File PDF
File PDF
SRI MULYATI
1106130173
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini.
Penyusunan KIAN ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Profesi Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan penyusunan KIAN ini. Oleh
karena itu, saya menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Yulia, SKp., MN. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan KIAN
ini;
2. Ns. Ina Tresnawati, S.Kep. selaku pembimbing klinik di RSCM yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penyusunan
KIAN ini;
3. Kedua orang tua, suami, anak terkasih dan keponakan yang telah memberikan
bantuan dukungan material dan moral
4. Teman-teman yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan KIAN
ini, dan
5. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini membawa manfaat untuk
pengembangan ilmu.
penulis
iv
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
Abstrak
Abstract
Diabetics is one of the health problems occurs in urban areas. In 2012, Diabetics is 80%
cause of deaths in urban area This condition relates to the occurrence of serious
complications in patients with diabetes such as hypoglycemia, ketoacidosis, circulatory
disorders (macrovascular and microvascular), and neuropathy. Previous research suggests
that behavioral therapy activities (gymnastics feet) can reduce circulation disorders in
patients diabetes. The purpose of this paper is to analyze evidence based practice on
behavioral therapy activities (gymnastics feet) in diabetic patients to improve impaired
circulation and reduce the serious complications . The result of this study indicates there
is no increasing in the patient’s ABI (Achiles brachial index), and no declining in the
patient’s feet sensation (hot and Pain). It is highly recommend that nurses can perform
Achiles brachial Index (ABI) monitoring and feeth sensation monitoring periodically
Key word : ABI, circulation, diabetes, gymnastic feet , Urban health Nursing.
vi
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
vii
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. v
ABSTRAK .................................................................................................. …...... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ......... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... …..... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. …..... x
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ …..... 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................. ……………… 3
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... ……………… 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................... ……………… 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ ……. 5
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) ...................... ……. 5
2.2 Diabetes Melitus .................................................................... ……………….. 5
2.2.1 Definisi……………………………………………….…...…………........... 5
2.2.2 Etiologi ........................................................................... ………………….. 6
2.2.3 Klasifikasi…………………………………………………………………... 7
2.2.4Tanda dan Gejala ……………………………………………………………. 8
2.2.5 Komplikasi ………………………………………………………………….. 9
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik. …………………………………………………… 12
2.2.7 Penatalaksanaan …………………………………………………….............. 13
2.2.8 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Melitus ……................. 16
2.2.9 Senam kaki………………………….………………………………………. 19
BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ......................................... 20
3.1 Pengkajian ........................................................................................................ 20
3.1.1 Identitas Pasien .................................................................................... …..... 20
3.1.2 Anamnesis ..................................................................................................... 20.
3.2. Analisa Data……………………..................................................................... 23
3.3. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………………... 24
3.4. Daftar Terapi Medikasi ................................................... ………………….... 25
BAB 4 ANALISA SITUASI……………………………………………………... 26
4.1. Analisa Kasus Terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan……... 26
4.2. Analisa Kasus………………………………………………………………… 26
4.3. Analisa Intervensi Keperawatan……………………………………………… 33
BAB 5 PENUTUP………………………………………………………………... 35
5.2. Kesimpulan dan Saran………………………………………………………... 35
vii
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL
viii
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
ix
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
x
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
2
terjadinya transisi nutrisi pada masyarakat. Pergeseran pola nutrisi ini meliputi
meningkatnya konsumsi lemak hewani dan makanan padat energi, kurang serat,
dan seringnya konsumsi makanan cepat saji. Pada saat yang sama pola makan
tradisional masyarakat dimana konsumsi nasi atau gandum dalam porsi yang besar
yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Selain itu menurunnya aktivitas fisik,
serta tingginya kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga berpengaruh
terhadap resiko meningkatnya diabetes (Frank. B. Hu, 2010).
penurunan sensasi kaki yang menyebabkan pasien diabetes tidak dapat merasakan
terhadap rangsang panas dan dingin.
