Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS FUNDAMENTAL

DALAM PEMILIHAN SAHAM


PERUSAHAAN

OLEH :
1. ARJUN DANIAL DERBAN 921 416 043
2. ISKANDAR S. KAU 921 416 048
3. STEPEN HALID 921 416 038

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia Globalisasi merupakan hal yang sudah tak asing lagi buat kita semua. Dunia
globalisasi telah masuk kesemua Negara tak heran globalisasi membawa hal yang baik dan
buruknya. Globalisasi juga telah berkembang merambat kedunia perekonomian biasanya
berupa penanaman modal pada suatu sektor industri. Setiap individu pada dasarnya memerlukan
investasi, karena dengan investasi setiap orang dapat mempertahankan dan memperluas basis
kekayaannya yang dapat digunakan sebagai jaminan sosial di masa depannya. Seseorang sering
tidak menyadari dirinya telah melakukan investasi, misalnya dengan menabung dan sebagainya.
Agar tak terjebak melakukan investasi ke dalam portofolio ‘sampah’, atau bahkan ditipu oleh
pihak yang tak bertanggung jawab dengan iming-iming menarik, Anda harus mengedepankan
rasionalitas dan memahami betul resiko-resiko yang dihadapi dalam berinvestasi. Karena banyak
sekali jenis dari investasi tersebut .Jangan sampai terbuai dengan iming-iming menarik yang
tinggi, tapi uang Anda habis sia-sia. Invejstasi pun banyak jenis dan macamnya jadi harus pandai
melihat ke sektor mana kita akan menanamkan saham kita. Peran penting sekali dari beberapa
pihak baik dari pemerintah dan tiap individu . peran individu sangatlah penting dalam berperan
aktif karena dapat mencegahnya harga barang yang tak terkontrol. Pemerintah sebaiknya
mengatur beberapa aturan tentang peraturan penanaman modal, karena, sejak pelaksanaan
otonomi daerah, pemerintah pusat terpaksa mengeluarkan kepres khusus mengenai penanaman
modal karena banyaknya kendala yang dihadapi oleh para investor yang ingin membuka usaha di
daerah, khususnya yang berkaitan dengan proses pengurusan izin usaha. Investor seringkali
dibebani oleh urusan birokrasi yang berbelit-belit sehingga membutuhkan waktu yang cukup
lama dan disertai dengan biaya tambahan yang cukup besar.

Sekarang banyak orang yang memilih untuk menginvestasikan uangnya, baik dalam
bentuk investasi emas, rumah maupun tanah. Selain ketiga investasi tersebut juga terdapat
alternatif investasi lain berupa investasi saham. Investasi saham pertama kali diperkenalkan oleh
bangsa Belanda. Walaupun investasi dalam bentuk saham merupakan investasi yang memiliki
resiko yang tinggi, akan tetapi pada saat ini investasi saham menjadi pilihan altrnatif investasi
yang paling banyak dipilih oleh beberapa investor atau pemilik modal
Untuk memulai investasi, investor akan melihat kinerja perusahaan terlebih dahulu, kemudian
harga saham dari perusahaan yang akan dipilih. Namun dalam melakukan investasi saham
seorang investor tidak cukup hanya melihat dari segi harga saham tanpa mengerti resiko dan
renturn dari investasi saham yang kita lakukan.

Kunci utama untuk sukses dalam investasi dan mengelola saham adalah dengan menilai
aset tersebut dan juga sumber aset. Dengan kata lain, penilain saham berguna untuk mencari
harga wajar suatu saham. Kemudian nilai wajar suatu saham digunakan oleh investor untuk
melakukan strategi investasi dalam mengantisipasi resiko atau isu – isu yang dihadapi. Selain itu
juga diperlukan teknik analisis dan penilaian investasi saham yang baik dan benar sesuai dengan
data yang akurat atau data yang dimiliki.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekonomi Makro

Makro ekonomi adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang membahas perilaku
perekonomian secara agregat, misalnya kemakmuran dan resesi, output barang dan jasa, total
perekonomian, laju pertumbuhan output, laju inflasi dan pengangguran, neraca pembayaran dan
juga nilai kurs ( Dornbusch, Stanley, dan Mulyadi, 1996:3)

