Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal ya ng berkaitan dengan sistem reproduksi,
serta fungsi dan prosesnya (Prawiroharjo, 2008). Salah satu penyakit yang
dapat menganggu kesehatan organ reproduksi wanita adalah kanker
serviks yang merupakan kanker yang paling sering menyerang wanita di
seluruh dunia (Kemenkes, 2012) dalam (Gustiana, Yulia Irvani and
Sofiana, Nurchayati, 2014)
Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal
dimana sel-sel pada bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat
menyerang jaringan lain untuk membentuk sel-sel kanker lainnya (Dirjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2009). Hal ini pula
yang dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi leher rahim, yang kemudian
dikenal dengan sebutan kanker serviks. Dari data World Health
Organization (WHO) tahun 2010, diketahui terdapat 493.243 jiwa per
tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian
karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. (Gustiana, Yulia
Irvani and Sofiana, Nurchayati, 2014)
Kanker serviks termasuk jenis penyakit kanker pada perempuan
yang menimbulkan kematian terbanyak dari seluruh penyakit kanker
terutama di negara berkembang. Lima puluh persen pasien baru kanker
serviks tidak pernah melakukan tes Pap. Untuk wilayah ASEAN, insidens
kanker serviks di Singapura sebesar 25,0% pada ras Cina; 17,8% pada ras
Melayu; dan di Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Di Indonesia
diperkirakan ditemukan 40.000 kasus baru kanker serviks setiap tahunnya.
(Rsup et al., 2015)
Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang perempuan yang
masih produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan,

1
sekitar sepertiga dari kasus-kasus kanker termasuk kanker serviks datang
ketempat pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut dimana
kanker tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh
sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin
tinggi. Disisi lain kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker
termasuk faktor-faktor risiko dan upaya pencegahannya masih kurang.
Padahal 90-95 % faktor risiko terkena kanker berhubungan dengan
perilaku dan lingkungan. Karena itu perlu ada suatu gerakan
bersama,menyeluruh dan berkesinambungan untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap kanker terutama kanker serviks. (Calizza,
Costantini and Rossi, 2015)

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah
mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP,
1997) dalam (Padila, 2015)
B. ETIOLOGI (Padila, 2015)
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain:

a. Umur Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual


Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin
pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
b. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
c. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers
serviks ini.
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau
virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker
serviks.
e. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi

3
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada
pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak
kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula
dari adanya erosi serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
C. MANIFESTASI KLINIS

a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis
intraservikal perdarahan terjadi lambat. (Padila, 2015)
b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada
perdarahan. Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih
banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau. (Padila,
2015)
Infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal berlangsung tanpa
gejala. Bila kanker sudah mengalami progresitivitas atau stadium lanjut,
maka gejalanya dapat berupa:
a) Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-
sembuh. Terkadang bercampur darah.
b) Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-
85%.
c) Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya
pembuluh darah dan semakin lam semakin sering terjadi.

4
d) Perdarahan pada wanita menopause
e) Anemia
f) Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
g) Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya. (Rahayu, 2015)
Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara
lain
1) Nyeri panggul,
2) Nyeri pinggul,
3) Nyeri kaki,
4) Penurunan berat badan,
5) Anoreksia,
6) Kelemahan dan kelelahan,
Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan
gejala Ca. Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan
pasca menopause, menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia
menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah
keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair,
bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran
kencing atau rektum terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul
mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau dari penyakit radang
panggul hidup berdampingan. (Rahayu, 2015)
D. PATOFISIOLOGI (Rahayu, 2015)
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka
regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi

5
karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang
diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang
meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus
atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7
– 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang
menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke
forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi
ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel
permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor
risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak
dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan
sel normal sehingga terjadi keganasan
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo -
columnar junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara
histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa
berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar
pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas
seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri
eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di
dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada
di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa
mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan
aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma
atau retraksi otot oleh prostaglandin.

6
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada
epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang
diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel
kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi
akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi
sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka
secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang
menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah
satu factor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses
karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan
DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel
yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik
sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari
displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ
dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia
dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.

