S2 2015 293859 Chapter1 PDF
S2 2015 293859 Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
Harga transfer (transfer pricing) merupakan harga produk atau jasa yang ditransfer secara
terdesentralisasi (Sugiri, 2009). Negosiasi harga transfer sangat penting bagi manajer karena
mempengaruhi laba para manajer unit bisnis maupun laba perusahaan sebagai satu kesatuan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga transfer dipengaruhi oleh faktor
ekonomi (harga pasar) dan tingkat kepedulian terhadap pihak lain (sosial) seperti faktor
keperilakuan selama proses negosiasi termasuk kewajaran dalam proses kesepakatan negosiasi
Penelitian negosiasi dibidang akuntansi dan auditing masih sangat terbatas. Merujuk pada
proposisi yang diajukan oleh Murninghan dan Bazerman (1990) yang menyatakan bahwa
interaksi yang terjadi di bidang akuntansi dan auditing dapat dipandang sebagai suatu sistem
negosiasi yang besar namun masih sangat terbatas. Oleh karena itu, Murningham dan Bazerman
(1990) mendefinisikan negosiasi adalah perundingan yang bersifat tawar menawar dua pihak
atau lebih yang memiliki preferensi yang berbeda dengan membuat keputusan secara bersama-
perbedaan potensial dari keefektifan negosiasi yang dapat mempengaruhi perspektif negosiator
menjadi bias pada proses negosiasi baik sebelum, selama, maupun setelah proses negosiasi.
1
Negosiasi menjadi metoda yang sangat umum yang digunakan oleh perusahaan untuk
menentukan harga transfer (Ghosh, 2000). Watson dan Baumler (1975) menyatakan bahwa
model harga transfer negosiasian menguntungkan organisasi karena berpotensi sebagai wahana
untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dari berbagai tujuan divisi, meski memiliki kelemahan
dapat menimbulkan distorsi pengukuran kinerja yang melihat fungsi kekuatan negosiasi lebih
dominan daripada kinerja berbasis ekonomi. Kesepakatan yang menjadi keluaran dari harga
transfer negosiasian mempengaruhi laba untuk manajer yang berhubungan dengan proses
negosiasi dan juga mempengaruhi laba perusahaan ketika kualitas dan harga menjadi elemen
penting dari proses negosiasi itu sendiri. Walaupun dalam kondisi pasar eksternal ada, negosiasi
harga transfer menjadi mekanisme pengawasan yang sangat berguna dengan menciptakan
keseimbangan antara pertimbangan ekonomi dan pertimbangan sosial yang luas dengan unit
bisnis yang interdependen (Kachelmeir, et al., 2002). Sedangkan Bazerman (2000) melakukan
penelitian dengan kajian bagaimana persepsi negosiator dari situasi negosiasi yang
mempengaruhi keluaran negosiasi tersebut. Lipe (1993) dan Luft (1994) juga menyimpulkan
dalam penelitiannya bahwa framing of problems mempengaruhi penilaian manajer dan preferensi
pada tugas dan domain lain (seperti investigasi varians dan pilihan kontrak). Beberapa penelitian
di atas menunjukkan bahwa penyajian dari pilihan ekuivalen moneter seperti laba, rugi, bonus,
dan penalti mempengaruhi bagaimana manajer menyusun kerangka masalah dan membuat
penilaian.
selama negosiasi dan penilaian yang dilakukan oleh pelaku negosiasi dari harga wajar
menujukkan yang disebut sebagai self-serving bias atau egosentrism. Self-serving bias
merupakan bias kognitif yang timbul karena kecenderungan individual untuk melihat keluaran
2
yang lebih diminati untuk mereka dan menjadi lebih wajar ketika dapat menyelesaikan masalah
tersebut (Thompson dan Loweinstein, 1992). Chang (2008) mengatakan bahwa literatur tentang
negosiasi sebelumnya telah menunjukkan pentingnya keadilan (fairness) selama proses negosiasi
dan bahwa perkiraan harga yang adil dari negosiator akan menunjukkan self serving bias atau
egosentrism. Kondisi ini dapat diamati dengan lebih jelas ketika terdapat pasar eksternal yang
secara aktif dan harga pasar lebih besar dibandingkan dengan harga yang mengarahkan kedua
unit bisnis menerima laba yang seimbang, sehingga penjual dapat mempertimbangkan harga
pasar menjadi harga transfer yang lebih wajar sebagai hasil laba yang lebih tinggi untuk unit
bisnis penjualan. Sedangkan pembeli dapat melihat harga transfer yang lebih wajar sebagai harga
yang dapat dibagi secara seimbang antara dua unit bisnis (Luft dan Libby, 1997).
