangkan bunga dari sisi
penawaran merupakan pendapatan atas pemberian kredit.

Bunga merupakan harga yang dibayar atas modal. Seperti yang


dikemukakan oleh H. Freud Wiston dan Eugene F. Brigham (1993:80) bahwa
“Suku bunga adalah harga yang dibayarkan atas modal serta keuntungan modal
yang merupakan hasil dari suatu ekuitas”. Dari pendapat tersebut suku bunga
merupakan harga yang dibayarkan dari seseorang kepada orang yang
menanamkan uangnya, sebagai modal suatu usaha. Hal yang sama juga

10
dikemukakan oleh Sadono Sukirno (1991:377) bahwa “Suku bunga adalah
pembayaran keatas modal yang dipinjamkan dari pihak lain, yang biasanya
dinyatakan sebagai persentase dari modal yang dipinjamkan”. Dari pendapat
para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa suku bunga merupakan balas
jasa dari modal yang dipinjamkan atau ditanamkan yang biasanya dalam bentuk
persentase.

b) Macam-macam Suku Bunga


Macam-macam Suku Bunga Menurut Kasmir (2000:55) yang
menyatakan “Bahwa dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam
bunga yang diberikan kepada nasabah yaitu bunga simpanan dan bunga
pinjaman”. Selain itu ada dua macam bunga kebijakan (SBI dan BI Rate), yaitu
sebagai berikut :

1) Bunga Simpanan

Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai perangsang atau


balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan
merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabah.

2) Bunga Pinjaman

Bunga pinjaman adalah bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau
harga yang harus dibayarkan oleh nasabah kepada bank atas pinjaman modal
yang dinikmati oleh nasabah tersebut.

3) Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Sertifikat merupakan suatu keterangan atau pernyataan tertulis atau tercetak


dari orang yang berwenang yang dapat digunakan sebagai bukti suatu
kepimilikan. Sertifikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dikenal dengan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pendapat tersebut diperkuat oleh S.K Direksi
BI No.31/67/Kep/DIR tertanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan dan
perdagangan SBI serta intervensi Rupiah yakni “Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) adalah surat berharga atas unjuk atas Rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem

11
diskonto”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto.

4) BI Rate

BI rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau


stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik. Secara operasional kebijakan moneter dicerminkan oleh
penetapan suku bunga kebijakan (BI rate) yang di harapkan akan mempengaruhi
suku bunga pasar uang dan suku bunga deposito serta suku bunga kredit
perbankan. Suku bunga ini pada akhirnya mempengaruhi output dan inflasi.
Pada umumnya, Bank Indonesia akan mempertimbangkan faktor-faktor lain
dalam perekonomian untuk menentukan suku bunga kebijakan ini. Apabila
terjadi inflasi dan kedepannya diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan maka Bank Indonesia akan menaikkan BI Rate, begitu juga
sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Penggunaan BI
Rate sebagai suku bunga kebijakan yang baru ini tidak mengubah stance
kebijakan moneter yang sedang diterapkan.

c) Pengaruh Suku Bunga terhadap Jumlah Uang Beredar


Sesuai dengan teori para ahli, suku bunga mempunyai pengaruh negatif
terhadap jumlah uang beredar. Apabila suku bunga meningkat, maka jumlah
uang beredar akan menurun, dan sebaliknya. Proses ini bekerja dari pengertian
tingkat bunga dalam asumsi klasik, yang menganggap bahwa uang adalah
produktif dan bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih
tinggi. Dengan demikian, ketika suku bunga tinggi, maka masyarakat akan
menyimpan dananya dalam bentuk tabungan sehingga jumlah uang beredar
akan turun, dan sebaliknya, ketika suku bunga rendah, maka masyarakat tidak
tertarik untuk menabung sehingga jumlah uang yang beredar bertambah.

