Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator derajat kesehatan

dan kesejahteraan suatu negara. Di Indonesia, menjadi prioritas bidang

kesehatan karena masih tingginya angka kematian ibu (profil kesehatan

Indonesia, 2012).

World healt organization (WHO) pada tahun 2010, memperkirakan

angaka kematian ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran hidup. Tahun

2008 sekitar 16 juta perempuan berusia 15-16 tahun melahirkan setiap

tahunnya atau bisa dikatakan 11% dari semua kelahiran diseluruh dunia.

(Saroso, 2009)

Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 AKI di Indonesia mencapai 359 meninggal per 100.000 ibu

melahirkan. Masih tingginya angka kematian ibu melahirkan itu sangat

memperihatinkan karena fakta itu tertinggi dikawasan Asia Tenggara

(ASEAN). Singapura mencatat paling rendah angka kematian ibu

hamil/melahirkan, hanya tiga ibu meninggal per 100.000 ibu melahirkan.

Kemudian disusul Malaysia (lima ibu meninggal/100.000 ibu melahirkan),

Thailand (8-10/100.000), Vietnam (50/100.000), sekitar 20 persen dari ibu

melahirkan perlu penanganan khusus karena mengalami perdarahan,

sehingga dibutuhkan kerja keras untuk mewujudkan tercapainya target

AKI yang ditetapkan dalam Millenium Devolopment (MDGs) yaitu

1
2

sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup untuk tahun 2015 (DepKes RI,

2011).

Penyebab kematian ibu yaitu perdarahan, pre eklamsi, eklamsi,

atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama,

komplikasi aborsi dan infeksi. Perdarahan yang biasanya tidak

diperkirakan dan terjadi secara mendadak, sebagian besar kasus

perdarahan terjadi karena retensio placenta dan atonia uteri. Hal ini

mengindikasi kurang baiknya menajement emergency obstetric dan

perawatan neonatal yang tepat waktu. Eklamsia merupakan penyebab

utama kematian ibu, yaitu 13% kematian ibu di Indonesia, rata-rata dunia

12%. Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin

akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah

kematian ibu di indonesia. Kematian ini dapat dicegah jika perempuan

mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi serta

perawatan komplikasi aborsi (Yunita, 2011).

Balai Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 mengungkapkan jumlah

kematian ibu sebanyak 40 kasus sesuai dengan pelaporan baru dinas

kesehatan kabupaten/kota, sehingga angka kematian ibu tahun 2012 di

DIY mencapai 87,3/100.000 kelahiran hidup (profil kesehatan

D.I.Yogyakarta, 2012).

Batas usia reproduksi sehat dikenal dengan aman usia untuk hamil

dan bersalin adalah usia 20-35 tahun. Usia ini merupakan usia yang ideal

untuk hamil dan bersalin. Direntang usia ini kondisi fisik wanita dalam
3

keadaan prima. Rahim sudah mampu memberikan perlindungan atau

kondisi yang maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mentalpun siap

sehingga berdampak pada perilaku merawat dan menjaga kehamilannya

secara hati-hati sehingga komplikasi dalam kehamilan dan persalinan

dapat dihindari (Nia, 2006).

Usia reproduksi tidak sehat adalah usia dibawah 20 tahun dan usia

diatas 35 tahun. Proses kahamilan yang terlalu muda dan terlalu tua akan

menimbulkan masalah, baik pada bayinya maupun orang tuanya. Seorang

calon ibu yang berusia dibawah 20 tahun akan memberi pengaruh yang

kurang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya, baik pada

saat konsepsi maupun selama proses kahamilan dan persalinan. Keadaan

ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga

dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan

janin, serta menambah komplikasi baik saat hamil maupu bersalin.

Komplikasi dapat terjadi diantaranya keguguran, persalinan dengan

BBLR, pre eklamsi, eklamsi, dan persalinan lama serta perdarahan

(Manuaba, 2008)

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam melakukan

deteksi dini ibu hamil beresiko yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan

tenaga kesehatan yaitu program perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi (P4K) dengan stiker dan meningkatkan akses jangkauan

pelayanan kesehatan, mengantisipasi keterlambatan penanganan dan

meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Program ini


4

direncanakan oleh mentri kesehatan pada tahun 2007 yang merupakan

salah satu komponen pelaksanaan desa/kelurahan siaga yang tertera dalam

rencana strategis kementrian kesehatan tahun 2010 dalam kepmenkes

HK.03.01/160/2010. Selain itu juga upaya penurunan kematian ibu yang

dilakukan oleh pemerinta yaitu dengan penempatan bidan di desa,

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan buku kesehatan ibu dan

anak (KIA) serta penyediaan fasilitas kesehatan pelayanan obstetry

neonatal emergency dasar (PONED) dipuskesmas perawatan dan pelayan

obstetry neonatal emergency koperatif (PONEK) di rumh sakit (DepKes,

2011).

Asuhan persalinan pada ibu primigravida muda dengan persalinan

normal dapat diketahui bahwa asuhan bersih dan aman selama persalinan

dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama

perdarahan paska persalinan, hipotermia asfiksia bayi baru lahir, sehingga

mengurangi kematian ibu yang bertujuan menjaga kelansungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi bayi dan ibunya melalui

upaya keamanan dan pelayanan yang berkualitas dapat terjaga pada tingkat

yang dinginkan (optimal) sehingga setiap tenaga kesehatan

menerapkannya (revisi APN, 2011)

Kemuliaan dan kesempurnaan menjadi seorang perempuan adalah

ketika mempunyai keturunan atas pernikanan dengan suaminya.