Diabetes merupakan suatu penyakit yang memerlukan porsi yang besar dalam hal
pembiayaan, waktu dan sumber daya manusia dalam sistem pelayanan kesehatan.
Saat ini perubahan dalam gaya hidup dan proses indutrialisasi terutama pada
masyarakat perkotaan meningkatkan insiden diabetes serta komplikasinya makin
bertambah. Peran perawat sebagai penyedia pelayanan kesehatan yang aktif
meningkatkan usaha pencegahan dan deteksi dini diabet. Peran perawat dalam
pelayanan kesehatan, memberikan edukasi masyarakat, dan manajemen sistem
pelayanan kesehatan, merawat pasien dan meningkatkan kualitas hidup.
2.2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif, yang akan meningkat
jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama
bagi kesehatan umat manusia pada abat 21. Perserikatan bangsa bangsa (WHO)
memperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita diabetes di atas umur 20 tahun
meningkat menjadi 300 juta orang (Sudoyo, 2006). Menurut Sudoyo (2006),
diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hipergelikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa DM
5
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
6
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas
dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah factor dimana didapat difisiensi
insulin absolute atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Lebih dari 90 persen dari
semua populasi diabetes adalah diabetes mellitus tipe 2 yang ditandai dengan
penurunan sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara
progresif yang disebabkan oleh resistensi insulin.
2.2.2. Etiologi
a. Diabetes tipe 1
Penderita diabetes tidak dapat mewarisi disbetes tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan kearah terjadinya diabetes tipe 1.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. 955 pasien
berkulit putih (caucasian) dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA yang
spesifik.
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah olah
sebagai jaringan asing.
Factor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh
hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes tipe 2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat
beberapa faktor resiko yang tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe 2 yaitu usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas
65 tahun), obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik. Smeltzer,S.C dan B.G
Bare. (2002).
2.2.3. Klasifikasi
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 atau dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen insulin,
namun tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insiden diabetes tipe 1
sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtype
yaitu (1) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel sel beta, dan
(2) idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika, Amerika dan Asia.
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 atau dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe
non dependen insulin. Insiden tipe 2 sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya.
Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.
(a) Kelainan genetik dalam sel beta, diabetes subtipe ini memiliki prevalensi
familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien
seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin.
(b) Kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan sindrom resistensi
insulin berat
(c) Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan menyebabkan pankreatitis
kronik
(d) Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali
(e) Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel beta
a. Poliuri
Gejala awal diabetes berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi. pada dasarnya filtrasi di glomerulus ginjal ditujukan untuk semua zat
tidak penting. Glukosa merupakan zat penting yang tidak ikut difiltrasi ke dalam
urine. Dalam keadaan hiperglikemia, dimana kadar gula darah mencapai > 200
mg/dl, ginjal tidak mampu lagi menahan glukosa karena ambang batas filtrasi
ginjal terhadap glukosa adalah 180 mg/dl, sehingga glukosa akan terfiltrasi masuk
ke dalam nefron dan keluar bersama urine. Glukosa akhirnya masuk ke tubulus
yang dalam keadaan normal akan mereabsorpsi air ke pembuluh darah. Pada
hiperglikemia konsentrasi cairan di tubulus lebih tinggi dibandingkan sel-sel
tubuh lain karena cairan di tubulus menjadi lebih pekat sehingga reabsorpsi
menurun yang mengakibatkan produksi urine meningkat, maka penderita sering
berkemih dalam jumlah banyak (poliuri). Proses tsb disebut osmotic diuresis,
yaitu peningkatan volume urine karena peningkatan osmotik.
b. Polidipsi
3. Polifagi
Karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami mengalami
keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin
membesar (polifagi) timbul akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan
mengantuk.