2.2. Tinjauan Empiris


Studi empiris yang meneliti tentang jumlah uang beredar telah banyak
dilakukan di Indonesia. Penelitian-penelitian tersebut menggunakan variabel-variabel

12
yang bervariatif. Variabel tersebut diantaranya: inflasi, investasi pemerintah,
pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, angka pengganda uang. Walaupun dasar
teori yang digunakan relatif sama, namun sebagian besar kesimpulan tidak
menunjukkan hasil yang sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 1
Review Penelitian terdahulu (Theoritical Mapping)
Nama Variabel yang Hasil yang
Tahun Judul
Peneliti digunakan diperoleh
Lily 2002 Faktor-Faktor Variabel dependen: Pengeluaran
Prayitno Yang Jumlah Uang pemerintah dan
Heny Berpengaruh Beredar cadangan devisa
Sandjaya Terhadap Jumlah Variabel berpengaruh secara
Uang Beredar di independen: signifikan dan
Indonesia Pengeluran positif terhadap
Sebelum dan Pemerintah, jumlah uang
Sesudah Krisis: Cadangan Devisa, beredar sedang
Sebuah Analisis dan Angka angka pengganda
Ekonometrika Pengganda Uang uang tidak
signifikan.
Ahmad 2012 Faktor – Faktor Variabel dependen: Secara parsial
Farid yang Jumlah Uang variabel Cadangan
Dimyati Mempengaruhi Beredar devisa, Kurs, dan
Jumlah Uang Variabel PDB berpengaruh
Beredar di independen: positif dan
Indonesia Periode Cadangan Devisa, signifikan terhadap
2000.Q1-2010.Q4 Kurs dan PDB Jumlah Uang
Beredar di
Indonesia.
2.3. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang dapat di bentuk dari penelitian ini adalah :

13
PDB

Kurs Jumlah Uang Beredar

Suku Bunga

2.4. Hipotesis
Hipotesis atau dugaan sementara yang digunakan dalam melakukan penelitian
ini antara lain :

1. Diduga Kurs (nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika) berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia.
2. Diduga Produk Domestik Bruto berpengaruh secara positif dan tidak signifikan
terhadap jumlah uang beredar di Indonesia.
3. Diduga tingkat Suku Bunga akan berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan
terhadap jumlah uang beredar di Indonesia.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3. Metode Analisis Data

3.1. Pengujian Asumsi Klasik


Model analisis yang digunakan adalah model analisis regresi berganda dengan bantuan
software EViews7 for windows. Dalam prakteknya banyak sekali faktor yang
mempengaruhi suatu variable terikat (dependent variable),tidak hanya satu variable. Untuk
menghasilkan suatu model yang baik,analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik
sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik tersebut meliputi uji
normalitas, uji multikoleniaritas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali2005:110). Normal atau
tidaknya berdasarkan patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar
deviasi yang sama. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikan atau
probabilitas > 0,05 maka residual memiliki distribusi normal dan apabila nilai
signifikansi < 0,05 maka residual tidak memiliki distribusi normal.

b. Uji Multikoleniaritas
Uji multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variable independen (Ghozali2005:110).
Multikoleniaritas dapat di deteksi dengan tolerance dan variance inflation factor (VIF).
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoleniaritas adalah
nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 0,10.

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

15
(Ghozali2005:110). Jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain
tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-
ubah disebut dengan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Pendeteksian
heteroskedastisitas yang penulis gunakan adalah melalui uji white. Dengan Hipotesis:
 Bila probabilitas Obs* 2 > 0,05 artinya tidak signifikan
 Bila probabilitas Obs* 2 < 0,05 artinya signifikan.
Maka dengan kata lain bahwasanya apabila probabilitas Obs* 2 lebih besar dari
0,05 maka model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas. Apabila probabilitas Obs*
2 lebih kecil dari 0,05 maka model tersebut dipastikan terdapat Heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Ghozali2005:110). Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit
autokorelasi dalam suatu model, dapat dilihat dari nilai statistic Durbin-Watson atau
dengan uji Breusch-Godfrey. Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat
juga digunakan uji Langrange Multiplier (LM test) atau yang disebut uji Breusch-
Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas Rsquared dengan α = 5% (0,05).
Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis:
 Bila probabilitas Obs* 2 > 0,05 artinya tidak signifikan.
 Bila probabilitas Obs* 2 < 0,05 artinya signifikan.
Maka dengan kata lain bahwasanya apabila probabilitas Obs* 2 lebih besar dari
0,05 maka model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Sedangkan apabila probabilitas
Obs* 2 lebih kecil dari 0,05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.