Ekonomi makro terbentuk dari adanya kemerosotan ekonomi dunia yang berawal dari
adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat tahun 1932. Pada saat itu hampir 25 % masyarakat
Amerika kehilangan pekerjaannya dan berakibat pada merosotnya angka pendapatan nasional
negara tersebut. Tentu saja hal ini menjalar dan meluas ke seluruh dunia. Pada saat itu tidak ada
satu teori atau ajaran ekonomi yang mampu memecahkan masalah depresi ekonomi tersebut. Hal
ini semakin menyadarkan para ahli ekonomi saat itu bahwa ekonomi tidak dapat hanya
tergantung pada mekanisme pasar saja, karena mekanisme pasar tidak mampu menimbulkan
pertumbuhan ekonomi yang baik dan stabil. Seorang ahli ekonomi yang sekaligus pada saat itu
bertugas sebagai Presiden World Bank mengemukakan pandangannya terhadap krisis ekonomi
yang dihadapi dunia saat itu. Dalam buku yang berjudul The General Theory of Employment,
Interest, and Money, John Maynard Keynes mengatakan bahwa pada saat itu untuk memecahkan
masalah ekonomi suatu perekonomian tidak boleh hanya tergantung pada mekanisme pasar saja
tetapi membutuhkan juga campur tangan pemerintah didalamnya. Pandangan John Maynard
Keynes dalam bukunya tersebut menjadi awal ataupun landasan lahirnya teori ekonomi makro
modern.

2.2. Earning per share (EPS)

Earning Per Share (EPS) sebagai suatu rasio yang biasa digunakan dalam prospektus, bahan
penyajian, dan laporan tahunan kepada pemegang saham yang merupakan laba bersih dikurangi
dividen (laba tersedia bagi pemegang saham biasa) Badruzaman (2017)
2.3. Price earning ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER), merupakan rasio yang menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Gitman (2006) dalam safitri (2013) Rasio ini
mengindikasikan derajat kepercayaan investor pada kinerja masa depan perusahaan. Semakin
tinggi PER, investor semakin percaya pada emiten, sehingga harga saham semakin mahal,
Darmadji dan Fakhruddin (2006:198). Penyataan ini didukung penelitian yang dilakukan oleh
Hadianto (2008), Stella (2009), Wijayanti (2010), Hatta dan Dwiyanto (2012) serta Zuliarni
(2012), yang menyatakan bahwa PER berpengaruh positif terhadap harga saham.

2.4. Rasio Likuiditas

Likuiditas menurut (Gitman 2009) dalam Deitiana 2011 adalah menunjukkan


kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat
waktunya atau kemampuan perusahaan untuk menyediakan kas atau setara kas, yang ditunjukkan
besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas,
surat berharga, piutang, per-sediaan. Likuiditas perusahaan yang seringkali diukur menggunakan
rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusa-haan dan
melunasi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka
memungkinkan pembayaran dividen dengan labih baik pula (Gitman 2009) dalam Deitiana 2011.

2.5. Rasio Profitabilitas

Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) dalam Deitiana 2011, profitabilitas adalah
kemam-puan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun. Menurut
Indrawati dan Suhendro (2006) dalam Deitiana 2011, profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Rahmawati et al. (2007) dalam Deitiana 2011.
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
perusahaan. Menurut Gitman (2009) dalam Deitiana 2011, profitabilitas adalah hu-bungan antara
pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan aset perusahaan, baik lancar
maupun tetap, dalam aktivitas produksi. Menurut Gitman (2009 ) dalam Deitiana 2011, terdapat
banyak cara untuk mengukur profitabilitas. Berbagai pengukuran ini memungkinkan analis untuk
mengevaluasi keuntungan perusahaan dilihat baik dari sisi penjualan, aset ataupun investasi
pemilik.
BAB III

DATA DAN RENCANA ANALISIS

3.1. Analisis Kondisi Makro

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.