7
Penggunaan
Free Sex Merokok Defisit
Alat
PATHWAY Kontrasepsi perawatan diri
Cedera serviks saat Kekebalan (vulva higiene)
pemasangan tubuh
menurun

Invasi
HPV
Hubungan seksual
Jumlah kelahiran
(< 20 tahun). Infeksi HPV
dan partus

Pertumbuhan sel
Efek anastesi abnormal di labia
Proses Metaplasy
mayora dan
Anastesi Lemah Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks minora

Intoleransi Aktivitas Mual,


Histerektomi total Metaplasia
muntah,
skuamosa
Non Kemotera anoreksi
Tindakan pembedahan Ca. Cerviks
Pembedahan pi
Histerektomi Radikal Penurunan BB
Vaskularisasi Menembus sel Merusak struktur
Luka perdarahan jaringan epitel jaringan serviks Risiko
terganggu Struma serviks ketidakseimbangan
Jaringan terbuka Peradangan endoserviks Menginvasi organ nutrisi kurang dari
dan eksoserviks lain kebutuhan tubuh

12
Risiko Infeksi Nekrosis jaringan Meluas ke
jaringan, Rektum Fistula Uretra Vagina

Keputihan dan bau pembukuh limfe


dan vena Fistula Fistula Fistula
busuk
Rektum rekto vagina
Dinding vagina
Gangguan konsep Infiltrasi
pembuluh Infiltrasi ke
diri: HDR ke syaraf
terdesak Perdarahan uretra
rektum
Perdarahan spontan Nyeri Gangguan
Akut Eliminasi
Gangguan Perfusi Anemia Trombositopenia Urin
Jaringan

13
KLASIFIKASI (Padila, 2015)
Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu
yang tumbuh di daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5mm dari membrana
basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada
skrining kanker.
d. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea
bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu
jurusan formiks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan
korpus uteri.
e. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi
kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus

10
Makroskopik
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah
Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya (Padila,
2015)

1. Stage 0: Ca. Pre invasive


2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks
3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara
hispatologi
4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I
5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul
telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian
proksimal

11
6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah
vagina
7. Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain
E. TERAPI (Padila, 2015)
a. Irradiasi
a) Dapat dipakai untuk semua stadium
b) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak
diserviks
c. Komplikasi irradiasi
a) Kerentanan kandungan kencing
b) Diarrhea
c) Perdarahan rectal
d) Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
a) Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan
fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe
dan peredaran darah.
f. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.
5% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi,
dianggap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap
sama

12
g. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan
kesehatan perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker
serviks

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.A DENGAN CA. SERVIKS
STADIUM II B YANG DILAKUKAN TERAPI KEMORADIASI DI IRNA
B3 RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
A. PENGKAJIAN
Tanggal 12 Februari 2019, jam 11.00 WIB, di ruang B3 Ginecology –
RSUP Wahidin Makassar, diperoleh data sebagai berikut:
1. Biodata
 Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S2 Pendidikan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kab. Bone
Tanggal masuk : 10 Desember 2018
Diagnosa Medis : Ca Serviks Stadium II B

 Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. S
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S2 Pendidikan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kab. Bone
Hub. Dengan pasien : Suam

14
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Saat dikaji pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Mulai tanggal 11 Desember 2018, pasien dirawat di RSUP
Wahidin dengan diagnosis medis Ca. Serviks stadium II B di
ruang B3 Ginecology. Dengan pengobatan Terapi radiasi 25
kali dan kemoterapi 5 kali. Sampai pengkajian klien sudah
mendapat kemoterapi ke-5 dan radiasi ke-22. Saat dikaji pasien
mengatakan sudah tidak terjadi perdarahan, dan tidak
keputihan. Pasien mengatakanmual.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan bulan September 2018, mengalami
perdarahan 7 hari, perdarahan terjadi setelah melakukan
hubungan suami istri. Pasien juga mengatakan pernah
keputihan 1 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena
perdarahan tersebut pasien dirawat di RS Ibnu Sina dengan
diagnosa medis Ca Servic stadium III B. Sebelum di rujuk ke
RSUP Wahidin, pasien mendapat terapi Asam Mefenamat dan
vitamin penambah darah, dikatakan pasien seingatnya.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga neneknya pernah menderita
penyakit yang sama.
 Riwayat Obstetri
1) Menarche : usia : 12 tahun, lama: 7 hari
2) Menikah : usia :23 tahun, suami I mempunyai 2
anak Laki-Laki kembar,
3) Riwayat KB : menggunakan suntik KB 3 bulanan,
pasien menggunakan KB sejak tahun 2017 dan
lepas Oktober 2018

15
4) Riwayat Obstetri:
a) Anak I, usia 1 tahun, jenis kelamin: Laki-laki
b) Anak II, usia: 1 tahun, jenis kelamin: Laki-laki

 Genogram

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal serumah

3. Diagnosa Medis & Therapy


Diagnosa: CA. Serviks Stadium II B
Tanggal : 9 Februari 2018.
Tanggal / jam
9 Februari 2019
07.00 Plastosin 60 mg infus

Infus NS 0,9%
08.00 Infus manitol 2%
Infus DS
13.00 Metoclorpramid 1 amp
14.00 Metoclorpramid 1 amp

 Therapy
Tanggal : 12 Februari 2019.