3.2. Uji Statistik

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Nilai Koefisien Determinasi (Adjusted2) digunakan untuk Mengukur seberapa
besar variasi dari variable terikat (Y) dapat dijelaskan oleh variable bebas (X).Bila nilai
koefisien determinasi = 0 (Adjusted2=0), artinya variable Y tidak dapat dijelaskan oleh

16
variable X. Sementara bila 2 = 1 artinya variasi dari variable Y secara keseluruhan dapat
dijelaskan oleh variable X. Dengan kata lain jika Adjusted 2 mendekati 1,maka variable
independen mampu menjelaskan perubahan variable dependen, tetapi jika Adjusted 2
mendekati 0, maka variable independen tidak mampu menjelaskan variable dependen.
Dan jika Adjusted 2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi.
Dengan demikian, baik atau buruknya persamaan regresi ditentukan oleh Adjusted 2
nya.

b. Uji F
Uji f digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variable bebas (variable
independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable terikat (variable
dependen) pada tingkat signifikansi 0,05 (5%). Pengujian semua koefisien regresi
secara bersama-sama dilakukan dengan uji f dengan pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
 Bila probabilitas βi > 0,05 artinya tidak signifikan.
 Bila probabilitas βi < 0,05 artinya signifikan.

c. Uji T
Uji t statistik adalah uji parsial (individu) dimana uji ini digunakan untuk menguji
seberapa baik variable bebas (variable independen) dapat menjelaskan variable terikat
(variable dependen) secara individu. Pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan
menganggap variable bebas bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk uji t dengan pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
 Bila probabilitas βi > 0,05 artinya tidak signifikan.
 Bila probabilitas βi < 0,05 artinya signifikan.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Hasil Regresi Data


4.1. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengunakan
uji Jarque Bera dengan melihat nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas
lebih besar dari derajat kesalahan α =5% (0,05), maka penelitian ini tidak ada
terdapat permasalahan normalitas atau dengan kata lain data tersebut adalah
normal. Dan sebaliknya, bila probabilitas < 0,05, maka dalam penelitian ini
tidak terdistribusi secara normal. Setelah data diolah dengan menggunakan
Eviews 7.0 terlihat hasilnya sebagai berikut :

7
Series: Residuals
6 Sample 1985 2015
Observations 31
5
Mean 4.52e-15
Median -0.004306
4 Maximum 0.136000
Minimum -0.183468
3 Std. Dev. 0.075389
Skewness -0.147394
2 Kurtosis 2.876239

Jarque-Bera 0.132031
1
Probability 0.936116

0
-0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15

Berdasarkan gambar tersebut dapat terlihat hasil data yang diuji


terdistribusi secara normal. Dapat dilihat pada nilai probabilitas Jarque
Bera (JB) sebesar 0.936116 yang lebih besar dari derajat kesalahan yaitu
sebesar 0,05 (0.936116 > 0,05).

b) Uji Multikoleniaritas

18
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel
independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinieritas
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel
independen, kemudian dapat diputuskan apakah data terkena
multikolinieritas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar
variabel independen. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel independen dengan variabel dependen
(Gujarati, 2007:67). Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 7.0, maka
terlihat hasil sebagai berikut :

- Persamaan 1

Dependent Variable: LOG(JUB)


Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:15
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.671261 0.180496 -9.259270 0.0000


LOG(PDB) 0.884996 0.034949 25.32253 0.0000
LOG(KURS) 0.123437 0.059803 2.064056 0.0487
SB -0.002134 0.002756 -0.774403 0.4454