2.2.5. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
(a) Hipoglikemi
Terjadi apabila kadar glukosa darah turun di bawah 50-60 mg/dl akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemi terbagi dalam (1) hipoglikemi
ringan, gejala yang muncul seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan, dan rasa lapar. (2) hipoglikemi sedang, gejala yang muncul seperti
ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, baal di daerah bibir dan lidah, bicara pelo, gerakan tak terkoordinasi,
perubahan emosional, perilaku tidak rasional, penglihatan ganda, perasaan ingin
pingsan. (3) Hipoglikemia berat, gejala yang muncul seperti disorientasi, serangan
kejang, sulit dibangunkan dari tidur, dan kehilangan kesadaran Smeltzer,S.C dan
B.G Bare. (2002)
(c) Neuropati
Mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf termasuk
saraf perifer (sensoriotonom), otonom, dan spinal. (1) Neuropati perifer. Sering
mengenai bagian distal serabut saraf khususnya saraf ekstremitas bawah. Gejala
awal adalah parestesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau peningkatan
kepekaan) dan rasa terbakar khususnya malam hari. Bila terus berlanjut penderita
akan mengalami baal (matirasa) di kaki, penurunan sensibilitas nyeri dan suhu
yang meningkatkan risiko untuk mengalami cedera dan infeksi di kaki. (2)
Neuropati otonom. Mengakibatkan berbagai disfungsi yang mengenai hampir
seluruh sistem organ tubuh. Kardiovaskuler: takikardi, hipotensi ortostatik, infark
miokard tanpa nyeri. Gastrointestinal: cepat kenyang, kembung, mual, muntah,
hiperfluktuasi gula darah, konstipasi, diare. Urinarius: retensi urin, penurunan
kemampuan untuk merasakan kandung kemih yang penuh. Kelenjar adrenal: tidak
ada atau kurangnya gejala hipoglikemia, penderita tidak lagi merasa gemetar,
berkeringat, gelisah, dan palpitasi. Neuropati sudomotorik: penurunan
pengeluaran keringat (anhidrosis) pada ekstremitas. Kekeringan pada kaki
meningkatkan risiko ulkus. Disfungsi seksual: impotensi.
Selain 5 klasifikasi tersebut, gangren kaki diabetik juga dapat dibagi menjadi dua
golongan (Brand, 1986 & Ward, 1987 dikutip dari Ismail, nd):
Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI ) Disebabkan penurunan aliran darah ke
tungkai akibat adanya makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar
ditungkai, terutama di daerah betis. Gambaran klinis KDI Penderita mengeluh
nyeri waktu istirahat, Pada perabaan terasa dingin, Pulsasi pembuluh darah kurang
kuat, Didapatkan ulkus sampai gangren.
Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN) Terjadi kerusakan syaraf somatik dan
otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering,
hangat, kesemutan, mati rasa, edema kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki
teraba baik. Menurut Aalaa & Malazy (2012) menyatakan bahwa perawat dapat
b. Pengaturan aktivitas
Aktivitas dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin serta
mengurangi faktor risiko kardiovaskuler dengan mengubah kadar lemak darah
(Smeltzer & Bare, 2002). Prinsip latihan jasmani/aktivitas bagi diabetesi, sama
dengan prinsip latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal seperti
frekuensi, intensitas, durasi dan jenis. Ferkuensi : jumlah olahraga permingu
sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu. Intensitas : ringan dan
sedang (60 – 70 % maksimum heart rate). Durasi 30 – 60 menit. Jenis : latihan
jasmani endurans (aerobik) untuk meningkatkan kardiorespirasi seperti jalan,
jogging, berenang dan bersepeda. Latihan jasmani yang dipilih sebaiknya yang
disenangi serta memungkinkan untuk dilakukan dan hendaknya melibatkan otot-
otot besar (Sudoyo, 2006).
