Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Teknotan Vol. 12 No.

1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

PENANGANAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK HEWANI SERTA


PEMANFAATANNYA MENJADI SABUN CAIR
Handling Of Liquid Waste From Animal Product Processing Industry And Their Utilization To
Become Liquid Soaps
Nadya Shita Kemala1), Boy Macklin Pareira Prawiranegara2), Asri Widyasanti2)
1)
Alumnus Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Padjadjaran
Jl. Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang,Jawa Barat, Indonesia 40600
2)
Staff Departemen Teknik dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran
Jl. Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang,Jawa Barat, Indonesia 40600
Email : nadyask9@gmail.com

ABSTRAK

Industri makanan merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair. Industri makanan pada penelitian ini
berada di tengah kota yang limbahnya berdampak langsung pada masyarakat. Tujuan penelitian ialah
melakukan proses pemisahan minyak dan lemak serta membuat sabun cair berbahan dasar minyak dan lemak
limbah cair. Metode pertama yang digunakan ialah grease trap dan metode kedua ialah pemurnian dengan
degumming dan deodorizing. Penggunaan metode pertama menunjukkan peningkatan dengan karakteristik
BOD menjadi 5.371 mg/liter, TSS menjadi 117 mg/liter, minyak dan lemak menjadi 5,0 mg/liter,
berkurangnya bau serta pH menjadi 7,44. Selanjutnya, penggunaan metode kedua dengan penambahan 2%
bentonit dan 2% zeolit mendapatkan hasil kadar air 0,015%, kadar abu 0,11%, kadar protein 0,45%, kadar
lemak 100% dan kadar karbohidrat 0%. Sabun cair dapat dihasilkan dengan penambahan VCO (Virgin
Coconut Oil) yang mampu meningkatkan pembusaan. Perbandingan penggunaan bahan utama sebesar 50:50.
Hasil analisa mutu SNI 06-2048-1990 adalah alkali bebas 0,0077%, lemak tak tersabunkan 1,9808% dan
minyak pelikan negatif telah memenuhi persyaratan. Namun, jumlah asam lemak tidak memenuhi
persyaratan dengan nilai sebesar 7,151%. Kadar air sebesar 53,9696% tetapi tidak ada angka spesifik pada
SNI untuk parameter ini. Hasil pengujian organoleptik menunjukkan panelis menyukai sabun tersebut
dengan nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan sabun pembanding dengan interpretasi baik.
Kata kunci: Limbah cair, minyak dan lemak, sabun cair

ABSTRACT

The food industry is one of many source of liquid waste. The food industry in this research is located in the middle
of town which those waste have a direct impact on environment. The purpose of this research was to perform the
process of separation of oils and fats as well as to making the liquid soap based from the waste’s oils and fats.
Grease trap was used for the first method, degumming and deodorizing was used as the second step to purify the
waste’s oils and fats. The use of first methods showed an increase with the characteristics of the BOD down to
5.371 mg/liter, TSS down to 117 mg/liter, oils and fats down to 5.0 mg/liter, the smell reduced and the pH up to
7.44. Furthermore, the use of second method with the addition of 2% bentonite and 2% zeolite obtained 0.015%
of moisture content, 0.11% of ash content, 0.45% of protein content, 100% of fat content and 0% of carbohydrate
content. Liquid soaps could be produced with the addition of VCO (Virgin Coconut Oil) which could increase the
foaming. The ratio of the main ingredients was 50:50. The results of quality analysis based on SNI 06-2048-1990
were 0.0077% of free alkali, 1.9808% of unsaponified fats and negative mineral oil have met the requirements.
However, the fatty acids did not meet the requirements with a value of 7.1517%. Moisture content obtained
53.9696% but there are no specific figures on the ISO standard for these parameters. The result of organoleptic
test showed that the panelists liked this soap than the comparison soap, with higher mean percentage and good
interpretation.
Keywords: Liquid waste, oils and fats, liquid soap

Diterima : 12 September 2017 ; Disetujui : 25 Desember 2017; Online Published : -


DOI : 10.24198/jt.vol12n1.2
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 15
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

sabun cair lebih higienis, lebih


PENDAHULUAN menguntungkan, ekonomis bagi konsumen dan
lebih mudah dan menguntungkan bagi
Air merupakan kebutuhan utama dalam produsen (Gandasasmita, 2009).
menunjang keberlangsungan hidup manusia.
Pertumbuhan penduduk yang semakin lama METODOLOGI
semakin meningkat dapat mengakibatkan
meningkat pula permintaan kebutuhan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
terhadap air bersih. Semakin meningkatnya April hingga Oktober 2016, bertempat di
kebutuhan atau pemakaian air bersih maka Raozen Corporation Bandung untuk
akan berdampak pula terhadap buangan yang pengambilan sampel air serta pengujian hasil
dihasilkan dari setiap aktivitas manusia. akhir penelitian. Sampel air diambil dari
Buangan yang dihasilkan dari setiap aktivitas Raozen dikarenakan tempat tersebut
manusia dan pada umumnya tidak digunakan merupakan industri makanan yang menjadi
kembali dikenal dengan istilah limbah. objek penelitian.
Pemerintah telah menyusun aturan Pengujian terhadap analisis proksimat
mengenai pengelolaan air. Pada Peraturan pada minyak dan lemak dilakukan di
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat Laboratorium Uji Teknologi Pangan, FTIP
11 mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan Unpad. Pada pembuatan sabun cair dilakukan
Pengendalian Pencemaran Air, didefinisikan di Laboratorium Pasca Panen dan Teknologi
sebagai: pencemaran air adalah masuknya atau Proses, FTIP Unpad. Pengujian terhadap mutu
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi sabun cuci cair dilakukan di Laboratorium
dan atau komponen lain ke dalam air oleh Kimia Analisis, SMKN 7 Bandung.
kegiatan manusia sehingga kualitas air turun Metode yang digunakan pada penelitian
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan ini merupakan analisis deskriptif dengan
air tidak dapat berfungsi sesuai dengan menggunakan analisis terhadap konsentrasi
peruntukkannya (PP No. 82, 2001). Salah satu minyak dan lemak limbah cair industri
penghasil limbah ialah industri makanan. pengolahan produk hewani dengan studi kasus
Sebagian besar komposisi pada air limbah di Raozen Corporation, Bandung.
ialah air dan sisanya mengandung zat organik Pengambilan sampel air dilakukan dengan
dan zat anorganik. menggunakan metode sampling. Pengambilan
Salah satu kandungan yang terdapat pada sampel air limbah dilakukan berdasarkan jenis
limbah cair industri makanan ialah minyak dan serta kegiatan produksi pada industri tersebut.
lemak. Pembuangan limbah cair yang Kemudian didapatkan beberapa sampel air
mengandung minyak akan memperbesar diantaranya air hasil rebusan jeroan, air hasil
kandungan bahan organik di dalam limbah cair rebusan ayam, air sisa pencucian peralatan
tersebut. Sebagian besar dari unsur-unsur produksi dan lemak padat gandik.
pokoknya berada dalam bentuk-bentuk yang Hasil analisis kandungan parameter
sedemikian rumit sehingga berbagai tahap minyak dan lemak dari sampel yang diperiksa.
harus dilampaui sebelum suatu produk yang Dari penelitian pendahuluan yang telah
tetap dikembangkan (Mahida, 1992). dilakukan, proses pemurnian lemak dengan
Salah satu produk yang dapat dihasilkan jumlah sampel sebanyak ± 200 ml dan
berbasis minyak dan lemak yang bersumber penambahan 0,5% zeolit dan 0,5% bentonit
dari limbah industri makan ialah sabun. Sabun menghasilkan ± 80 ml lemak cair. Mengacu
adalah garam natrium atau kalium dari asam pada penelitian pendahuluan, penelitian ini
lemak yang berasal dari minyak nabati atau terdiri dari 4 perlakuan yang diulang sebanyak
hewani. Sabun cair dapat berwujud padat atau 3 kali untuk menanggulangi adanya kesalahan
cair. Sabun cair memiliki keunggulan daripada dalam pengukuran. Berikut 4 taraf perlakuan
sabun padat yaitu persepsi konsumen bahwa tersebut:
Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
16
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

