Pengalaman dari 100 tahun reformasi, dibahas dalam bab 1, dan perkembangan teoritis di
bidang lembaga terbukti telah memberikan wawasan baru ke dalam sistem anggaran yang
berkinerja baik. Salah satunya adalah pengakuan bahwa anggaran memiliki dampak pada
tiga tingkat masyarakat diberbagai sektor diantaranya:
Ketiga tingkatan diatas merupakan reformulasi dari tiga fungsi kontrol sumber daya publik,
perencanaan untuk alokasi sumber daya masa depan, dan pengelolaan sumber daya yang
telah didorong melalui reformasi selama 100 tahun terakhir.
Sebuah wawasan kedua dari telaah teoritis adalah bahwa pengaturan kelembagaan atau
aturan main, baik formal dan informal dapat mempengaruhi kualitas hasil. Berdasarkan
pendekatan dalam buku pegangan terdapat premis bahwa alokasi sumber daya secara
fundamental politik dan penganggaran memainkan peran kunci dalam mendisiplinkan
pengambilan keputusan dari segi politik untuk manajerial. Perspektif kelembagaan ini tidak
masuk akal berarti dan membuktikan bahwa apa yang menjadi kekhawatiran tradisional
tentang kinerja anggaran bisa diabaikan. Sebaliknya, beberapa dan terutama kekhawatiran
tentang informasi anggaran dasar menjadi lebih penting. Pendekatan institusional
memperlihatkan bahwa isu-isu tersebut melalui dipandang agak berbeda dari aturan
permainan. Mungkin kecenderungan untuk melebih-lebihkan pendapatan di banyak negara
mencerminkan tidak membutuhkan begitu banyak teknis kekurangan sebagai insentif
operasi pada sistem.
Kotak 2.1 menggambarkan bahwa politik terletak pada inti penaksiran pendapatan.
Mungkin kegagalan untuk melaksanakan kecanggihan sistem informasi manajemen
keuangan yang terintegrasi bukan merupakan kekurangan hasil dari teknis dan kapasitas,
melainkan insentif yang tidak memadai untuk menuntut informasi untuk potensi pengguna
dari output sistem, terutama politisi dan manajer sektor publik tingkat tinggi.
Sebuah wawasan ketiga dari telaah teoritis adalah bahwa anggaran hanya akan berfungsi
secara efektif pada tiga tingkat tertentu apabila pengambilan keputusan dan sistem
manajemen dilakukan berdasarkan orientasi kinerja. Reformasi anggaran tidak akan secara
otomatis menyebabkan hasil anggaran lebih baik jika pengaturan kelembagaan tidak
mendukung. Anggaran tersebut terlalu sering dipandang sebagai proses dan bukan sebagai
hasil, ketika anggaran adalah bagian dari satu set yang lebih luas dari pemerintahan,
kelembagaan dan aturan manajemen.
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa proses anggaran, sistem langsung terkait kepada aturan
kelembagaan dan sebagian besar dapat menjelaskan hasil pada tingkat 1. Tapi, pada saat
kita sampai hasil level 3, anggaran hanya memiliki satu pengaruh diantara beberapa, semua
perlu menarik ke arah kinerja yang lebih baik jika hasil yang diperoleh juga baik pula .
BOX 2.1
Di Filipina, proyeksi pendapatan terlalu optimis dalam menandai proses anggaran. Politik
menyumbang bagian penting dari masalah. tekanan kuat dikenakan pada para analis untuk
menghasilkan proyeksi anggaran tahunan dan kerangka pengeluaran jangka menengah
(KPJM). Karena politisi dalam kenyataannya cenderung berperan memotong (tidak
menaikkan) pajak dan menghindari aturan-aturan hukum kenaikan pajak, aliran pendapatan
yang diproyeksikan jarang terwujud. Hasil akhirnya biasanya dalam bentuk penghematan
alokasi dana untuk lembaga apabila dibutuhkan oleh “keadaan yang tak terduga.”
Bab 1 menunjukkan bahwa fokus dari upaya reformasi anggaran sering menjadi terlalu
sempit atau terlalu condong dalam teknis (dan lebih sering daripada tidak, keduanya).
Aturan kelembagaan harus dirancang untuk mendisiplinkan dan memfasilitasi pengambilan
keputusan dan pengawasan dari orang-orang sehingga keputusan diperoleh dari para
pemangku kepentingan yang tepat, baik itu menjadi Presiden, menteri secara :
kolektif,menteri individu, legislatif, masyarakat, instansi pusat, instansi, individu manajer,
atau penyedia layanan garis depan.
Para pemain ini sering memiliki peran ganda, baik sebagai pencipta aturan
kelembagaan (Regulator) dan sebagai pemain (pelaku). Sektor publik yang memiliki kinerja
baik akan memiliki sistem pendelegasian wewenang yang jelas.
Gambar 2.2 menyoroti pendelegasian ke bawah untuk agen, dan sistem koordinasi
keatas yang dilakukan agen sebagai persyaratan pelaporan oleh agen dan aturan institusi
terkait akan menjadi dukungan bagi organisasi mereka, Hal tersebutlah yang mendukung
pemerintahan berfungsi dengan baik.
ORGANISASI INSTITUSI
MASYARAKAT UU Pemilu Parpol
Peraturan internal
DEPARTEMEN
Desain peraturan dan keputusan oleh para pemain mencerminkan perhatian baik secara
implisit atau eksplisit untuk masalah keagenan. Kepada siapa otoritas agen didelegasikan.
Hal ini dapat berkontribusi untuk hasil yang bertentangan dengan orang-orang yang dicari
oleh pimpinan.