Melahirkan adalah sebuah pengorbanan yang sangat mulia dimata Allah

SWT dengan bertaruh nyawa, berikut ini merupakan ayat Al-Quran yang
5

berkaitan dengan perjuangan dalam proses kehamilan dan persalinan surat

Al-ahqaf ayat 36;15 :

‫ص ْينَا‬
َّ ‫سانَ َو َو‬ ِ ْ ‫سانًا بِ َوا ِلدَ ْي ِه‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ْ‫ضعَتْه ك ْر ًها أ ُّمه َح َملَتْه ۖ إِح‬
َ ‫َو َح ْمله ۖ ك ْر ًها َو َو‬

َ ۖ ‫سنَةً أ َ ْربَعِينَ َوبَلَ َغ أَشدَّه بَلَ َغ ِإذَا َحتَّى‬


َ ِ‫ش ْه ًرا ث َ ََلثونَ َوف‬
‫صاله‬ ِ ‫أ َ ْو ِز ْعنِي َر‬
َ ‫ب قَا َل‬

‫ي أ َ ْنعَ ْمتَ الَّتِي نِ ْع َمتَكَ أ َ ْشك َر أ َ ْن‬


َّ َ‫عل‬
َ ‫علَى‬ َّ َ‫صا ِل ًحا أ َ ْع َم َل َوأ َ ْن َوا ِلد‬
َ ‫ي َو‬ َ ‫ضاه‬
َ ‫ت َْر‬

ْ َ ‫ْالم ْس ِل ِمينَ ِمنَ َوإِنِي إِلَيْكَ تبْت إِنِي ۖ ذ ِريَّتِي فِي ِلي َوأ‬
ْ‫صلِح‬

Artinya : kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada


dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah
dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah 30 bulan .......(QS. Al-Ahqaf/36:15)

Dalam Al-Quran pun sudah dijelaskan tentang rasa kurang nyaman

dalam persakinan yaitu dalam surat maryam ayat 23 :

ْ َ‫)نَ ْسيًا َم ْن ِسيًّا ك ْنتفَأ َ َجا َءهَا ْال َمخَاض إِلَى ِج ْذعِ النَّ ْخلَ ِة قَال‬٢٣
ُّ ‫ت يَا لَ ْيتَنِي ِم‬
( ‫ت قَ ْب َل‬

‫َهذَا َو‬

Artinya : maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia


(maryam)(bersandar) pada pangkal pohon kurma , dia (maryam)
berkata : "aduhai, alangka baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi
barang yang tidak berarti , lgi dilupakan ".

Dari potongan surat tentang persalinan tersebut diatas dapat tersirat

jelas betapa berat dan sakitnya proses melahirkan, namun walaupun

demikian melahirkan merupan proses siklus kehidupan pada wanita yang


6

sudah menjadi keharusan untuk dijalani. Seorang ibu yang sedang dalam

proses persalinan tidak jauh berbeda dengan orang yang sedang berperang

di jalan Allah SWT, sehingga Allah SWT menjanjikan pahala yang besar

untuk para ibu yang dapat melahirkan dengan ikhlas sebagai bentuk rasa

syukur terhadap Alla SWT yang mana telah memberikan sebuah titipan

yang paling berharga yakni seorang anak ke dunia ini.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui study pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas jetis yogyakarta, yakni

didapatkan sebanyak 21 Ibu bersalin di usia dibawah 20 tahun dalam

kurun waktu satu tahun dari januari 2014 sampai desember 2014 dari

keseluruhan jumlah persalinan sebanyak 276 Ibu bersalin. Adapun jumlah

pasien persalinan dengan ibu kurang dari 20 tahun yang tidakS komplikasi

selama satu tahun terakhir ini yakni sebanyak 16 orang, sedangkan jumlah

sisahnya mengalami komplikasi. Dengan demikian perbandingan jumlah

ibu bersalin usia dibawah 20 tahun yang tidak mengalami kompliksi ada 3

sedangkan yang mengalami komplikasi sebanyak 1 orang (PKM Jetis)

B. Rumusan maslah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan masalahnya adalah "Bagaimana pelaksanaan asuhan

kebidanan pada ibu bersalin dengan primigravida muda di Puskesmas Jetis

Yogyakarta "

C. Tujuan
7

1. Tujuan umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam melakukan asuhan kebidanan

secara komprehensif terhadap ibu bersalin dengan primigravida muda

di Puskesmas Jetis Yogyakarta

2. Tujuan khusus.

a. Mampu melakukan pengumpulan data subjektif pada ibu

primigravida muda

b. Mampu melakukan pemeriksaan head to toe (data objektif) pada

ibu primigravida muda

c. Mampu melakukan analisa data persalinan pada ibu primi gravida

muda

d. Diketahuinya penatalaksanaan persalinan pada ibu primi gravida

muda

e. Mampu membahas faktor penyebab persalinan pada ibu primi

gravida muda

D. Manfaat

1. Bagi Institusi

Sebagai tambahan bacaan di perpustakaan bagi mahsiswi kebidanan

Stikes Aisyiyah Yogyakarta untuk refrensi penelitian selanjutnya.

2. Bagi bidan dipuskesmas

Sebagai bahan masukan dalam melaksanakan asuhan kebidanan

pada ibu bersalin dengan primigravida muda untuk lebih meningkatkan

mutu pelayanan di Puskesmas Jetis Yogyakarta. Bidan dapat


8

memberikan gambaran dan masukan dalam memberikan penanganan

pada ibu bersalin dengan primigravida muda dan dapat mengurangi

kesakitan dan angka kematian ibu.

3. Bagi Masiswa Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta

Menambah wacana bagi masiswa kebidanan di perpustakaan dan

informasi ilmiah mengenai asuhan persalinan dengan primigravida

muda.

4. Bagi pengguna

Sebagai bahan tambahan refrensi untuk penelitian tentang asuhan

persalinan normal.

E. Ruang lingkup

1. Ruang lingkup materi

Ruang lingkup materi tentang asuhan ibu bersalin dengan

primigravida muda atau usia yang belum memiliki reproduksi matang.

2. Ruang lingkup waktu

Ruang lingkup waktu merupakan waktu penelitian, yaitu mulai

menyusun proposal sampai laporan hasil (Sulistyaningsih, 2011).

Rencana penulisan karya tulis ilmiah ini akan dilaksanakan mulai dari

pembagian tema karya tulis ilmiah, pengajuan judul, study

pendahuluan, seminar proposal, ujian hasil, pemberkasan dengan PDF

yang akan dilakukan mulai bulan januari 2015 hinggah mei 2016.