A = 2% bentonit dan 2% zeolit (b/v) Berdasarkan Tabel 1, modifikasi


B = 2,5% bentonit dan 2,5% zeolit (b/v) formulasi yang digunakan pada penelitian ini
C = 3% bentonit dan 3% zeolit (b/v) terletak pada bahan baku yang digunakan yaitu
D = 3,5% bentonit dan 3,5% zeolit (b/v) lemak hasil pemurnian dan VCO (Virgin
Coconut Oil), perbandingan aquades serta
Selain itu, untuk pembuatan produk aroma jeruk pada pewangi sabun. Formulasi
sabun cair digunakan metode eksperimental pada penelitian Pratiwi (2014) digunakan
laboratorium dengan menggunakan analisis sebanyak 100 ml minyak jelantah hasil
deskriptif. Metode tersebut merupakan bagian pemurnian, namun pada penelitian ini
dari statistika yang mempelajari cara digunakan perbandingan 50 ml lemak hasil
pengumpulan data dan penyajian data pemurnian dan 50 ml VCO yang telah
sehingga mudah dipahami. Penarikan dikonversikan satuannya menjadi gram.
kesimpulan pada analisis deskriptif hanya Konversi satuan juga dilakukan untuk 50 ml
ditunjukkan pada kumpulan data yang ada KOH yang digunakan.
selama penelitian berlangsung mengenai Alat yang digunakan dibagi menjadi dua
pembuatan sabun cair. Formulasi pembuatan bagian yaitu ketika penanganan limbah cair
sabun cuci cair mengacu pada penelitian yang yaitu jerigen, coolbox, cold storage,
telah dilakukan oleh Pratiwi (2014). waterbath, grease trap¸mixer, cream
separator, hot plate stirrer, corong buchner,
Tabel 1. Formulasi Pembuatan Sabun Cuci Cair kertas saring, vacuum evaporator, piknometer
Bahan Kuantitas Keterangan dan timbangan analitik. Sedangkan pada
Lemak Hasil pembuatan sabun cair terdiri dari beaker glass
45,92 g
Pemurnian (1000 ml dan 100 ml), timbangan analitik,
VCO 95,20 g kompor listrik, hot plate stirrer, thermo-
Larutan KOH hygrometer digital, batang pengaduk, botol
113,81 g Berat sabun A plastik dan kertas pH indikator.
40%
10% dari Selain itu bahan yang digunakan juga
Texaphon Berat sabun B
berat sabun A dibagi menjadi dua bagian yaitu pada bagian
1:1 (b/b) dari pertama adalah pemurnian minyak dan lemak
Aquades Berat sabun C
berat sabun B yang terdiri dari air limbah, air panas, zeolit
10% dari dan bentonit. Sedangkan bahan yang
Gliserin Berat sabun D
berat sabun C
digunakan ketika pembuatan sabun cair adalah
0,5% (v/b)
Pewangi Sabun dari berat Berat sabun E
lemak hasil pemurnian, VCO (Virgin Coconut
sabun D Oil), aquades, larutan KOH 40%, texaphon,
gliserin dan pewangi sabun aroma jeruk.
Keterangan : Adapun prosedur penelitian pemisahan
Berat Sabun A = Berat pasta sabun serta pemurnian minyak dan lemak sebagai
Berat Sabun B = Setelah penambahan texaphon berikut:
Berat Sabun C = Setelah penambahan aquades
Berat Sabun D = Setelah penambahan gliserin
Berat Sabun E = Setelah penambahan pewangi

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 17
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Mulai

Pengambilan Sampel

Uji Kualitas Air Awal

Pemisahan Minyak dan Lemak dari Air dengan Grease Trap

Pemanasan Sampel (T = ± 70 - 80°C, t = 30 menit)

Pencucian Minyak dan Lemak dengan Mixer

Minyak dan Lemak Air

Uji Kualitas Air Akhir


Pengurangan Kadar Air dengan
Cream Separator

Penambahan bentonit
dan zeolit
Filtrasi (300 rpm, T = 90°C, t = A = 2% (b/v)
± 60 menit) B = 2,5% (b/v)
C = 3% (b/v)
D = 3,5% (b/v)

Analisis dan Uji Lemak Uji Proksimat

Pengambilan Hasil Lemak


Terbaik

Gambar 1. Prosedur penelitian pemisahan serta pemurnian minyak dan lemak

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
18
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Adapula prosedur penelitian pembuatan sabun cuci cair sebagai berikut:

