1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
ABSTRAK
Industri makanan merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair. Industri makanan pada penelitian ini
berada di tengah kota yang limbahnya berdampak langsung pada masyarakat. Tujuan penelitian ialah
melakukan proses pemisahan minyak dan lemak serta membuat sabun cair berbahan dasar minyak dan lemak
limbah cair. Metode pertama yang digunakan ialah grease trap dan metode kedua ialah pemurnian dengan
degumming dan deodorizing. Penggunaan metode pertama menunjukkan peningkatan dengan karakteristik
BOD menjadi 5.371 mg/liter, TSS menjadi 117 mg/liter, minyak dan lemak menjadi 5,0 mg/liter,
berkurangnya bau serta pH menjadi 7,44. Selanjutnya, penggunaan metode kedua dengan penambahan 2%
bentonit dan 2% zeolit mendapatkan hasil kadar air 0,015%, kadar abu 0,11%, kadar protein 0,45%, kadar
lemak 100% dan kadar karbohidrat 0%. Sabun cair dapat dihasilkan dengan penambahan VCO (Virgin
Coconut Oil) yang mampu meningkatkan pembusaan. Perbandingan penggunaan bahan utama sebesar 50:50.
Hasil analisa mutu SNI 06-2048-1990 adalah alkali bebas 0,0077%, lemak tak tersabunkan 1,9808% dan
minyak pelikan negatif telah memenuhi persyaratan. Namun, jumlah asam lemak tidak memenuhi
persyaratan dengan nilai sebesar 7,151%. Kadar air sebesar 53,9696% tetapi tidak ada angka spesifik pada
SNI untuk parameter ini. Hasil pengujian organoleptik menunjukkan panelis menyukai sabun tersebut
dengan nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan sabun pembanding dengan interpretasi baik.
Kata kunci: Limbah cair, minyak dan lemak, sabun cair
ABSTRACT
The food industry is one of many source of liquid waste. The food industry in this research is located in the middle
of town which those waste have a direct impact on environment. The purpose of this research was to perform the
process of separation of oils and fats as well as to making the liquid soap based from the waste’s oils and fats.
Grease trap was used for the first method, degumming and deodorizing was used as the second step to purify the
waste’s oils and fats. The use of first methods showed an increase with the characteristics of the BOD down to
5.371 mg/liter, TSS down to 117 mg/liter, oils and fats down to 5.0 mg/liter, the smell reduced and the pH up to
7.44. Furthermore, the use of second method with the addition of 2% bentonite and 2% zeolite obtained 0.015%
of moisture content, 0.11% of ash content, 0.45% of protein content, 100% of fat content and 0% of carbohydrate
content. Liquid soaps could be produced with the addition of VCO (Virgin Coconut Oil) which could increase the
foaming. The ratio of the main ingredients was 50:50. The results of quality analysis based on SNI 06-2048-1990
were 0.0077% of free alkali, 1.9808% of unsaponified fats and negative mineral oil have met the requirements.
However, the fatty acids did not meet the requirements with a value of 7.1517%. Moisture content obtained
53.9696% but there are no specific figures on the ISO standard for these parameters. The result of organoleptic
test showed that the panelists liked this soap than the comparison soap, with higher mean percentage and good
interpretation.