Pendekatan ini digunakan karena dalam penelitian ini menggunakan data utama yang berbentuk

angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi data
perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan kurs
rupiah bulanan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Investing.com

Adapun data PDB pada tahun 2014 dan 2015 sebagai berikut :

Rincian 2014 2015*

Produk Domestik Bruto (miliar rupiah) 8 564 866,6 8 982 511,3

Produk Domestik Bruto per kapita (ribu rupiah) 33 965,4 35 161,9

Jumlah penduduk pertengahan tahun 1) (juta orang) 252,2 255,5

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)


Data inflasi 2014 dan 2015 sebagai berikut :

2014 2015
Bulan
Inflasi Inflasi
Januari 1,07 -0,24
Februari 0,26 -0,36
Maret 0,08 0,17
April -0,02 0,36
Mei 0,16 0,50
Juni 0,43 0,54
Juli 0,93 0,93
Agustus 0,47 0,39
September 0,27 -0,05
Oktober 0,47 -0,08
November 1,5 0,21
Desember 2,46 0,96
Tingkat
8,36 3,35
Inflasi

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Tingkat suku Bunga pada tahun 2015 sebagai berikut:

SUKU BUNGA 2014 SUKU BUNGA 2015


Januari 7,5 Januari 7,75
Februari 7,5 Februari 7,5
Maret 7,5 Maret 7,5
April 7,5 April 7,5
Mei 7,5 Mei 7,5

Juni Juni
7,5 7,5
Juli 7,5 Juli 7,5

Agustus Agustus
7,5 7,5

September September
7,5 7,5
Oktober 7,5 Oktober 7,5
November 7,75 November 7,5
Desember 7,75 Desember 7,5
Rata-Rata 7,54 Rata-Rata 7,52
Sumber : Badan Pusat Statistik

Data kurs rupiah bulanan tahun 2015 sebagai berikut:

Bulan Terakhir Pembukaan Tertinggi Terendah Perubahan%


Januari 13.787,5 13.827,5 14.092,5 13.532,5 -0,34%
Februari 13.835,0 13.655,0 13.850,0 13.425,0 1,08%
Maret 13.687,5 14.632,5 14.717,5 13.212,5 -6,57%
April 14.650,0 14.050,0 14.735,0 14.045,0 4,27%
Mei 14.050,0 13.495,0 14.140,0 13.474,0 3,86%
Juni 13.527,5 13.342,5 13.527,5 13.277,5 1,46%
Juli 13.332,5 13.202,5 13.386,5 13.191,5 0,82%
Agustus 13.224,0 12.971,0 13.237,0 12.970,0 2,02%
September 12.962,5 13.057,5 13.062,5 12.802,5 -0,86%

Sumber : Investing.com

3.2. Analisis Industri

Analisis industri digunakan untuk penilian harga intrinsik saham dalam analisis
fundamental, untuk penentuan harga intrinsik saham saham menggunakan dua metode, yaitu
metode Earning Per Share dan Price Earning Ratio.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Earning Per Share adalah :

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑓𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘


𝐸𝑃𝑆 =
𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒𝑠 𝑜𝑓 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑜𝑢𝑡𝑠𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔

Rumus yang digunakan untuk menghitung Price Earning Ratio adalah :

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢


𝑃𝐸𝑅 =
𝐸𝑃𝑆

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsiki adalah :

Ni = EPS X PER

3.2.1. Earning Per Share

Earning Per Share


Saham 2015 2014
BBRI 1.030 981,59
INDF 293 379
ICBP 515 454
TELE 52 51
3.2.2. Price Earning Ratio

Price Earning Ratio


Saham 2015 2014
BBRI 3513501 3688319
INDF 21423493 16562225

ICBP 13964401 15840675


TELE 17075321 17410131

3.3. Anlisisis Perusahaan

Rasio Keuangan

a. Rasio Likuiditas

1) Current Ratio

𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

2) Quick Ratio

𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

3) Cash Ratio

Kas + Surat Berharga


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

b. Rasio Solvabilitas

1) Debt Ratio
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

2) Debt to Equity Ratio

𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔


𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

c. Rasio Aktivitas

1) Inventory Turn Over

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 = 𝑥100%
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

2) Fixed Assets Turn Over

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒= 𝑥100%
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

3) Total Assets Turn Over

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 = 𝑥100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔


𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔


𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

d. Rasio Profitabilitas

1) Gross Profit Margin

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
GPM= 𝑥100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

2) Net Profit Margin

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
NPM= 𝑥100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

3) Operating Profit margin


𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
OPM= 𝑥100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

4) Return on Invest

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


ROI= 𝑥100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

5) Return on Equity
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
ROE= 𝑥100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis Kondisi Makro

4.1.1. analisis PDB

Dari data PDB pada tahun 2014 dan 2015 terjadi kenaikan PDB.Dari yang
sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 8 564 866,6 miliar atau setara dengan 33 965,4 ribu per
kapita naik pada tahun 2015 menjadi 8 982 511,3 miliar atau setara dengan 35 161,9 ribu per
kapita. Hal ini menjadi pertimbangan bagi para investor dan menjadi sinyal yang positif untuk
untuk dapat berinvestasi.