Mulai

Lemak dipanaskan sampai T =


± 35°C (45,93 g)

VCO
Pencampuran I (T = 80°C) (95,2 g)
KOH 40% Pencampuran II hingga pasta
(113,81 g) (T = 80°C)

Penimbangan I (berat sabun A)


10%
Pencampuran III hingga homogen Texaphon
(T = 80°C) dari berat
sabun A

Penimbangan II
(berat sabun B)

Aquades Pencampuran IV hingga homogen


1:1 (b/b) (T = 80°C)

Penimbangan III
(berat sabun C)
10%
Pencampuran V hingga homogen Gliserin
(T = 80°C) dari berat
sabun C
Penimbangan IV
(berat sabun D)
0,5%
Pewangi Pencampuran VI
dari berat (T = ± 26°C, t = 5 menit)
sabun D Analisis:
1. Uji Mutu
Sabun Cuci Cair (SNI 06-2048-
1990)
2. Uji
Selesai Organoleptik

Gambar 1. Prosedur penelitian pembuatan sabun cuci cair

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 19
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

HASIL DAN PEMBAHASAN akan melekat pada dinding saluran. Minyak


dan lemak yang melekat pada saluran air
Minyak dan lemak merupakan salah satu limbah dapat menyumbat pipa pengolahan
kendala dalam pengolahan air limbah. Pada yang kemudian menimbulkan clogging
saat panas minyak dan lemak akan menjadi (Widyaningsih, 2011).
cair sedangkan apabila berada di daerah dingin

Tabel 2. Hasil Pemisahan Minyak dan Lemak dari Air Menggunakan Grease Trap
Jumlah Sampel Minyak dan Lemak Sisa Air Hasil Kehilangan
Rendemen
yang Diambil Hasil Pemisahan Pemisahan Massa
(%)
(liter) (liter) (liter) (liter)
15 0,45 14,53 0,02 96,87
15 3,78 11,18 0,04 74,53
15 2,27 12,28 0,45 81,86
15 2,53 12,44 0,03 82,93
Rata-rata 2,26 12,61 0,13 84,05

Menurut Sugiharto (1987) ada sekitar pengujian juga menjadi acuan untuk treatment
0,01% minyak dan lemak yang terkandung selanjutnya pada limbah cair tersebut. Baku
pada limbah cair. Bila dibandingkan dengan mutu limbah domestik disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2 dengan jumlah sampel yang diambil
sebanyak 15 liter, maka diasumsikan akan ada Tabel 3. Baku Mutu Limbah Domestik
sekitar 0,0015 liter minyak dan lemak yang Kadar
Parameter Satuan
terkandung pada limbah cair ini. Dapat dilihat Maksimum
bahwa rata-rata minyak dan lemak yang BOD mg/liter 100
didapatkan ialah sebesar 2,26 liter. TSS mg/liter 100
Nilai tersebut telah melampaui nilai teori Minyak dan
yang telah ada. Perhitungan rata-rata nilai mg/liter 10
Lemak
kehilangan air yang terjadi ialah sebanyak 0,13
pH - 6,0-9,0
liter. Rendemen rata-rata yang dihasilkan ialah
sebesar 84,05%. Kehilangan massa terjadi (Sumber: Kep-MenLH No. 112, 2003)
dapat dikarenakan penggunaan grease trap
yang hanya berkapasitas 20 liter. Hasil analisa pengujian kualitas air setelah air
Proses pemisahan menggunakan grease dari limbah cair tersebut dipisahkan komponen
trap akan menghasilkan minyak dan lemak minyak dan lemaknya. Parameter-parameter
serta air. Air limbah yang dihasilkan kemudian yang diujikan disesuaikan dengan parameter
diuji kualitasnya. Hal ini bertujuan untuk pada pengujian kualitas akhir tahap awal.
mengetahui seberapa besar pengaruh Untuk mengetahui perubahan nilai yang terjadi
penggunaan grease trap dalam meningkatkan pada saat pengujian awal dan akhir akan
kualitas air limbah yang dihasilkan sesuai disajikan pada sebuah grafik seperti pada
dengan baku mutu limbah domestik. Selain itu, Gambar 3.

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
20
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

24.000
20.000 Uji Kualitas Air Awal
Uji Kualitas Air Akhir
Hasil Analisa
16.000 16.069

12.000
8.000
4.946
5.371 3.811
4.000
7,12
117 5 7,44
0
BOD TSS Minyak dan Lemak pH
Parameter Analisis
Gambar 2. Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Kualitas Air Awal dan Akhir pada Sampel Limbah
Cair

Bahan-bahan organik yang diduga Baku mutu untuk parameter pH memiliki


menyatu dengan lemak ialah protein. Namun rentang 6,0 – 9,0. pH sendiri merupakan
bila mengacu pada baku mutu limbah parameter yang sangat berpengaruh dalam
domestik yang diizinkan pada Tabel 3 yaitu proses pengolahan air limbah karna pH juga
sebesar 100 mg/l untuk BOD, maka nilai BOD berperan dalam kehidupan biologi dan
setelah dilakukannya proses pemisahan ini mikrobiologi pada limbah tersebut.
belum mampu sesuai dengan standar yang Peningkatan nilai pH pada proses pemisahan
berlaku. Efisiensi proses pemisahan ini dalam ini dapat disebabkan oleh telah terpisahnya
menurunkan BOD ialah sebesar 66,57%. minyak dan lemak yang terkandung pada
Maka, dibutuhkan treatment lebih lanjut untuk limbah cair tersebut. Telah diketahui bahwa
menurunkan nilai BOD serta meningkatkan dalam minyak dan lemak memiliki komponen
kualitas air pada limbah tersebut agar sesuai asam lemak.
dengan standar baku mutu limbah domestik Pemurnian minyak dan lemak
yang telah ditetapkan. menggunakan dua metode yang biasa
Efisiensi proses pemisahan ini dalam digunakan yaitu degumming dan deodorizing.
menurunkan nilai TSS ialah sebesar 97,63%. Proses pemurnian degumming ini
Efisiensi yang dihasilkan hampir mendekati dimanfaatkan untuk memisahkan minyak dan
100%. Proses pemisahan ini dianggap mampu lemak dengan air pada tahap awal pemurnian.
digunakan dalam pengolahan limbah cair Sedangkan deodorizing dimanfaatkan untuk
domestik. Sebelum dilakukan pengaplikasian mengurangi bau yang berada pada suatu
metode ini sebaiknya dilakukan perbaikan minyak dan lemak.
beberapa hal agar nilai TSS yang dihasilkan Pengujian proksimat dilakukan setelah
bisa memenuhi standar yang berlaku. proses pemurnian. Pengujian proksimat
Selain itu, bila mengacu pada baku mutu merupakan pengujian yang bertujuan untuk
limbah domestik di Tabel 3 dengan standar mengetahui kandungan nutrien pada suatu
nilai untuk minyak dan lemak ialah 10 mg/l. bahan. Analisis proksimat yang dilakukan
Proses pemurnian tersebut sudah mampu mengacu pada SNI 01-2891-1992.
membuat limbah cair tersebut sesuai dengan Pengujian proksimat juga memiliki
standar baku mutu limbah domestik untuk kegunaan dalam menganalisis pengaruh
parameter minyak dan lemak. Efisiensi yang penggunaan bentonit dan zeolit. Selain itu,
dihasilkan juga sudah melebihi 100%. pemilihan bahan lemak yang akan dijadikan
Penggunaan proses pemisahan ini dapat sabun juga dapat didasarkan dari hasil
diaplikasikan untuk pengolahan limbah cair pengujian proksimat ini. Berikut merupakan
domestik ini hasil pengujian proksimat:

