Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat mengerjakan laporan Ujung Lidah terasa
Lebih Panas Bila Minum Minuman Panas.
Laporan ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mukosa mulut adalah jaringan yang melapisi permukaan rongga mulut, berfungsi untuk
proteksi dan pertahanan terhadap antigen (Meitha dan Widurini, 2003). Jaringan lunak rongga
mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi
jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme serta agen berbahaya.
Lapisan terluar mukosa dilindungi oleh epitel skuamosa berlapis yang mempunyai mekanisme
adaptasi pertahanan yang berbeda-beda tergantung letaknya. Mukosa yang menerima tekanan
mekanik dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. Mukosa
tersebut terdiri atas epitel skuamosa berkeratin yang melekat pada permukaan di bawahnya, yaitu
jaringan ikat kolagen atau lamina propia. Mukosa di dasar mulut dan area bukal yang
memudahkan aktivitas pengunyahan, berbicara dan menelan bolus makanan disebut mukosa
lining yang dilapisi oleh epitel tidak berkeratin, sedangkan dorsum lidah dilapisi epitel berkeratin
dan tidak berkeratin yang melekat pada otot lidah (Squier dan Kremer, 2001).
Jaringan epitel rongga mulut mempunyai struktur tidak stabil yang secara teratur selalu
beregenerasi melalui aktivitas pembelahan sel. Pembelahan sel tercepat terjadi pada area
nonkeratin yang tipis seperti pada dasar mulut dan bawah lidah. Pembelahan sel jaringan epitel
berlapis terjadi pada lapisan germinal, yaitu sel-sel yang paling dekat dengan lamina basalis,
selanjutnya sel akan meninggalkan lapisan basalis dan masuk ke tahap diferensiasi (Junqueira
dkk., 1997).
B. SKENARIO
UJUNG LIDAH TERASA LEBIH PANAS BILA MINUM MINUMAN PANAS.
Jaringan di rongga mulut merupakan jaringan yang paling sering dipengaruhi oleh
perubahan temperatur, mulai dari yang paling ekstrim misalnya panas (misalnya kopi)
sampai yang paling dingin (misalnya es). Sensasi suhu di dalam rongga mulut bisa
bersifat bahaya ataupun tidak berbahaya. Neuron trigeminothalamic lebih merespon
keadaan temperatur yang bahaya yaitu panas di atas 450 C dari pada temperatur yang
kurang berbahaya yaitu antara 35-450 C. Neuron thermoseptive tersebut, menerima input
dari C fiber dan delta A. Perubahan tersebut begitu terasa diujung lidah bila
dibandingkan dengan di pipi ataupun mukosa lain di rongga mulut. oleh karena itu ujung
lidah merupakan jaringan yang paling sensitif dengan adanya perubahan temperatur.
Selain itu temperatur juga mempengaruhi sensasi rasa, misalnya minum kopi terasa
nikmat bila diminum pada keaadaan panas, tetapi rasa mint terasa lebih segar bila dalam
keadaan dingin. Hal tersebut disebabkan adanya aktivasi transient receptor potential
channel (TRPM-5).
C. RUMUSAN MASALAH
D. LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis mukosa rongga mulut
2. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari mukosa rongga mulut
3. Mahasiswa mampu mengetahui innervasi lidah
4. Mahasiswa mampu mengetahui faktor yang mempengaruhi sensitivitas lidah
BAB II
PEMBAHASAN
Rongga mulut terdiri dua bagian yaitu bagian luar dari vestibula, dikelilingi oleh
bibir dan pipi, dan rongga mulut itu sendiri yang dipisah dari vestibula dengan tualng
alveolar dengan gigi geliginya dan gingiva. Zona superior rongga mulut dibatasi oleh
palatum keras dan lunak, dan batas inferiornya oleh dasar mulut, basis lidah. Bagian
posterior oleh pilar fausia dan tonsil.
Menurut fungsi utamanya mukosa oral dibagi menjadi 3 tipe:
1. Mukosa mastikasi
25% total mukosa. Gingiva (free, attached, dan interdental) dan palatum durum. Mukosa
ini utamanya kontak dengan makanan ketika mastikasi. Mukosa mastikasi biasanya
berkeratin.
2. Mukosa lining
60% total mukosa. Menyelimuti dasar mulut, ventral lidah, mukosa alveolar, pipi, bibir
dan palatum lunak. Tidak berfungsi dalam mastikasi dan oleh karenanya mengalami atrisi
yang minim. Tidak berkeratin, lunak dan lentur.
3. Mukosa Khusus
15 % total mukosa. Menyelimuti dorsal lidah dan komposisinya adalah papila epitelial
yang berkornifikasi.