Keywords: Liquid waste, oils and fats, liquid soap
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 17
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
Mulai
Pengambilan Sampel
Penambahan bentonit
dan zeolit
Filtrasi (300 rpm, T = 90°C, t = A = 2% (b/v)
± 60 menit) B = 2,5% (b/v)
C = 3% (b/v)
D = 3,5% (b/v)
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
18
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
Mulai
VCO
Pencampuran I (T = 80°C) (95,2 g)
KOH 40% Pencampuran II hingga pasta
(113,81 g) (T = 80°C)
Penimbangan II
(berat sabun B)
Penimbangan III
(berat sabun C)
10%
Pencampuran V hingga homogen Gliserin
(T = 80°C) dari berat
sabun C
Penimbangan IV
(berat sabun D)
0,5%
Pewangi Pencampuran VI
dari berat (T = ± 26°C, t = 5 menit)
sabun D Analisis:
1. Uji Mutu
Sabun Cuci Cair (SNI 06-2048-
1990)
2. Uji
Selesai Organoleptik
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 19
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
Tabel 2. Hasil Pemisahan Minyak dan Lemak dari Air Menggunakan Grease Trap
Jumlah Sampel Minyak dan Lemak Sisa Air Hasil Kehilangan
Rendemen
yang Diambil Hasil Pemisahan Pemisahan Massa
(%)
(liter) (liter) (liter) (liter)
15 0,45 14,53 0,02 96,87
15 3,78 11,18 0,04 74,53
15 2,27 12,28 0,45 81,86
15 2,53 12,44 0,03 82,93
Rata-rata 2,26 12,61 0,13 84,05
Menurut Sugiharto (1987) ada sekitar pengujian juga menjadi acuan untuk treatment
0,01% minyak dan lemak yang terkandung selanjutnya pada limbah cair tersebut. Baku
pada limbah cair. Bila dibandingkan dengan mutu limbah domestik disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2 dengan jumlah sampel yang diambil
sebanyak 15 liter, maka diasumsikan akan ada Tabel 3. Baku Mutu Limbah Domestik
sekitar 0,0015 liter minyak dan lemak yang Kadar
Parameter Satuan
terkandung pada limbah cair ini. Dapat dilihat Maksimum
bahwa rata-rata minyak dan lemak yang BOD mg/liter 100
didapatkan ialah sebesar 2,26 liter. TSS mg/liter 100
Nilai tersebut telah melampaui nilai teori Minyak dan
yang telah ada. Perhitungan rata-rata nilai mg/liter 10
Lemak
kehilangan air yang terjadi ialah sebanyak 0,13
pH - 6,0-9,0
liter. Rendemen rata-rata yang dihasilkan ialah
sebesar 84,05%. Kehilangan massa terjadi (Sumber: Kep-MenLH No. 112, 2003)
dapat dikarenakan penggunaan grease trap
yang hanya berkapasitas 20 liter. Hasil analisa pengujian kualitas air setelah air
Proses pemisahan menggunakan grease dari limbah cair tersebut dipisahkan komponen
trap akan menghasilkan minyak dan lemak minyak dan lemaknya. Parameter-parameter
serta air. Air limbah yang dihasilkan kemudian yang diujikan disesuaikan dengan parameter
diuji kualitasnya. Hal ini bertujuan untuk pada pengujian kualitas akhir tahap awal.
mengetahui seberapa besar pengaruh Untuk mengetahui perubahan nilai yang terjadi
penggunaan grease trap dalam meningkatkan pada saat pengujian awal dan akhir akan
kualitas air limbah yang dihasilkan sesuai disajikan pada sebuah grafik seperti pada
dengan baku mutu limbah domestik. Selain itu, Gambar 3.
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
20
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
24.000
20.000 Uji Kualitas Air Awal
Uji Kualitas Air Akhir
Hasil Analisa
16.000 16.069
12.000
8.000
4.946
5.371 3.811
4.000
7,12
117 5 7,44
0
BOD TSS Minyak dan Lemak pH
Parameter Analisis
Gambar 2. Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Kualitas Air Awal dan Akhir pada Sampel Limbah
Cair
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 21
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
0,2
lemak hasil pemurnian ini juga dapat
0,15
menunjukkan kandungan mineral pada lemak
0,1 0,08 0,08
0,035 tersebut. Bahan organik pada lemak ini seperti
0,05 0,015 protein dan lemak. Pengujian kadar abu juga
0 dapat menunjukkan unsur mineral yang diduga
Blanko A B C D terdapat pada lemak ini (Suparjo, 2011).
Sampel Terjadi kenaikan kadar abu pada
perlakuan A, B dan D. Namun, pada perlakuan
Gambar 3. Hubungan Penambahan Bentonit C kadar abu bernilai tetap dan tidak ada
dan Zeolit terhadap Kadar Air penurunan. Telah diketahui bahwa
penambahan konsentrasi pada perlakuan C
Penentuan kadar air merupakan analisis ialah sebanyak 3% bentonit dan 3% zeolit. Hal
penting dan paling luas yang dilakukan dalam ini dapat diduga terdapat kandungan mineral
pengolahan dan pengujian bahan. Kandungan dari bentonit dan zeolit yang kemudian
air bahan juga berkaitan dengan kualitas dan tertinggal dan lolos saat proses penyaringan
stabilitas bahan. Pengurangan air pada proses serta bahan-bahan organik yang tidak
pemurnian juga bertujuan untuk mengawetkan teruapkan.
bahan. Kandungan air yang tinggi dapat
mempengaruhi warna, tekstur serta daya tahan 3) Kadar Protein
bahan.