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 21
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

1) Kadar Air Pengujian kadar abu juga bertujuan


0,25 0,215 untuk memisahkan bahan organik dan bahan
anorganik suatu bahan. Kandungan abu pada
Kadar Air (%)

0,2
lemak hasil pemurnian ini juga dapat
0,15
menunjukkan kandungan mineral pada lemak
0,1 0,08 0,08
0,035 tersebut. Bahan organik pada lemak ini seperti
0,05 0,015 protein dan lemak. Pengujian kadar abu juga
0 dapat menunjukkan unsur mineral yang diduga
Blanko A B C D terdapat pada lemak ini (Suparjo, 2011).
Sampel Terjadi kenaikan kadar abu pada
perlakuan A, B dan D. Namun, pada perlakuan
Gambar 3. Hubungan Penambahan Bentonit C kadar abu bernilai tetap dan tidak ada
dan Zeolit terhadap Kadar Air penurunan. Telah diketahui bahwa
penambahan konsentrasi pada perlakuan C
Penentuan kadar air merupakan analisis ialah sebanyak 3% bentonit dan 3% zeolit. Hal
penting dan paling luas yang dilakukan dalam ini dapat diduga terdapat kandungan mineral
pengolahan dan pengujian bahan. Kandungan dari bentonit dan zeolit yang kemudian
air bahan juga berkaitan dengan kualitas dan tertinggal dan lolos saat proses penyaringan
stabilitas bahan. Pengurangan air pada proses serta bahan-bahan organik yang tidak
pemurnian juga bertujuan untuk mengawetkan teruapkan.
bahan. Kandungan air yang tinggi dapat
mempengaruhi warna, tekstur serta daya tahan 3) Kadar Protein
bahan.
1,2
Diketahui pada Gambar 4, kadar air 0,96 0,92
Kadar Protein (%)

terkecil dihasilkan pada perlakuan A dengan 1


konsentrasi 2% bentonit dan 2% zeolit. Kadar 0,8
air sendiri merupakan banyaknya air yang 0,6 0,45 0,45
terkandung pada suatu bahan atau zat. Salah
0,4
satu tujuan pemurnian ialah mengurangi kadar
0,2 0,11
air pada suatu bahan atau zat. Maka, perlakuan
A dengan penambahan 2% zeolit dan 2% 0
bentonit mampu mengurangi kadar air lebih Blanko A B C D
baik dibanding perlakuan yang lain. Sampel
Gambar 5. Hubungan Penambahan Bentonit
2) Kadar Abu dan Zeolit terhadap Kadar Protein
0,12 0,11 0,11 0,11
Protein merupakan senyawa polimer
Kadar Abu (%)

0,1
0,08
yang tersusun dari satuan-satuan molekul yang
saling berikatan. Satuan molekul penyusun itu
0,06
disebut asam α amino (Endra, 2006). Pada
0,04
0,015 0,015 Gambar 6 diketahui bahwa sampel blanko
0,02
memiliki nilai kadar protein sebesar 0,11%
0 sedangkan nilai kadar protein pada perlakuan
Blanko A B C D
Sampel
A sebesar 0,45%, perlakuan B sebesar 0,45%,
perlakuan C sebesar 0,96% dan perlakuan D
Gambar 4. Hubungan Penambahan Bentonit sebesar 0,92%. Protein sendiri merupakan
dan Zeolit terhadap Kadar Abu salah satu unsur dalam makanan yang terdiri
dari asam-asam amino yang mengandung
unsur karbon, oksigen, nitrogen dan belerang.

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
22
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Terjadi peningkatan kadar protein pada proses pemurnian berjalan dengan sangat
setiap perlakuan. Menurut Ranken (2000) optimal. Namun, masih terkandung unsur-
dalam Ramadhani, dkk. (2012) pemanasan unsur lain. Penggunaan kuantitas bentonit dan
dengan suhu tinggi akan menyebabkan zeolit juga kurang memberikan hasil yang
kehilangan air yang lebih tinggi sehingga akan linier.
meningkatkan bahan organik yaitu salah Menurut Kamal (1998) dalam Gazali
satunya adalah protein. Penggunaan bentonit (2014) analisis proksimat merupakan analisis
dan zeolit sendiri diharapkan mampu dengan hasil yang diperoleh hanya mendekati
menyerap zat-zat selain lemak. Perlakuan nilai yang sebenarnya. Oleh karena itu, untuk
secara kimia seperti pencampuran dengan menunjukkan nilai dari sistem analisis
adsorben lebih lama agar adsorben bekerja proksimat selalu dilengkapi dengan istilah
lebih maksimal. minimum atau maksimum sesuai dengan
manfaat fraksi tersebut. Maka nilai 100% yang
4) Kadar Lemak dihasilkan pada kadar lemak ini merupakan
100,2 nilai maksimum.
100 100 100
Kadar Lemak (%)

