Oleh:
Arifin N.P. (201610420311123)
Zulfika Ramadhani Azizah(201610420311128)
Ridwanul Hakim A.M. (201610420311126)
Anggi Fitriani (201610420311138)
Cahyo Pratama Yudha (201610420311142)
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit
sehingga jumlah eritrosit dan/atau kadar hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Biasanya anemia ditandai dengan
penurunan kadar hemoglobin kurang dari 13,5 g/dL pada pria dewasa dan kurang dari 11,5 g/dL
pada wanita dewasa. 4 Penyebab terjadinya anemia, yaitu: asupan yang tidak adekuat, hilangnya
sel darah merah yang di sebabkan oleh trauma, infeksi, perdarahan kronis, menstruasi, dan
penurunan atau kelainan pembentukan sel, seperti: hemoglobinopati, talasemia, sferositosis
herediter, dan defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrogenase ( Istiya,2017).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%
dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24
tahun (Kemenkes RI, 2014). Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, folat,
riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya bisa dilakukan dengan
mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap,
mengkonsumsi sumber makanan nabati yang merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit
diserap (Briawan, 2014).
Masa remaja merupakan masa yang lebih banyak membutuhkan zat gizi. Remaja
membutuhkan asupan gizi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Gizi
merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui digesti, absorpsi, transportasi penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan menghasilkan energi
(Supariasa, 2012).
Menurut jurnal salah satu alternatif terapi dan pencegahan anemia adalah dengan
menggunakan buah bit (Beta vulgaris L) karena kandungan gizi nya yang dapat membantu
memperbaiki sel darah dan menjadi bahan pembuat sel darah. Hasil penelitian yang dilakukan
setelah mengkonsumsi buah bit sejumlah 100 dan 200 mg/kgBB ekstrak bit menunjukkan hasil
hitung sel darah merah mendapatkan 400 mg/kgBB ekstrak bit, yang mengalami peningkatan
konsentrasi hemoglobinnya sejalan dengan peningkatan konsetrasi pemberian ekstrak bit.Hasil
pemeriksaanMCV, MCH dan MCHC (mean corpuscular hemoglobin concentration).
Bit mengandung vitamin, mineral, asam amino, kalori, antioksidan, anti karsinogenik,
silica, juga mengandung pigmen betain yang dikenal dengan trimetil glisin, glisin betain, lisin, dan
oksineurin yang berfungsi sebagai pendonor metil dan meningkatkan metionin serum, kadar
transmetilasi, remetilasi homosistein dan oksidasi metionin pada orang sehat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Buah Bit
Buah bit adalah sejenis umbi yang masuk dalam kelas betavulgaris dan
tinggi dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut. Umbi bit saat ini sudah
mulai banyak dikembangkan di jawa timur tepatnya kota Batu, Malang produksi
Astawan, 2008. Salah satu buah berwarna merah keunguan dan terkandung pigmen
betalain yang merupakan kombinasi dari pigmen ungu betacyanin dan pigmen
kuning betaxathin.
Menurut Dr. Iskandar Junaidi, 2011 Manfaat buah bit adalah, membentuk
kembali sel-sel rusak, memperbaiki organ tubuh seperti ginjal, kantung empedu,
membawa zat gizi keseluruh tubuh, meningkatakan memori otak dan konsentrasi.
2.1.3 Kandungan Buah Bit
1. Kalsium
2. Fosfor
3. Zat besi
4. Sodium
5. Potassium
6. Vitamin A
7. Vitamin C
8. Vitamin B kompleks
12. Magnesium
13. Karbohidrat
2.2 Kadar Hb
Darah merupakan unsur yang ada dalam tubuh manusia memiliki peran
kerja mekaniasme untuk organ seluruh tubuh dan dihubungkan melalui pembuluh
– pembuluh darah. Oleh karena itu darah dapat menjadi cerminan keadaan tubuh
baik dalam keadaan sehat dan keadaan sakit. Darah masih menjadi sumber diagnosa
medis yang paling dapat diandalkan hal ini dikarenakan banyak informasi penting
terkandung dalam darah. Salah satunya sel darah merah merupakan komponen
esensial pada tubuh manusia dimana pada keadaan normal berbentuk bikonkaf, tak
berinti berfungsi sebagai pembawa oksigen. Fungsi utama sel – sel darah merah
merupakan dapur asam basah. Hemoglobin adalah transportasi O2 dan CO2 (Devie
Rosa Anamisa,2015).
