Anda di halaman 1dari 5

Pengertian konversi

Menurut KBBI konversi merupakan perubahan dari sistem pengetahuan ke sistem yang lain.
Sedangkan menurut Boedi Harsono, konversi adalah perubahan hak yang lama menjadi satu
hak yang baru menurut UUPA . dalam ahli hukum yang lain dinyatakan bahwa konversi hak-
hak atas tanah adalah penyesuaian hak lama atas tanah menjadi hak baru menurut Undang-
Undang Pokok Agraria.

Sejarah konversi atas tanah

Sebelum tahun 1960, di Indonesia berlaku dualisme hukum pertanahan. Disatu sisi berlaku
hukum tanah berdasarkan hak kolonial belanda, tanah yang tunduk dan diatur Hukum Perdata
Barat yang sering disebut Tanah Barat atau Tanah Eropa misalnya tanah hak Eigendom, Hak
Opstall, Hak Erfpacht dan lain-lainnya. Disisi lain berlaku penguasaan tanah dengan hak
penduduk asli atau bumi putera yang tunduk pada Hukum Adat yang tidak mempunyai bukti
tertulis atau sering disebut tanah adat misalnya Tanah Hak Ulayat, Tanah Milik Adat, Tanah
Yasan, Tanah Gogolan dan lainnya.

Tanggal 24 September 1960, yang merupakan hari bersejarah karena pada tanggal tersebut
telah diundangkan dan dinyatakan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria bagi seluruh wilayah Indonesia. Dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (selanjutnya di sebut UUPA) terjadi perubahan fundamental pada Hukum Agraria di
Indonesia, terutama di bidang pertanahan. Maka berakhirlah dualisme hukum tanah dan
terselenggaranya unifikasi yaitu kesatuan hukum dilapangan hukum pertanahan di Indonesia.

Pada kenyataannya ternyata didalam masyarakat masih terdapat Hak Eigendom, Hak Opstal,
Hak Erfpacht serta hak penduduk asli atau bumi putera yang tunduk pada Hukum Adat yang
tidak mempunyai bukti tertulis, yang dipunyai penduduk setempat sering disebut tanah adat
misalnya Tanah Hak Ulayat, Tanah Milik Adat, Tanah Yasan, Tanah Gogolan dan lainnya.

tanah-tanah yang berasal dari Hak-Hak Barat tidak bisa didaftarkan, hal ini sesuai dengan
pasal 9 Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, bahwa yang bisa
menjadi objek pendaftaran tanah adalah :

a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai
b. Tanah Hak Pengelolaan

c. Tanah Wakaf

d. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun

e. Hak Tanggungan

f. Tanah Negara

Jika tanah-tanah ini tidak bisa didaftarkan tentukan akan merugikan para pemilik tanah,
karena mereka tentu akan kehilangan haknya. Oleh karena itu diperlukan suatu cara agar
tanah ini dapat didaftarkan, maka cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
konversi terhadap tanah yang bersumber dari hak barat tersebut. Dengan adanya konversi
tanah dari hak-hak barat diharapkan masyarakat tidak ada yang dirugikan haknya karena
setelah dikonversikan hak tersebut akan dapat didaftarkan.

Jenis-jenis konversi

Menurut UUPA terdapat 3 macam konversi, diantaranya :

1. Konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah hak barat
a. Hak Eigendom
Merupakan hak untuk membuat suatu barang secara leluasa dan untuk berbuat terhadap
barang itu secara bebas sepenuhnya, asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang
atau peraturan umum yang ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak
mengganggu hak-hak orang lain. Hak eigendom merupakan hak yang paling sempurna.
Hak eigendom dapat dikonversi menjadi hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai
yang terdapat pada Pasal 35 ayat (1)
b. Hak erfpacht,
adalah hak untuk memetik kenikmatan seluas-luasnya dari tanah milik orang lain
dan mengusahakannya untuk waktu yang sangat lama (Pasal 820 KUH Perdata).9
Hak erfpacht terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
 Hak erfpacht untuk perusahaan kebun besar, dapat dikonversi menjadi hak
guna usaha.
 Hak erfpacht untuk perumahan, dapat dikonversi menjadi hak guna bangunan.
 Hak erfpacht untuk pertanian kecil, tidak dikonversi dan dihapus.
c. Hak opstal,
adalah hak kebendaan untuk memiliki bangunan dan tanaman-tanaman di atas
sebidang tanah orang lain (Pasal 711 KUH Perdata).7 Hak opstal dapat dikonversi
menjadi hak guna bangunan.
d. Hak gebruik (recht van gebruik),
adalah hak kebendaan atas benda orang lain bagi seseorang tertentu untuk
mengambil benda sendiri dan memakai apabila ada hasilnya, sekedar buat
keperluannya sendiri beserta keluarganya. Hak gebruik dikonversi menjadi hak
pakai.
2. Konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah bekas hak Indonesia
a. Hak erfpacht
yang altijddurend, adalah hak erfpacht yang diberikan sebagai pengganti
hak usaha di atas bekas tanah partikulir menurut S. 1913 – 702.17 Hak ini
dapat dikonversi menjadi hak milik, hak guna usaha atau hak guna
bangunan, tergantung pada subyek hak dan peruntukannya.
b. Hak agrarische eigendom,
adalah hak buatan semasa pemerintahan kolonial Belanda yang
memberikan kaum bumiputera suatu hak baru yang kuat atas sebidang
tanah.19 Hak agrarische eigendom juga dapat dikonversi menjadi hak milik,
hak guna usaha atau hak guna bangunan, sesuai dengan subyek hak dan
peruntukannya.
c. Hak gogolan,
hak seorang gogol (kuli) atas komunal desa. Hak gogolan juga sering
disebut hak sanggao atau hak pekulen.Hak gogolan dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
 Hak gogolan yang bersifat tetap, apabila si gogol secara terus-menerus
mempunyai tanah yang sama dan tanah tersebut dapat diwariskan
kepada ahli warisnya.
 Hak gogolan yang bersifat tidak tetap, apabila gogol tersebut tidak
secara terus-menerus memegang tanah gogolan yang sama dan apabila
ia meninggal dunia, tanah gogolan kembali pada desa.
Terhadap tanah gogolan yang bersifat tetap dapat dikonversi menjadi
hak milik. Sedangkan terhadap tanah gogolan yang bersfat tidak tetap
dapat dikonversi menjadi hak pakai.
3. Konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah bekas swapraja
Daerah swapraja adalah daerah raja-raja semasa pemerintahan kolonial
Belanda.24 Terdapat beberapa jenis hak swapraja atas tanah:

a. Hak hanggaduh, adalah hak untuk memakai tanah kepunyaan raja. Di


Daerah Istimewa Yogyakarta, semua tanah adalah kepunyaan raja.
sedangkan rakyat hanya menggaduh saja.25 Hak hanggaduh dapat
dikonversi menjadi hak pakai.
b. Hak grant, adalah hak atas tanah atas pemberian hak raja kepada
bangsa asing. Hak grant juga disebut geran datuk, geran sultan atau
geran raja.27 Hak grant terdiri dari tiga macam, yaitu:
 Grant sultan, adalah hak milik untuk mengusahakan tanah yang
diberikan oleh sultan kepada para kaula swapraja.28 Hak ini
dapat dikonversi menjadi hak milik, hak guna usaha atau hak
guna bangunan, sesuai dengan subyek hak dan peruntukannya.29
 Grant controleur, diberikan oleh sultan kepada bukan kaula
swapraja.30 Hak ini dikonversi menjadi hak pakai31
 Grant deli maatschappy, diberikan oleh sultan kepada deli
maatschappy yang berwenang untuk memberikan bagian-bagian
tanah kepada pihak lain.32 Terhadap konversi hak grant deli
maatschappy, tidak terdapat ketentuan yang mengaturnya.
Namun menurut Boediharsono, hak ini dapat dikonversi menjadi
hak pakai karena sifatnya sama dengan hak grant controleur.33
c. Hak konsesi dan sewa untuk perusahaan kebun besar. Hak konsesi
untuk perusahaan kebun besar adalah hak-hak untuk mengusahakan
tanah swapraja yang diberikan oleh kepala swapraja. Sedangkan hak
sewa untuk perusahaan kebun besar adalah hak sewa atas tanah negara,
termasuk tanah bekas swapraja untuk dipergunakan sebagai
perkebunan yang luasnya Ha atau lebih.34 Hak-hak ini dapat
dikonversi menjadi hak guna usaha.
Daftar pustaka
http://www.jurnalhukum.com/konversi-hak-atas-tanah/#footnote_4_1562

Anda mungkin juga menyukai