100
99,8 99,69 5) Kadar Karbohidrat
99,6 Pada setiap sampel tidak terdeteksi
99,4 99,2
adanya karbohidrat yang terkandung. Tidak
99,2 adanya karbohidrat pada sampel dapat
99 dikarenakan karbohidrat biasanya terdapat
98,8 pada bahan beras, jagung dan gandum. Pada
Blanko A B C D proses produksi tidak digunakannya bahan-
Sampel
bahan tersebut yang mengandung karbohidrat.
Gambar 6. Hubungan Penambahan Bentonit Bahan-bahan yang digunakan didominasi oleh
dan Zeolit terhadap Kadar Lemak bahan-bahan yang mengandung protein serta
lemak. Karbohidrat yang tidak terkandung
Lemak merupakan campuran dari lipid, pada sampel memudahkan proses pemurnian
terutama trigliserida yang berwujud padat pada dari bahan-bahan organik.
temperatur ruang. Lemak banyak dijumpai Hasil analisis dari pengujian proksimat
dalam hewan (Endra, 2006). Komponen yang kemudian direkapitulasi. Rekapitulasi ini
diduga terdapat pada fraksi lemak ini ialah bertujuan untuk mengetahui secara lebih jelas
minyak, asam organik, lilin, pigmen serta dan praktis dengan keadaan setiap sampel hasil
vitamin A, D, E dan K (Suparjo, 2011). pemurnian tersebut. Selain itu, dapat
Bila dilihat kembali seharusnya pada mempermudah menentukan sampel dari
sampel A dan B kadar lemak tidak memiliki perlakuan manakah yang akan diolah lebih
nilai 100% karena masih terkandungnya lanjut menjadi sabun cair. Berikut merupakan
kadar-kadar lain pada sampel tersebut. Kadar hasil rekapitulasi yang disajikan pada Tabel 4.
lemak 100% memang memiliki nilai yang
sangat baik karena dapat disimpulkan bahwa

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Proksimat


Parameter A B C D Referensi
Air (%) 0,015 0,035 0,08 0,08 Wrolstad, et. al (2005)
Abu (%) 0,11 0,11 0,015 0,11 Maharajay (2014)
Protein (%) 0,45 0,45 0,96 0,92 Yudiansyah (2000)
Lemak (%) 100 100 99,2 99,69 Dwitama (2011)
Karbohidrat (%) 0 0 0 0 Yudiansyah (2000)
Keterangan:
= Nilai yang dipilih

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 23
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Penentuan sampel juga dilakukan sampel mana yang paling banyak memenuhi
berdasarkan acuan referensi untuk setiap kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.
parameter pada pengujian proksimat. Kadar air Sampel tersebut ialah sampel A. Dapat
merupakan salah satu parameter penting untuk dikatakan sampel A dengan penggunaan 2%
formulasi dan tujuan pelabelan. Kadar air juga bentonit dan 2% zeolit memiliki perlakuan
memiliki peran penting dalam menentukan paling baik diantara sampel lainnya.
karakteristik stabilitas bahan (Wrolstad et al., Pembuatan sabun dibuat dari bahan
2005). Maka penentuan kadar air akan dipilih lemak yang didapatkan dari hasil pemurnian
dengan nilai terendah. Bila dilihat pada Tabel yang telah dilakukan sebelumnya. Sampel
4, sampel A memiliki nilai kadar air terendah yang dipilih sebagai bahan utama ialah sampel
yaitu sebesar 0,015%. pada perlakuan A. Percobaan pembuatan
Menurut Maharajay (2014) kadar abu sabun dilakukan sesuai dengan acuan
dari suatu bahan akan menunjukkan kadar penelitian terdahulu. Hasil yang didapatkan
mineral, kemurnian serta kebersihan suatu ialah kondisi fisik sabun yang masih licin serta
bahan yang dihasilkan. Maka rendahnya nilai tidak dihasilkannya busa.
kadar abu pada suatu bahan juga menentukan Limbah yang digunakan didominasi
kontaminasi mineral yang terkandung pada komposisinya oleh sapi dan ayam. Kandungan
bahan serta tingkat kemurnian proses yang lemak tertinggi pada kedua bahan tersebut
dilakukan. Bila dilihat pada Tabel 4, sampel C ialah asam stearat dan asam palmitat. Asam
memiliki nilai kadar abu paling rendah yaitu stearat dan asam palmitat akan mempengaruhi
0,015%. karakteristik sabun menjadi keras dan busa
Bahan organik mudah sekali mengalami stabil (Paul, 2007). Penambahan VCO sebagai
pembusukan oleh bakteri dengan salah satu bahan utama diharapkan mampu
menggunakan oksigen terlarut (Yudiansyah, memberikan hasil fisik yang lebih baik
2000). Maka semakin tingginya kandungan dikarenakan VCO mengandung kandungan
protein dan karbohidrat pada bahan maka akan asam laurat paling tinggi dengan sifatnya
mempengaruhi bau suatu bahan. Bila dilihat dalam pembusaan yang sangat baik untuk
pada Tabel 4, nilai protein terendah terdapat produk sabun.
pada sampel A dan B sebesar 0,45%. Nilai Penentuan formulasi pembuatan sabun
yang dihasilkan untuk setiap sampel pada didasarkan pada penelitian yang telah
parameter kadar karbohidrat memiliki nilai dilakukan oleh Pratiwi (2014). Pada setiap
yang sama yaitu 0%. proses pembuatan sabun banyak dilakukannya
Pemurnian digunakan untuk penimbangan dikarenakan jumlah kebutuhan
memisahkan zat tertentu dari pengaruh zat lain bahan-bahan pendukung yang akan
yang mengotorinya untuk menjadi keadaan ditambahkan berdasarkan presentase berat
murni. Tujuan pemurnian ialah untuk pada larutan sabun. Hal tersebut dapat
memisahkan zat agar mendapatkan zat-zat mempengaruhi terhadap kehilangan massa
murni (Dwitama, 2011). Pemurnian pada (losses weight). Perhitungan losses weight
penelitian ini bertujuan untuk memurnikan pada setiap pengulangan pembuatan sabun
lemak dan memisahkan zat-zat lain yang dapat telah dilakukan untuk mengetahui seberapa
mengurangi kualitas lemak tersebut, maka banyak massa yang hilang saat proses
penentuan penggunaan sampel untuk pembuatan serta mengetahui ada saat apa saja
parameter lemak berdasarkan dengan nilai massa sabun tersebut hilang. Penyajian data
tertinggi. Berdasarkan Tabel 4, nilai lemak mengenai kehilangan massa dapat dilihat pada
tertinggi terdapat pada sampel A dan B sebesar Tabel 5.
100%.
Berdasarkan Tabel 4, penentuan
penggunaan sampel ialah dengan melihat