Fungsi mukosa oral adalah: 1) proteksi, 2) sensasi, 3) regutasi thermal, dan 4)
sekresi. tersusun atas epithet dan jaringan ikat. Antara epitel dan jaringan ikat dibatasi
oleh lapisan basal. Epithet pada rongga mulut merupakan epitel skuamus kompteks.
Lapisan epitel dalam rongga mulut teridiri atas dua macam set yaitu set-sel yang
mengalami keratinasi dan set-set yang tak mengalami keratinasi.
2.1.2 Gambaran Umum Mukosa Oral
1. Dipisah dari kulit dengan zona vermilion yang mempunyai warna lebih dalam daripada
bagian mukosa lainnya.
a. Bibir
Bagian kulit: epithelium berlapis gepeng berkeratinisasi , dengan struktur
adneksa kulit
Mukosa Oral: permukaannya basah/lembab, diselimuti oleh epithelium berlapis
gepeng tidak berkeratinisasi dengan kelenjar seromukous kecil lonjong di
lamina propria. Di submucosa serabut otot-otot orbicularis oris dapat dilihat.
Zona Vermillion: epitelium keratinized yang sangat tipis tidak ada strukur
adneksal kulit (dapat dijumpai kelenjar sebaseous)
b. Palatum lunak
Tidak berkeratinisasi
Vaskularisasinya sangat banyak sehingga lebih merah muda daripada palatum
durum
Terdapat lamina propria dan submukosa (tidak seperti halnya palatum durum
hanya ada lamina propria yang disebut mukoperiosteum)
Submukosa dijumpai kelenjar salivar dan otot palatum lunak.
c. Mukosa pipi (Bukal)
Serupa dengan bibir dan palatum lunak. Epitelium berlapis gepeng tidak
berkeratinisasi dengan lamina propria and submukosa . Submukosa pipi mengandung
sel-sel lemak dengan lobul kel saliva minor dan serat otot.
Permukaan ventral lidah
Epitelium berlapis gepeng tidak berkeratinisasi dengan lamina propria dan
submukosa.
Dasar mulut
Epitelium berlapis gepeng tidak berkeratinisasi dengan lamina propria and
submukosa
Epitelium melekat ke lamina propria lebih longgar, tidak ada otot.
2. Masticatory mucosa
Mukosa mastikatorik terdapat pada gingiva cekat dan palatum keras. Epitel pada
mukosa ini mengalami keratinisasi, mempunyai rete pegs panjang. Mukosa inii tidak
dapat digerakkan dan bersifat tahan terhadap pengunyahan.
Komponen-komponen mukosa mastikasi
Stratum basale
Startum spinosum
Stratum granulosum: sel-selnya mengadung/berisi granula keratohyaline
Stratum korneum: tersusun atas sel-sel yang tidak berinti, tipism pipih, tersisi oleh
keratin. Kontras dengan keratin keras yang ada di kuku dan rambut, keratin yang ada
di atas mukosa mastikasi oral normal adalah lunak/lembut. Keratin adalah kuat,
material nonliving yang resistan terhadap friksi dan invasi bakteria. Epitelial ridges
dan papila jaringan penyambung disini terlihat panjang-panjang dan banyak. Hal ini
terkait kebutuhan untuk menahan kekuatan abrasif selama mastikasi.
Selain epitelelium yang mengalami keratinisasi dan kompleks pertemuan jaringan epitel-
dan jaringan penyambung, lamina propria dari mukosa mastikasi sering langsung melekat
pada periosteum dari alveolar yang mendasarinya atau tulang palatal, jadi disini tidak ada
submukosa. Susunan ini juga disebut "mucoperiosteum". Namun terdapat pengecualian
untuk generalisasi ini. Untuk contoh di daerah posterior lateralis dari palatum durum, ada
submukosa mengandung jaringan adiposa dan berbagai kelenjar saliva minor. Perbedaan
spesifik regional variasi kedua epitel dan jaringan ikat yang mendasari berkontribusi
terhadap variasi regional dalam rongga mulut.
a. Gingiva
Epitelium yang tebal, ortho- atau parakeratinisasi lamina propria dengan papillae
yang panjang ramping sekali dan rete ridges, jaringan penyambung yang padat
mukoperiosteum
b. Palatum Durum
Epitelium yang tebal, ortho- atau parakeratinisasi. Lamina propria dengan papillae
yang panjang ramping sekali, jaringan penyambung yang padat mukoperiosteum,
terkecuali di regio postrior lateral terdapat bundel-bundel neurovaskular; kelenjar
saliva minor.
