Kelas 4A
Di Buat Oleh Kelompok II:
ARISNO GAWU LANI 2017610010
SISKA TERIANA 2017610135
IMELDA KALEKA 2017610044
DESILVA KAHI KANGGU 2017610024
FINSENSIA SERLIANA LERO 2017610038
NONA BASSE 2017610132
ARMIYATI RADDI KAKA 2017610012
JUSTINA G. DE J.FERNANDES 2017610146
HENIADRIANUS NGONGO 2017610041
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas nikmatnya yang telah diberikan
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Psikosa
Afektif” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah “Keperawatan Kesehatan Jiwa I”
penyusunan makalah ini kami mengalami kendala atau hambatan namun semua dapat di
atasi dengan baik karena bantuan dari semua pihak yang membantu kami dalam
penyusunan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami.
Kami sadar makalah yang kami susun ini, masih jauh dari kesempurnaan. Karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan
makalah kami berikutnya.
Hormat Kami,
Kelompok II
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Penderita gangguan psikosis akan terlihat menyendiri dengan emosi yang datar tetapi
terkadang secara mendadak emosi menjadi sangat tinggi atau depresi. Pada penderita
psikosis juga akan tampak ekspresi emosi yang tinggi dan akan berhubungan dengan
coping mechanism yang terfokus emosi seperti penarikan diri (Raune, 2004).
Dalam keseharian penderita psikosis juga dapat mengalami hal-hal yang tidak nyata yang
memengaruhi tingkah laku mereka seperti ketakutan akan hal-hal yang tidak nyata dan
paranoia.Teori psikodinamis menambahkan bahwa gejala psikotik adalah mekanisme
pertahanan terhadap pikiran terlarang, pemenuhan dan keinginan yang tidak tercapai, atau
jalan keluar dari situasi psikososial yang menekan ( Sadock & Sadock, 2007).
Kehidupan seseorang pada umunya penuh dengan dorongan dan minat untuk mencapai
atau memiliki sesuatu.Sebarapa banyak dorongan-dorongan dan minat-minat yang
dimilikinya merupakan dasar pengalaman emosionalnya. Perjalanan kehidupan sesorang
tidak sama. Keinginan dan minat yang berbeda -beda dimiliki oleh setiap individu
menurut pola hidupnya masing-masing. Selain itu jalan atau cara yang dilakukan untuk
memwujudkan minat dan keinginan yang didorong oleh emosional itu berbeda satu sama
lain.
Hubungan antara emosional dengan nilai, moral dan sikap adalah dorongan emosional
dapat mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Karena itu,
seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak dia arahkan oleh penalaran dan
pertimbangan-pertimbangan yang objektif. Penjelasan di atas menjelaskan tentang
bagaimana keterkaitan emosioanal pada tingkah laku yang akan dilakukan. Untuk lebih
jelas mengenai perkembangan emosional, makalah ini akan membahas bagaimana
perkembangan emosional dan keterkaitan antara nilai, sikap dan moral yang mencangkup
pada makalah yang berjudul “Psikosa Perkembangan Afektif”.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari emosi, nilai, moral dan sikap.
TINJAUAN TEORI
Merupakan gangguan pada afeksi (emosi) atau mood (suasana hati) seseorang.
Dan penderita dapat mengalami depresi atau manik (kegirangan yang tidak wajar)
atau dapat bergantian antara manik dan depresif (Atkinson dkk, 1992).
Depresi
kegagalan dalam hal cinta. Dan depresi dianggap abnormal ketika depresi tersebut
di luar kewajaran dan berlanjut sampai saat di mana kebanyakan orang sudah
Depresi pada orang normal seperti keadaan murung (kesedihan, patah hati,
dan patah semangat) ditandai dengan tidak puas, menurunnya aktivitas, dan
pesimisme.
stimulus dan disertai menurunnya nilai diri, ketidakmampuan, delusi, dan putus
asa (Chaplin,1995).
disertai adanya kecemasan dan bisa mencoba bunuh diri (Atkison dkk,1992).
Episode Manik
Manik dapat diartikan sebagai tingkah laku berang, keras, bengis, kasar,
tidak terkontrol, yang disertai tindakan motorik yang berlebihan dan perilaku
diri dan perilaku manik dibandingkan dengan orang normal seringkali lebih
Dan pada episode parah (mania), penderita amat bersemangat dan harus
selalu aktif. Jika orang lain menggangunya aktivitasnya, maka ia akan marah dan
akan menjadi ganas. Penderita ini selain mengalami disorientasi, juga sering
mengalami delusi.