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
24
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Tabel 5. Losses Weight dari Sabun yang


Dihasilkan
Keterangan Massa Sabun
Rata-rata (g)
Losses Weight1 25,15
Losses Weight2 2,38
Losses Weight3 69,60
Losses Weight4 45,18
Total Losses Weight 142,31
Keterangan :
Losses Weight1 = Saat menjadi pasta
Losses Weight2 = Setelah penambahan texaphon
Losses Weight3 = Setelah penambahan aquades
Losses Weight4 = Setelah penambahan gliserin Gambar 7. Produk sabun cuci cair
Keterangan :
Diketahui pada Tabel 5, total losses 1 : Sampel Sabun Ulangan 1
weight rata-rata yang dihasilkan yaitu sebesar 2 : Sampel Sabun Ulangan 2
142,31 g. Terdapat beberapa hal yang diduga 3 : Sampel Sabun Ulangan 3
mempengaruhi nilai losses weight tersebut
antara lain menempelnya sabun di dinding Pengujian mutu sabun dilakukan untuk
beaker glass pada saat kondisi sabun menjadi mengetahui kualitas sabun yang dihasilkan.
pasta yang sulit untuk benar-benar diambil. Hasil dari pengujian juga dapat menentukan
Selain itu, diketahui bahwa kehilangan massa apakah sabun tersebut telah sesuai dengan
terjadi pada saat penimbangan setelah standar yang telah ditetapkan. Standar acuan
ditambahkannya aquades yaitu sebanyak 69,60 yang digunakan untuk sabun cuci cair ini
g. Penggunaan dua buah beaker glass setelah adalah SNI 06-2048-1990, namun dilakukan
ditambahkannya aquades dikarenakan pengukuran tambahan untuk parameter pH
keterbatasan timbangan teknis yang memiliki dengan acuan ASTM D 1172-95. Hasil
keterbatasan untuk pembacaan massa pengujian disajikan pada Tabel 6.
maksimal pada 600 g. Produk sabun cuci cair
yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Pengujian Mutu Sabun Cuci Cair


Parameter Hasil Analisa Standar Keterangan
Alkali Bebas (%) 0,0077 Maks. 0,2 Memenuhi
Lemak Tak Tersabunkan (%) 1,9808 Maks. 2,5 Memenuhi
Jumlah Asam Lemak (%) 7,1517 Min. 40-62 Tidak Memenuhi
Kadar Air 53,9696 -(*) -
Minyak Pelikan Negatif Negatif Memenuhi
pH 10 9-11 Memenuhi
(*) = tidak dijelaskan angka spesifik untuk kadar air

Kandungan alkali bebas yang terdapat memenuhi kriteria SNI dengan nilai maksimal
pada sabun menandakan bahwa tidak adanya alkali bebas ialah 0,1%.
kadar asam lemak bebas pada sabun. Pada Lemak tak tersabunkan merupakan
proses pembuatan sabun, penambahan KOH senyawa yang larut dalam minyak atau lemak
harus dilakukan dengan jumlah yang tepat. namun tidak mampu membentuk sabun ketika
Berdasarkan Tabel 6, kadar alkali bebas ialah ditambahkannya alkali pada proses pembuatan
sebesar 0,0077%. Sabun cuci cair ini telah sabun. Jika jumlah lemak melebihi standar

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 25
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

maka reaksi pembentukan sabun dengan basa Uji organoleptik sabun yang dilakukan
tidak bereaksi dengan sempurna. Berdasarkan merupakan uji kesukaan. Pada uji organoleptik
Tabel 6, kadar lemak tak tersabunkan pada ini, panelis memberikan tanggapan mengenai
sabun cuci cair ini memiliki nilai 1,9808%. tingkat kesukaan pada sabun cuci cair yang
Sabun cuci cair ini telah memenuhi kriteria dihasilkan. Parameter yang dinilai ialah aroma,
SNI dengan nilai maksimal lemak tak wana, kekentalan, banyak busa, kesan saat
tersabunkan ialah 2,5%. pemakaian dan kesan setelah pemakaian.
Jumlah asam lemak merupakan Berikut penyajian data hasil uji organoleptik
keseluruhan asam lemak baik asam lemak yang pada Tabel 7.
terikat dengan natrium maupun asam lemak
bebas ditambah lemak netral. Pengukuran Tabel 7. Rekaptulasi Hasil Uji Organoleptik
jumlah asam lemak dalam sabun diukur Sabun Cuci Cair
dengan cara memisahkan ikatan sabun natrium Sabun Sabun
Parameter
dengan penambahan basa kuat. Berdasarkan Hasil Pembanding
Tabel 6, jumlah asam lemak pada sabun ini Aroma 3,77 3,60
memiliki nilai 7,1517%. Sabun cair ini tidak Warna 3,83 3,56
memenuhi kriteria SNI dengan nilai minimal Banyak Busa 3,72 3,60
jumlah asam lemak 40% - 62%. Kekentalan 3,33 3,60
Kadar air merupakan jumlah kadar air Kesan Saat
yang terkandung pada suatu bahan. Pengujian 3,80 3,70
Pemakain
kadar air pada sabun akan mempengaruhi pada Kesan
karakteristik sabun ketika akan digunakan dan Setelah 3,70 3,63
disimpan. Berdasarkan Tabel 6, nilai kadar air Pemakaian
pada sabun ini ialah 53,9696%. Namun, pada Rata-rata
dokumen SNI tidak dicantumkan angka 3,69 3,61
Penilaian
spesifik untuk batas maksimal ataupun
minimal nilai kadar air sehingga belum dapat Aroma pada sabun merupakan bau yang
disimpulkan secara pasti apakah nilai kadar air dihasilkan dari sabun itu sendiri. Penilaian
yang dihasilkan pada penelitian ini memenuhi terhadap aroma menggunakan indera
SNI atau tidak. penciuman panelis untuk didapatkannya
Minyak pelikan merupakan minyak tanggapan sabun cuci cair. Aroma sabun cuci
mineral yang tidak dapat disabunkan. Minyak cair yang dihasilkan pada penelitian ini
tersebut merupakan hasil penguraian bahan didapatkan dari penambahan pewangi sabun
organik. Berdasarkan Tabel 6, hasil analisa aroma jeruk. Penilaian panelis terhadap
minyak pelikan pada sabun tersebut memiliki kesukaan aroma akan mempengaruhi tingkat
nilai negatif. Sabun cuci cair ini telah kesukaan seseorang terhadap sabun cuci piring
memenuhi kriteri SNI dengan nilai negatif yang akan digunakan.
pada minyak pelikan. Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan
pH merupakan parameter kimiawi untuk panelis terhadap aroma sabun cuci cair ini
mengetahui sifat pada sabun tersebut apakah sebesar 3,77. Sedangkan sabun pembanding
asam atau basa. Sabun yang memiliki nilai pH memiliki nilai sebesar 3,60. Nilai tersebut lebih
yang sangat tinggi atau sangat rendah akan besar bila dibandingkan dengan sabun
mempengaruhi pada peningkatakn daya pembanding. Maka, panelis menyukai aroma
adsorbansi kulit sehingga menyebabkan iritasi dari sabun cair ini.
pada kulit. Berdasarkan Tabel 6, diperoleh Warna merupakan salah satu parameter
nilai pH sebesar 10. Sabun cuci cair ini telah penilaian kesukaan panelis terhadap produk
memenuhi kriteria ASTM D 1172-95 dengan sabun tersebut. Penilaian terhadap kesukaan
nilai rentang 9-11. warna dilakukan secara visual oleh panelis