2.3 Anemia
Dikatakan Anemia dimana keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan
2000:22). Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah
dari nilai normal (Emma, 1999). kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah
dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria atau Hb < 12
g/dL dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer, 1999:547). Anemia secara fungsional
didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang
dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia
makrositik yaitu:
defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta gangguan
4 Normositik Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini
2.3.3 Penyebab
nilai cut off untuk menentukan anemia karena defisiensi zat besi pada berbagai kelompok
usia, jenis kelamin, dan kelompok fisiologis. Meskipun sebagian besar anemia disebabkan
oleh defisiensi zat besi, namun peranan penyebab lainnya (seperti anemia karena
defisiensi folat serta vitamin B12 atau anemia pada penyakit kronis) harus dibedakan
(WHO, 2010). Menurut Gibney (2009), deplesi zat besi dapat dipilah menjadi tiga tahap
dengan derajat keparahan yang berbeda dan berkisar dari ringan hingga berat.
a. Tahap pertama meliputi berkurangnya simpanan zat besi yang ditandai
waktu lama sehingga dapat terjadi defisiensi zat besi yang berat ( Gibney,
2009).
kurangnya zat besi bagi produksi hemoglobin yang normal. Pada keadaan ini
c. Tahap ketiga defisiensi zat besi berupa anemia. Pada anemia defisiensi zat besi yang
berat, kadar hemoglobinnya kurang dari 7 g/dl (Gibney, 2009). Darah akan bertambah
banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi,
terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%,
sel darah 18% dan hemoglobin 19% Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah
dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara
meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Perubahan
hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang
meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada
bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta
2.3.4 gejala
Gejala Anemia Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda
Anemia meliputi:
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), Gejala Umum anemia disebut juga
sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala yang timbul pada
semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian
rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan
Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
Bit mengandung vitamin A, B, dan C dengan kadar air yang tinggi. Selain vitamin,
umbi bit juga mengandung karbohidrat, protein, dan lemak yang berguna untuk
kesehatan tubuh. Mineral lainnya juga terkandung dalam umbi bit seperti zat besi,
membangun sel darah merah karena kandunga asam folat dan B12 dalam buah bit adalah
kunci penting dalam metabolisme seluler dan dibutuhkan dalam perkembangan normal
eritrosit. Bit juga membersihkan dan memperkuat darah sehingga darah dapat membawa
zat gizi ke seluruh tubuh sehingga jumlah sel darah merah tidak akan berkurang.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 SOP Pembuatan
menurut Journal Of Applied Physicology sebelum dikosumsi bit
harus dibersihkan dari tanah yang melekat tanaman ini sering dihindari
dikonsumsi berserta kulitnya. Sebenarnya bit dapat diolah menjadi apa saja
tetapi olahan yang paling banyak dibuat adalah olahan jus buah bit karena
dengan cara di buat jus dapat mengoptimalkan zat aktif didalam bit tersebut.
dua hari dua gelas yaitu pada siang dan malam, cara membuat jus dengan
mudah.
Bahan :
Buah bit
Air secukupnya
Cara membuat :
tambahkan air secukupnya, blender sampai halus lalu saring ampas buah bit
hanya diambil air nya untuk diminum. Selain itu buah bit juga dapat diparut
Buah bit sangat efektif untuk mencegah terjadinya anemia karena kandungan buah Bit
mengandung vitamin A, B, dan C dengan kadar air yang tinggi. Buah bit juga memiliki kandungan
mineral yang membuat tubuh menjadi tetap bugar dan sehat. Penelitian ini akhirnya menarik
kesimpulan bahwa buah bit baik dikonsumsi bagi kalangan remaja, dewasa, maupun orang tua.
Meskipun buah bit dapat dijadikan ekstrak dalam bentuk pil maupun bubuk, lebih praktis dan
hemat, buah bit dapat di jus untuk dikonsumsi. Dengan demikian, buah bit signifikan dalam
mencegah terjadinya anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Lestari Putri Istiya, 2017. Hubungan konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada murid SMP Negeri
27 Padang. Jurnal kesehatan andalas: 6 (3)
Departemen Kesehatan. Menkes Buka Konas Persagi dan Temu Ilmiah International Persatuan Ahli Gizi
Indonesia Tahun 2014
Supariasa, 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Raubenheimer dkk, 2017. Acute Effects of Nitrate-Rich Beetroot Juice on Blood Pressure, Hemostasis and
Vascular Inflammation Markers in Healthy Older Adults: A Randomized, Placebo-Controlled
Crossover Study. nutrient, 9, 1270.
Junaidin Iskandar, 2011. Ensiklopedia jus sayur dan buah: PT. buana iloma popular
Perrone, 2016. Physicochemical, nutritional, and sensory analyses of a nitrate-enriched beetroot gel and its
effects on plasmatic nitric oxide and blood pressure. Citation: Food And Nutrition 60: 29909
Putri Cesia Meriska Dkk, 2016. Efek Antianemia Buah (Beta Fulgaris L). Majoriti, Vol 5. Nomor 4
Ikawati Kartika Dkk, 2018. Pengaruh Buah Bit Terhadap Indek Eritrosit Pada Remaja Putri Dengan
Anemia. Journal Of Nursing And Public Health. Volume 6, Nomor 2.