3. Ruang lingkup tempat

Merupakan tempat penelitian dilakukan dan diberi penjelasan


9

ilmiah alasan mengapa diteliti di tempat tersebut (Sulistyaningsih,

2011).tempat yang akan digunakan sebagai tempat penelitian adalah di

puskesmas jetis yogyakarta khususnya ruang bersalin, dikarenakan

setelah dilakukan studi pendahuluan didapatkan puskesmas jetis

tempat persalinan ibu primigravida muda dengan komplikasi terbanyak

yaitu sebanyak 1 orang dibandingkan dengan puskesmas rawat inap

lain.

F. Keaslian penelitian

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh :

1. Ambriani (2013) meneliti tentang “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

Dengan Induksi Persalinan Atas Indikasi Kala Satu Lama”.

Menggunakan metode dekskriptif. Lokasi study kasus dilakukan di

ruang bersalin RSUD Penembahan senopati Bantul. Subjek study

kasus adalah Ny. N umur 19 tahun dengan induksi pada persalinan atas

indikasi kala satu lama. Teknik pengumpulan data menggunakan data

primer dan data sekunder. Setelah dilakukan asuhan pemberian infus

drip oksitosin 2,5 unit dimulai dengan 10 tetes per menit dalam 30

menit pertama dengan hasil ibu mengalami kelelahan dan partus lama

2. Arninda (2014) meneliti tentang “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

Dengan Partus Prematurus Dan Ketuban Pecah Dini”. Menggunakan

metode deskriptif. Lokasi studi kasus dilakukan dilakukan di ruang

bersalin RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Subyek studi kasus

adalah Ny. S satu umur 17 tahun dengan partus prematurus dan


10

ketuban pecah dini. Teknik pengumpulan data menggunakan data

primer dan sekunder. Dengan hasil asuhan yang diberikan pada ibu

berhasi tapi ibu mengalami kesemasan dan membuat his berkurang dan

partus lama.

3. Mutiara (2014) meneliti tentang “asuhan kebidanan pada ibu bersalin

dengan persalinan usia kurang dari 20 tahun”. Menggunakan metode

dekskriptif. Lokasi studi kasus dilakukan RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta. Subyek studi kasus adalah Ny. N umur 19 tahun dengan

partus prematurus dan ketuban pecah dini. Teknik pengumpulan data

menggunakan data primer dan sekunder. Dengan hasil didapatkan

bahwa ibu bersalin dibawah usiah 20 tahun dapat mengalami

komplikasi persalinan.

Perbedaan pada penlitian ini adalah judul yang diambil yaitu asuhan

kebidanan pada ibu bersalin primigravidarum muda di ruang bersalin

Puskesmas Jetis Yogyakarta, selain itu adanya perbedaan judul, tempat,

serta pada penelitian kasus yang diambil adalah penalatalaksaan persalinan

pada primigravida muda dan kesamaan dengan penelitian ini adalah jenis

penelitian yaitu deskriptif dan subjek penelitian yaitu ibu bersalin umur

dibawah 20 tahun .
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Primigravida muda

1. Pengertian

Primigravida muda adalah seorang wanita yang hamil untuk

pertama kali hamil sedangkan umurnya dibawah 20 tahun disebut

primigravida muda (Wiknjosostro, 2006)

2. Penyebab

Terdapat beberapa faktor yang di sampaikan mencher (2012)

mempengaruhi kehamilan usia muda yang mengharuskan wanita

tersebut mengalami proses persalinan di usia muda, antara lain

karena :

a. Faktor ekonomi

Mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan

kemampuan seorang atau sekelompok orang atau wilayah

sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau

sekelompok orang, dimana suatu titik waktu secara nyata


12

mereka tidak mampu mencpai kehidupn yang layak. sehingga

dapat kita katakana bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi di keluarga.

Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk

menika di usia yang tergolinf muda untuk meringankan beban

orang tuanya, dengan si anak menika sehingga bukan lagi

menjadi tanggungan orang tuanya (terutama untuk anak

perempuan), belum lagi suami anaknya akan bekerja atau

membantu perekonomian keluarga maka anak wanitanya

dinikahkan dengan orang dianggap mampu.

b. Faktor Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktifitas

social ekonomi yang turun menurun tampa kreasi dan inovasi.

Akibat selanjutnya produktivitas kerjapun sangat rendah

sehingga tidak ampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara

memadai. Karena terkadang anak perempuan memutuskan

untuk menikah diusia yang tergolong muda. Pendidikan dapat

mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia untuk

menikah. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan

sekolah, maka secara teoritis makin tinggi pula usia kawin

pertamanya. Seorang wanita yang tamat sekolah lanjutan tingkat

pertama berarti sekurang-kurangnya ia menikah pada usia 16

tahun ke atas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti


13

sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selajutnya bila setelah

mengikuti pendidikan diperguruan tingggi berarti sekurang-

kurangnya berusia diatas 22 tahun.

c. Faktor keluarga / orang tua

Biasanya keluarga bahkan orang tua menyuruh anaknya untuk

menikah secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk

melangsungkan pernikahan, kerena keluarga dan orang tua

khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan

karena anak prempuannya berpacaran dengan laki-laki yang

sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini

merupakan yang sangat biasa atau turun-menurun. Sebuah

keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang

sebelum anak gadisnya menikah.

d. Faktor kemauan sendiri

Hal ini disebabkan karena keduanya sudah saling mencintai dan

adanya pengetahuan anak yang diproleh dari film atau media-

media lain, sehingga bagi mereka yang telah mempunyai

pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan

diusia muda.

e. Faktor media massa

Media cetak maupun elektronik merupan media massa yang

paling banyak digunakan oleh masyarakat kota maupun desa.

Oleh karena itu, media massa sering digunakan sebagai alat


14

menstransformasikan informasi dari dua arah, yaitu dari media

massa kearah masyarakat atau menstransformasikan di antara

masyarakat itu sendiri. Cepatnya arus informasi dan semakin

majunya teknologi sekarang ini dikenal dengan era globalisasi

memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi

seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama

lain, disatu sisi berdampak positif disisi lain berdampak negatif.

Dampak positifnya munculnya imajinasi dan kreatifitas yang

tinggi. Semantara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh

budaya asing seperti pergaulan bebas dan pornografi. Masuknya

pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas

dan seks bebas.

Menurut rohmawatri (2008) paparan media massa, baik cetak

(Koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektrnik (TV,

VCD, internet), mempunyai pengaruh secara lansung maupun

tidak lansung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual

pranikah.