16
1) Metoclorpramid 3 x 1 tablet
2) SF / BC / C 2 x 1 tablet
3) Vitamin A 1 x 50.000 unit
4) Antasid Syrup 3 x 1 sendok makan
4. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spritual
a. Pola Kesehatan Fungsional menurut Gordon
 Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika sakit masuk angin, minum jamu
tolak angin, kadang periksa di Puskesmas. Pasien
mengatakan pernah dirawat di RS Ibnu Sina pada bulan
September 2018 dengan diagnosa medis Ca. Serviks
stadium II B, saat ini pasien dirawat di RSUP Dr. Wahidin
oleh rujukan dari RS Ibnu Sina.
 Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3 kali sehari, nasi, sayur,
dan lauk, 1 porsi habis.
Selama sakit :Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu
makan. Pasien jarang makan, porsi dari
RS hanya habis 2-3 sendok, pasien
biasanya ngemil. Berat badan sebelum
sakit : 55 kg, BB saat dikaji : 49,5 kg.

 Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 1x/ hari, konsistensi lembek,
warna tidak diperhatikan, BAK lancar, 4
5x/ hari.
Selama sakit :Pasien BAB 1-2x/ hari, berak sedikit-
sedikit, warna hitam, BAK agak sakit karena
dipasang kateter saat kemoterapi terakhir
tanggal 9 februari 2019. Tidak ada
perdarahan.

17
 Pola Aktifitas & Latihan
Sebelum sakit :Pasien melakukan aktifitas sehari-hari
secara mandiri.
Selama sakit :Saat pengkajian pasien dapat beraktifitas
secara mandiri, pasien sudah hampir 2
bulan dirawat.
 Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit :Pasien mengatakan sulit tidur.
Selama sakit :Saat mengatakan kalau siang dapat tidur,
kalau malam sulit tidur.
 Pola Persepsi Kognitif
Sebelum sakit dan selama sakit pasien dapat berkomunikasi
dengan baik, pendengaran normal, penglihatan normal,
persepsi sensori baik.
 Pola Persepsi dan Konsep Diri
Sebelum sakit :Tidak ada gangguan konsep diri.
Selama sakit :Saat dikaji pasien mengatakan
tidak nyeri, tidak ada gangguan
konsep diri.

 Pola Peran dan Hubungan


Sebelum sakit :Pasien berperan sebagai Guru SMP
dengan merawat kduaa anaknya, pernah bekerja sebagi
guru setelah bulan September 2018 pasien tidak bekerja
karena dirawat di RS.
Selama sakit : Pasien dirawat di RS, pasien tidak dapat
berperan sebagai ibu dan istri Tn. S
Dalam memenuhi ekonomi keluarga Tn.
S bekerja sebagai kepala sekolah.
 Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien menikah umur 23 tahun mempunyai 2 orang anak

18
kembar laki-laki Pasien menggunakan suntik KB 3
bulanan.
Sebelum sakit : Pasien melakukan hubungan suami istri 3x/
minggu.
Selama sakit : Pasien tidak pernah melakukan hubungan
suami istri.
 Pola Koping dan Toleransi Stress
Sebelum sakit : Jika ada masalah, pasien membicarakan
dengan suami pasien untuk mengambil
keputusan bersama.
Selama sakit : Pasien mengatakan sakitnya diobati dengan
obat dan di sinar. Pasien takut jika
penyakitnya tumbuh lagi.
 Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien melakukan ibadah sholat.
Selama sakit :Pasien melakukan sholat, walaupun dengan
alasan sakit.

5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :Baik
 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan darah : 110 / 90 mmHg
 Nadi : 86 x / menit
 Pernafasan : 21 x / menit
Suhu : 36,30 C
Berat badan : 49,5 kg Tinggi badan : 155 cm
Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Bentuk mesocepal
Rambut : Warna hitam, ikal, mudah rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Hidung : Simetris, tidak ada sputum

19
Telinga : Simetris, ada serumen
Mulut :Bibir tidak kering, tidak ada sianosis,
mukosa bibir lembab Leher: Tidak ada
pembesaran tiroid dan tidak ada
pembesaran getah bening
Dada : Simetris
Pa : Vokal fremtus simetri kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapang paru
Aus : Vesikuler