Jenis makanan
karbohidrat yang diberikan kepada diabetes tidak lebih dari 55 – 65% dari total
kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari 70% jika dikombinasi dengan
pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal. Protein yang direkomendasikan
sekitar 10 – 15% dari total kalori perhari. Lemak mempunyai kandungan energi
e. Insulin
Pada DM tipe I tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin
sehingga insulin eksogenus harus diberikan. Sedangkan pada DM tipe II, insulin
mungkin diperlukan untuk terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar
glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak mampu mengontrolnya.
Preparat insulin digolongkan menurut 4 karakteristik (Smeltzer & Bare, 2002).
(a) Perjalanan waktu
Lama kerja Agen Awitan Puncak Durasi Indikasi
Short acting Reguler (R) 0.5-1 jam 2-3 jam 4-6jam Biasanya diberikan 20-
30menit sebelum
makan, dapat diberikan
sendiri atau bersama
dengan insulin long
acting
Intermediate Neutral 3-4 jam 4-12 jam 16-20 Biasanya diberikan
acting Protamine jam sesudah makan
Hagedorn
(NPH)
Lente (L)
Long acting Ultra Lente 6-8 jam 12-16 jam 12-30 Digunakan terutama
(b) Konsentrasi
Konsentrasi insulin yang paling sering digunakan di Amerika Serikat
adalah U-100 yang berarti terdapat 100 unit insulin per 1 cm3.
(c) Spesies (sumber)
Preparat insulin dahulu diperoleh dari pankreas sapi dan babi, namun
sekarang telah tersedia “Human Insulin” yang diproduksi melalui
teknologi DNA rekombinan.
(d) Pabrik pembuat
Dua pabrik pembuat preparat insulin asal Amerika adalah Lilly dan Novo
Nordisk. Human insulin yang dibuat dari kedua perusahaan tsb memiliki
merek dagang yang berbeda yaitu “Humulin” untuk Lilly human insulin
dan “Novolin” untuk Novo Nordisk human insulin. Pemilihan dan rotasi
tempat penyuntikan preparat insulin meliputi 4 daerah utama yaitu:
abdomen, lengan (permukaan posterior), paha (permukaan anterior) dan
bokong. Insulin diabsorpsi paling cepat di abdomen dan menurun secara
progresif pada lengan, paha, serta bokong. Rotasi penyuntikan dilakukan
secara sistematis untuk mencegah perubahan setempat jaringan lemak
(lipodistrofi).
2.2.7. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Melitus
Pengkajian
Menurut Doenges et all (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
Aktivitas/istirahat.
Tanda : Takikardi, dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
Letargi/disorientasi
Sirkulasi
Tanda : Takikardi
Disritmia.
Integritas Ego
Gejala : Stres; tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Eliminasi
Makanan/Cairan
Gejala : Hilang napsu makan, haus.
Mual/muntah.
Penggunaan diuretik.
Pembesaran tiroid.
Neurosensori
Gejala : Pusing/pening.
Sakit kepala.
Gangguan penglihatan.
Nyeri/keamanan
Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen.
Tanda : Lapar udara.
Keamanan
Kulit rusak,lesi/ulserasi.
Seksualitas
Masalah keperawatan
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien
Pasien dengan nama Ny. U (68 th) di rawat di RSCM dengan keluhan nyeri pada
kaki dan sesak napas pada tanggal ..Mei 2014. Status perkawinan menikah. pasien
memiliki dua orang anak yang keduanya juga sudah menikah. Agama pasien
islam. Pekerjaan sehari-hari pasien adalah sebagai ibu rumah tangga. Pasien
tinggal di daerah Menteng Tenggulun RT 08/01 Jakarta Pusat. Pasien datang di
antar oleh suami melalui UGD.
3.1.2 Anamnesis
a. Keluhan utama pada saat dirawat
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa Terdapat luka pada pedis
sinistra, selain itu juga terdapat luka di kaki kanan yang telah mengering.