3. Resiko kesehatan pada primigravida muda

Resiko yang dialami ibu bersalin primigravida muda, karena organ

tubuh dan kejiwaan yang belum siap dan matang untuk melahirkan,

resiko tersebut antara lain :

a. Pre eklamsi dan eklamsi


15

Resiko ini menyebabkan kejang-kejang selama persalinan, oleh

karena kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum matang

untuk bersalin. Faktor-faktor penyebab pre eklamsi dan eklamsi

adalah mereka yang berusia di atas 35 tahun dan dibawah 20

tahun, obesitas, kehamilan ganda, dan wanita hamil dengan

riwayat penyakit seperti tekanan dara tinggi kronis, diabetes,

atau lupus (Manuaba, 2010).

b. Persalinan lama

Persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida

disebabkan karena faktor resiko psikologis yang mengakibatkan

his menjadi kurang baik dan pembukaan kurang lancar.

(Prawirohardjo 2010)

c. Perdarahan

Persalinan dapat menyebabkan perdarahan post partum. Adalah

hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah kala tiga persalinan

selesai (Cunningham, 2006). Perdarahan tersebut diantaranya

karena atonia uteri dimana uterus tidak berkontraksi dan lembek

(Prawirohardjo, 2010)

d. Persalinan dengan BBLR

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat

lahir kurang dari 2500 gram tampa memandang masa gestasi.

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam

setelah lahir (prawirihardjo, 2006). Salah satu faktor yang


16

menyebabkan BBLR (Winkjosastro 2006 ) umur ibu kurang dari

20 tahun atau lebih 35 tahun.

4. psikologi pada primigravida muda

kehamilan dan persalinan pada usia muda atau wanita yang usia

kurang dari 20 tahun akan mengalami keresahan dan karena

mentalnya belum siap untuk menerima perubahan-perubahan dan

keluhan-keluhan yang biasa yang biasa menyertai kehamilan,

persalinan dan masa nifas

setiap ibu yang akan memasuki massa persalinan akan muncul

perasaan takut, khawatir, ataupun cemas terutama pada primipara

(yuliatun, 2008). Ketakutan sering dirasakan oleh ibu yang akan

melahirkan, disebabkan ketakutan atas kondisi janinya dan

ketakutan akan rasa sakit. Rasa cemas dan takut menyebabkan rasa

nyeri dan membuat rahim semakin keras kontraksinya. Kecemasan

dan ketakutan memacu keluarnya adrenalin dan menyebabkan

serviks kaku dan membuat proses persalinan lebih lambat (Aprilia,

2009)

kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu. Meskipun

persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun didalam

menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian

perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya

kontraksi , dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta plasenta

yang diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi (Saifuddin,
17

2010).

Beberapa determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin, antara

lain :

a. cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan

b. keadaan fisik ibu

c. riwayat pemeriksaan kehamilan

d. kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan

e. dukungan dari lingkungan social.

Kehadiran suami memberi dukungan kepada istri membantu proses

persalinan karena membuat istri lebih tenang. Faktor psikis dalam

menghadapi persalinan meruppakan faktor yang sangat

mempengaruhi lancar tidaknya proses persalinan (Mubiskin, 2007).

B. Konsep Persalinan

1. Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin, dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan

lahir dan melalui jalan lain, dengan bantuan atau tampa bantuan.

(Manuaba, 2008)

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks,

lahirnya bayi dan pelacenta dari rahim ibu. (Dep.Kes RI.2004)

Persalinan normal yaitu proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan


18

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam,

tampa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saefuddin,

2010).

Proses persalinan terdiri dari emapat kala yaitu :

a. Kala I / kala pembukaan : yang dimulai dari pembukaan

serviks sampai pembukaan lengkap (10 cm )

b. Kala II / kala pengeluaran : dimulai dari pembukaan

lengkap sampai lahirnya bayi .

c. Kala III / kala uri : dimulai dari lahirnya bayi sampai

lahirnya placenta

d. Kala IV / kala pengawasan : masa dua jam setelah placenta

lahir

2. Jenis – jenis persalinan

a. Menurut cara persalinan

1) Partus biasa (normal) : disebut juga dengan spontan

adalah proses lahirnya bayi pervagina dengan tenaga

ibu sendiri, tampa bantuan alat-alat serta tidak melukai

ibu dan bayi yang umumnya berlansung kurang dari 24

jam.
19

2) Luar biasa (Abnormal) : ialah partus persalinan

pervagina dengan bantuan alat-alat atau melalui

dinding perut dengan operasi caesarea

b. Menurut tua atau umur kehamilan

1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan

sebelum janin dapat hidup (viable), berat janin dibawah

1000 gram, tua kehamilan dibawah 28 minggu.

2) Partus Prematorus adalah persalinan dengan hasil

konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu, janin dapat

hidup tetapi premature, berat janin diatas 1000-2500

gram.

3) Partus maturus atau Aterm (cukup bulan) adalah partus

pada kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat

badan diatas 2500 gram.

4) Partus Postmaturus (serotinus) adalah persalian yang

terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang di

taksir, janin disebut postmatur.

5) Partus Presipatorus adalah partus yang berlansung

cepat, mungkin dikamar mandi, dibecak, dsb.

6) Partus Percobaan adalah suatu penilaian kemajuan

persalinan untuk memperoleh buktin tentang ada atau

tidaknya disporposi sefalopelfik (Mochtar, 2005)

3. Faktor –faktor penyebab persalinan


20

a. Kekuatan yang mndorong janin keluar

1) His (kontraksi )

2) Kontraksi otot-otot dinding perut

3) Kontraksi diagfragma

4) Ligamentius action terutama ligament rotundum.

b. Faktor janin

c. Faktor jalan lahir

4. Sebab –sebab yang menimbulkan persalinan

a. Teori penurunan hormon, 1-2 minggu sebelum partus mulai

terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron.

Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim.

