Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial


a. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya (Damaiyanti, 2008)
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Farida, 2012).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin,
1993 dikutip Budi Keliat, 2001)
b. Penyebab
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif.
Menurut Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang
spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan
interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
1. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian,
dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa
tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri
dan dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat

1
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan
sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang
menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ
tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada
yang menderita skizofrenia.
Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan
sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau
dipenjara.

2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang
lain. (Damaiyanti, 2012: 79)
c. Rentang respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.

2
Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan
Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerja sama Ketergantungan Narcisme
Interdependen
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah
yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
lingkungannya yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua
orang.. respon ini meliputi:
1. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
2. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.

3. Mutualisme (bekerja sama)


Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
mampu untuk saling memberi dan menerima.
4. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang
lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya
lingkungannya yang umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua
orang. Respon ini meliputi:
1. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing
dari lingkungannya, merasa takut dan cemas.
2. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain.

3
3. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada
gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan
pada orang lain.
4. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
5. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
6. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus
menerus, sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain
tidak mendukungnya. (Trimelia, 2011: 9)

d. Tanda dan gejala


1. Gejala subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Klien merasa bosan
4) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
5) Klien merasa tidak berguna
2. Gejala objektif
1) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak”
dengan pelan
2) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3) Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4) Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
5) Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan
secara berulang-ulang
6) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
7) Ekspresi wajah tidak berseri
8) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
10) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
(Trimelia, 2011: 15)
e. Akibat

4
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku
menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak
berharga yang bisa dialami pasien dengan latar belakang yang penuh
dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.(Prabowo,
2014: 112)
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien
menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan
kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien
semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah
laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden dalam Dalami,
dkk 2009)
f. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah
regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)
1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1. Perilaku curiga : regresi, represi
2. Perilaku dependen: regresi
3. Perilaku manipulatif: regresi, represi
4. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi
(Prabowo, 2014:113)
g. Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam
kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis
penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)

5
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada
otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian
temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan
kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan
terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya
perubahan faal dan biokimia dalam otak.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi
pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih
dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan
harga diri seseorang.
(Prabowo, 2014: 113)

h. Pohon Masalah

6
Resiko Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi

Effect

Isolasi Sosial: menarik diri

Core Problem

Gangguan Konsep Diri


Harga Diri Rendah

Causa

i. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
(Prabowo, 2014: 114)
j. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri
rendah
Rencana asuhan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien mampu...
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan oranag lain
b. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Membina hubungan saling percaya
2) Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial
3) Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan
orang lain dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan
bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan
mereka

7
4) Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan
5) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap

SP 1 pasien : membina hubungan saling percaya, membantu pasien


mengenal penyebab isolasi sosial membantu pasien
mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan
pasien perkenalan.
SP 2 pasien : mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap
(berkenalan dengan
orang pertama-seorang perawat)
SP 3 pasien : melatih pasien berinteraksi secara bertahap
(berkenalan dengan orang kedua- seorang perawat
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan : setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat
pasien isolasi sosial
b. Tindakan melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien isolasi sosial
2) Menjelaskan tentang masalah masalah isolasi sosial dan
dampaknya pada pasien, penyebab isolasi sosial
3) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
4) Membantu keluarga mepraktekkan cara merawat yang telah
dipelajari mendiskusikan yang dihadapi
5) Menyusun rencana pulang bersama keluarga

SP 1 keluarga : memberikan penyuluhan pada keluarga tentang


masalah isolasi sosial,
penyebab isolasi sosial, dan cara merawat
pasien dengan isolasi sosial
SP 2 keluarga : melatih keluarga mempraktikan cara merawat
pasien dengan masalah
Isolasi sosial lansung dihadapan pasien

8
SP 3 keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL PADA Sdr. A DENGAN


DIAGNOSA MEDIS F.20.0 (SKIZOPRENIA PARANOID) DIRUANG
PURI ANGGREK RSJ MENUR SURABAYA

Pengkajian
Ruang Rawat : Puri Anggrek Tanggal Dirawat : 23 Oktober 2018
1. Identitas Klien
Nama : Sdr. A
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Informan : Pasien dan Rekam Medik
Tanggal Pengkajian : 29 Oktober 2018
No. RM : 056XXX
2. Alasan Masuk
Pasien mengatakan dibawah ke RSJ karena sering dikamar, pada saat
pengkajian pasien berdiam diri dikamar dan tidak mau keluar kamar, pasien
sering mondar mandir senyum-senyum sendiri.
3. Faktor Predisposisi