R-squared 0.997424 Mean dependent var 11.69954


Adjusted R-squared 0.997138 S.D. dependent var 1.485391
S.E. of regression 0.079467 Akaike info criterion -2.107024
Sum squared resid 0.170507 Schwarz criterion -1.921993
Log likelihood 36.65887 Hannan-Quinn criter. -2.046708
F-statistic 3484.839 Durbin-Watson stat 0.898083
Prob(F-statistic) 0.000000

- Persamaan 2

Dependent Variable: LOG(PDB)


Method: Least Squares

jjkj

19
asdasd
Date: 06/03/18 Time: 17:20
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.700496 0.966991 0.724408 0.4748


LOG(KURS) 1.620324 0.103959 15.58611 0.0000
SB -0.043999 0.012365 -3.558257 0.0014

R-squared 0.928891 Mean dependent var 13.95007


Adjusted R-squared 0.923812 S.D. dependent var 1.556798
S.E. of regression 0.429711 Akaike info criterion 1.240357
Sum squared resid 5.170238 Schwarz criterion 1.379130
Log likelihood -16.22553 Hannan-Quinn criter. 1.285593
F-statistic 182.8807 Durbin-Watson stat 0.660401
Prob(F-statistic) 0.000000

- Persamaan 3

Dependent Variable: LOG(KURS)


Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:21
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.559747 0.560485 0.998684 0.3265


LOG(PDB) 0.553378 0.035505 15.58611 0.0000
SB 0.019212 0.007915 2.427330 0.0219

R-squared 0.914688 Mean dependent var 8.526860


Adjusted R-squared 0.908595 S.D. dependent var 0.830616
S.E. of regression 0.251123 Akaike info criterion 0.166016
Sum squared resid 1.765754 Schwarz criterion 0.304789

20
Log likelihood 0.426748 Hannan-Quinn criter. 0.211253
F-statistic 150.1041 Durbin-Watson stat 0.518314
Prob(F-statistic) 0.000000

- Persamaan 4

Dependent Variable: SB
Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:21
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 34.45030 10.52789 3.272289 0.0028


LOG(PDB) -7.077093 1.988921 -3.558257 0.0014
LOG(KURS) 9.048539 3.727774 2.427330 0.0219

R-squared 0.431565 Mean dependent var 12.88000


Adjusted R-squared 0.390963 S.D. dependent var 6.983322
S.E. of regression 5.449842 Akaike info criterion 6.320816
Sum squared resid 831.6217 Schwarz criterion 6.459589
Log likelihood -94.97265 Hannan-Quinn criter. 6.366052
F-statistic 10.62904 Durbin-Watson stat 1.679559
Prob(F-statistic) 0.000368

 Untuk persamaan (1) nilai R² adalah sebesar 0.997138 selanjutnya


disebut R² 1
 Untuk persamaan (2) nilai R² adalah sebesar 0.923812 selanjutnya
disebut R² 2
 Untuk persamaan (3) nilai R² adalah sebesar 0.908595 selanjutnya
disebut R² 3
 Untuk persamaan (4) nilai R² adalah sebesar 0.390963 selanjutnya
disebut R² 4

Hasil analisis output : menunjukkan bahwa R² 4 > R² 3 > R² 2 > R² 1


maka dalam model tidak ditemukan adanya multikolinearitas.