Akan menyebabkan kekejangan pembulu darah sehingga

timbul his bila kadar progesteron turun.

b. Teori placenta menjadi tua akan menyebabkan turunya kadar

estrogen dan progesteron yang disebabkan kekejangan

pembulu darah hal ini akan menyebabkan kontraksi rahim.

c. Teori Distensi Rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang

menyebabkan ischemia otot-otot rahim, sehimgga

mengganggu sirkulasi uteroplasenter.

d. Teori iritasi mekanik, debelakang serviks terletak ganglion

servikalis (pleksusu frankenhauser), bila ganglion ini digeser

dan ditekan misalnya oleh kepala janin, akan menimbulkan

kontraksi uterus.
21

e. Induksi partus (induction of labour ), partus dapat ditimbulkan

dengan jalan :

1) Ganggan laminaria : beberapa laminaria dimasukan

dalam kanalis servikalis dengan tujuan meransang

fleksus frankenhauser.

2) Amniotomin : pecahan ketuban.

3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan

perinfus (mochtar, 1998)

5. Tanda dan gejala persalinan

a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan

teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar, pembukaan telah

ada.

6. Fisiologi persalinan

a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.

Pada multipara tidak begitu kentara.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri lebih turun.

c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian bawah janin.


22

d. Perasaan sakit dipinggang dan diperut oleh adanya kontraksi-

kontaksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “fase

labour pains”

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya

bertambah sehingga bercampur darah. (mochtar,1998)

7. Mekanisme persalinan

Tahap-tahap mekanisme persalinan menurut manuaba (2008), antara

lain :

a. Kepala terfiksasi pada PAP

b. Kepala turun

Kepala janin berada disimpisis

c. Fleksi

Dagu bawah lebih dekat kearah dada janin dan diameter sub

occipito bregmatika (9,5) menggantikan diameter occipito

frontal (11cm).

d. Putaran paksi dalam / rotasi dalam

Merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala

bentuk jalan lahir khususnya untuk bidang tengah dan pintu

bawah panggul selalu bersamaan dengan masuknya kepala dan

tidak terjadi kepala ke hodge III kadang-kadang sampai setelah

kepala sampai dasar panggul.

e. Ekstensi

Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai dasar


23

panggul terjadilah moulage kepala janin, ekstensi, ubun-ubun

kecil dibawah simpisis.

f. Ekspulsi

Setela kepala ekstensi, terjadilah ekspulsi kelahiran kepala

berturut-turut mulai dari ubun-ubun besar, dahi, muka dan

dagu.

g. Restituisi / putaran paksi luar

Setelah kepala lahir maka kepala akan kembali kearah

punggung janin untuk menghilangkan torsi pada leher yang

terjadi karena putaran paksi dalam dan lahirlah bahu depan,

bahi belakang dan badan bayi.

8. Penatalaksanaan

a. Kala I :

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks sehingga mencapai pembukaan lengkap

(10cm ). (manuaba 1998)

Kala I dibagi menjadi 2 face yaitu :

1) Face laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks kurang lebih 4 cm.

biasa berlansung hingga dibawah 8 jam.

2) Face aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya


24

meningkat (kontraksi dianggap adekuat atau memadai )

jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan

berlansung selama 40 detik atau lebih. Serviks

membuka 4cm-10cm. biasanya dengan kecepatan 1cm

atau lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10cm),

terjadi penurunan bagian terbawah janin.

b. Kala II :

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10cm ) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Berdasarkan 58 langkah APN sebagai berikut :

1) Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala

II (ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran, ibu

merasakan tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva

dan sfingter ani membuka ).

2) memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-

obatan esensial untuk menolong persalinan dan

menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

Untuk asfiksia -> tempat datar dan keras, 2 kain dan 1

handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan

jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar kain di atas

perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi,


25

Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril

sekali pakai di dalam partus set

3) Pakai celemek plastik.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang

dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih

mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisue atau

handuk pribadi yang bersih dan kering.

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6) masukkan oksitosin kedalam tabung suntik gunakan

tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (

pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya

dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan

menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT,

Jika introitus vagina, perineum atau anus

terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari

arah depan ke belakang, Buang kapas atau kasa

pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang

tersedia, Ganti sarung tangan jika terkontaminasi

(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan

klorin 0,5%)
26

8) melakukan periksa dalam untuk memastikan

pembukaan lengkap, (bila selaput ketuban belum pecah

dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan

amniotomi )

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung

tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian

lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua

tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10) Periksa denyut jantung janin ( DJJ ) setelah kontraksi/

saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ

dalam batas normal (120-160x/ menit). Mengambil

tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal,

Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan

lainnya pada partograf

11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan

posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin

(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan


27

dokumentasikan semua temuan yang ada. Jelaskan

pada anggota keluarga tentang bagaimana peran

mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada

ibu untuk meneran secara benar

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.

(Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang

kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi

lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa

ada dorongan kuat untuk meneran, Bimbing ibu agar

dapat meneran secara benar dan efektif, Dukung dan

beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara

meneran apabila caranya tidak sesuai, Bantu ibu

mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam

waktu yang lama), Anjurkan ibu untuk beristirahat di

antara kontraksi, Anjurkan keluarga memberi

dukungan dan semangat utnuk ibu, Berika cukup

asupan cairan per oral (minum), Menilai DJJ setiap

kontraksi uterus selesai, Segera rujuk jika bayi belum

atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam)

meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam) meneran

(multigravida)
28

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada

dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva

dengan diameter 5 – 6 cm.

16) Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah

bokong ibu

17) Buka tutup partus set dan memperhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan

18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu

tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.

Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas

cepat dan dangkal

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan

ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan

segera lanjutkan proses kelahiran bayi., (Jika tali pusat

melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas

kepala bayii, Jika tali pusat melilit leher secara kut,


29

klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua

klem tersebut).

21) Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran

paksi luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang

secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk

meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala

kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul

dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas

dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah

perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan

siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk

menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah

atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.

Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara

kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu

jari dan jari-jarinya)

25) Lakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangi kuat dan atau bernapas tanpa

kesulitan?,
30

b. Apakah bayi bergerak aktif ? Jika bayi tidak

menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan

langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada

asfiksia bayi baru lahir)

26) Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan

handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut

ibu.

c. Kala III :

Kala III persalinan dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya

placenta.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada

lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar

uterus berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan

oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas

bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin).

30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat

dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.