1,2
Diketahui pada Gambar 4, kadar air 0,96 0,92
Kadar Protein (%)
0,1
0,08
yang tersusun dari satuan-satuan molekul yang
saling berikatan. Satuan molekul penyusun itu
0,06
disebut asam α amino (Endra, 2006). Pada
0,04
0,015 0,015 Gambar 6 diketahui bahwa sampel blanko
0,02
memiliki nilai kadar protein sebesar 0,11%
0 sedangkan nilai kadar protein pada perlakuan
Blanko A B C D
Sampel
A sebesar 0,45%, perlakuan B sebesar 0,45%,
perlakuan C sebesar 0,96% dan perlakuan D
Gambar 4. Hubungan Penambahan Bentonit sebesar 0,92%. Protein sendiri merupakan
dan Zeolit terhadap Kadar Abu salah satu unsur dalam makanan yang terdiri
dari asam-asam amino yang mengandung
unsur karbon, oksigen, nitrogen dan belerang.
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
22
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
Terjadi peningkatan kadar protein pada proses pemurnian berjalan dengan sangat
setiap perlakuan. Menurut Ranken (2000) optimal. Namun, masih terkandung unsur-
dalam Ramadhani, dkk. (2012) pemanasan unsur lain. Penggunaan kuantitas bentonit dan
dengan suhu tinggi akan menyebabkan zeolit juga kurang memberikan hasil yang
kehilangan air yang lebih tinggi sehingga akan linier.
meningkatkan bahan organik yaitu salah Menurut Kamal (1998) dalam Gazali
satunya adalah protein. Penggunaan bentonit (2014) analisis proksimat merupakan analisis
dan zeolit sendiri diharapkan mampu dengan hasil yang diperoleh hanya mendekati
menyerap zat-zat selain lemak. Perlakuan nilai yang sebenarnya. Oleh karena itu, untuk
secara kimia seperti pencampuran dengan menunjukkan nilai dari sistem analisis
adsorben lebih lama agar adsorben bekerja proksimat selalu dilengkapi dengan istilah
lebih maksimal. minimum atau maksimum sesuai dengan
manfaat fraksi tersebut. Maka nilai 100% yang
4) Kadar Lemak dihasilkan pada kadar lemak ini merupakan
100,2 nilai maksimum.
100 100 100
Kadar Lemak (%)
100
99,8 99,69 5) Kadar Karbohidrat
99,6 Pada setiap sampel tidak terdeteksi
99,4 99,2
adanya karbohidrat yang terkandung. Tidak
99,2 adanya karbohidrat pada sampel dapat
99 dikarenakan karbohidrat biasanya terdapat
98,8 pada bahan beras, jagung dan gandum. Pada
Blanko A B C D proses produksi tidak digunakannya bahan-
Sampel
bahan tersebut yang mengandung karbohidrat.
Gambar 6. Hubungan Penambahan Bentonit Bahan-bahan yang digunakan didominasi oleh
dan Zeolit terhadap Kadar Lemak bahan-bahan yang mengandung protein serta
lemak. Karbohidrat yang tidak terkandung
Lemak merupakan campuran dari lipid, pada sampel memudahkan proses pemurnian
terutama trigliserida yang berwujud padat pada dari bahan-bahan organik.