9
1. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 2008
2. Pasien menjalani pengobatan sebelumnya tetapi tidak berhasil, pasien
minum obat tidak teratur.
3. Tidak ada pengalaman kekerasan
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment
terapi
4. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu:
DS : Pasien hanya diam.
Masalah Keperawatan : Belum bisa dievaluasi.

4. Fisik
1. Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg N : 85x/Menit
S : 36 o C RR : 20x/menit
2. Ukur : TB : 162 cm BB : 55,5 Kg
3. Keluhan fisik : Pemeriksaan fisik dalam batas normal

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.


5. Psikososial
1. Genogram
Genogram tidak terkaji
Masalah keperawatan : Belum bisa dievaluasi.
2. Konsep Diri
1) Gambaran Diri : Pasien mengatakan
“suka tangan”
2) Identitas : Pasien mengatakan saya
“A” tinggal di
lampung umur 32 tahun.
3) Peran :Pasien mengatakan dia sebagai anak
pertama
4) Ideal diri : Pasien mengatakan ingin
pulang.
5) Harga diri : Pasien hanya terdiam
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Hubungan Sosial :
1) Orang yang berarti:

10
Pasien hanya terdiam
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
pasien tidak mengikuti kegiatan di ruangan, pasien hanya di kamar
tidur -tiduran di tempat tidur tidak mau berinteraksi dg orang lain
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien tidak mampu memulai pembicaraan selalu menyendiri dan
diam.
Masalah Keperawatan : Menarik diri

4. Spiritual
1) Nilai dari keyakinan : Pasien beragama islam dan percaya pada
Allah SWT
2) Kegiatan Ibadah : Pasien mengatakan tidak shalat.
Masalah Keperawatan: Distress spiritual.
6. Genogram
Tidak terkaji
7. Status Mental
1. Penampilan : Pasien berpakaian rapi sesuai dengan ruangan,
rambut rapi, kuku bersih, melakukan perawatan diri di motivasi oleh
petugas
Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri
2. Pembicaraan : menjawab pertanyaak dengan jawaban singkat,
kadang pertanyaan yg di berikan tidak di jawab, banyak diam dan tidak
mampu memulai pembicaraan.
Pasien ketika diberi pertanyaan respon lambat, sering diam, tidak
mampu memulai pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Gangguan komunikasi verbal
3. Aktivitas motorik : pasien banyak di kamar. melakukan kegiatan ,
maupun adl harus dimotivasi oleh petugas
Masalah keperawata n : penurunan aktivitas motorik
4. Alam Perasaan :
Pasien hanya terdiam
Masalah Keperawatan : Belum bisa dievaluasi.
5. Afek : Datar
Pasien tampak tidak ada perubahan raut wajah pada saat ada stimulus
senang/sedih
Masalah Keperawatan : Gangguan komunikasi

11
6. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang
Pasien saat diajak bicara hanya menunduk dan menggelengkan kepala
pasien hanya mengatakan iya dan tidak, tidak ada kontak mata dan
selalu bermain dengan jarinya.
Masalah Keperawatan : hambatan interaksi sosial
7. Persepsi halusinasi : -
Pasien mengatakan tidak mendengar bisikan-bisikan atau meihat
bayangan-bayangan
keluhan mrs dirumah pasien diam. sering mondar mandir dan terlihat
senyum2 sendiri, saat dikaji tidak ada tanda-tanda halusinasi
Masalah keperawatan : Resiko gangguan persepsi sensori
halusinasi
8. Proses Pikir :
Pasien mampu menjawab pertanyaan.
Masalah keperawatan : belum bisa dievaluasi
9. Isi Pikir :-
Waham :-
Pasien hanya diam.
Masalah Keperawatan : Belum bisa dievaluasi.
10. Tingkat Kesadaran : -
Pasien dapat menyebutkan waktu, tempat dan orang
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
11. Memori :-
saat di kaji pasien banyak diam
Masalah Kpeperawatan : belum bisa dievalusi
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung : -
Pasien mampu menyebutkan nama, usianya dan dapat berhitung.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