31

Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit

kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat. Dengan satu

tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat

diantara 2 klem tersebut, Ikat tali pusat dengan benang

DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan

kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan

simpul kunci pada sisi lainnya, Lepaskan klem dan

memasukkan dalam wadah yang telah disediakan.

32) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu

bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu.

Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang

topi di kepala bayi.

34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10

cm dari vulva

35) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi

atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain

menegangkan tali pusat.


32

36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat

dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan

uterus dengan hati-hati kearah dorsokrainal. Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur di atas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami

atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi

puting susu.

37) Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial

hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil

penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai

dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir

(tetap lakukan tekanan dorso-kranial), Jika tali pusat

bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-

10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta, Jika plasenta

tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat

beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM, lakukan

kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh,

3.minta keluarga untuk menyiapkan rujukan, ulangi

penegangan tali pusat 15 menit berikutnya, jika

plasenta tida lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir


33

atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan palsenta

manual.

38) Saat palsenta muncul di introitus vagina, lahirkan

plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian

lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

disediakan, jika selaput ketuban robek, pakai sarung

tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa

selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem

DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput

yang tertinggal.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di

fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar

dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus

teraba keras), Lakukan tindakan yang diperlukan jika

uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase

40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu, maupun

bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau

tempat khusus.

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi


34

menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang

menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan

penjahitan.

42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak

terjadi perdarahan pervaginam.

d. Kala IV :

43) Kala IV persalinan dimulai dari lahirnya placenta

sampai 2 jam setela lahir. Biarkan bayi tetap

melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan berhasil

melakukan inisiasi menyusu dini dlam waktu 30-60

menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar

10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara,

Biarkan bayi berada di dada ibu selam 1 jam walaupun

bayi sudah berhasil menyusu.

44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran

bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin

K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan

suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan

anterolateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu

agar sewaktu-waktu bisa disusukan, Letakkan kembali

bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di


35

dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi

berhasil menyusu.

46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam. 2-3 kali dalam 15 menit

pertama pasca persalinan, Setiap 15 menit pada 1 jam

pertama pasca persalinan, Setiap 20-30 menit pada jam

kedua pasca persalinan, Jika uterus tidak berkontraksi

dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai dengan

menatalaksana atonia uteri

47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus

dan menilai kontraksi.

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan

dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam

selama 2 jam pertama pasca persalinan, Melakukan

tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

50) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik (40-60x) serta suhu tubuh normal

( 36,50C-37,50C).
36

51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan

bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat

sampah yang sesuai.

53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.

Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.

Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan

kering.

54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan

ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman

dan makanan yang diinginkannya.

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin

0,5%.

56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit

57) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),

periksa tanda vital dan asuhan kala IV

9. Persiapan alat
37

a. Patus set steril /DTT (bak instrumen, 2 buah klem koher, gunting

tali pusat, gunting episiotomi, kateter nelaton, kassa, sarung tangan

2 pasang, kapas basah DTT, kom kecil berisi betadin, pengikat tali

pusat, duk steril)

b. Resusitasi set (penghisap lendir bayi, sungkup/balon resusitasi,

duk/kain untuk alas resusitasi dan untuk bungkus bayi, lampu

sorot, bengkok

c. Handuk, duk

d. Duk sedang steril/DTT

e. Handuk 2 buah

f. Obat uterotonika (oxytosin, ergometrin) dan spuit 3cc

g. APD (celemek, sepatu, masker kacamata, dan topi)

h. Perlengkapan cuci tangan (air mengalir, sabun, handuk bersh dan

kering)

i. Set infus (kateter vena ukuran 16 atau 18, set infus, cairan infus)

j. Betadi

k. Larutan klorin 0,5% dalam tempatnya

l. Perlengkapan bayi ( vit. K, salep mata, baju bayi, topi, popok kain,

dan bedong)

m. Perlengkpan ibu (baju ibu, celana dalam, pembalut dan kain

bersih)

n. Persiapan ruang (ruangan nyaman dan bersih dan menjaga

pribvasih, tempat sampa infeksius dan non infeksius)


38

C. Pandangan Islam Tentang Persalinan

Setiap wanita yang hendak melahirkan mengalami cobaan yang

begitu berat apalagi ketika mengalami kesulitan ketika melahirkan

sebagaimana dalam ayat Al-Quran surah Luqman ayat 14 Allah

mengabadikan perjuangan ibu selama kehamilan dan persalinannya.

Artinya : Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik)


kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
usiah dua tahun, bersyukurlah kepdaku dan kepada kedua orang
tuamu. Hanya kepda aku kembalimu. (QS. Luqman: 14)

Sementara ayat yang menceritakan tentang rasa sakit dalam

persalina seperti firman Allah dalam Al-Quran surah Maryam ayat 22-

23 yang menjelaskan tentang proses kelahiran Nabi Isa as.

Artinya : maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri


dengan kandungannya itu ketempat yang jauh. Kemudian rasa sakit
akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma,
dia (Maryam), “wahai betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku
menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan. (QS. Maryam:
22-23)
39

Dalam ayat tersebut, menunjukan bahwa Maryam mengandung dan

melahirkan Nabi Isa sebagaimana seorang ibu biasa mengandung dan

melahirkan anaknya. Allah menunjukan kebesaran-Nya dengan proses

kehamilan dan persalinan Maryam yang mengandung tanpa adanya

pembuahan dan betapa sakitnnya proses persalinan.

D. Teori Manajemen Asuhan Kebidan

1. Manajemen varney

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemu-penemu, keterampilan

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan

keputusan yang berfokus pada klien (Varney,2007).

Proses manajeman terdiri dari tujuh langkah yang berurutan

dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan

evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangkan

lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap

langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih

rinci bisa sesuai dengan kebutuhan pasien (Varney, 2007) ketujuh

langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Pengkajian

Data yang dikumpulkan meliputi data obyektif (Varney, 2007)


40

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah berhubungan dengan masalah dari sudut

pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau

ringkasan yang berhubungan langsung dengan diagnose

(Mufdlilah, 2009).

1) Identitas

untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga

sesuai dengan saran. Menurut Nursalam (2009) identitas

meliputi :

Nama, umur, agama, suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan,

alamat.