Cardiac
I : Ictus cordis tidak tampak
Pa : Ictus cordis teraba
Pe : Pekak
Aus : Tidak ada bising Abdomen
I : Datar, ada gambar untuk radioterapi
Aus : bising usus 5-15x / detik
Pe : Tympani
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Genitalia :Ada lesi bekas di garuk di bagian
monsfeneris, tidak terpasang kateter, PPV
(pengeluaran per vagina): tidak
adakeputihan, tidak ada perdarahan
Anus : Ada lesi di lipatan bokong, tidak ada
hemoroid eksternal
Ekstremitas : Tidak terpasang infus, tidak edema.
Kulit :Warna sawo matang, turgor kulit baik,
capillary refill time kurang 3 detik.

Hepar: :Ukuran normal, permukaan rata, tepi tajam,

parenkim ekogenesitas normal, tak tampak


nodul, porta dan V. hepatica tidak

20
melebar.
Vesika urinaria :Dinding tidak menebal, tampak rata, tak
tampak masa maupun batu.
Uterus : Ukuran normal, tak tampak masa.
Ginjal kanan :Bentuk dan ukuran normal, parenkim ginjal
normal, batas kortikomeduler jelas, tak
tampak penipisan korteks, tak tampak baku
dan ureter tak melebar.
Ginjal kiri :Bentuk dan ukuran normal, parenkim ginjal
normal, batas kortikomeduler jelas,
taktampak penipisan korteks,tampak batu
pada pole bawah dengan ukuran 0,7 cm,
pielokaliks tampak melebar, ureter tak
melebar.
Kesan :Hidronefrosis dan nefrolitiasis sinistra Tak
tampak kelainan metastase pada organ-
organ intra abdomen lainnya diatas secara
sonografi

No Tgl / jam Data Fokus Etiologi Masalah


1 12-2-19 DS : Pasien mengatakan Efek samping dari Perubahan
11.00 mual dan tidak nafsu makan kemoradiasi nutrisi:
DO : - Makan habis 2 sendok, Kurang dari
dari 1 porsi kebutuhan
- Ngemil (keripik, peyek) tubuh

- BB sebelum sakit: 55 kg,


selama sakit : 49,5 kg
- Hasil laboratorium
tanggal 5 febuari 2008
Hemoglobin = 11,80 gr%

21
- Pasien kurang mengetahui
tentang kebutuhan nutrisi
2 13-2-19 DS : Pasien menanyakan apakah Ketidakpastian Ansietas
17.00 pengobatan sinar dapat rentang hasil yang
menyembuhkan penyakit? Apakah diharapkan
kanker bisa tumbuh lagi?
DO : - Pasien tampak cemas

- Pasien takut bila penyakit


tumbuh lagi
Pasien banyak bertanya
3 14-2-19 DS : Pasien mengatakan sebelum Proses penyakit, Perubahan
17.00 sakit pasien melakukan hubungan perubahan anatomis kebutuhan
suami istri 2x minggu, selama sakit seksualitas
tidak pernah melakukan hubungan
seksual
DO : - Pasien mengatakan tentang
frekuensi seksualitas
kepada perawat
- Pasien aktif menjawab
Pertanyaan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan perfusi jaringan (Anemia) berhubungan dengan perdarahan
intraservikal. (Padila, 2015)
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. (Padila, 2015)
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) akut berhubungan dengan proses
desakan pada jaringan interval. (Padila, 2015)

22
d. Risiko gangguan harga diri berhubungan dengan image negative
tentang penyakit, perasaan malu. (Padila, 2015)
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
(Rahayu, 2015)
f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entrée
bakteri. (Rahayu, 2015)
g. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan. (Rahayu,
2015)
h. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan fistula pada vagina.
(Rahayu, 2015)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NIC)
(NOC) (Nurarif H, 2015)
(Nurarif H, 2015)
1. Gangguan perfusi Tujuan : Setelah diberikan 1) Observasi tanda tanda
jaringan (Anemia) perawatan selama 1x24 vital
berhubungan dengan jam dinharapkan perfusi 2) Observasi perdarahan
perdarahan jaringan membaik 3) Cek hb
intraservikal . Kriteria Hasil : 4) Beri O2 jika diperlukan
1) Perdarahan intra 5) Pemasangan vaginal
servikal sudah tampon
berkurang 6) Therapy IV
2) Konjungtiva tidak
pucat
3) Mukosa bibir basah
dan kemerahan
4) Eksremitas hangat
2. Gangguan Tujuan : Setelah 1) Jelaskan tentang
pemenuhan nutrisi dilakukan perawatan pentingnya nutrisi