13. Kemampuan Penilaian :-


Pasien hanya diam
Masalah Keperawatan : Belum bisa terevaluasi.
14. Daya Tilik Diri :-
Pasien hanya diam
Masalah Keperawatan : Belum bisa dievaluasi
15 Kebutuhan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan Kebutuhan :
Makanan dan Pakaian:

12
Pasien mengatakan bisa makan dan melakukan perawatan diri sendiri
dengan motivasi petugas
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri
2. Kegiatan Hidup sehari-hari
1) Perawatan diri : Mandi, makan dan merawat kebersihan diri
Pasien masih mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari dengan
sendiri
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2) Nutrisi : Pasien selalu makan 3x/hari dengan teratur dan menu
yang bervariasi
Klien makan tidak memisahkan diri
Frekuensi makan 3x/hari di habiskan
Diet Khusus : tidak ada diet khusus
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3) Tidur
Klien tidak memiliki masalah dalam tidur
Klien merasa segar setelah tidur
Klien tidur siang selama 3 jam
Waktu tidur malam jam 21:00, waktu bangun jam 06:00 WIB
Klien mampu tidur dengan nyenyak
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
3. Kemampuan klien dalam mengambil keputusan
1) Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari dengan sendiri
2) Klien tidak bisa membuat keputusan berdasarkan keinginannya
sendiri
3) Klien tidak mampu mengatur penggunaan obat secara mandiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Klien memiliki sistem pendukung :
Penjelasan : klien mendapatkan dukungan dari keluarga, dan perawat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Apakah klien menikmati saat bekerja
kegiatan yang menghasilkan/hoby : -
Klien mengatakan biasa saja
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
8. Mekanisme Koping
Maladaptif : Reaksi lambat dan menghindar.
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif
9. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: Pasien tertutup dan
tidak muudah bergaul dengan orang lain

13
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: Pasien lebih banyak
dikamar atau duduk sendirian dikursi depan kamar
3. Masalah dengan pendidikan, spesifik: pendidikan terakhir SLTA
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifik: Pasien tidak bekerja
5. Masalah dengan perumahan, spesifik: Pasien mengatakan tinggal
bersama keluarga
6. Masalah ekonomi spesifik: Pasien dibiayai oleh orang tuanya
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, Spesifik: pasien selalu dibawah
oleh keluarga ke pelayanan kesehatan apabila ada keluhan
8. Masalah lainnya, spesifik: Tidak ada masalah lain spesifik
Masalah keperawatan : Harga diri Rendah
10. Pengetahuan Kurang Tentang
1. Faktor presipitasi
2. Koping
3. Obat-obatan
Masalah Keperawatan: Kurang pengetahuan faktor presipitasi,koping,dan
obat-obatan
11. Data Lain-Lain
Nilai
Nama Pemeriksaan Metode Hasil Satuan
Normal
SGOT IFCC 37C 21 U/L L: 37
P: 31
SGPT IFCC 37C 26 U/L L: 40
P: 31
BUN 8,9 mg/dl 8-18
Creatinin 0,8 mg/dl L:0,6-1,1
P:0,5-09
Asam Urat 63 mg/dl L:3,4-7,0
P:2,4-5,7
Gula Puasa 86 mg/dl <100
Cholesterol 167 mg/dl <200

12. Aspek Medik


Diagnosa Medik : F.20.0 (Skizoprenia paranoid)
Terapi Medik : Elxion : 1x10mg/pagi
Lamiros: 1x50mg/malam

14
Serequel XR: 1x400mg/malam
13. Daftar Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapi
2. Menarik diri
3. Distress spiritual.
4. Defisit perawatan diri
5. Gangguan komunikasi verbal
6. Penurunan aktivitas motorik
7. Gangguan komunikasi
8. Hambatan interaksi sosial
9. Resiko gangguan persepsi sensori halusinasi
10. Defisit perawatan diri
11. Koping individu tidak efektif
12. Harga diri Rendah
13. Kurang pengetahuan faktor presipitasi,koping,dan obat-obatan