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Luft dan Libby (1997); Kachelmeier dan Towry
(2002) menghasilkan bukti empiris yang menyatakan bahwa ketika harga pasar berbeda dengan
equal-laba price (harga laba-seimbang), manajer akan mendasarkan penilaian harga transfer
mereka pada kedua harga yaitu harga pasar dan harga laba seimbang. Lebih lanjut dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa penjual dan pembeli menempatkan bobot yang berbeda
terkait dengan dua poin referensi ketika menyusun penilaian. Khususnya dalam self serving bias,
harapan harga transfer penjual dapat mengarah kepada harga pasar dari pada harapan pembeli
yang mengarah kepada harga laba seimbang. Hal inilah yang disebut sebagai „transfer price
Kesenjangan harapan harga transfer antara pembeli dan penjual yang tidak memperoleh
kesepakatan dapat mempengaruhi proses negosiasi menjadi proses yang tidak efisien dan
panjang. Hal ini dapat dihindari dengan intervensi dari manajemen tingkat atas untuk memediasi
inter unit bisnis seperti melakukan pendekatan dalam upaya desentralisasi manajer unit bisnis.
3
Sehingga, apabila penjual dan pembeli memahami secara komprehensif faktor-faktor yang
mempengaruhi penilaian harga transfer manajer maka penjual dan pembeli dapat mengatasi bias
Demikian halnya dalam pengembangan teori dari hipotesis yang dikemukakan oleh
Ghosh dan Boldt (2006) yang meneliti tentang pembingkaian informasi baik laba yang diperoleh
(bingkai positif) atau laba yang dikorbankan (bingkai negatif) pada konteks penentuan harga
transfer negosiasian. Dalam penelitiannya mereka menggunakan teori pembingkaian untuk dapat
membuktikan bahwa bagian laba yang didapatkan manager divisi penjual akan lebih besar ketika
informasi dibingkai negatif dibandingkan dibingkai positif. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori
prospek yang menyebutkan bahwa ketika informasi kepada seseorang dibingkai negatif maka
orang tersebut cenderung untuk lebih bersedia berkorban (risk seeking). Dengan kata lain, orang
tersebut akan memberikan upaya yang lebih besar untuk jangan sampai kehilangan keuntungan.
memahami bagaimana manajer dalam membuat penilaian negosiasi adalah untuk menguji cara
yang dilakukan manajer dalam mendefinisikan konteks negosiasi mereka dan persepsi mereka
tentang variabel-variabel yang mempengaruhi proses negosiasi tersebut (Bazerman, et al., 2000;
Ghosh dan Boldt, 2004; Kristensen dan Garling, 1997). Dua faktor yang menjadi sangat penting
adalah kerangka tujuan yang diadopsi oleh manajer yang dapat mempengaruhi manajer
mempersepsikan keluaran negosiasi dan tujuan mitra negosiasi (pertimbangan sosial) yang dapat
mempengaruhi persepsian mitra negosiasi. Dua faktor penting ini dapat ditemukan dalam
literatur baik psikologi maupun ekonomi (Lewicki, et al., 2005). Misalnya dalam penelitian yang
dilakukan oleh Kachelmeier dan Towry (2002) yang menguji positive goal frame dalam semua
perlakuan penelitiannya dan mengawasi tujuan mitra negosiasi dengan memberitahukan kepada
4
peserta penelitian bahwa terdapat hubungan yang positif antara negosiator (pihak penjual dan
Penelitian ini menguji dampak dari variabel-variabel yang mempengaruhi self serving
bias dalam cakupan harga transfer dengan menggunakan dua perspektif secara simultan yaitu
efek framing dan tujuan mitra negosiasi yang diharapkan mempengaruhi tingkat pertimbangan
manajer dalam menentukan keluaran mereka sendiri. Sebagai contoh, persepsi yang
menyebutkan bahwa mitra negosiasi mempunyai tingkat kepedulian terhadap pihak lain yang
lebih tinggi menyebabkan manajer merelakan laba unit bisnis mereka dan menerima lebih sedikit
harga transfer. Penggunaan dua perspektif ini, peneliti menggali pemahaman yang lebih
komprehensif bagaimana proses negosiasi berjalan dan bagaimana mengatasi hambatan dalam
Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang hendak dikaji
dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh dari efek pembingkaian dan tujuan mitra
negosiasi pada harga transfer negosiasian. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini
1. Apakah informasi yang diberikan kepada manajer sebagai bingkai negatif akan
mengakibatkan harga transfer akhir estimasian pembeli dan penjual lebih kecil
5
2. Apakah harga transfer estimasian lebih rendah jika negosiasi dilakukan terhadap pihak
lain yang tingkat kepeduliannya tinggi dibandingkan dengan pihak yang tingkat
3. Apakah harga transfer estimasian lebih tinggi jika negosiasi dilakukan terhadap pihak
lain yang tingkat kepeduliannya rendah dibandingkan dengan pihak yang tingkat
1. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pembingkaian terhadap harga transfer
akhir negosiasian. Penelitian ini ditujukan untuk memverifikasi dugaan peneliti bahwa
individu akan mempengaruhi perbedaan harga transfer akhir negosiasian. Hal ini akan
2. Penelitian ini juga bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ke 2 dan 3,
yaitu pengaruh tujuan mitra negosiasi (concern for others) terhadap terbentuknya
fleksibilitas harga transfer negosiasian sesuai kecenderungan yang mereka miliki pada
6
1.4. Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan teori dan
praktik terkait harga transfer negosiasian. Adapun manfaat penelitian ini meliputi:
1. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan teori yang diharapkan dapat menjadi
teori yang berkembang terkait efek pembingkaian. Kontribusi penelitian ini untuk
mengembangkan teori yang dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya terkait topik
proses negosiasi.