21
c) Uji Autokorelitas

Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana terjadi korelasi (hubungan)


antara residual tahun ini dengan tingkat kesalahan tahun sebelumnya.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu
model, dapat dilihat dari nilai statistik durbin-watson. Selain dengan
menggunakan uji Durbin-Watson,, untuk melihat ada tidaknya masalah
penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji langrange multiple (LM
Test) atau yang disebut dengan uji Breusch-Godfrey dengan
membandingkan nilai probabilitas Obs*R Squared dengan α = 5% (0,05).
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 6.363855 Prob. F(2,25) 0.0058

Obs*R-squared 10.45807 Prob. Chi-Square(2) 0.0054

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Obs*R-squared adalah


10.45807 dan nilai probabilitasnya adalah 0.0054 yang lebih kecil dari α =
5 % (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini
terdapat masalah autokorelasi.
d) Uji Heteroskesdisitas

Uji heteroskedastisitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam


model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari satu residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut
dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 2007).
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

22
Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.437245 Prob. F(9,21) 0.2351

Obs*R-squared 11.81638 Prob. Chi-Square(9) 0.2239

Scaled explained SS 8.409048 Prob. Chi-Square(9) 0.4935

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai Probabilitas Obs*R square


adalah 0.2239 lebih dari α = 0,05. Maka dapat disimpulkan model ini
tidak mengandung Heteroskedastisitas.

4.2. Uji Statistik

2. Dependent Variable: LOG(JUB)


Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:15
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.671261 0.180496 -9.259270 0.0000


LOG(PDB) 0.884996 0.034949 25.32253 0.0000
LOG(KURS) 0.123437 0.059803 2.064056 0.0487
SB -0.002134 0.002756 -0.774403 0.4454

R-squared 0.997424 Mean dependent var 11.69954


Adjusted R-squared 0.997138 S.D. dependent var 1.485391
S.E. of regression 0.079467 Akaike info criterion -2.107024
Sum squared resid 0.170507 Schwarz criterion -1.921993
Log likelihood 36.65887 Hannan-Quinn criter. -2.046708
F-statistic 3484.839 Durbin-Watson stat 0.898083
Prob(F-statistic) 0.000000

23
 Koefesien Determinasi (R2)

Dari pengujian yang telah dilaksanakan menghasilkan nilai koefisien


determinasi (Adjusted R2) sebesar 0.997138, sehingga dapat dikatakan
bahwa hasil pengujian yang dilakukan memberikan hasil yang baik
(goodness of fit). Nilai koefisien determinasi bernilai positif, hal ini
menunjukkan bahwa 99,71% variasi dari jumlah uang beredar dapat
dijelaskan oleh variabel kurs, produk domestik bruto dan suku bunga.
Sedangkan sisanya 0,29% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

 Uji-F

Uji-f digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas


terhadap variabel terikat secar keseluruhan. Dari hasil analisis regresi
diperoleh nilai probabilitas signifikansi dari f-statistik yaitu 0.000000.
Karena probabilitas signifikansi f-statistik < 0,05 (0,000000 < 0,05), maka
H0 ditolak dan H1 diterima, artinya kurs, produk domestic bruto, dan suku
bunga secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
jumlah uang beredar.

 Uji-T

Uji-t digunakan untuk menguji signifikansi dari pengaruh veriabel


bebas terhadap variabel terikat secara individual/parsial. Untuk mengetahui
pengaruh masing-masing veriabel terhadap veriabel dependen dapat
dijelaskan di bawah ini :

1. Pengaruh kurs terhadap jumlah uang beredar

Berdasarkan hasil anailis data dapat diperoleh nilai probabilitas


variabel kurs sebesar 0,0487 . Karena nilai probabilitas kurs < 0,05 maka

24
H0 diterima dan H1 ditolak sehingga variabel kurs berpengaruh signifikan
terhadap jumlah uang beredar.

2. Pengaruh produk domestik bruto terhadap jumlah uang beredar

Berdasarkan hasil analisis data dapat diperoleh nilai probabilitas


pdb sebesar 0,0000 . Karena nilai probabilitas produk domestik bruto <
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga variabel produk domestik
bruto berpengaruh siginifikan terhadap jumlah uang beredar.

3. Pengaruh suku bunga terhadap jumlah uang beredar

Berdasarkan hasil analisis data dapat diperoleh nilai probabilitas


suku bunga sebesar 0,4454 . Karena nilai probabilitas suku bunga > 0,05,
maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga variabel produk domestik bruto
berpengaruh siginifikan terhadap jumlah uang beredar.