Pasien mengatakan tidak tahu penyebab dan kapan kakinya terluka. Luka
pada kaki kiri tampak masih basah, masih ada sedikit pus, granulasi baik.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan menderita DM sejak 14 tahun yang lalu, obat DM yang
digunakan klien adalah resep dari dokter. Klien juga memiliki riwayat
sakit jantung dan telah dilakukan pemasangan stent pada tahun 2011 di
RSCM Jakarta. Tidak ada riwayat asma, hipertensi dan tuberculosis,
namun klien memiliki riwayat struma nodusa non toksik (SNNT).
C. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien, ada beberapa anggota keluarga yang lain yang
juga menderita DM yaitu ibu pasien, dan dua orang adik perempuannya.
Selain itu ayah pasien menderita penyakit jantung dan hipertensi, dan
seorang adik perempuan yang meninggal karena penyakit jantung.
20
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
21
d. Aktivitas/istirahat
Pasien merupakan ibu rumah tangga yang sehari-harinya mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, namun sejak pasien sakit-sakitan dan mengalami
gangguan penglihatan (buram) pasien hanya melakukan aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri seperti makan, hygiene dan eliminasi.
Pasien juga sering tidur atau istirahat yang cukup. Pasien tidur 6-7 jam
perhari, pasien juga terbiasa tidur siang 1-2 jam. Saat dilakukan
pengkajian tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 88x/menit, frekuensi napas
20x/menit, suhu 36,3 C. pasien kooperatif. Aktivitas pasien terbatas di
tempat tidur, pasien tidak dapat mobilisasi ke kamar mandi karena terdapat
luka pada kaki kiri dan pada kaki kanan juga terdapat luka yang mulai
mengering.
e. Sirkulasi
Pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi. Pasien riwayat CHF.
Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 110/70 mmhg, nadi
88x/menit teraba kuat. Hasil pemeriksaan ABI 0,8. terdapat hipotensi
orthostatik.
f. Integritas ego
Paseien mengatakan merasa stress dengan luka pada kakinya yang tidak
kunjung sembuh, untuk mengatasinya pasien dan suami memutuskan
untuk berobat ke RSCM. Sedangkan untuk masalah finansial terutama
mengenai biaya perawatan, pasien merasa tidak ada masalah karena biaya
perawatan memakai jaminan BPJS. Sehari-hari pasien ditunggu oleh
suaminya, meskipun anak-anak pasien tidak dapat menungggu setiap hari
tetapi selalu datang menjenguknya. Hal ini yang membuat pasien merasa
kuat.
g. Eliminasi
Pasien mengatakan BAB setiap 2 hari sekali, karakter feces lunak, BAB
terakhir saat di ruang ICU, tidak ada riwayat perdarahan, hemoroid,
konstipasi, dan diare. Pasien tidak pernah menggunakan laksatif. Pola
BAK 6-10 kali sehari, BAK sering terutama pada malam hari, saat ini
Hal ini terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial,
seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan ini memicu
terjadinya kelebihan nutrisi dan ketidakseimbangan energi. Di Asia kebiasaan
pola makan tradisional telah hilang dan beradaptasi dengan lingkungan
industrialisasi dan pola makan masyarakat urban. Perubahan ini mempunyai
dampak yang berarti pada resiko terjadinya diabetes tipe 2 dengan bertambahnya
berat badan dan berkurang aktivitas fisik.
Insidensi dan prevalensi dari penyakit ini di Indonesia masih tinggi. Dari data
dalam negeri (RISKESDAS, 2013) bahwa prevalensi DM sebesar 2,5%, dan
prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-
laki. Data terbaru menurut Rekam Medik RSCM mengatakan bahwa terdapat 103
orang yang menjalani rawat inap periode januari-juni 2014.
4.2 Analisa kasus
Terjadinya DM pada pasien disebabkan oleh berbagai faktor resiko yang
mempengaruhi diantaranya usia, obesitas, riwayat keluarga, dan kelompok etnik
(Brunner & Suddarth, 2002) , sedangkan menurut Frank (2010) bahwa faktor
resiko yang menyebabkan terjadinya diabetes adalah obesitas, diet, aktivitas fisik,
merokok dan konsumsi alkohol.