4.1.2. Analisis Inflasi

Dari data inflasi 2014 dan 2015 tejadi penurunan inflasi yang cukup signifikan
yaitu dari 8,36turun menjadi 3,35hal ini menunjukan sinyal yang sangat positif untuk dapat
berinvestasi.

4.1.3. Analisis Suku Bunga

Dari data suku bunga 2014 ke 2015 terjadi penurunan suku Bunga dari 7,54% turun
menjadi 7,52%. Hal ini menunjukan bahwa terjadi sinyal positif buat investor untuk dapat
berinvestasi.

4.2 Analisis Industri

4.2.2 Earning per share

Earning per share


Saham 2015 2014
BBRI 1.030 981
INDF 293 379
ICBP 515 454
TELE 50 44

4.2.3 Price earning ratio

Price Earning Ratio


Saham 2015 2014
BBRI 3514967,638 3690536,867
INDF 21423492,61 16562225,15
ICBP 13964401,29 15840675,48
TELE 17758333,33 20179924,24

2015
Saham
EPS PER Nilai Intrinsik
BBRI 1.030 3514967,638 3620416667
INDF 293 21423492,61 6277083333
ICBP 515 13964401,29 7191666667
TELE 50 17758333,33 887916666,7

Nilai Pasar saham


Saham Nilai Intrinsik 2015 Kondisi saham
Rp Rp
BBRI 3.620.416.667 4.875.210.368 Undervelued
Rp Rp
INDF 6.277.083.333 4.875.210.368 Overvelued
Rp Rp
ICBP 7.191.666.667 4.875.210.368 Overvelued
Rp Rp
TELE 887.916.667 4.875.210.368 Undervelued

Berdasarkan analisis industri diatas diperoleh bahwa dari empat saham terdapat dua saham

yang undervalued dan dua saham yang overvalued

4.3. Analisis Perusahaan

Analisis perusahaan digunakan untuk melihat perusahaan apa yang cocok dijadikan
sebagai ladang investasi bagi investor, Untuk mengetahui perusahaan apa saja yang cocok
dijadikan sebagai investasi dalam hal ini digunakan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan
terdiri dari beberapa rasio diantaranya likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas.

1. Rasio Likuiditas

Berdasarkan table diatas menunjukan bahwa rata-rata empat saham perusahaan yang paling
liquid adalah saham TELE (PT Tiphone Mobile Indonesia). Current ratio dari TELE menunjukan
bahwa ditahun 2014-2015 Perusahaan sangat mampu menutupi hutang dengan menggunakan
aktiva lancarnya. Quick Ratio dari TELE menunjukan bahwa di tahun 2104 sebesar 4,44%
sedangkan di tahun 2015 sebesar 1,78% hal ini menunjukan terjadi investasi yang besar pada
persediaan. Cash Ratio dari TELE menunjukan terjadi peningkatan untuk tahun 2014-2015. Hal
ini menunjukan bahwa perusahaan mampu membayar hutang dengan menggunakan Kas
perusahaan.

2. Rasio Solvabilitas

RASIO SOLVABILITAS
Saham Tahun Total debt ER Debt Equity Ratio
2014 0.502127989 1.008548339
TELE
2015 0.605056422 1.532007241
2014 0.417315248 1.635405128
ICBP
2015 0.383037424 0.620843855
2014 0.532115657 1.137280325
INDF
2015 0.530427132 1.129594934
2014 0.878169875 7.208150498
BBRI
2015 0.761583949 5.913657401

Berdasarkan table diatas maka Perusahaan yang Solvable adalah PT Idofood CBP Sukses
Makmur Tbk (ICBP) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dengan asumsi bahwa terjadi
penurunan yang signifikan pada perusahaan tersebut Hal ini menunjukan bahwa perusahaan
mampu memenuhi kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan
menggunakan aktiva perusahaan. Debt Ratio kedua persahaan menunjukan bahwa kondisi
perusahaan untuk tahun 2014-2015 sangat baik karena menunjukan pendanaan dengan hutang
semakin rendah dan kondisi tersebut juga menunjukan perusahaan dibiayai hamper separuhnya
oleh aktiva perusahaan
3. Rasio Aktivitas