25
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dan pembahasan terdapat pengaruh variabel Kurs


Dollar terhadap Rupiah, Produk Domestik Bruto, dan Suku Bunga terhadap Jumlah
Uang Beredar di Indonesia periode 1985 sampai 2015, hasil analisis data yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kurs mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap jumlah uang beredar di


Indonesia.
2. Produk Domestik Bruto mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap jumlah uang
beredar di Indonesia.
3. Suku Bunga mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap jumlah uang
beredar di Indonesia, jadi apabila terjadi kenaikan suku bunga menyebabkan penurunan
jumlah uang beredar.

5.2. Saran

1. Bank Indonesia selaku pemegang otoritas moneter diharapkan mampu membuat


langkah-langkah penting dalam menjaga ketabilan nilai kurs. Namun, tidak hanya itu
menciptakan kestabilan ekonomi, keuangan dan politik juga sangat penting. Hal ini
akan menciptakan tingkat kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian di
Indonesia.
2. Produk Domestik Bruto mengukur seluruh pendapatan yang masyarakat dalam satu
wilayah tertentu dan dalam waktu tertentu. PDB yang tinggi merupakan indikator
perekonomian yang baik. Untuk itu, diharapkan adanya upaya konkrit dari pemerintah
untuk menjaga pertumbuhan PDB guna terciptanya kestabilan ekonomi.
3. Melihat pengaruh dari suku bunga terhadap Jumlah Uang Beredar, hendaknya Bank
Indonesia selaku otoritas moneter menerapkan kebijakan yang lebih relevan dan tepat.
Sehingga diharpkan dapat menekan laju inflasi dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Agus Tri Basuki dan Nano Prawoto, 2016, Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi dan
Bisnis (dilengkpi Aplikasi SPSS dan Eviews), Cetakan pertama, edisi pertama, PT Rajawali
Pers Jakarta.

Badan Pusat Statistik. Booket Statistik 2015. Yogyakarta : BPS, 2015.

Bank Indonesia.Laporan Tahunan 2015. Jakarta : BI, 2015.

Gujarati, Damodar. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 2. Jakarta : Erlangga, 2006.

Halwani, Hendra. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi.Jakarta : Ghalia Indonesia,


2012.

Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.Jakarta : Ghalia


Indonesia, 2002.

M.S, Amir.Ekspor-Impor Teori dan Penerapannya.Jakarta : Binaman Presindo, 1999.

Mankiw, N. Gregory. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Salemba Empat, 2012.

Mankiw, N.Gregory.2000.Teori Makro Ekonomi.Ed.4. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Noor, Z.Z. 2011.Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai
Tukar. Trikonomika.Vol.10(2). Pp. 139- 147, Desember.

Nopirin, 1992, Ekonomi Internasional , edisi 3, BPFE : Yogyakarta

Prayitno dkk.Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia


Sebelum dan Sesudah Krisis: Sebuah Analisis Ekonometrika Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan Vol. 4, No. 1, Maret 2002.

Sukirno, Sadono. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers, 2012.

27
Wijono, W.W. 2005. Mengungkap sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam
lima tahun terakhir. Jurnal manajemen dan fiskal, 5(2), Jakarta.

Lampiran

Uji Statistik

Dependent Variable: LOG(JUB)


Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:15
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.671261 0.180496 -9.259270 0.0000


LOG(PDB) 0.884996 0.034949 25.32253 0.0000
LOG(KURS) 0.123437 0.059803 2.064056 0.0487
SB -0.002134 0.002756 -0.774403 0.4454

R-squared 0.997424 Mean dependent var 11.69954


Adjusted R-squared 0.997138 S.D. dependent var 1.485391
S.E. of regression 0.079467 Akaike info criterion -2.107024
Sum squared resid 0.170507 Schwarz criterion -1.921993
Log likelihood 36.65887 Hannan-Quinn criter. -2.046708
F-statistic 3484.839 Durbin-Watson stat 0.898083
Prob(F-statistic) 0.000000