a. Memperluas penelitian yang dilakukan oleh Ghosh dan Boldt (2006). Dalam
membuktikan bahwa bagian laba yang didapatkan manajer divisi penjual akan lebih
besar ketika informasi dibingkai negatif dibandingkan dibingkai positif. Hal ini
dapat dijelaskan dengan teori prospek yang menyebutkan bahwa ketika informasi
kepada seseorang dibingkai negatif maka orang tersebut cenderung untuk lebih
bersedia berkorban (risk seeking). Dengan kata lain, orang tersebut akan
memberikan upaya yang lebih besar untuk jangan sampai kehilangan keuntungan.
Perubahan yang penulis lakukan adalah melalui dua cara, yaitu: Pertama, dalam
yang sudah pasti memiliki pengaruh pada upaya dan mendistorsi kemampuan
7
penelitian ini ingin mengukur peran negosiator yang bukan hanya dari divisi penjual
saja, melainkan juga diperluas untuk manager divisi pembeli terkait dengan efek
b. Penelitian ini juga akan membuktikan secara empiris penelitian yang dilakukan oleh
Bazerman (1994) bahwa pembeli akan lebih cenderung menerima risiko sementara
penjual akan lebih cenderung menghindari risiko. Dengan kondisi tersebut, peneliti
dapat melihat proses negosiasi untuk kedua manajer divisi. Hal ini tentunya semakin
memperkaya studi tentang pembingkaian informasi dan bias heuristik dan kognisi
c. Penelitian ini juga memperluas penelitian yang dilakukan oleh Lewicki et al (2005).
negosiasi saja yaitu tingkat kepedulian terhadap pihak lain (concern for others).
partner negosiasi dengan „dual concern model’ yaitu tujuan negosiator dipengaruhi
oleh dua tipe kepedulian yang independen: kepedulian untuk keluaran mereka
sendiri (concern for self) dan kepedulian untuk keluaran pihak lain (concern for
others).
d. Penelitian ini mengembangkan rerangka teori yang sudah dibentuk oleh Bazerman
dan penawaran hanya menangkap satu sisi yang mengarah bentuk ekstrim dari
dalam proses negosiasi penelitian ini menggunakan komunikasi tatap muka untuk
8
dapat menangkap aspek humanisasi dan melihat aspek persuasif yang dilakukan
2. Dampak lanjutan yang diharapkan dari penelitian ini adalah bagi pelaku negosiasi
perusahaan atau pada tataran praktik. Penelitian ini diharapkan memberi masukan bahwa
efek pembingkaian merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses
negosiasi khususnya yang berkaitan dengan harga transfer negosiasian. Peran akuntan
yang memahami dan menyediakan informasi akuntansi untuk keputusan menjual atau
membeli produk melalui harga transfer diharapkan dapat semakin baik dalam
memberikan analisis dan pertimbangannya. Tujuan mitra negosiasi juga perlu mendapat
perhatian penuh dari akuntan manajemen agar dapat mengambil keputusan dengan lebih
komprehensif terkait permintaan dan penawaran produk dalam proses negosiasi yang
diharapkan juga dapat menciptakan nilai lebih bagi perusahaan (firm’s value creation).
1. Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan
2. Bab kedua merupakan landasan teori. Pada bab ini berisi tentang landasan teori yang
terkait dengan penelitian ini tentang pimbingkaian, teori prospek, kondisi pembingkaian
3. Bab ketiga merupakan metoda penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, desain
penelitian, subjek penelitian, instrument dan variabel penelitian, uji validitas, cek
manipulasi dan pilot test, alat analisis data, dan prosedur eksperimen.
9
4. Bab keempat adalah analisis data dan pembahasan hasil, terdiri atas karakteristik data,
5. Bab kelima adalah berisikan simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian
selanjutnya.
10