23
kurang dari kebutuhan nutrisi klien untuk penyembuhan
kebutuhan tubuh akan terpenuhi 2) Beri makan TKTP
berhubungan dengan Kriteria : 3) Mengajukan makan
anoreksia, mual dan 1) Tidak terjadi sedikit tapi sering
muntah. penurunan berat badan 4) Jaga lingkungan saat
2) Pasien mengatakan makan
nafsu makan 5) Pasang NGT jika perlu
meningkat 6) Beri nutrisi parenteral
3) Keluhan mual dan bila perlu
muntah kurang
3. Gangguan rasa Tujuan : Setelah 1) Tanyakan lokasi nyeri
nyaman (nyeri) akut dilakukan tindakan 1x24 yang dirasakan klien
berhubungan dengan jam diharapkan klien tahu 2) Tanyakan derajat nyeri
proses desakan pada cara-cara mengatasi nyeri yang dirasakan klien
jaringan interval. yang timbul akibat kanker dan nilai dengan skala
yang dialami nyeri
Kriteria : 3) Ajarkan tekhnik
1) Klien dapat relaksasi
menyebutkan cara-cara 4) Anjurkan keluarag
mengurangi nyeri yang mendampingi klien
dirasakan 5) Kolaborasi dengan tim
2) Intensitas nyeri paliatif nyeri
berkurang
3) Ekspresi muka dan
tubuh rileks
4. Risiko gangguan harga Tujuan : harga diri pasien 1) Memberi penghargaan
diri berhubungan dapat terjaga/ tidak terjadi pada setiap tindakan
dengan image negative gangguan harga diri, yang mengarah kepada
tentang penyakit, dengan peningkatan harga diri.
perasaan malu Kriteria: 2) Menjelaskan tentang

24
1) Pasien kondisi pasien.
mendemontrasikan 3) Melibatkan pasien
atau menunjukkan dalam setiap kegiatan
aspek positif dari
dirinya.
2) Pasien mampu
bergaul dengan orang
lain tanpa merasa
malu.

25
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal
dimana sel-sel pada bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat
menyerang jaringan lain untuk membentuk sel-sel kanker lainnya (Dirjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2009). Hal ini pula
yang dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi leher rahim, yang kemudian
dikenal dengan sebutan kanker serviks. Dari data World Health
Organization (WHO) tahun 2010, diketahui terdapat 493.243 jiwa per
tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian
karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. (Gustiana, Yulia
Irvani and Sofiana, Nurchayati, 2014)
Kanker serviks termasuk jenis penyakit kanker pada perempuan
yang menimbulkan kematian terbanyak dari seluruh penyakit kanker
terutama di negara berkembang. Lima puluh persen pasien baru kanker
serviks tidak pernah melakukan tes Pap. Untuk wilayah ASEAN, insidens
kanker serviks di Singapura sebesar 25,0% pada ras Cina; 17,8% pada ras
Melayu; dan di Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Di Indonesia
diperkirakan ditemukan 40.000 kasus baru kanker serviks setiap tahunnya.
(Rsup et al., 2015)
B. SARAN
Penulis berharap masyarakat khususnya wanita usia subur dapat
meningkatkan perilaku pencegahan kanker serviks dengan mencari
berbagai macam informasi dan melakukan pencegahan secara terus-
menerus. Masyarakat yang telah melakukan pencegahan kanker serviks
disarankan untuk memberikan dukungan pada wanita disekelilingnya
untuk melakukan perilaku pencegahan kanker serviks

26
DAFTAR PUSTAKA
Calizza, E., Costantini, M. L. and Rossi, L. (2015) ‘Effect of multiple
disturbances on food web vulnerability to biodiversity loss in detritus-based
systems’, Ecosphere, 6(7), pp. 169–174. doi: 10.1890/ES14-00489.1.

Gustiana, D., Yulia Irvani, D. and Sofiana, Nurchayati (2014) ‘Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur’,
Jom Psik, Vol 1, Nom, pp. 1–8. doi: 10.1126/science.323.5912.339a.

Gustiana, D., Yulia Irvani, D. and Sofiana, Nurchayati (2014) ‘Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur’,
Jom Psik, Vol 1, Nom, pp. 1–8. doi: 10.1126/science.323.5912.339a.

Nurarif H, A. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Medication.

Padila (2015) Asuhan Keperawatan Maternitas II. 1st edn. Edited by @Bay.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahayu, S. D. (2015) Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks. 1st edn. Edited by
Aklia S. Jakarta: Salemba Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai