OLEH KELOMPOK 7:
1.1 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui metode pembuatan sedian langsung (direct
preparat) dari kultur jamur
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa dapat melakukan pembuatan sedian langsung (direct preparat)
dari kultur jamur
2) Mahasiswa dapat melakukan identifikasi makroskopis kultur jamur
3) Mahasiswa dapat melakukan identifikasi mikroskopis kultur jamur
1.2 METODE
Preparat langsung dengan pewarnaan LCB (Lactofenol Cotton Blue)
1.3 PRINSIP
Jamur yang diinokulasi pada media PDA diamati makroskopisnya,
kemudian dibuat sedian pada objek glass yang telah berisi larutan LBC
(Lactofenol Cotton Blue). Kemudian sediaan dapat diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa objektif10x dan dilanjutkan dengan
perbesaran lensa objektif 40x.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak mempunyai zat hijau,
untuk hidup jamur berperan sebagaiparasite saprofit.Jamur hidup pada lingkungan
yang beragam namun sebagian besar jamur hidup ditempat yang lembab. Habitat
jamur berada didarat (terestrial) dan di tempat lembab dengan suhu optimal berkisar
antara 220C sampai 350C, suhu maksimumnya berkisar antara 27 0Csampai 290C, dan
suhu minimum kurang lebih 5 0C. Meskipun demikian banyak pula jamur yang hidup
pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar.Jamur juga dapat
hidup di lingkungan yang asam (Hidayatullah,2018).
Salah satu contoh pangan yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat sebagai
makanan kudapan di Indonesia sekarang adalah roti. Pangan ini merupakan makanan
manusia yang telah dikenal sejak dulu. Jenis makanan ini biasa dikonsumsi oleh
masyarakat dari berbagai belahan dunia. Roti digemari karena rasanya yang lezat
disamping nilai gizinya yang baik. Banyak jenis roti yang beredar di pasaran, salah
satunya adalah roti tawar yang sering digunakan sebagai menu sarapan pagi sebagian
masyarakat Indonesia . Tepung terigu yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan
roti tawar mengandung pati dalam jumlah yang relatif tinggi.2 Pati ini dapat
dihidrolisis menjadi gula sederhana oleh mikroorganisme khususnya jamur, karena
gula sederhana merupakan sumber nutrisi utama bagi mikroorganisme tersebut.3
Jamur merupakan mikro organisme utama yang berperan penting dalam proses
pembuatan dan pembusukan roti. Beberapa jenis jamur yang sering ditemukan pada
pembusukan roti adalah Rhizopus stolonifer, Penicillium sp, Mucor sp dan
Geotrichum sp serta juga bisa terdapat Aspergillus sp dan lainnya (Mizana,2016).
Aspergillus sp adalah jenis jamur yang bersifat eukariotik.Ciri-ciri jamur
Aspergillus sp secara mikroskopis yaitu memiliki hifa bersepta dan bercabang,
konidia muncul dari foot cell (Miselium yang bengkak dan berdinding tebal)
membawa sterigmata dan akan muncul konida membentuk rantai bewarna hijau,
coklat dan hitam (Hidayatullah,2018).
Aspergillus sp terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di daerah tropik dengan
kelembaban yang tinggi. Aspergillus mampu memproduksi mikotoksin, karena
memiliki gen yang mampu memproduksinya. Habitat asli Aspergillus dalam tanah,
kondisi yang menguntungkan meliputi kadar air yang tinggi (setidaknya 7%) dan
suhu tinggi. Aspergillus memiliki tangkai-tangkai panjang (conidiophores) yang
mendukung kepalanya yang besar (vesicle). Di kepala ini terdapat spora yang
membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. Aspergillus mampu tumbuh pada
suhu 370C (Syaifuddin,2017).
A. Klasifikasi Aspergillus Sp
Menurut Hidayatullah (2018) , klasifikasi dari Aspergillus sp sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Deutromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp.
B. Morfologi Aspergillus Sp
Aspergillus mempunyai hifa selebar 2,5-8 µm, bercabang seperti pohon atau kipas
dan miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan merupakan
hifa fertil koloninya berkelompok, konidiofora berseptat atau nonseptat yang muncul
dari sel kaki, pada ujung hifa muncul sebuah gelembung, pada sterigma muncul
konidium–konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara,
konidium–konidium ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua, hijau) yang memberi
warna tertentu pada jamur. Secara umum morfologi Aspergillus sp dapat dilihat pada
gambar berikut.
C. Identifikasi Aspergillus Sp
Aspergillus sp menurut Syaifuddin (2017) dapat kelompokkan dalam beberapa
golongan untuk memudahkan dalam identifikasi. Beberapa golongan tersebut antara
lain :
a. Aspergillus Flavus
Jamur dalam grup ini sering menyebabkan kerusakan makanan. Koloni memiliki
corak, kuning hijau atau kuning abu-abu. Konidiofornya tak berwarna, kasar,
bagian atas agak bulat serta konidia kasar dengan bermacam-macam warna.