temperatur ruang. Lemak banyak dijumpai Hasil analisis dari pengujian proksimat
dalam hewan (Endra, 2006). Komponen yang kemudian direkapitulasi. Rekapitulasi ini
diduga terdapat pada fraksi lemak ini ialah bertujuan untuk mengetahui secara lebih jelas
minyak, asam organik, lilin, pigmen serta dan praktis dengan keadaan setiap sampel hasil
vitamin A, D, E dan K (Suparjo, 2011). pemurnian tersebut. Selain itu, dapat
Bila dilihat kembali seharusnya pada mempermudah menentukan sampel dari
sampel A dan B kadar lemak tidak memiliki perlakuan manakah yang akan diolah lebih
nilai 100% karena masih terkandungnya lanjut menjadi sabun cair. Berikut merupakan
kadar-kadar lain pada sampel tersebut. Kadar hasil rekapitulasi yang disajikan pada Tabel 4.
lemak 100% memang memiliki nilai yang
sangat baik karena dapat disimpulkan bahwa
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 23
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
Penentuan sampel juga dilakukan sampel mana yang paling banyak memenuhi
berdasarkan acuan referensi untuk setiap kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.
parameter pada pengujian proksimat. Kadar air Sampel tersebut ialah sampel A. Dapat
merupakan salah satu parameter penting untuk dikatakan sampel A dengan penggunaan 2%
formulasi dan tujuan pelabelan. Kadar air juga bentonit dan 2% zeolit memiliki perlakuan
memiliki peran penting dalam menentukan paling baik diantara sampel lainnya.
karakteristik stabilitas bahan (Wrolstad et al., Pembuatan sabun dibuat dari bahan
2005). Maka penentuan kadar air akan dipilih lemak yang didapatkan dari hasil pemurnian
dengan nilai terendah. Bila dilihat pada Tabel yang telah dilakukan sebelumnya. Sampel
4, sampel A memiliki nilai kadar air terendah yang dipilih sebagai bahan utama ialah sampel
yaitu sebesar 0,015%. pada perlakuan A. Percobaan pembuatan
Menurut Maharajay (2014) kadar abu sabun dilakukan sesuai dengan acuan
dari suatu bahan akan menunjukkan kadar penelitian terdahulu. Hasil yang didapatkan
mineral, kemurnian serta kebersihan suatu ialah kondisi fisik sabun yang masih licin serta
bahan yang dihasilkan. Maka rendahnya nilai tidak dihasilkannya busa.
kadar abu pada suatu bahan juga menentukan Limbah yang digunakan didominasi
kontaminasi mineral yang terkandung pada komposisinya oleh sapi dan ayam. Kandungan
bahan serta tingkat kemurnian proses yang lemak tertinggi pada kedua bahan tersebut
dilakukan. Bila dilihat pada Tabel 4, sampel C ialah asam stearat dan asam palmitat. Asam
memiliki nilai kadar abu paling rendah yaitu stearat dan asam palmitat akan mempengaruhi
0,015%. karakteristik sabun menjadi keras dan busa
Bahan organik mudah sekali mengalami stabil (Paul, 2007). Penambahan VCO sebagai
pembusukan oleh bakteri dengan salah satu bahan utama diharapkan mampu
menggunakan oksigen terlarut (Yudiansyah, memberikan hasil fisik yang lebih baik
2000). Maka semakin tingginya kandungan dikarenakan VCO mengandung kandungan
protein dan karbohidrat pada bahan maka akan asam laurat paling tinggi dengan sifatnya
mempengaruhi bau suatu bahan. Bila dilihat dalam pembusaan yang sangat baik untuk
pada Tabel 4, nilai protein terendah terdapat produk sabun.
pada sampel A dan B sebesar 0,45%. Nilai Penentuan formulasi pembuatan sabun
yang dihasilkan untuk setiap sampel pada didasarkan pada penelitian yang telah
parameter kadar karbohidrat memiliki nilai dilakukan oleh Pratiwi (2014). Pada setiap
yang sama yaitu 0%. proses pembuatan sabun banyak dilakukannya
Pemurnian digunakan untuk penimbangan dikarenakan jumlah kebutuhan
memisahkan zat tertentu dari pengaruh zat lain bahan-bahan pendukung yang akan
yang mengotorinya untuk menjadi keadaan ditambahkan berdasarkan presentase berat
murni. Tujuan pemurnian ialah untuk pada larutan sabun. Hal tersebut dapat
memisahkan zat agar mendapatkan zat-zat mempengaruhi terhadap kehilangan massa
murni (Dwitama, 2011). Pemurnian pada (losses weight). Perhitungan losses weight
penelitian ini bertujuan untuk memurnikan pada setiap pengulangan pembuatan sabun
lemak dan memisahkan zat-zat lain yang dapat telah dilakukan untuk mengetahui seberapa
mengurangi kualitas lemak tersebut, maka banyak massa yang hilang saat proses
penentuan penggunaan sampel untuk pembuatan serta mengetahui ada saat apa saja
parameter lemak berdasarkan dengan nilai massa sabun tersebut hilang. Penyajian data
tertinggi. Berdasarkan Tabel 4, nilai lemak mengenai kehilangan massa dapat dilihat pada
tertinggi terdapat pada sampel A dan B sebesar Tabel 5.