2) Alasan datang / kunjungan

Alasan yang menyebabkan klien berobat (Winkjosastro,

2010). Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang

dirasakan saat pemeriksaan ( Varney, 2007). Keluhan pada

ibur bersalin adalah, adanya kontraksi, ketuban pecah, kdan

keluar lender darah.

3) Riwayat menstruasi

Menarche, siklus, lama menstruasi, banyaknya darah

menstruasi, teratur atau tidak, keluhan yang dirasakan pada

saat menstruasi. Hal ini dinyatakan dengan maksud untuk

mempermudah gambaran mengenai faktor alat kontrasepsi.


41

4) Riwayat Pernikahan

Lama menikah, tahun menikah, umur menikah antara lain

ibu dan suami, dan status pernikahan.

5) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi yang pernah

digunakan ibu yang mungkin berpengaruh terhadap

penyakitnya.

6) Riwayat kesehatan

Dalam kajian riwayat kesehatan apakah ibu mempunyai

riwayat penyakit yang menular seperti (Hepatitis,

HIV/AIDS, TBC), menahun seperti (Jantung, Asma) dan

menurun seperti ( Hipertensi, Diabetes Melitus, Asma).

7) Pola memenuhan kebutuhan sehari-hari

Menurut Nursalm (2009) pola pemenuhan kebutuhan sehari-

hari meliputi : Untuk mengetahui pola nutrisi, eliminasi,

istirahat, seksualitas dan personal hygene apakah ada yang

mempengaruhi ibu dengan kepututihan.

8) Riwayat yang mengganggu kesehatan

Dikaji apakah ibu mengkonsumsi rokok, minum- minuman

keras alcohol dan jamu-jamuan.

9) Riwayat psikologis

Pasien yang mengalami keputihan akan merasa cemas

dengan kondisi yang dialaminya.


42

b. Data obyektif

Data obyektif adalah pendokumentasian hasil observasi yang

jujur hasil pemeriksaan fisik pasien, pemerikasaan laboratorium

/ pemeriksaan dignosa lain. (Mufdlilah 2009).

Menurut Nursalam (2009) data obyektif meliputi:

1) Status Generalis untuk mengetahui

a) Keadaan umum

b) Kesadaran

c) Tanda vital

d) Antropometri.

2) Status sistematik

Status sistematis adalah pemeriksaan dengan melihat klien

dari ujuang rambut ujung kaki (Nursalam, 2009). Namun

dalam kunjungan ulang tidak dilakukan pemeriksaan fisik

3) Data penunjang

Data penunjang dilakukan untuk mendukung penegakan

diagnosa (Nursalam, 2009). Namun dalam kunjungan ulang

tidak dilakukan pemeriksaan untuk memperoleh data

penunjang.

Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah kedua ini harus mampu mengidentifikasi data yang

didapatmenganilisis, serta merumuskan diagnosa dan masalah yang


43

dihadapi atau tidak yang muncul yang dihadapi pada pasien

perslinan dengan primigravida muda dan merumuskan menjadi

diagnosa kebidanan.

Langkah III : Diagnosa Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi atau diagnosa potensial

berdasarkan diagnosa atau maslah yang diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan. Bidan diharap dapat waspada dan bersiap – siap

mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi bener-bener

terjadi.

Langkah IV : Antisipasi

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Data – data harus senantiasa di kumpulkan dan

dievaluas. Beberapa data munkin mengidentifikasi situasi yang

gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan

keselamatan jiwa klien. Dalam hal ini, bidan harus mampu

mengevaluasikan kondis setiap klien, untuk menentukan kepada

siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam menajemen

kebidanan.

Langkah V : Berencana tindakan

Pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh


44

langkh-langkah sebelumnya, langkah ini merupakan lanjutan dari

masalah atau diagnosa yang telah diidentifukasi sekarang atau yang

telah diantisipasi dan juga mencakup langkah untuk data dasarnya.

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak

yaitu bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena

klien juga melaksanakan rencana tersebut.

Langkah VI : Implementasi

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan

tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanannya, misalnya memastikan langkah-

langkah tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana

bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang

mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen

asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Manajemen yang efesien akan menyangkut waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua

rencana asuhan telah dilaksanakan.

Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan


45

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana

telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar efektik dalam

pelaksanaannya.

2. Metode Pendokumentasian SOAP

Teori pendokumentasian SOAP Mengacu Kepmenkes No

938/SK/VIII/2007. Soap adalah catatan yang bersifat sederhana,

jelas, logis dan tertulis. Metode empat langkah yang dinamakan

SOAP ini di artikan dari proses pemikiran penatalakasanaan

kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam

rekaman medis pasien dengan cara penulisannya adalah sebagai

berikut

a. Subyektif

Berisi data dari pasien melalui anamnesa yang merupakan

ungkapan langsung dari pasien.

b. Obyektif

Data dari hasil pemeriksaaan observasi melalui pemeriksaan

fisik

c. Analisa

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan

yang meliputi diagnose, antisipasi atau masalah potensial serta

perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.

d. Penatalaksanaan
46

Merupakan pelaksanaan dari tindakan yang diberikan termasuk

asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium serta

konseling untuk tindak lanjut.


47

II. Kerangka Teory


48

III. Kerangka Alur Fikir


49

IV. Keterangan

Pada ibu primigravida muda ada beberapa faktor yang mepengaruhi yaitu,

faktor ekonomi, pendidikan keluara/orang tua, kemauan diri sendiri. Dan

media massa. Karena berbagai faktor tersebut menyababkan terjadinya

pernikan dini atau pernukan muda yaitu umur pernikahan pada umur

dibawah 20 tahun yang nantinya juga berpengaruh pada psikologis ibu.

Pada ibu primigravida muda ada tanda-tanda pesalinan dan terjadinya

persalinan, dalam persalinan tersebut ada berbagai faktor yang berperan

mempengaruhi lancarnya persalinan yaitu faktor power (kekuatan), passage

(jalan lahir), passager (janin), dan juga dalam persalinan primigravida

muda terdapat resiko kesehatan seperti pre eklamsi, persalinan lama,

perdarahan, persalinan dengan BBLR. Dengan faktor yang berperan dalam

persalinan dan resiko kesehan maka akan dilakuka asuhan kebidanan pada

ibu primigravida muda.