Aspergillus flavus di bawah mikroskop.
b. Aspergillus Fumigatus
Aspirgillus fumigatus merupakan fungi saprotrophic yang banyak terdapat di
c. Aspergillus Niger
Konidia atas berwarna hitam, hitam kecoklatan coklat violet. Bagian atas
membesar dan membentuk glubosa. Konidiofornya halus tak berwarna atau
berwarna coklat kuning. Vesikel berbentuk glubosa dengan bagian atas membesar
bagian ujung seperti batang kecil,konidia kasar.
Aspergillus Niger dibawah mikroskop
d. Aspergilus Terreus
Fungi ini mempunyai konidia di bagian atas berwarna putih konidiofornya kasar,
berdinding halus tak berwarna. Konidia berbentuk elips, halus dan berdinding
halus.
- Warna Koloni :
Hijau-Kuning (bagian
tengah koloni)
Hijau-abu
Pada bagian bawah
media, hifa berwarna
kuning
- Tekstur Koloni
Granular
- Tidak terdapat tetesan
eksudat.
- Lingkaran konsentris.
- Bentuk koloni verrugase
Aspergillus fumigatus
Merupakan bagian
hifa yang berada di
atas media
Hifa bersekat
Terdapat konidiofor
yang berbentuk
membulat diujung.
Warna kondiofor
setelah dilakukan
pewarnaan berwarna
biru pekat
Asperigillus flavus
Merupakan bagian
hifa yang berada di
atas media
Hifa bersekat
Terdapat konidiofor
Hifa yang dekat
dengan konidiofor
membesar sehingga
tampak lonjong
Warna konidiofor
setelah dilakukan
pewarnaan berwarna
biru muda
- Warna Koloni :
Hijau-Kuning (bagian
tengah koloni)
Hijau-abu
Pada bagian bawah
media, hifa berwarna
kuning
- Tekstur Koloni
Granular
- Tidak terdapat tetesan
eksudat.
- Lingkaran konsentris.
- Bentuk koloni verrugase
Merupakan bagian
hifa yang berada di
atas media
Hifa bersekat
Terdapat konidiofor
yang berbentuk
membulat diujung.
Warna kondiofor
setelah dilakukan
pewarnaan berwarna
biru pekat
Miselia/miselium
terwarna kebiruan
Merupakan bagian
hifa yang berada di
atas media
Hifa bersekat
Terdapat konidiofor
Hifa yang dekat
dengan konidiofor
membesar sehingga
tampak lonjong
Warna konidiofor
setelah dilakukan
pewarnaan berwarna
biru muda
4.2 PEMBAHASAN
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun tidak. Dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan
makanan atau minuman diperlukan suatu sistem pangan yang memberikan
perlindungan baik bagi produsen maupun konsumen pangan, serta tidak
bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut
pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui pengaturan, pembinaan dan
pengawasan terhadap pangan (Dina Khaira & Netty S. 2016).
Salah satu contoh pangan yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat
sebagai makanan kudapan di Indonesia sekarang adalah roti. Jenis makanan ini
biasa dikonsumsi oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia. Roti digemari
karena rasanya yang lezat disamping nilai gizinya yang baik. Menurut Kusuma,
tepung terigu yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan roti mengandung pati
dalam jumlah yang relatif tinggi. Pati ini dapat dihidrolisis menjadi gula
sederhana oleh mikroorganisme khususnya jamur, karena gula sederhana
merupakan sumber nutrisi utama bagi mikroorganisme tersebut. Jamur merupakan
mikro organisme utama yang berperan penting dalam proses pembuatan dan
pembusukan roti. Beberapa jenis jamur yang sering ditemukan pada pembusukan
roti adalah Rhizopus stolonifer, Penicillium sp, Mucor sp dan Geotrichum sp serta
juga bisa terdapat Aspergillus sp dan lainnya (Dina Khaira & Netty S. 2016).
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifat heterotrof, tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.
Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk
anyaman bercabang-cabang (miselium). Organisme yang disebut jamur bersifat
heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak
berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding
yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan
memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Mayasari, 2014)
Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri fungi berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan,
dan reproduksinya. Fungi benang terdiri atas massa benang yang bercabang-
cabang yang disebut miselium. Miselium tersusun dari hifa (filamen) yang
merupakan benang-benang tunggal. Badan vegetatif jamur yang tersusun dari
filamen-filamen disebut thallus. Berdasarkan fungsinya dibedakan dua macam
hifa, yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang dapat
membentuk sel-sel reproduksi atau spora-spora. Apabila hifa tersebut arah
pertumbuhannya keluar dari media disebut hifa udara. Hifa vegetatif adalah hifa
yang berfungsi untuk menyerap makanan dari substrat (Mayasari, 2014)
Pemeriksaan jamur pada roti yang telah ditumbuhi jamur dilakukan dengan
kultur pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) dan diinkubasi dalam suhu
ruang selama beberapa hari. Teknik kultur dilakuan secara aseptik dengan cara
samapel dimasukkan kedalam cawan petri steril yang diambil dengan ose dan
ditanamkan pada permukaan media SDA dan diinkubasikan pada suhu kamar
selama 3-7 hari. Pada hari ke-3 dan seterusnya biakan diamati terhadap
pertumbuhan koloni jamur secara makroskopik yaitu dengan melihat bentuk,
warna, permukaan bawah dan tepi koloni, tekstur, tetesan eksudat dan garis pada
koloni jamur. Untuk melihat jenis jamur yang tumbuh pada media SDA dilakukan
pemeriksaan secara mikroskopis dengan membuat slide preparat secara langsung
dari kultur jamur dengan pewarna LCB (Lactofenol Cotton Blue). LCB
merupakan metode yang paling banyak digunakan pewarnaan dan mengamati
jamur karena kesederhanaan penggunaannya. LCB memiliki tiga komponen, yaitu
fenol, yang akan membunuh setiap organisme hidup; asam laktat yang
mempertahankan struktur jamur, dan cotton blue yang akan mewarnai kitin dalam
dinding sel jamur. Pewarnaan dengan LCB sangat mudah dilakukan, mula-mula
disiapkan objek glass kemudian difiksasi objek glass tersebut di atas api bunsen.