100%.
Berdasarkan Tabel 4, penentuan
penggunaan sampel ialah dengan melihat
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
24
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
Kandungan alkali bebas yang terdapat memenuhi kriteria SNI dengan nilai maksimal
pada sabun menandakan bahwa tidak adanya alkali bebas ialah 0,1%.
kadar asam lemak bebas pada sabun. Pada Lemak tak tersabunkan merupakan
proses pembuatan sabun, penambahan KOH senyawa yang larut dalam minyak atau lemak
harus dilakukan dengan jumlah yang tepat. namun tidak mampu membentuk sabun ketika
Berdasarkan Tabel 6, kadar alkali bebas ialah ditambahkannya alkali pada proses pembuatan
sebesar 0,0077%. Sabun cuci cair ini telah sabun. Jika jumlah lemak melebihi standar
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 25
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
maka reaksi pembentukan sabun dengan basa Uji organoleptik sabun yang dilakukan
tidak bereaksi dengan sempurna. Berdasarkan merupakan uji kesukaan. Pada uji organoleptik
Tabel 6, kadar lemak tak tersabunkan pada ini, panelis memberikan tanggapan mengenai
sabun cuci cair ini memiliki nilai 1,9808%. tingkat kesukaan pada sabun cuci cair yang
Sabun cuci cair ini telah memenuhi kriteria dihasilkan. Parameter yang dinilai ialah aroma,
SNI dengan nilai maksimal lemak tak wana, kekentalan, banyak busa, kesan saat
tersabunkan ialah 2,5%. pemakaian dan kesan setelah pemakaian.
Jumlah asam lemak merupakan Berikut penyajian data hasil uji organoleptik
keseluruhan asam lemak baik asam lemak yang pada Tabel 7.
terikat dengan natrium maupun asam lemak
bebas ditambah lemak netral. Pengukuran Tabel 7. Rekaptulasi Hasil Uji Organoleptik
jumlah asam lemak dalam sabun diukur Sabun Cuci Cair
dengan cara memisahkan ikatan sabun natrium Sabun Sabun
Parameter
dengan penambahan basa kuat. Berdasarkan Hasil Pembanding
Tabel 6, jumlah asam lemak pada sabun ini Aroma 3,77 3,60
memiliki nilai 7,1517%. Sabun cair ini tidak Warna 3,83 3,56
memenuhi kriteria SNI dengan nilai minimal Banyak Busa 3,72 3,60
jumlah asam lemak 40% - 62%. Kekentalan 3,33 3,60
Kadar air merupakan jumlah kadar air Kesan Saat
yang terkandung pada suatu bahan. Pengujian 3,80 3,70
Pemakain
kadar air pada sabun akan mempengaruhi pada Kesan
karakteristik sabun ketika akan digunakan dan Setelah 3,70 3,63
disimpan. Berdasarkan Tabel 6, nilai kadar air Pemakaian
pada sabun ini ialah 53,9696%. Namun, pada Rata-rata
dokumen SNI tidak dicantumkan angka 3,69 3,61
Penilaian
spesifik untuk batas maksimal ataupun
minimal nilai kadar air sehingga belum dapat Aroma pada sabun merupakan bau yang
disimpulkan secara pasti apakah nilai kadar air dihasilkan dari sabun itu sendiri. Penilaian
yang dihasilkan pada penelitian ini memenuhi terhadap aroma menggunakan indera
SNI atau tidak. penciuman panelis untuk didapatkannya
Minyak pelikan merupakan minyak tanggapan sabun cuci cair. Aroma sabun cuci
mineral yang tidak dapat disabunkan. Minyak cair yang dihasilkan pada penelitian ini
tersebut merupakan hasil penguraian bahan didapatkan dari penambahan pewangi sabun
organik. Berdasarkan Tabel 6, hasil analisa aroma jeruk. Penilaian panelis terhadap
minyak pelikan pada sabun tersebut memiliki kesukaan aroma akan mempengaruhi tingkat
nilai negatif. Sabun cuci cair ini telah kesukaan seseorang terhadap sabun cuci piring
memenuhi kriteri SNI dengan nilai negatif yang akan digunakan.