Usia pasien tergolong lansia (68 tahun) merupakan salah satu pemicu munculnya
penyakit diabetes. Hal ini sesuai dengan penelitian Ananta yang menyatakan
bahwa jumlah usia lanjut akan bertambah dari 7,1 juta pada tahun 1990 menjadi
18,5 juta pada tahun 2020. Jadi selama 30 tahun jumlah lansia akan bertambah
26
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
27
sebanyak 11,4 juta, dan kekerapan diabetes pada usia lanjut jauh lebih tinggi
empat kali lipat dari rata-rata. Selain itu juga didukung oleh Brunner & Suddarth
(2002) yang menyatakan bahwa resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
diatas 65 tahun.
Berat badan pasien tergolong obesitas (72 kg). Obesitas merupakan salah satu
factor resiko terjadinya diabetes, hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan
Frank (2010) bahwa obesitas merupakan faktor penyebab utama terjadinya
epidemik diabetes, mayoritas obesitas terjadi pada orang dewasa di negara maju
dan pertumbuhan yang cepat terjadi di negara-negara berkembang. Jumlah
obesitas (BMI > 25kg/m2) meningkat dari 1,3 milyar pada tahun 2005 mendekati
2,0 milyar di tahun 2030. Obesitas terjadi akibat dari pola makan/intake kalori
yang berlebihan dan kurangnya aktivitas. Dari hasil analisa didapatkan riwayat
kurangnya aktivitas dengan pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga,
kebiasaan konsumsi teh manis 2-3 gelas/hari, diet tinggi karbohidrat/mie instant
(GI ) dan tidak pernah berolahraga.
Dalam keluarga pasien terdapat riwayat diabetes (ibu dan dua orang saudara
perempuan). Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko penyebab
terjadinya diabetes. hal ini sesuai dengan Brunner & Suddarth (2002) yang
menyatakan bahwa faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Ny. U merupakan salah satu dari penderita diabetes dengan jenis kelamin
wanita.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh RISKESDAS (2013)
bahwaprevalensi DM sebesar 2,5%, dan prevalensi DM pada perempuan
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Pola diet juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya diabetes pada
masyarakat perkotaan. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa pasien sering
mengkonsumsi mie instant (GI 47) , menyukai makanan yang manis (gudeg),
serta makan goreng gorengan, diluar makan rutin tiga kali perhari. Penelitian yang
Pasien sehari-hari jarang minum air putih, pasien lebih suka minum teh manis.
Teh manis yang diminum 2-3 gelas/hari dengan menggunakan gula biasa (GI
103). Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minuman yang manis
meningkatkan resiko diabetes tipe 2 setelah terjadi peningkatan berat badan.
Ditemukan bahwa individu dengan jumlah konsumsi minuman yang manis (1-2
kali/hari) mempunyai 26% resiko yang lebih besar terhadap perkembangan
penyakit dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi sedikit minuman
manis (Frank, 2010). Intake minimum karbohidrat yang direkomendasikan tidak
lebih dar 130gr/hari, untuk penyediaan glukosa di otak. Studi yang dilakukan pada
orang dengan diabetes tipe 2 didapatkan bahwa pembatasan diet karbohidrat (yang
berarti 4% dari 45% dari total energy/hari) meningkatkan A1C dan trigliserd
(TG), HDL-C, LDL-C, atau berat badan dibandingkan dengan diet tinggi
karbohidrat (Dworatzek & Arcudi, 2013).
Pekerjaan Ny.M adalah seorang ibu rumah tangga dengan dua anak yang sehari-
hari mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dan merapihkan
rumah. Namun sejak pasien mengalami gangguan penglihatan (buram), pasien
tidak lagi melakukan pekerjaan rumah, tugas tersebut diambil alih oleh suami.
Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko terjadinya diabetes.
Hal ini didukung oleh penelitian Frank (2010) yang menyatakan bahwa studi
Dari hasil pengkajian didapat bahwa pasien tidak memiliki riwayat merokok.
Masih menurut Frank (2010) bahwa perokok mempunyai resiko diabetes
sebanyak 45% dibandingkan dengan yang tidak merokok. Disamping itu terdapat
hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan resiko diabetes. Beberapa
mekanisme biologis yang mungkin dapat menjelaskan hubungan antara merokok
dengan diabetes dimana akumulasi jaringan adiposa viseral pada perokok
mungkin karena bertambahnya tingkat plasma kortisol dengan stimulasi
sympathetik.
Masalah yang kedua adalah keluhan masih mual, napsu makannya menurun,
tidak dapat menghabiskan makanannya, pasien hanya makan ½ porsi tetapi tidak
ada muntah. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mual yang
dirasakan pasien terjadi akibat dari adanya gangguan neurosensori otonom pada
saluran gastrointestinal dimana terjadi kelambatan pengosongan lambung dengan
gejala munculnya rasa cepat kenyang, kembung, mual dan muntah, konstipasi
ataupun terjadi diare (Brunner & Suddarth, 2002).
Masalah yang ketiga yang terjadi pada Ny. U adalah ketidakstabilan gula darah.
Pasien mengatakan saat dirumah ia tidak teratur mengecek gula darahnya, pasien
hanya mengecek gula darah jika dirasakan gula darahnya tinggi. Saat di RS gula
darah pasien cenderung tinggi pada siang hari. Peningkatan mengurangi resiko
diabetes sebesar 34% (Frank, 2010).
Gangguan aktivitas juga dialami pasien ini saat masuk ruang perawatan. Hal ini
disebabkan karena adanya ulkus pedis sinistra dan ulkus pedis dekstra yang
tampak mengering. Pasien mobilisasi terbatas di tempat tidur, aktivitas makan
mandiri, sedangkan aktivitas hygiene dan toileting dibantu. Pasien tampak lebih
sering berbaring dan hanya duduk saat makan. Penelitian menunjukkan
bertambahnya aktivitas fisik menurunkan resiko diabetes. Aktivitas menonton TV
selama meningkatkan 14% resiko diabetes sedangkan aktivitas berdiri dan
Masalah gangguan sirkulasi juga terjadi pada pasien ini. Dari hasil pengkajian
didapatkan data bahwa pasien mengeluh kaki sering kesemutan dan baal dengan
hasil penilaian ABI 0,8.
tidak diberikan tepat waktu karena ketidaktersediaan obat yang disebabkan oleh
birokrasi/jaminan yang panjang.
Intervensi utama yang dilakukan untuk mengatasi ketidakstabilan gula darah pada
pasien dalam kondisi sakit adalah dengan pemberian terapi insulin dengan dosis
correctional dose. Dosis tersebut diberikan karena kondisi gula darah pasien yang
belum stabil. Intervensi selanjutnya adalah dengan monitoring gula darah.
Monitoring gula darah dapat dilakukan melalui pemeriksaan darah kapiler dan
vena. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 3 x /hari pada jam 06, 11 dan 16.
Intervensi utama yang dilakukan pada diagnosa gangguan mobilitas fisik meliputi
mengajarkan dan memotivasi pasien untuk melakukan rentang pergerakan
sendi/ROM. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan
kekuatan otot serta kelenturan sendi.