Tujuan dari fiksasi ini adalah untuk menghilangkan lemak atau kotoran yang
berada dalam objek glass sehingga tidak mengganggu pengamatan. Selanjutnya
diambil ±2 tetes LCB dan diletakkan pada bagian tengah objek glass.
Menggunakan ose, diambil isolat jamur di bagian tepi media PDA, kemudian
ditambahkan ke dalam objek glass yang telah berisi LCB tersebut, dihomogenkan
preparat secara perlahan agar tidak merusak komponen jamur tersebut kemudian
ditutup dengan cover glass. Preparat kemudian diinkubasi selama ±20 menit agar
LCB tersebut meresap secara optimal ke dalam struktur jamur sehingga warna
dinding sel nya pun terwarnai secara optimal. Hindari terbentuknya gelembung
karena bisa mempersulit proses pengamatan. Pengamatan kemudian dilakukan di
bawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10x dan 40x (Widhiasih, P. R.,
dkk. 2015).
Hasil pemeriksaan makroskopis kultur jamur pada roti yang telah jamuran
yaitu memiliki warna abu-abu terdapat kekuningan ditengahnya dan warna hijau.
Sedangkan pada bagian bawah dari media menujukkan adanya hifa yang
berwarna kuning ke orange. Tekstur kultur jamur yaitu granular yang tampak
koloni lebih kasar pada permukaannya dan terlihat banyak konidia yang
terbentuk. Bentuk verrugasa yaitu koloni yang memiliki penampakan kusut dan
keriput. Biasanya koloni tidak memiliki hifa arial. Dalam koloni jamur tidak
terdapat tetesan eksudat atau tidak ada titik-titik cairan yang terlihat pada
permukaan koloni dan koloni yang terbentuk memiliki garis yang konsentris.
Dari gambar tersebut maka dapat diidentifikasikan jenis jamur tersebut yaitu
Aspergilus Flavus. Jamur dalam grup ini sering menyebabkan kerusakan
makanan. Konidiofornya tidak berwarna, kasar, bagian atas agak bulat serta
konidia kasar dengan bermacam-macam warna (Syaifuddin, 2017). Awalnya
koloni yang terbentuk berwarna putih dan memiliki permukaan beludru yang
lembut. Pada inkubasi selanjutnya, koloni-koloni menjadi terangkat dan berubah
menjadi flokos di bagian tengah, dengan beberapa isolat sangat floccose. Selama
sporulasi, koloni menghasilkan konidia hijau kekuningan dan zaitun. Konidia
menutupi seluruh permukaan koloni kecuali bagian tepinya. Perbatasan putih
kemudian menghilang ketika koloni menjadi lebih besar dan menghasilkan lebih
banyak konidia. Tidak ada eksudat yang diproduksi. Sisi kebalikan koloni
berkerut dan sedikit coklat pucat. Konidia berbentuk bulat dengan dinding tipis,
yang sedikit kasar dan berkisar antara 250 dan 450 μm (Thathana, 2017).
Setelah jamur diambil dan diletakkan pada objek glass, jamur diratakan
dengan warna kemudian jamur yang ukurannya besar diambil dan dibakar pada
ose. Hal ini dikarenakan sediaan jamur secara langsung ini termasuk preparat
basah sehingga harus ditutup dengan menggunakan cover glass sebelum diamati
di bawah mikroskop, jika sisa jamur yang besar tadi dibiarkan maka akan sulit
menutup dengan cover glass. Saat pembuatan preparat sudah selesai, preparat
harus difiksasi pada api bunsen agar jamur melekat pada objek glass dan
strukturnya kuat. Pada pengamatan dengan lensa obyektif 40x, pada preparat
pertama ditemukan jamur dengan ciri – ciri hifa bersepta, memiliki vesikel
berbentuk bulat pada ujung konidiofor yang menopang konidia di atasnya. Sedang
pada preparat kedua ditemukan jamur dengan ciri yang mirip, namun pada bagian
vesikel sedikit lebih lonjong dan sedikit lebih transparan dari jamur pada preparat
pertama yang biru pekat. Secara mikroskopis, jamur ini merupakan Aspergillus
sp.