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas
7
Series: Residuals
6 Sample 1985 2015
Observations 31
5
Mean 4.52e-15
Median -0.004306
4 Maximum 0.136000
Minimum -0.183468
3 Std. Dev. 0.075389
Skewness -0.147394
2 Kurtosis 2.876239

Jarque-Bera 0.132031
1
Probability 0.936116

0
-0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15

Uji Autokorelasi

28
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 6.363855 Prob. F(2,25) 0.0058


Obs*R-squared 10.45807 Prob. Chi-Square(2) 0.0054

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:16
Sample: 1985 2015
Included observations: 31
Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.173106 0.166322 1.040788 0.3079


LOG(PDB) -0.010596 0.029723 -0.356470 0.7245
LOG(KURS) 0.002260 0.050898 0.044400 0.9649
SB -0.003472 0.002600 -1.335530 0.1937
RESID(-1) 0.663578 0.198537 3.342340 0.0026
RESID(-2) -0.051574 0.200616 -0.257079 0.7992

R-squared 0.337357 Mean dependent var 4.52E-15


Adjusted R-squared 0.204828 S.D. dependent var 0.075389
S.E. of regression 0.067227 Akaike info criterion -2.389510
Sum squared resid 0.112985 Schwarz criterion -2.111964
Log likelihood 43.03741 Hannan-Quinn criter. -2.299037
F-statistic 2.545542 Durbin-Watson stat 1.840306
Prob(F-statistic) 0.054008

Uji Heterokedeksititas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.437245 Prob. F(9,21) 0.2351


Obs*R-squared 11.81638 Prob. Chi-Square(9) 0.2239
Scaled explained SS 8.409048 Prob. Chi-Square(9) 0.4935

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:17
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.262785 0.390855 0.672335 0.5087


LOG(PDB) -0.145242 0.110943 -1.309159 0.2046
(LOG(PDB))^2 0.013121 0.009728 1.348760 0.1918
(LOG(PDB))*(LOG(KURS)) -0.029476 0.026946 -1.093902 0.2864
(LOG(PDB))*SB 0.002504 0.002154 1.162238 0.2582
LOG(KURS) 0.197454 0.194677 1.014268 0.3220
(LOG(KURS))^2 0.014262 0.021756 0.655559 0.5192
(LOG(KURS))*SB -0.002770 0.003048 -0.908894 0.3737
SB -0.011385 0.007902 -1.440772 0.1644

29
SB^2 2.30E-05 4.17E-05 0.550949 0.5875

R-squared 0.381174 Mean dependent var 0.005500


Adjusted R-squared 0.115962 S.D. dependent var 0.007659
S.E. of regression 0.007201 Akaike info criterion -6.773554
Sum squared resid 0.001089 Schwarz criterion -6.310977
Log likelihood 114.9901 Hannan-Quinn criter. -6.622765
F-statistic 1.437245 Durbin-Watson stat 1.889678
Prob(F-statistic) 0.235096

Uji Multikorelitas

Persamaaan 1

Dependent Variable: LOG(JUB)


Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:15
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.671261 0.180496 -9.259270 0.0000


LOG(PDB) 0.884996 0.034949 25.32253 0.0000
LOG(KURS) 0.123437 0.059803 2.064056 0.0487
SB -0.002134 0.002756 -0.774403 0.4454

R-squared 0.997424 Mean dependent var 11.69954


Adjusted R-squared 0.997138 S.D. dependent var 1.485391
S.E. of regression 0.079467 Akaike info criterion -2.107024
Sum squared resid 0.170507 Schwarz criterion -1.921993
Log likelihood 36.65887 Hannan-Quinn criter. -2.046708
F-statistic 3484.839 Durbin-Watson stat 0.898083
Prob(F-statistic) 0.000000

Persamaan 2

Dependent Variable: LOG(PDB)


Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:20
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.700496 0.966991 0.724408 0.4748


LOG(KURS) 1.620324 0.103959 15.58611 0.0000
SB -0.043999 0.012365 -3.558257 0.0014

R-squared 0.928891 Mean dependent var 13.95007


Adjusted R-squared 0.923812 S.D. dependent var 1.556798
S.E. of regression 0.429711 Akaike info criterion 1.240357
Sum squared resid 5.170238 Schwarz criterion 1.379130
Log likelihood -16.22553 Hannan-Quinn criter. 1.285593
F-statistic 182.8807 Durbin-Watson stat 0.660401
Prob(F-statistic) 0.000000

30
Persamaan 3

Dependent Variable: LOG(KURS)


Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:21
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.559747 0.560485 0.998684 0.3265


LOG(PDB) 0.553378 0.035505 15.58611 0.0000
SB 0.019212 0.007915 2.427330 0.0219

R-squared 0.914688 Mean dependent var 8.526860


Adjusted R-squared 0.908595 S.D. dependent var 0.830616
S.E. of regression 0.251123 Akaike info criterion 0.166016
Sum squared resid 1.765754 Schwarz criterion 0.304789
Log likelihood 0.426748 Hannan-Quinn criter. 0.211253
F-statistic 150.1041 Durbin-Watson stat 0.518314
Prob(F-statistic) 0.000000

Persamaan 4

Dependent Variable: SB
Method: Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 17:21
Sample: 1985 2015
Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 34.45030 10.52789 3.272289 0.0028


LOG(PDB) -7.077093 1.988921 -3.558257 0.0014
LOG(KURS) 9.048539 3.727774 2.427330 0.0219

R-squared 0.431565 Mean dependent var 12.88000


Adjusted R-squared 0.390963 S.D. dependent var 6.983322
S.E. of regression 5.449842 Akaike info criterion 6.320816
Sum squared resid 831.6217 Schwarz criterion 6.459589
Log likelihood -94.97265 Hannan-Quinn criter. 6.366052
F-statistic 10.62904 Durbin-Watson stat 1.679559
Prob(F-statistic) 0.000368

Data Jumlah Uang Beredar, Produk Domestik Bruto, Kurs dan Suku Bunga Indonesia Tahun
1985-2015

31
Kurs
Produk Domestik Suku
Jumlah Uang Beredar (Rupiah
Tahun Bruto Bunga
(Miliar Rupiah) terhadap
(Miliar Rupiah) (%)
USD)
1985 10104 96996,8 1131 18,7
1986 11677 102682,6 1655 17,8
1987 12241 124816,9 1652 15,2
1988 14392 142020,3 1729 16,99
1989 20114 166329,5 1805 17,76
1990 23819 195597,2 1901 18,12
1991 24609 227450,2 1992 18,12
1992 28779 259884,5 2062 14,46
1993 37036 302017,8 2110 8,26
1994 45374 382219,7 2200 11,2
1995 52677 454514,1 2308 15,21
1996 64089 535630,8 2383 14,4
1997 78343 624337,1 4650 19,74
1998 101197 955753,5 7300 41,24
1999 124633 1109979,5 7100 12,52
2000 162186 1290684,2 9595 12,05
2001 177731 1684280,5 10400 16,59
2002 191939 1863274,7 8940 12,84
2003 223799 2045853,5 8447 6,61
2004 253818 2303031,5 9290 6,17
2005 281905 2729708,2 9830 11,84
2006 313451 3339216,8 9020 8,71
2007 385825 3950893,2 9419 8
2008 458199 4951356,7 10950 9,25
2009 515824 5613441,7 9400 6,5
2010 605411 6864133,1 8991 6,5
2011 722991 7831726 9068 6
2012 841652 8615704,5 12189 5,75
2013 887064 9524736,5 12440 7,5
2014 942221 10542693,5 13212 7,75
2015 1055440 11540789,8 13788 7,5

Sumber: Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, World Bank.

32

Anda mungkin juga menyukai