Intervensi utama pada diagnosa gangguan sirkulasi. Menurut Stone, J.A &
Fitchett, D (2013) untuk meningkatkan sirkulasi perifer dapat dilakukan dengan
cara farmakoterapi (anti platelet agent, statin, angiotensin converting
enzyme/ACE inhibitor, angiotensin receptor blockers/ ARBs) dan non
farmakoterapi (latihan dan aktivitas fisik, terapi nutrisi, modifikasi berat badan,
penghentian merokok). Salah satu terapi non farmakoterapi yang dapat dialakukan
untuk mengatasi gangguan sirkulasi adalah dengan latihan senam kaki. Menurut
Priyanto (2013) aktivitas fisik khususnya senam kaki akan membantu
meningkatkan aliran darah di daerah kaki sehingga akan membantu menstimuli
syaraf-syarat kaki dalam menerima rangsang. Hal ini akan meningkatkan
sensitivitas kaki terutama pada penderita diabetes melitus.
5.2 Saran
a. Pada saat mengevaluasi latihan senam kaki sebaiknya penulis
mendampingi pasien dan memeriksanya sehingga pasien mengetahui cara
yang benar dan selanjutnya dapat melakukannya secara mandiri.
35
Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014
36
Aalaa, M, Malazy, T, Sanjari (2012). Nurses role in diabetic foot prevention and
care : a reviw. Journal of diabetes metabolic disorder. 11:24 page 2 of 6
Ismail. (nd). Asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus. Diambil
pada tanggal 22 Juni 2014 dari
http://images.mailmkes.multiply.com/attachment/0/R@jmiwoKCEMAAE@s4lM
1/Askep %20klien%20Diabetes%20Mellitus.pdf?nmid=87954110.
Sudoyo, A.W (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Edisi 4). Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Smeltzer,S.C dan B.G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Penerjemah Agung Waluyo dkk. Jakarta:
EGC
Sigal, R.D, Armstrong, M.J (2013). Clinical practice guidelines physical activity
aand diabetes. Canadian Journal of diabetes
Van Dam, R.M, Pasman, W.J, Verhoef, P. (2004). Effect of coffee consumption on
fasting blood glucose and insulin concentration.
Posisi awal
a. Gerakkan jari jari kedua kaki seperti bentuk cakar dan luruskan kembali
b. Angkat ujung kaki, tumit tetap diletakkan diatas lantai, Turunkan ujung kaki,
kemudian angkat tumitnya dan turunkan kembali
c. Angkat kedua ujung kaki, putar kaki pada pergelangan kaki, kearah samping,
turunklan kembali kelantai dan gerakkan kearah tengah
d. Angkat kedua tumit, putar kedua tumit kearah samping, turunkan kembali
kelantaidan gerakkan ketengah
e. Angkat salah satu lutut, luruskan kaki, gerakkan jari-jari ke depan, Turunkan
kembali kaki bergantian kiri dan kanan
f. Luruskan salah satu kaki diatas lantai, kemudian angkat kaki tersebut, gerakan
ujung-ujung jari kearah muka, turunkan kembali tumit ke lantai
g. Seperti latihan sebelumnya, tetapi kali ini dengan kedua kaki bersamaan
h. Angkat kedua kaki, luruskan dan pertahankan posisi tersebut, gerakkan kaki
pada pergelangan kaki, kedepan dan kebelakang
i. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan di udara dengan kaki angka-angka 0 – 9
j. Selembar Koran dilipat-lipat dengan kakimenjadi bentuk bulat seperti bola,
kemudian dilicinkan kembali dengan menggunakan kedua kaki, dan setelah
itu disobek-sobek
Kumpulkan sobekan sobekan tersebut dengan kedua kaki dan letakkanlah
diatas lembaran Koran lainnya. Akhirnya bungkuslah semuanya denmgan
kedua kaki menjadi bentuk bola.
CATATAN KEPERAWATAN
I. Biodata
Nama : Sri Mulyati
Tempat/ Tanggal lahir : Jakarta/ 6 Mei 1972
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Golongan Darah :A
Alamat : JL. Damai 74, No 83 RT 09/04 Kelurahan
Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa Jakarta
Selatan 12630
Telepon/HP : 081315989730
Email : srimulmedistra@yahoo.com