pada minyak pelikan. Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan
pH merupakan parameter kimiawi untuk panelis terhadap aroma sabun cuci cair ini
mengetahui sifat pada sabun tersebut apakah sebesar 3,77. Sedangkan sabun pembanding
asam atau basa. Sabun yang memiliki nilai pH memiliki nilai sebesar 3,60. Nilai tersebut lebih
yang sangat tinggi atau sangat rendah akan besar bila dibandingkan dengan sabun
mempengaruhi pada peningkatakn daya pembanding. Maka, panelis menyukai aroma
adsorbansi kulit sehingga menyebabkan iritasi dari sabun cair ini.
pada kulit. Berdasarkan Tabel 6, diperoleh Warna merupakan salah satu parameter
nilai pH sebesar 10. Sabun cuci cair ini telah penilaian kesukaan panelis terhadap produk
memenuhi kriteria ASTM D 1172-95 dengan sabun tersebut. Penilaian terhadap kesukaan
nilai rentang 9-11. warna dilakukan secara visual oleh panelis
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
26
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
dengan mengamati warna sabun yang kekentalannya kurang dibandingkan sabun cuci
dihasilkan. Warna sabun yang dihasilkan piring yang biasa digunakan oleh panelis.
merupakan warna alami dari proses pemurnian Tingkat kekentalan ini dapat berhubungan
lemak sebelumnya. Warna sampel lemak dengan jumlah penggunaan bahan minyak dan
bersumber dari rempah-rempah yang lemak serta aquades.
digunakan pada proses produksi di Raozen Penilaian kesan saat pemakaian sabun
Corporation seperti kunyit. cuci cair dilakukan panelis dengan mencoba
Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan mencuci piring yang telah diolesi dengan
panelis terhadap warna sabun cuci cair ini mentega. Hal tersebut dilakukan agar diketahui
sebesar 3,83. Sedangkan sabun pembanding daya sabun tersebut dalam membersihkan noda
memiliki nilai sebesar 3,56. Nilai tersebut lebih lemak yang terkandung pada mentega. Selain
besar bila dibandingkan dengan sabun itu, kegunaan yang diinginkan dari sabun
pembanding. Hal tersebut dapat disebabkan tersebut adalah kemampuan untuk
pada sabun cuci yang dihasilkan merupakan membersihkan peralatan dapur.
inovasi warna baru yang dihasilkan secara Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan
alami serta meningkatkan respon panelis. panelis terhadap kesan saat pemakaian sabun
Penilaian terhadap banyaknya busa yang cuci cair ini sebesar 3,80. Nilai tersebut lebih
dihasilkan merupakan salah satu parameter besar bila dibandingkan dengan sabun
penting. Hal tersebut dikarenakan pada pembanding. Panelis menilai kemudahan
umumnya masyarakat yang sering sabun saat digunakan mencuci piring seperti
menggunakan sabun cuci cair cenderung ketika mengangkat lemak dari mentega
menyukasi sabun yang menghasilkan banyak tersebut. Penilaian lain yang dirasakan oleh
busa. Banyaknya busa yang dihasilkan pada panelis saat pemakaian sabun tersebut ialah
sabun dipengaruhi oleh karakteristik asam lembut atau tidaknya sabun di tangan.
lemak pada bahan utama dan bahan pendukung Penilaian panelis ketika pemakaian
yang digunakan. sabun telah dilakukan maka penilaian kesan
Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan setelah pemakaian perlu dilakukan. Hal
panelis terhadap banyaknya busa sabun cuci tersebut bertujuan untuk mengetahui tanggapan
cair ini sebesar 3,72. Nilai tersebut lebih besar panelis setelah menggunakan sabun tersebut.
