Teknologi Tanaman Obat
Teknologi Tanaman Obat
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Daun Iler (Coleus atropurpuerus L) merupakan tumbuhan yang termasuk suku
lamiaceae. Tumbuhan ini mempunyai khasiat untuk meredakan rasa nyeri, sebagai
antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antibakteri dan dapat mempercepat
penyembuhan luka. Secara tradisional tumbuhan iler dapat digunakan sebagai obat
luka dengan cara membubuhkan ulekan daun iler pada luka ( Dalimartha, 2000).
Menurut Lisdawati dkk., (2008), Kandungan kimia tumbuhan iler yang terdapat pada
bagian daun akarnya yaitu saponin, polifenol, flavonoid, alkaloida, mineral dan
komponen minyak atsiri.
Fitokimia merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan aspek kimia suatu
tanaman. Kajian fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka ragam senyawa
organic yang dibentuk dan disimpal oleh organisme. Analisis fitokimia dilakukan
untuk menentukan ciri komponen bioaktif suatu ekstrak kasar yang mempunyai efek
racun atau efek farmakologis lain yang bermanfaat bila diujikan dengan sistem
biologi atau bioassay ( Harbone, 1984).
Menurut Vanselow (2007), DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang
stabil sehingga apabila digunakan sebagai perekasi dalam uji penangkapan radikal
bebas, cukup dilarutkan dan bila disimpan, dalam keadaan kering dengan kondisi
penyimpanan yang baik dan stabil selama bertahun-tahun. Metode perendaman DPPH
didasarkan pada reduksi dari larutan methanol radikal bebas DPPH yang berwarna
oleh penghambatan radikal bebas. Ketika larutan DPPh yang berwarna ungu bertemu
dengan pendonor electron, maka DPPH akan tereduksi menyebabkan warna ungu
akan memudar dan digantikan warna kuning yang berasa dari gugus pikril ( Prayoga,
2013).
Melihat manfaat dan kandungan yang terdapat pada daun iler (Coleus
atropurpuerus L ) maka akan dilakukan pengujian fitokimia untuk melihat kandungan
yang terdapat pada daun iler. Pengujian DPPH juga dilakukan untuk mengetahui
adanya kemampuan antioksidan pada daun Iler dengan dilihat dari nilai IC50nya.
2. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengenali zat aktif dari tumbuhan Iler (Coleus
atropurpuerus L ) secara kualitatif
2. Mahasiswa mampu mengenali zat aktif dari tumbuhan Iler (Coleus
atropurpuerus L ) menggunakan kromatografi
3. Mahasiswa mengetahui nilai Rf yang didapatkan dari tumbuhan Iler (Coleus
atropurpuerus L )
4. Mengetahui kandungan antioksidan pada tanaman daun Iler (Coleus
atropurpuerus L )
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode DPPH
II. TINJAUAN PUSTAKA
Daun Iler (Coleus atropurpuerus L) merupakan tumbuhan yang termasuk suku
lamiaceae. Tumbuhan ini mempunyai khasiat untuk meredakan rasa nyeri, sebagai
antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antibakteri dan dapat mempercepat
penyembuhan luka. Secara tradisional tumbuhan iler dapat digunakan sebagai obat
luka dengan cara membubuhkan ulekan daun iler pada luka ( Dalimartha, 2000).
Menurut Lisdawati dkk., (2008), Kandungan kimia tumbuhan iler yang terdapat pada
bagian daun akarnya yaitu saponin, polifenol, flavonoid, alkaloida, mineral dan
komponen minyak atsiri.
Fitokimia merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan aspek kimia suatu
tanaman. Kajian fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka ragam senyawa
organic yang dibentuk dan disimpal oleh organisme. Analisis fitokimia dilakukan
untuk menentukan ciri komponen bioaktif suatu ekstrak kasar yang mempunyai efek
racun atau efek farmakologis lain yang bermanfaat bila diujikan dengan sistem
biologi atau bioassay ( Harbone, 1984).
Alakaloid adalah senyawa organic siklik yang mengandung nitrogen dengan
bilangan oksidasi negative yang penyebarannya terbatas pada maklu hidup. Alkaloid
juga merupakan golongan zat metabolit sekunder yang terbesar. Menurut Sumardjo
(2006), alkaloid dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
a. Alkaloid sejati
Alkaloid sejati senyawa yang mempunyai cincin nitrogen heterosiklik, bersifat
basa dan berasal dari asam amino
b. Alkaloid gabungan
Turunan asam amino, atom nitrogennya tidak memiliki cincin hetero siklik.
Bersifat basa.
c. Alkaloid semu
Basa tumbuhan yang mengandung nitrogen heterosiklik, memiliki aktifitas
dan tidak mempunyai hubungan biosintesis dengan asam amino.
Gambar 1. Struktur senyawa alkaloid ( Illing dkk., 2017)
Menurut Jaafar dkk., (2007), pengujian senyawa alkaloid dilakukan dengan
pereaksi Mayer dan Wagner. Terbentuknya endapan putih atau krem
mengindikasikan hasil uji positif. Terdapat endapan jingga hingga merah juga
menunjukan hasil reaksi adalah positif.
Flavonoid merupakan suatu senyawa polifenol yang strukturnya merupakan
turunan dari anti aromatic falavan. Golongan flavonoid kerangka karbonnya terdiri
atas dua gugus C6 yang disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon ( Illing dkk.,
2017) Menurut Astawan dan Kasih (2006), flavonoid merupakan golongan terbesar
dari senyawa polifenol. Flavonoid baik digunakan untuk antioksidan. Flavonoid
mengandung sistem aromatic yang terkonjugasi dank arena itu menunjuka pita
serapan yang kuat pada spectrum UV dan spectrum tampak.
Nilai % inhibisi dimasukan dalam Ms.excel dan diperoleh garis persamaan untuk
menghitung IC50 asam askorbat.
b. Uji antioksidan sampel
Pertama-tama sampel daun iler diambil sebanyak 25mg dan diencerkan dalam 5ml
pelarut methanol PA. Konsentrasi 5000 ppm sampel diencerkan menjadi 2500 ppm,
1250 ppm, 500ppm dan 250 ppm. Kelima konsentrasi larutan, dilakukan seri
pengenceran dengan ditambahkan pelarut hingga 5 ml. Konsentrasi yang terbentuk
menjadi 100 ppm, 50 ppm, 25 ppm, 10 ppm, dan 5 ppm. Sampel ditambahkan dengan
1ml DPPH kemudian diukur absorbansi dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 517 nm dan dihitung % inhibisi dengan rumus :
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
%inhibisi = 𝑥100%
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
Nilai % inhibisi dimasukan dalam Ms. Excel dan diperoleh persamaan garis untuk
menghitung nilai IC50 sampel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. dan Kasih, A. L. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Badarinath, A., Rao, K., Chetty, C. S., Ramkanth, S., Rajan, T., dan Gnanaprakash,
K. A. 2010. Review on In-vitro Antioxidant Methods : Comparison,
Correlations, and Considerations. International Journal of PharmTech
Research. 2(2) : 1276-1285.
Finar,L.2015.http://www.finarchemicals.com/pdf/hplc_solvent_properties_solvent_m
iscibility_table.pdf. diakses pada tanggal 14 november 2018.
Illing, I., Safitri, W., dan Erfiana. 2017. Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen. Jurnal
Dinamika. 8(1) : 66-84.
Jaafar, F.M., Osman, C. P., Ismail, N. H. Dan Awang, K. 2007. Analysis Of Essential
Oils Of Leaves, Stems, Flowers And Rhizomes Of Etlingera. The Malaysian
Jurnal Of Analytical Sciences. 11(1): 269-273.
Kusnadi, K., dan Devi, E. T. 2017. Isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid pada
ekstraksi daun seledri dengan meetode refluks. Journal Pancasakti Science
Education. 2 (1) : 56-67.
Kusuma, T. S., Kurniawati, A. D., Rahmi, Y., Rusdan, I. H., dan Widyanto, R. M.
2017. Pengawasan Mutu Makanan. Universitas Brawijaya Press, Malang.
Lisdawati, V., Mutiatikum, D., Alegantina, S., Astuti, Y. 2008. Karakterisasi daun
miana (Plectranthus scutellarioides L) dan buah sirih ( Piper betle L) secara
fisiko kimia dari ramuan lokal antimalarial daerah Sulawesi utara. Media
Litbang Kesehatan. 18 (4) : 213-225.
Nia, R., Paper, D. H., Essien, E. E., Iyadi, K. C., Bassey, A. I. L., Antai, A. B., dan
Franz, G. 2004. “Evaluation of The Anti-oxidant and AntiAngiogenic Effects
of Sphenocentrum jollyanum Pierre”. African Journal of Biomedic Research.
Vol. 7: 129-132.
Prayoga, G. 2013. Fraksinasi, Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH dan
Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dari Ekstrak Teraktif Daun Sambang
Darah (Excoecaria cochinchinensis Lour). Fakultas Farmasi Program Studi
Sarjana Ekstensi Universitas Indonesia, Jakarta.
Shinya, H. 2007. The Miracle of Enzyme: Self-Healing Program. Council Oak Books,
Tulsa, Oklahoma.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.