RASIO AKTIVITAS
Perputaran Perputaran Perputaran Perputaran
Saham Tahun
Piutang Persediaan Aktiva Tetap Total Aktiva
2014 0.026760899 0.025258365 0.100864111 2.907539675
TELE
2015 0.019178674 0.018127903 0.134692909 3.091673579
2014 0.417315248 7.792821641 1.199483705 1.199483705
ICBP
2015 0.383036935 8.686058186 1.195043234 1.195043234
INDF 2014 0.046751065 5.501266524 1.411230433 0.738806726
2015 0.040099378 6.039041949 1.306992415 0.697602989
2014 0.067717166 23.679803 0.517123084 0.011595166
BBRI
2015 0.131105893 27.15427 0.481619629 0.014126445

Berdasarkan data diatas maka perusahaan yang yang sudah memaksimalkan aktiva untuk
digunakan sebagai operasional perusahaan adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). PT
Indofood Sukses Makmur Tbk mampu memaksimalkan perputaran aktiva untuk memperoleh
laba.
4. Rasio Profitabilitas

RASIO PROFITABILITAS
Operating
Gross Profit Net profit
Saham Tahun Profit Return of Return On
Margin Margin Margin Investment Equity
2014 56.14663121 21.31155485 21.21121002 61.6724347 123.8720663
TELE
2015 0.054788489 16.81736012 16.48868 50.97761631 129.0756936
2014 0.269808143 0.084716434 0.106098823 0.102845572 0.17650294
ICBP
2015 0.303049952 0.095305316 0.12577172 0.110055697 0.200431135
2014 0.269344801 0.115098405 0.09969714 0.0520956 0.1113429
INDF
2015 0.269396402 0.114933987 0.07745759 0.03519176 0.074944193
2014 3.312576432 3.0440359 2.605251776 0.030208327 0.250563544
BBRI
2015 2.618576085 2.458925472 2.047764046 0.028927626 0.219859898

Berdasarkan table diatas maka perusahaan yang memiliki profitabilitas atau memiliki
kemampuan dalam mendapatkan laba adalah PT Indofood CBP sukses Makmur Tbk (ICBP).
Kelangsungan hidup PT Indofood CBP sukses Makmur Tbk Menunjukan bahwa di tahun 2014-
2015 manajemen perusahaan sudah efisien dalam menggunakan penjualan untuk mendaparkan
Laba.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Data ekonomi makro di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2015 sangat baik bagi
investor untuk dapat beinvestasi. Dari PDB, INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA, dan KURS
menunjukkan sinyal positif untuk berinvestasi.

Berdsarkan data analisis industry di atas juga dapat disimpulkan bahwa terdapat empat
perusahaan yaitu PT Bank Rakyat Indonesia persero Tbk, PT Tiphone mobile Indonesia, PT
Indofood sukses makmur, dan PT Indofood CBP sukses makmur terdapat dua perusahaan yang
undervalued yaitu PT Bank Rakyat Indonesia persero Tbk dan PT Tiphone mobile Indonesia di
mana kita harus membeli kedua saham tersebut karena harga pasar yang ditawarkan lebih rendah
dari nilai intrinsic dan juga terdapat dua perusahaan yang overvalued yaitu PT Indofood sukses
makmur dan PT Indofood CBP sukses makmur di mana kita harus menjual kedua saham tersebut
karena harga pasar yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai intrinsiknya.

Dari hasil analisis Rasio Keuangan pada Anlisis Industri dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa saham yang memiliki prospek keuangan yang baik diantaranya TELE, INDF,
ICBP, dari hasil analisis tersebut investor dapat menanamkan modalnya pada Perusahaan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Badruzaman, Jajang. 2017. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham. Jurnal
Akuntansi Vol 12, Nomor 1, Januari – Juni 2017

Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan Dan Dividen
Terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Vol. 13, No. 1, April 2011, Hlm.
57 – 66

Safitri, Abied Luthfi. 2013. Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Asset,
Debt To Equity Ratio Dan Market Value Added Terhadap Harga Saham Dalam
Kelompok Jakarta Islamic Index. Management Analysis Journal 2, ISSN 2252-6552

Anda mungkin juga menyukai