bila dibandingkan dengan sabun pembanding. Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan panelis
Banyaknya busa yang dihasilkan pada terhadap kesan setelah pemakaian sabun cuci
penelitian ini didukung dengan digunakannya cair ini sebesar 3,70. Sedangkan sabun
minyak VCO yang memiliki karakteristik busa pembanding memiliki nilai sebesar 3,63.
yang stabil untuk sabun. Selain itu penggunaan Nilai tersebut lebih besar bila
bahan pendukung texaphon yang menghasilkan dibandingkan dengan sabun pembanding.
busa bila dicampur dengan air. Penilaian kesan setelah pemakaian dilakukan
Penilaian terhadap kekentalan dilakukan oleh panelis dengan menilai apakah piring
menggunakan indera perasa saat panelis tersebut masih licin atau masih terdapat sisa
mencoba sabun tersebut. Kekentalan yang mentega pada piring tersebut. Kemudian
dihasilkan pada sabun cuci cair tersebut panelis mencium apakah masih ada aroma
dipengaruhi oleh massa penambahan aquades mentega pada piring tersebut. Lalu, panelis
saat proses pembuatan sabun. merasakan apakah ada efek samping terhadap
Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan tangan.
panelis terhadap kekentalan sabun cuci cair ini Hasil pengolahan uji organoleptik
sebesar 3,33. Nilai tersebut lebih rendah bila kemudian diinterpretasikan hasilnya dengan
dibandingkan dengan sabun pembanding. Hal standar sabun menurut panelis. Hasil
tersebut dapat pula dilihat secara visual bahwa interpretasi tersebut disajikan pada Tabel 8.
sabun cuci piring yang dihasilkan tingkat
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 27
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
28
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285
Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Baku L.) dan Tepung Labu Kuning (Cucurbita
Mutu Limbah Domestik. Indonesia, moschata Durch). [Internet] [diunduh
Paten No. 112. pada 27 Mei 2017]. Terdapat pada
Maharajay. 2014. Analisis Kadar Abu. http://eprints.undip.ac.id/38818/1/4._Gia
[Internet] [diunduh pada 27 Mei 2017]. n.pdf.
Terdapat pada Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan
http://maharajay.lecture.ub.ac.id/files/20 Air Limbah. Jakarta: UI Press.
14/02/Analisis-Kadar-Abu.pdf. Suparjo. 2010. Analisis Proksimat dan
Mahida, U. N.. 1992. Pencemaran Air dan Analisis Serat. [Internet] [diunduh pada
Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: 12 Maret 2016]. Terdapat pada
Rajawali Press. https://jajo66.files.wordpress.com/2010/
Paul, S.. 2007. Fatty Acids and Soap Making. 10/analisis-kimiawi2010.pdf.
[Internet] [diunduh pada 13 Maret 2016]. Widyaningsih, V.. 2011. Pengelolaan Limbah
Terdapat pada http://www.soap-making- Cair Kantin Yongma FISIP UI. Depok:
resource.com/fatty-acids-soap- UI Library
making.html. Wrolstad, R. E. et al.. 2005. Handbook of
Peraturan Pemerintah. 2001. Pengelolaan Food Analytical Chemistry. [Internet]
Kualitas Air dan Pengendalian [diunduh pada 27 Mei 2017]. Terdapat
Pencemaran Air. Indonesia, Paten No. pada
82 Pasal 1 Ayat 11. http://onlinelibrary.wiley.com/book/10.1
Pratiwi, P.. 2014. Pembuatan Sabun Cuci 002/0471709085.
Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas Yudiansyah. 2000. Mempelajari Pengaruh pH
(Jelantah). Surakarta: Digilib UNS. dan Kandungan Bahan Organik pada
Ramadhani, G. A., Izzati, M. & Sarjana, P.. Proses Pengolahan Limbah Cair
2012. Analisis Proximat, Antioksidan Industri Karet Secara Aerobik
dan Kesukaan Sereal Makanan Dari Menggunakan Reaktor Curah (Batch).
Bahan Dasar Tepung Jagung (Zea mays Bogor: Repository IPB.
.
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 29