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
26
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

dengan mengamati warna sabun yang kekentalannya kurang dibandingkan sabun cuci
dihasilkan. Warna sabun yang dihasilkan piring yang biasa digunakan oleh panelis.
merupakan warna alami dari proses pemurnian Tingkat kekentalan ini dapat berhubungan
lemak sebelumnya. Warna sampel lemak dengan jumlah penggunaan bahan minyak dan
bersumber dari rempah-rempah yang lemak serta aquades.
digunakan pada proses produksi di Raozen Penilaian kesan saat pemakaian sabun
Corporation seperti kunyit. cuci cair dilakukan panelis dengan mencoba
Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan mencuci piring yang telah diolesi dengan
panelis terhadap warna sabun cuci cair ini mentega. Hal tersebut dilakukan agar diketahui
sebesar 3,83. Sedangkan sabun pembanding daya sabun tersebut dalam membersihkan noda
memiliki nilai sebesar 3,56. Nilai tersebut lebih lemak yang terkandung pada mentega. Selain
besar bila dibandingkan dengan sabun itu, kegunaan yang diinginkan dari sabun
pembanding. Hal tersebut dapat disebabkan tersebut adalah kemampuan untuk
pada sabun cuci yang dihasilkan merupakan membersihkan peralatan dapur.
inovasi warna baru yang dihasilkan secara Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan
alami serta meningkatkan respon panelis. panelis terhadap kesan saat pemakaian sabun
Penilaian terhadap banyaknya busa yang cuci cair ini sebesar 3,80. Nilai tersebut lebih
dihasilkan merupakan salah satu parameter besar bila dibandingkan dengan sabun
penting. Hal tersebut dikarenakan pada pembanding. Panelis menilai kemudahan
umumnya masyarakat yang sering sabun saat digunakan mencuci piring seperti
menggunakan sabun cuci cair cenderung ketika mengangkat lemak dari mentega
menyukasi sabun yang menghasilkan banyak tersebut. Penilaian lain yang dirasakan oleh
busa. Banyaknya busa yang dihasilkan pada panelis saat pemakaian sabun tersebut ialah
sabun dipengaruhi oleh karakteristik asam lembut atau tidaknya sabun di tangan.
lemak pada bahan utama dan bahan pendukung Penilaian panelis ketika pemakaian
yang digunakan. sabun telah dilakukan maka penilaian kesan
Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan setelah pemakaian perlu dilakukan. Hal
panelis terhadap banyaknya busa sabun cuci tersebut bertujuan untuk mengetahui tanggapan
cair ini sebesar 3,72. Nilai tersebut lebih besar panelis setelah menggunakan sabun tersebut.
bila dibandingkan dengan sabun pembanding. Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan panelis
Banyaknya busa yang dihasilkan pada terhadap kesan setelah pemakaian sabun cuci
penelitian ini didukung dengan digunakannya cair ini sebesar 3,70. Sedangkan sabun
minyak VCO yang memiliki karakteristik busa pembanding memiliki nilai sebesar 3,63.
yang stabil untuk sabun. Selain itu penggunaan Nilai tersebut lebih besar bila
bahan pendukung texaphon yang menghasilkan dibandingkan dengan sabun pembanding.
busa bila dicampur dengan air. Penilaian kesan setelah pemakaian dilakukan
Penilaian terhadap kekentalan dilakukan oleh panelis dengan menilai apakah piring
menggunakan indera perasa saat panelis tersebut masih licin atau masih terdapat sisa
mencoba sabun tersebut. Kekentalan yang mentega pada piring tersebut. Kemudian
dihasilkan pada sabun cuci cair tersebut panelis mencium apakah masih ada aroma
dipengaruhi oleh massa penambahan aquades mentega pada piring tersebut. Lalu, panelis
saat proses pembuatan sabun. merasakan apakah ada efek samping terhadap
Berdasarkan Tabel 7, respon kesukaan tangan.
panelis terhadap kekentalan sabun cuci cair ini Hasil pengolahan uji organoleptik
sebesar 3,33. Nilai tersebut lebih rendah bila kemudian diinterpretasikan hasilnya dengan
dibandingkan dengan sabun pembanding. Hal standar sabun menurut panelis. Hasil
tersebut dapat pula dilihat secara visual bahwa interpretasi tersebut disajikan pada Tabel 8.
sabun cuci piring yang dihasilkan tingkat

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 27
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Tabel 8. Interpretasi Penilaian Panelis