Gangguan Manik-Depresif
bipolar, karena penderita beralih dari satu kutub perasaan ke kutub perasaan
lainnya.
o Jenis gangguan penting yang termaksud dalam kategori ini adalah Depresi
situasi yang menimbulkan kepuasan namun yang kini sudah berlalu, dan
akhirnya kembali mampu memberikan respon terhadap dunia luar,
tidak sampai mengalami putus kontak dengan realitas. Jenis yang penting
dengan dengan kepedihan dan kepatahan hati yang luar biasa dan (sering)
tidak dapat di pulihkan sesudah sekian lama. Ciri-cirinya adalah putus asa,
berkonsentrasi, susah tidur dan suka terjaga di tengah malam dan tidak
3. Psikosis Afektif
Gangguan ini berbeda dengan depresi neurotic dalam 2 hal. Pertama
Gangguan Depresi Mayor Ini adalah gangguan afektif berat yang hanya meliputi
beberapa sub-jenisnya.
berdosa, dan bersalah, kehilangan selera makan, sehingga berat badan menurun
dan terserang gangguan pencernaan, berbicara dengan suara monoton dan hemat
dalam berkata-kata, senang duduk sendiri dan mengenang masa lalu, lelah,
tidak aktif, cenderung mengisolasi diri, tidak mau berbicara, dan sangat lambat
halusinasi.
Stupor depresi atau Multisme yakni keadaan diam mematung dengan ciri-
ciri lain: sama sekali tidak responsive dan tidak aktif, tidak bisa turun dari tempat
tidur dan sama sekali acuh tak acuh terhadap sesuatu yang berlangsung di
sekitarnya, harus di tolong jika ingin buang besar, mengalami halusinasi dan
delusi.
Gangguan Aktif Bipolar Ada yang menyebutnya (kraepelin 1899)
ditentukan oleh perasaan apa yang mendominasi: depresif manic atau campuran.
dan sifat overaktif, sangat percaya pada kemampuan dan pengetahuannya, serta
senang menyampaikan pendapat apa saja kepada siapa saja, proses berpikirnya
Mania akut dengan ciri-ciri: omongan besar, bersikap diktator, dan senang
memerintah siapa saja. Mudah marah prilakunya menjadi serba kasar-keras dan
bicaranya sangat jorok, senang memamerkan aurat dan berbuat tidak senonoh.
kacau, liar, dan bengis, pikirannya kacau dan mengalami delusi, berjalan mondar
berhari hari. Kadang tidak mau makan dan lain waktu dapat menghabiskan semua
makanan, prilakunya kotor dan tidak memiliki rasa malu, kehilangan berat badan
serta rentan terhadap serangan jantung, stroke dan aneka penyakit lain.
Penyebab dari semua gangguan di atas dapat berasal dari kondisi bawaan,
Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Emosi dan perasaan merupakan
suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas
batasnya. Pada suatu saat afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga
dapat dikatakan sebagai emosi, contohnya marah yang ditunjukan dalam bentuk
diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi.
Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah sebagai berikut : “ An
emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment
and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it
self in his overt behavior”. Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai
penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan
berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Emosi adalah afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada
saat terjadi emosi sering kali terjadi perubahan-perubahan pada fisik antara lain
berupa:
a. Cinta/Kasih Sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk
mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang
lain. Kemampuan untuk memberinya.Kebutuhan untuk memberi dan
menerima cinta menjadi sangat penting, walaupun kebutuhan-kebutuhan
akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak
secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar
kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang
tidak disadari.
b. Gembira
Pada umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan yang dialami selama remaja. Perasaan gembira dari
remaja belum banyak diteliti. Perasaan gembira sedikit mendapat perhatian
dari petugas peneliti daripada perasaan marah dan takut atau tingkah laku
problema lain yang memantul-mantulkan kesedihan. Rasa gembira akan
dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja
akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau
bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima) oleh yang
dicintai.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional ramaja menjadi dua rentang usia
yaitu 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
2.5 Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi
Terhadap Tingkah Laku
Seorang siswa tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, namun
bisa disebabkan sesuatu yang terjadi pada anak sehubungan dengan situasi kelas.
Jika ia merasa malu karena gagal dalam menghapal bahan pelajaran di muka
kelas, pada kesempatan lain ia mungkin takut untuk berpartisipasi dalam kegiatam
nemnghapal. Akibatnya ia mungkin memutuskan untuk membolos, atau mungkin
ia melakukan kegiatan yang lebih jelek lagi yaitu melarikan diri dari semuanya
itu, dari orangtuanya, guru-gurunya, atau dari otoritas-otoritas lain. Penderitaan
emosional dan frustasi mempengaruhi efektivitas belajar. Faktor-faktor afektif
dalam pengalaman individu mempengaruhi jumlah dan luasnya apa yang
dipelajari. Seorang anak di sekolah akan belajar lebih efektif bila ia termotivasi,
karena ia merasa perlu belajar. Sekali hal ini ada pada dirinya, selanjutnya ia akan
mengembangkan usahanya untuk menguasai bahan yang dipelajari. Jika telah ada
rasa senang karena berhasil mencapai prestasi, hal ini akan mengurangi rasa akan
kelelahan.
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak
karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang
berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang
menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi
emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi
itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka
menjadi berbeda-beda.
Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf
kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi
lingkungan. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan
anak yang kurang sehat. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok,
anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam
rangsangan dibandingkan dengan anak-anak yang kurang pandai. Tetapi
sebaliknya mereka juga cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi emosi.
Salah satu cara yang mendasar adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing
dengan diri sendiri. Apabila ada ledakan-ledakan kemarahan sebaiknya kita
memperkecil ledakan emosi tersebut, misalnya dengan jalan tindakan yang
bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan, dan memulai
aktivitas baru. Jika kemarahan siswa tidak juga reda, guru dapat minta bantuan
kepada petugas bimbingan penyuluhan. Dalam diskusi kelas, tekankan pentingnya
memperhatikan pandangan orang lain dalam mengembangkan/meningkatkan
pandangan sendiri. Kita hendaknya waspada terhadap siswa yang sangat ambisius,
berpendirian keras, dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya sehingga tidak
ada seseorang yang berani tidak sependapat dengannya atau menentangnya.
Remaja ada dalam keadaan yang membingungkan dan serba sulit. Dalam banyak
hal ia tergantung pada orangtua dalam keperluan-keperluan fisik dan merasa
mempunyai kewajiban kepada pengasuhan yang mereka berikan dari saat dia
tidak mampu memelihara dirinya sendiri. Namun ia harus lepas dari orangtuanya
agar ia menjadi orang dewasa yang mandiri, sehingga adanya konflik dengan
orangtua tidak dapat dihindari. Apabila terjadi friksi semacam ini, para remaja
mungkin merasa bersalah, yang selanjutnya dapt memperbesar jurang antara dia
dengan orangtuanya.
Seorang siswa yang merasa bingung terhadap rantau peristiwa tersebut mungkin
merasa perlu menceritakan penderitaannya, termasuk mungkin rahasia-rahasia
pribadinya kepada orang lain. Karena itu seorang guru diminta untuk berfungsi
dan bersikap seperti pendengar yang simpatik. Siswa sekolah menengah atas
banyak mengisi pikirannya dengan hal-hal yang lain daripada tugas-tugas sekolah.
Misalnya seks, konflik dengan orangtua, dan apa yang akan dilakukan dalam
hidupnya setelah ia tamat sekolah. Salah satu persoalan yang paling
membingungkan yang dihadapi oleh guru ialah bagaimana menghadapi siswa
yang hanya mempunyai kecakapan terbatas tetapi yang selalu memimpikan
kejayaan. Seorang guru tidak ingin membuat mereka putus asa, tetapi jika ia
mendorong siswa tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri
individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang
tampak. Emosi juga adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-
perubahan fisik. Adapun beberapa kondisi emosional seperti cinta/kasih sayang,
gembira, kemarahan dan permusuhan, ketakutan dan kecemasan. Sedangkan
pembagian ciri-ciri emosional dibagi menjadi dua menurut Biehler (1972) yaitu
remaja berusia 12-15 tahun dan remaja usia 12-15 tahun. Dan faktor-faktor
perkembangan emosional dipengaruhi oleh: Belajar dengan coba-coba, Belajar
dengan cara meniru, Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by
identification) Belajar melalui pengkondisian. Pelatihan atau belajar di bawah
bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi
3.2 Saran