PENDAHULUAN
meningkatkan kesehatan masyarakat kearah yang lebih baik lagi dan yang
preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit dan agar terhindar dari
penyakit. Oleh sebab itu, pelayanan kesehatan masyarakat tidak hanya tertuju
pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah
institusi, baik itu institusi formal maupun institusi non formal, seperti halnya
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
1
posyandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur dan balita.
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI). Turunnya AKI dan AKB di
pesat, sejak dicanangkan pada tahun 1986 tercatat sebanyak 25.000 posyandu, dan
pada tahun 2014 meningkat sekitar 86% menjadi 289.635 posyandu. Di Jawa
Tengah sendiri jumlah posyandu pada tahun 2014 adalah sebesar 48.293
posyandu. Namun bila ditinjau dari segi kualitas masih ditemukan beberapa
masalah, antara lain sebagian besar posyandu tidak memiliki jumlah kader yang
ketrampilan kader yang belum memadai, serta sebagian kader belum mampu
Mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu meningkatkan jumlah posyandu
mandiri salah satunya dengan jalan pembinaan yang tentunya tidak terlepas dari
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat,
2
maka keberhasilan dalam penyelenggaraan posyandu dipengaruhi oleh masyarakat
itu sendiri yang berperan sebagai kader. Bagaimana pun juga kader bertanggung
jawab dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif, maka
digunakan oleh kader, dan dapat memberikan informasi tentang kegiatan, kondisi
kesehatan ibu dan anak secara langsung, serta dapat dijadikan sebagai informasi
manajemen dan pengelolaan data dan informasi yang baik, akurat, lengkap, dan
tepat waktu. Secara umum pelaksanaan pencatatan dan pelaporan posyandu sudah
3
terdapat di 314 kabupaten/kota. Di Provinsi Jawa Tengah sudah sebagian besar
(Kemenkes, 2015)
diperoleh data yang menunjukkan, bahwa dari 6 puskesmas yang ada, terdapat 1
setiap register pada bulan Januari hingga Desember 2015 terdapat 13 (35%)
Posyandu dengan SIP tidak lengkap, dan 24 (65%) Posyandu sudah mengisi SIP
pada pencatatan pasangan usia subur, wanita subur, pemberian tanda N/T pada
hasil penimbangan, serta umur bayi dan balita. Kondisi tersebut menyebabkan
Cebongan rendah.
ditemukan, bahwa masalah tersebut timbul karena beberapa hal, yaitu masalah
(62%), dimana hanya terdapat 1-2 orang kader dalam setiap posyandu yang
mampu mengisi SIP dengan benar. Dampaknya dalam pengisian buku register
sebagian besar posyandu masih dibantu oleh bidan atau petugas gizi.
4
Masalah lainnya adalah rendahnya motivasi kader untuk berperan aktif
sebanyak 5 orang, namun saat kegiatan posyandu hanya 2 atau 3 orang saja yang
bersamaan dengan jadwal kunjungan rutin petugas kesehatan pada waktu hari
pihak pembina kader di tingkat desa tidak pernah melakukan supervisi untuk
kelengkapan SIP.
Motivasi, dan Supervisi dengan Kinerja Kader Posyandu dalam Pencatatan Sistem
B. Rumusan Masalah
Salatiga?
Salatiga?
5
3. Apakah ada hubungan supervisi dengan kinerja kader posyandu dalam
Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Salatiga.
Salatiga.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana implementasi ilmu yang diperoleh
3. Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam memonitor hasil pencatatan dan
pelaporan SIP agar hasil yang disampaikan adalah benar, tepat waktu, dan
akurat.
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi dan informasi bagi siapa