Angka Interpretasi Keterangan
Wangi Sangat Khas, Sangat Bening, Busa Sangat Banyak, Kental,
4,1 – 5 Sangat Baik
Sangat Cepat Membersihkan Noda, Sangat Lembut di Tangan
Wangi Khas, Bening, Busa Banyak, Cukup Kental, Cepat
3,1 – 4 Baik
Membersihkan Noda, Lembut di Tangan
Wangi Biasa, Cukup Bening, Busa Cukup Banyak, Kurang Kental,
2,1 – 3 Cukup
Agak Lamban dalam Membersihkan Noda, Kurang Lembut di Tangan
Wangi Tidak Khas, Keruh, Busa Sedikit, Cair, Lamban Membersihkan
1,1 – 2 Buruk
Noda, Kurang Lembut di Tangan
Wangi Sangat Tidak Khas, Sangat Keruh, Busa Sangat Sedikit, Sangat
0,3 – 1 Sangat Buruk
Cair, Sangat Lamban Membersihkan Noda, Kasar di Tangan

Interpretasi tersebut didapatkan ketika nilai 53,9696% belum dapat disimpulkan


melakukan pengujian organoleptik mengenai dikarenakan tidak terdapat angka spesifik yang
standar sabun seperti apa yang diminati oleh ditetapkan oleh SNI. Selain itu, hasil
panelis. Diketahui nilai rata-rata yang organoleptik menyatakan bahwa panelis
didapatkan ialah sebesar 3,69. Berdasarkan menyukai sabun cuci cair yang dihasilkan
Tabel 8, nilai tersebut dapat dikatakan baik dengan interpretasi baik.
menurut penilaian panelis. Respon panelis ini
juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk DAFTAR PUSTAKA
pengembangan pembuatan sabun cuci cair
lebih lanjut. ASTM, S.. 2001. United States of America,
Paten No. 1172-95.
KESIMPULAN Badan Standardisasi Nasional. 1990. Standar
Mutu Sabun Cuci Cair. Indonesia, Paten
Hasil penelitian mengenai penanganan No. SNI 06-2048-1990.
limbah cair dan pembuatan sabun cuci cair ini Badan Standardisasi Nasional. 1992.
ialah pemisahan minyak dan lemak Pengujian Proksimat. Indonesia, Paten
menggunakan grease trap mampu No. SNI 01-2891-1992.
meningkatkan kualitas air limbah dengan nilai Endra, Y.. 2006. Analisis Proksimat dan
BOD menjadi 5.371 mg/liter, TSS menjadi Komposisi Asam Amino Buah Pisang
117 mg/liter, minyak dan lemak menjadi 5,0 Batu (Musa balbisiana Colla). [Internet]
mg/liter, pH 7,44 dan bau yang berkurang. [diunduh pada 3 Maret 2016]. Terdapat
Selain itu, pengaruh 2% bentonit dan 2% zeolit pada
mendapatkan hasil uji proksimat paling baik https://core.ac.uk/download/pdf/3237262
dengan nilai kadar air 0,015%, kadar abu 0.pdf
0,10%, kadar protein 0,41%, kadar karbohidrat Gandasasmita, H. D. P.. 2009. Pemanfaatan
0% dan kadar lemak 100%. Kitosan dan Karagenan pada Produk
Limbah minyak dan lemak dapat Sabun Cair. Bogor: Repository IPB.
dijadikan produk samping yaitu sabun cuci Gazali, M.. 2014. Kandungan Lemak Kasar,
cair dengan penambahan VCO dan hampir Serat Kasar dan Betin Pakan Berbahan
memenuhi seluruh krteria SNI 06-2048-1990 Jerami Padi, Daun Gamal dan Urea
dengan nilai kadar alkali bebas 0,0077%, Mineral Molases Liquid dengan
kadar lemak tak tersabunkan 1,9808%, negatif Perlakuan Berbeda. Makasar:
pada minyak pelikan kecuali jumlah asam Repository Unhas.
lemak yang hanya memiliki nilai 7,1517%.
Namun, untuk parameter kadar air dengan

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair
28
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Baku L.) dan Tepung Labu Kuning (Cucurbita
Mutu Limbah Domestik. Indonesia, moschata Durch). [Internet] [diunduh
Paten No. 112. pada 27 Mei 2017]. Terdapat pada
Maharajay. 2014. Analisis Kadar Abu. http://eprints.undip.ac.id/38818/1/4._Gia
[Internet] [diunduh pada 27 Mei 2017]. n.pdf.
Terdapat pada Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan
http://maharajay.lecture.ub.ac.id/files/20 Air Limbah. Jakarta: UI Press.
14/02/Analisis-Kadar-Abu.pdf. Suparjo. 2010. Analisis Proksimat dan
Mahida, U. N.. 1992. Pencemaran Air dan Analisis Serat. [Internet] [diunduh pada
Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: 12 Maret 2016]. Terdapat pada
Rajawali Press. https://jajo66.files.wordpress.com/2010/
Paul, S.. 2007. Fatty Acids and Soap Making. 10/analisis-kimiawi2010.pdf.
[Internet] [diunduh pada 13 Maret 2016]. Widyaningsih, V.. 2011. Pengelolaan Limbah
Terdapat pada http://www.soap-making- Cair Kantin Yongma FISIP UI. Depok:
resource.com/fatty-acids-soap- UI Library
making.html. Wrolstad, R. E. et al.. 2005. Handbook of
Peraturan Pemerintah. 2001. Pengelolaan Food Analytical Chemistry. [Internet]
Kualitas Air dan Pengendalian [diunduh pada 27 Mei 2017]. Terdapat
Pencemaran Air. Indonesia, Paten No. pada
82 Pasal 1 Ayat 11. http://onlinelibrary.wiley.com/book/10.1
Pratiwi, P.. 2014. Pembuatan Sabun Cuci 002/0471709085.
Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas Yudiansyah. 2000. Mempelajari Pengaruh pH
(Jelantah). Surakarta: Digilib UNS. dan Kandungan Bahan Organik pada
Ramadhani, G. A., Izzati, M. & Sarjana, P.. Proses Pengolahan Limbah Cair
2012. Analisis Proximat, Antioksidan Industri Karet Secara Aerobik
dan Kesukaan Sereal Makanan Dari Menggunakan Reaktor Curah (Batch).
Bahan Dasar Tepung Jagung (Zea mays Bogor: Repository IPB.
.

Penanganan Limbah Cair Industri Pengolahan Produk Hewani Serta Pemanfaatannya Menjadi Sabun Cair 29

Anda mungkin juga menyukai