3. Mukosa khusus - Lidah
Mukosa khusus terdapat pada lidah. Hal ketebalan dan keratinisasi pada mukosa lidah
bervariasi. Pada permukaan mukosa terdapat papilla, tidak mempunyai submukosa, tetapi
mempunyai rete pegs.
Tipe papilla: 4 tipe
1. Papila filiformis
Majoritas dari papillae lidah dan menyelimuti bagian anterior lidah. Tampak sebagai
proyeksi kecil tipis, menyerupai benang berkeratinisasi (2 s/d 3 mm) di permukaan sel-sel
epitelial. Papillae ini memfasilitasi mastikasi (dengan mengkompres dan memecah
makanan ketika lidah ditekankan ke palatum durum) dan pergerakan makanan di
permukaan lidah. Papillae mempunyai arah ke tenggorokan dan membantu pergeraakan
makanan kearah yang telah ditujukan tersebut. Tidak ada taste buds.
2. Papila fungiform
Fungus-like papila ini tersusun diantara papila filiform. Jumlah ditemuka lebih banyak
didaerah dekat ujung lidah. Terlihat berupa struktur licin/halus, bulat, merah karena
begitu banyaknya pembuluh darah di jaringan ikatnya, terlihat tembus dari epithelium
berlapis gepeng tidak berkeratinisasi. Taste buds biasnya terlihat di epithelium.
3. Papila foliata (Leaf-like)
Terdapat di lateral margins posterior lidah. Tersusun atas 4 s/d 11 parallel ridges yang
diselingi grooves yang dalam di mukosa, dan beberapa taste buds ada di epiteliumnya.
Pada struktur tersebut mempunyai kelenjar serous di bawah taste buds yang
membersihkan parit.
4. Papila sirkumvallate (Walled papilla)
Sebanyak 10 s/d 14 dijumpai sepanjang the V-shaped sulcus diantara basis dan badan
lidah. Ukuran berdiameter sampai dengan 3 mm dengan dikelilingi parit yang dalam.
Duktus kelenjar von Ebner (kelenjar salivari serous) bermuara ke dalam parit. Taste buds
terlihat sebagai lapisan dinding papila.
Mukosa oral mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pelindung jaringan yang lebih dalam
pada rongga mulut. Fungsi lainnya, antara lain sebagai organ sensoris, aktifitas kelenjar, dan
sekresi.
Sebagai lapisan terluar, oral mukosa akan melindungijaringan rongga mulut dari
lingkungan eksternal. Oral mukosa akan melakukan proses adaptasi pada epitel dan jaringan
ikat untuk menahan gaya mekanis dan abrasi yang disebabkan aktifitas normal seperti
mastikasi. Selain itu, lapisan epitel mulut akan bertindak sebagai pelindung terhadap populasi
mikroorganisme yang tertinggal di rongga mulut yang dapat menyebabkan infeksi bila masuk
ke dalam jaringan.
Fungsi sensoris oral mukosa akan memberikan informasi mengenai hal-hal yang
terjadi di rongga mulut. Dalam rongga mulut, reseptor akan berespon terhadap suhu,
sentuhan dan rasa sakit. Reseptor tertentu dalam rongga mulut juga akan berespon terhadap
kebutuhan akan air. Reflek seperti menelan, muntah, dan salivasi juga diinisiasi oleh
reseptor-reseptor pada oral mukosa.
Lidah merupakan kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang ditutup
oleh membran mukosa (selaput lendir). Selaput lendir ini tampak kasar karena adanya
tonjolan-tonjolan yang disebut papila yang merupakan akhiran-akhiran saraf pengecap
dan terletak pada seluruh permukaan lidah. Saraf-saraf pengecap inilah yang dapat
membedakan rasa makanan. Jumlah papila pada setiap orang belum tentu sama. Biasanya
perempuan memiliki papila lebih banyak dari pada laki-laki. Orang yang mempunyai
banyak papila akan lebih peka terhadap rasa.
Tiga saraf cranial yang memainkan peranan dalam pengantaran impuls dari lidah
ke otak, yaitu nervus facial (VII) pada bagian 2/3 anterior lidah, nervus glossopharyngeal
(IX) pada bagian 1/3 posterior lidah, dan nervus vagus (X) pada pharynx dan epiglottis.
Diawali dari taste buds pada lidah, impuls menyeba rsepanjang nervus facial dandari 1/3
posterior lidah melalui nervus glossopharyngeal. Impuls dari daerah lain selain lidah
berjalan melalui nervus vagus. Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula
oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa
sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah
insula. Impuls diproyeksikan kedaerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian
dihantarke thalamus yang akan memberi persepsi pengecapan yang dirasa.