50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada hakikatnya merupakan suatu strategi untuk

mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai

pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam,

2011). Desain penelitian ini adalah studi kasus yaitu laporan studi kasus

dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang

digunakan dengan tujuan utama untuk menggambarkan atau mendiskripsikan

tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Jetis Yogyakarta pada

November 2014 – Juni 2015. Waktu penelitian merupkan jangka waktu yang

dibutuhkan peneliti untuk memperoleh data dari Karya Tulis Ilmiah yang

telah dilakukan (Sulistyaningsih 2012).

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang akan dilakukan ialah responden dengan sasaran

yang sesuai dengan karakteristik dalam pelaksanaan pengambilan kasus tanpa

ada kriteria umur ataupun riwayat obstetric. Pada Karya Tulis Ilmiah ini

subyeknya adalah Ny… Umur…. Tahun, G..P..A..Ah.. dengan primugravida

muda

D. Jenis Data
51

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data Primer Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

yang memerlukan seperti anamnesa langsung, observasi, dan

pemeriksaan obyektif. Data primer dalam penelitian ini meliputi:

a. Anamnesa

Anamnesa langsung dilakukan dengan menggunakan format

pengkajian SOAP untuk mengetahui keluhan-keluhan yang

dirasakan responden, riwayat kesehatan, maupun kebiasaan sehari-

hari responden yang dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi

pada persalinan.

b. Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan obyektif yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik

untuk mengetahui kondisi fisik ibu pada saat persalinan.

2. Data Sekunder.

Data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui orang-orang yang

melakukan studi kasus dari sumber-sumber yang telah ada. Data

sekunder dalam penelitian ini meliputi

a. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rekam medik dan buku persalinan di Puskesmas jetis Yogyakarta.

b. Studi Kepustakaan
52

Studi kepustakaan merupakan bahan yang sangat penting untuk

menunjang latar belakang teoritis suatu penelitian. Studi kasus ini

di ambil dari buku-buku referensi dari tahun 2005-2014.

E. Alat Dan Metode Pengumpulan Data.

Setelah mendapat izin dari Puskesmas jetis Yogyakarta, maka dilakukan

pengumpulan data pada ibu bersalin primigravida muda

1. Alat Pengumpulan Data

Alat – alat Yang Digunakan Menurut Saifuddin (2006), alat dan bahan

yang dibutuhkan dalam pengambilan data yaitu :

a. Format pengkajian pada ibu bersalin.

b. Buku tulis

c. Alat tulis

d. Alat perekam

2. Persiapan Alat dan bahan dalam observasi.

3. Alat yang dibutuhkan untuk pendokumentasian adalah lembar obsevasi.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung, dari obyek

penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi.

Data primer diperoleh dengan cara :

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

2. Palpasi
53

3. Perkusi

4. Auskultasi

5. Wawancara

6. Pengamatan atau observasi secara langsung

b. Pengumpulan Data Sekunder dengan caran

1. Dokumentasi (Rekam Medik)

2. Kepustakaan

F. Analisis Data

Setelah semua data dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder

peneliti menganalisa data-data tersebut berdasarkan prinsip manajemen

varney dengan menyertakan sumber-sumber dari buku dan jurnal dengan

menarasikan hasil penelitian yang kemudian dilakukan penelitian dengan

menggunkan metode SOAP. Analisa pada karya tulis ilmiah ini yatu Ny ..

Umur.. tahun G..P..A..AH..dalam masa persalinan dengan primigravida muda.

G. Rencana Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui studi kasus pada ibu brsalin

dengan primigravida muda di Puskesmas jetis . Sebelum dilakukan penelitian,

penelitian ini melakukan beberapa tahap diantarnya:

1. Tahapan persiapan

a. Studi pustaka untuk menentukan acuan penelitian

b. Konsultasi dengan pembimbing

c. Melakukan studi pendahuluan

d. Menyusun proposal penelitian


54

e. Mempersentasikan proposal penelitian

f. Meperbaiki proposal penelitian

2. Tahapan pelaksanaan

a. Penelitian mengurus surat ijin penelitian dari sekertaris Daerah

(SEKDA) DIY sampai Dinas perizinan Kota Yogyakarta, kemudian ke

Dinas Kesehatan DIY.

b. Penelitian melakukan pengambilan data dengan (wawancara,

pedoman wawancara). sebelum dilakukan wawancara kepada

responden, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan serta member

surat persetujuan menjadi responden.

c. Peneliti membagikan lembar persetujuan menjadi responden,

kemudian responden mengisi terlebih dahulu lembar persetujuan

tersebut.

d. Melakukan pengumpulan data responden dari data subyektif dan

obyektif serta melakukan pemantuan kerumah responden.

e. Setalah melakukan wawancara dan data sudah terkumpul.

3. Tahapan penyusunan laporan

a. Penyusunan laporan hasil penelitian

b. Konsultasikan penulisan laporan hasil penelitian

c. Seminar hasil penelitian.

d. Revisi atau perbaikkan

e. Penjilidan

f. Pengumpulan hasil penelitian.


55

H. ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari

institusi pendidikan yaitu program studi Kebidanan DIII STIKES ‘Aisyiyah

Yogyakarta dan meminta izin kepada kepala Puskesmas Wirobrajan

Yogyakarta. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan penelitian dengan

memperhatikan masalah etika antara lain sebagai berikut:

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan, artinya dalam penelitian ini tidak

menggunakan tindakan yang dapat menyakiti atau membuat

responden menderita.

b. Bebas dari eksploitasi, artinya data yang diperoleh tidak digunakan

untuk hal-hal yang merugikan responden.

2. Prinsip Menghargai Hak

a. Informed Consent

Sebelum dilakukan penelitian, responden diberi penjelasan tentang

tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan. Apabila

responden bersedia untuk diteliti maka responden harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut dan jika caln

responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh

memaksa dan tetap menghormatinya.

b. Anonymity

Untuk menjaga kerahasiaan Ny.. dalam pengelolahan data

penelitian. Peneliti akan menggunakan nomor atau kode


56

responden.

c. Confidientiality

Informasi yang diberikan oleh Ny.. serta semua data yang

terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti

Anda mungkin juga menyukai