14. Daftar Diagnosa Keperawatan


isolasi sosial : menarik diri

15
Analisa Data Sintesa
NAMA: Sdr.A NIRM: 056XXX RUANGAN: Puri Anggrek

TGL/JAM DATA ETIOLOGI MASALAH

1 November Ds: - Pasien hanya Menarik diri Isolasi Sosial :


2018/10.00 mengatakan iya dan Menarik Diri
tidak
Isolasi sosial

Do:
1. Pasien berdiam diri koping indivu
dikamar dan tidak mau tidak efektif
keluar kamar
2. Pasien tidak mampu
memulai pembicaraan
3. pasien tidak mengikuti
kegiatan di ruangan
4. Pasien tidak ada kontak
mata dan selalu bermain
dengan jarinya
5. menjawab pertanyaan
dengan jawaban singkat.
6. melakukan kegiatan adl
harus di motivasi

3.18 Implementasi Dan Evaluasi


NAMA: Sdr.A NIRM: 056XXX RUANGAN: Puri Anggrek

16
DX
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
29 Isolasi Sosial : SP 1 :Pertemuan ke S: px mengatakan “A”
Oktober menarik diri 1
umur 37th
2018 Membina
hubungan saling O:
percaya 1. Px sering diam
2. Kontak mata kurang
1. Pasien dapat 3. Sering menyendiri
membina 4. Tidak mau berjabat
hubugan saling tangan
percaya A: Masalah belum
2. Latih pasien teratasi
perkenalan 1. pasien mengungkapkan
dengan satu perasaannya
orang 2. klien mau melakukan
3. kegiatan
3. pasien bersedia
bercerita
P: lanjutkan SP
1,Pertahankan BHSP
30 Isolasi Sosial : SP 1 : Pertemuan S: px menyatakan “ YA”
oktober menarik diri ke 2 dan “TIDAK”
2018 Membina O:
hubungan saling 1. Px menjawab
percaya pertanyaan dengan
menggelekan kepala
1. Menyatakan 2. Mengangguk
perasaan dan 3. Px sering dikamar
keluhan saat ini 4. kontak ada tapi
1. sedikit
A : Masalah belum
teratasi
1. klien mau melakukan
kegiatan
2. pasien bersedia
bercerita
P: lanjutkan SP1,
Pertahankan BHSP

31 Isolasi Sosial : SP1 : Pertemuan ke S: px menyatakan “ YA”


oktober menarik diri 3 dan “TIDAK”
2018 Membina O:

17
hubungan saling 1. Px menjawab
percaya pertayaan dengan
singkat
1. Membuat 2. Ada Kontak mata
kontrak asuhan 3. Px sering berada
yang akan di dikamar sendiri
lakukan A: Masalah teratasi
bersama pasien sebagian
1. pasien bersedia
bercerita
P: SP 1, dilanjutkan
pertahankan BHSP
1 Isolasi Sosial : SP1 : Pertemuan ke S : px hanya terdiam
November menarik diri 4 O:
2018 Membina 1. Px ada kontak mata
hubungan saling 2. Px tidak mau
percaya bercerita
3. Respon px datar
1. Membantu A : masalah belum
pasien teratasi
mengenal 1. pasien bersedia
penyebab isolasi bercerita
sosial P : SP 1, pertahankan BHSP

2 Isolasi Sosial : SP1 : Pertemuan ke S : px hanya menjawab


November menarik diri 5 “YA” dan “TIDAK”
2018 Membina O:
hubungan saling 1. Px ada kontak mata
percaya 2. Respon px datar saat
perkenalan
1. Membantu 3. Px mau berjabat
pasien tangan
mengenal A : masalah belum
penyebab isolasi teratasi
sosial 1. pasien bersedia
bercerita
P : SP 1, pertahankan
BHSP

4 Isolasi Sosial : SP1 : Pertemuan ke S : px mengatakan bila


november menarik diri 6 tinggal oleh keluarganya
2018 Membina O:

18
hubungan saling 1. Px ada kontak mata
percaya 2. Px mau bercerita
masalahnya
1. Membantu 3. Respon px datar
pasien A : masalah teratasi
mengenal P : intervensi dihentikan
penyebab isolasi
sosial