Proses Pengecapan :
Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Dengan
demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak dan
merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang akan
menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah
lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut
menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon
berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan
disalurkan kedaerah insula. Impuls diproyeksikan kedaerah cortex serebrum di
postcentral gyrus kemudian di hantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat
mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita.
Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh
masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan
dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat
bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda.
a. rasa manis disebabkan oleh senyawa organik alifatik yang mengandung gugus OH,
beberapa asam amino, aldehid dan gliserol. Pemanis buatan, sakarin dan siklamat
dalam konsentrasi tinggi cenderung memberikan rasa pahit.
b. Rasa pahit disebabkan oleh alkaloid seperti kafein, kuinn, fenol, garam Mg, NH4 dan
Ca.
c. Rasa asin dihasilkan oleh garam anorganik, umumnya NaCl kecuali garam Iodida dan
bromida memberikan rasa pahit sedangkan garam Pb dan Be memberikan rasa manis.
d. Rasa asam disebabkan oleh donor proton. Intensitas rasa asam tergantung ion H+ yang
dihasilkan dari hidrolisis asam (Zuhra, 2009).
Ambang untuk perangsangan rasa asam oleh asam hidroklorida rata-rata 0,0009 M;
untuk perangsangan rasa asin oleh natrium klorida 0,001 M; untuk rasa manis oleh
sukrosa 0,01 M dan untuk rasa pahit oleh kuini 0,000008 M. Perhatikan khususnya
berapa kali indera rasa pahit lebih peka terhadap rangsangan dibandingkan dengan
lainnya, karena rasa pahit ini diharapkan akan memberikan fungsi perlindungan yang
penting (Guyton, 1991).
2.4.2 Suhu
Suhu mempengaruhi kemampuan papila lidah. Sensitifitasnya akan berkurang bila
suhu lebih dari 20C dan lebih kecil dari 30C akan memberikan perbedaan rasa. Seperti
kopi panas akan berkurang pahitnya dari pada kopi dingin. Makanan yang terlalu
panas akan membakar lidah dan dapat merusak kepekaan papila, tapi sel yang rusak
akan diganti dalam beberapa hari (Zuhra, 2009).
2.4.3 Kosentrasi
Treshold merupakan batas konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar masih
bisa dirasakan. Pada setiap orang berbeda-beda. Seseorang dapat mengalami buta rasa
dan untuk mengujinya dapat dilakukan uji dengan menggunakan senyawa Phenyl Thio
Carbamida. Jika seseorang buta rasa makan senyawa ini akan berasa pahit (Zuhra,
2009).
2.4.5 Menginang
2.4.7 Penyakit
Berbagai jenis penyakit, terutama penyakit kronis memerlukan perawatan dan terapi
yang terkadang memakan waktu lama. Efek samping obat tersebut dapat mempengaruhi
penurunan sensitivitas indera pengecap, seperti amphetamin dapat menurunkan
sensitivitas terhadap rasa manis, anestesia seperti lidocaine dapat menyebabkan
berkurangnya sensitivitas rasa asin dan manis, begitu juga penggunaan insulin (untuk
penderita diabetes) yang berkepanjangan
2.4.8 Merokok
Kebiasaan mengkonsumsi rokok dapat menurunkan sensitivitas indera pengecap.
Hal ini dapat dikarenakan saat rokok dihisap, nikotin yang terkondensasi masuk ke dalam
rongga mulut dan menutupi taste buds sehingga kemungkinan menghalangi interaksi zat-
zat makanan ke dalam reseptor pengecap.
Pada tembakau terdapat kandungan utama yaitu nikotin yang bersifat karsinogen
dan adiktif.. Simamora pada tahun 2012, menyatakan bahwa nikotin pada tembakau
dapat menutupi sel taste bud pada lidah sehingga sensitivitas lidah terhadap rasa
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena nikotin pada tembakau memiliki
sifat adiktif yang membuat orang yang mengkonsumsinya akan merasa ketagihan
sehingga nikotin yang terus menerus berkontak dengan lidah akan terakumulasi di
lidah dan menutupi taste bud sehingga lidah mengalami penurunan sensitivitas.
Ganong WF. 2002. Buku ajar fisiologi kedokteran.Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran,
Lee CH, Ko AMS and Yen CF. Betel quid dependence and oral potentially malignant disorders
in six Asian. The British Journal of Psychiatry 2012: 1-9
Norton S. Betel Consumption and Cosequences. J Am Acad Dermatol. 2007; 37:81-88