19
3.19 Rencana Keperawatan Jiwa

Nama : Sdr.A
Nirm : 056XXX
Bangsal/Tempat : Puri Anggrek
No Diagnosa Perencanaan
Rasional
. keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
1. Isolasi sosial SP 1 : Setelah ...... x pertemuan pasien 1. BHSP 1) Hubungan saling percaya
Membina mampu 1. Mengucapkan salam sangat dibutuhkan untuk
hubungan saling 1. BHSP setiap kali memulai tindakan
percaya 1.mau mengucapkan salam berinteraksi dengan keperawatan dan
2.memperkenalkan nama pasien terbinanya rasa percaya
1. Pasien dapat panggilan 2. Perkenalan dengan sehingga pasien
membina 3.pasien mengungkapkan pasien : perkenalan mengungkapkan masalah
hubugan perasaannya nama panggilan keperawatan
saling 4.klien mau melakukan kegiatan 3. Menyatakan
percaya 5.pasien bersedia bercerita perasaan dan
2. Identitas keluhan saat ini
penyebab 4. Buat kontrak asuhan
isolasi sosial apa yang saudara
pasien akan lakukan
3. Identitas bersama
keuntungan 5. Jelaskan bahwa
berinteraksi saudara akan
dengan merahasiakan
oranglain informasi yang

23
4. Kerugian diperoleh untuk
tidak kepentingan terapi.
berinteraksi
dengan 2. Membantu pasien mengenal 2. Membantu pasien mengenal 2) Keterbatasan tentang
oranglain penyebab isolasi sosial penyebab isolasi sosial interaksi dengan orang
5. Latih pasien 1. Pasien bersedia 1. Menanyakan lain
perkenalan memberikan pendapat pendapat pasien
dengan satu tentang kebiasaan
orang berinterakasi dengan
orang lain

3. Membantu pasien mengenal 3. Membantu pasien mengenal 3) Membuka diri agar


keuntungan dan kerugian keuntungan dan kerugian terbuka dan berinteraksi
berhubungan dengan orang berhubungan dengan orang dnegan orang lain
lain lain
1. Pasien mengetahui 1. Menjelaskan manfaat
manfaat dan kerugian keuntungan dan
berinteraksi dengan orang kerugian pada pasien
lain jika dengan
berinteraksi bisa
memiliki teman

4. Mengajarkan pasien berkenalan 4. Mengajarkan pasien 4) Mengetahui kemampuan


1. Pasien mampu berinteraksi berkenalan yang dapat dilakukan
dengan orang lain 1. Membantu pasien pasien sebagai koping
2. Pasien bersedia berinteraksi berinteraksi dengan yang kuat
orang lain
2. Memberi

24
kesempatan pasien
mempertahakan cara
berinteraksi dengan
orang lain

SP 2 : 1. Pasien bersedia berinterkasi 1. Memberi kesempatan Memulai berinteraksi dengan


Mengajarkan dengan dua orang atau lebih pasien mempraktekan orang pertama merupakan
pasien 2. Pasien berinteraksi dengan cara berinteaksi dengan tahap awal pasien membuka
berinteraksi baik dua orang atau lebih diri untuk berinteraksi
secara bertahap 2. Memulai membantu
dengan dua pasien berinteraksi
orang dengan satu orang yakni :
perawat

SP 3 : 1. Pasien dapat berinteraksi 1. Melatih pasien berinteraksi Membiasakan pasien untuk


Mengajarkan dengan dua orang atau lebih dengan orang kedua dapat berinteraksi secara
pasien orang secara bertahap 2. Sikap pasien menunjukkan bertahap dalam kelompok.
berineraksi 2. Pasien berinteraksi dalam kemampuan berinteraksi
secara bertahap kelompok dengan baik berikan pujian untuk pasien
dalam kelompok 3. Mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan
kelompok

25
3.20 Pohon Masalah

Resiko Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi

Effect

Isolasi Sosial: menarik diri

Core Problem

KOPING INDIVIDU TDK EFEKTIF

Causa

DAFTAR PUSTAKA
26
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.

Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.

27

Anda mungkin juga menyukai