Disusun oleh :
Taufik Wiyoga Nugroho 20184030030
Fahrul Azmy AS 20184030008
Ayomni Nastiti 20184030017
Dini Aldila 20184030070
Nia Ayu Lestari 20184030090
Nurhidayanti 20184030011
Disusun oleh :
Taufik Wiyoga Nugroho 20184030030
Fahrul Azmy AS 20184030008
Ayomni Nastiti 20184030017
Dini Aldila 20184030070
Nia Ayu Lestari 20184030090
Nurhidayanti 20184030011
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
G. KEGIATAN PENUNJANG
Kegiatan penunjang dari kegiatan ini yaitu dengan cara melakukan penyuluhan atau
edukasi serta memberikan lembar leaflet kepada keluarga pasien terkait pencegahan dan
perawatan kaki Diabetes Militus
.
H. JADWAL KEGIATAN
Waktu (Hari)
No Kegiatan
H1 H2 H3 H4
1 Penyusunan proposal
kegiatan dan persiapan
kelompok
2
Pelaksanaan kegiatan
3
Penyusunan laporan
4
Pengumpulan laporan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin dan kedua-duanya (Perkeni, 2015). Diabetes
merupakan suatu gangguan kronis yang diakibatkan ketidakcukupan produksi insulin oleh
tubuh atau ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin (IDF, 2015). Diagnosis DM
dapat ditegakkan apabila terdapat gejala klasik DM dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya seta kadar glukosa plasma ≥200mg/dl setelah 2 jam dilakukan
tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram (Perkeni, 2015).
2. Penyebab
Penyebab utama terjadinya gangguan metabolik DM tipe 1 adalah adanya kelainan
autoimun yang menyerang sel beta pada pankreas, kejadian ini idiopatik atau masih belum
diketahui secara pasti penyebabnya (ADA, 2016; IDF, 2015). Sedangkan pada DM tipe 2
adalah resistensi insulin dan berkurangnya sekresi insulin relatif oleh sel beta pankreas
yang diakibatkan kompensasi sekresi insulin yang tidak adekuat(ADA, 2016; Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2015; Kementerian Kesehatan RI, 2011).
3. Faktor resiko diabetes melitus
a. Faktor resiko yang dapat diubah
1) Gaya hidup
Diet tidak seimbang konsumsi tinggi karbohidrat, lemak dan gula dengan
rendah serat serta kurang aktivitas dan stres mengakibatkan kolesterol tinggi dan
obesitas. Selain itu, perokok aktif dan perokok pasif memiliki resiko tinggi DM akibat
resistensi insulin oleh nikotin (Depkes, 2008;Trisnawati & Setyorogo, 2013).
2) Hipertensi
Seseorang mengalami hipertensi beresiko 1,5 kali lebih besar mengalami
diabetes dikarenakan penebalan dan penyempitan pembuluh darah menyebabkan
pengangkutan glukosa dalam darah terganggu(Kemenkes, 2011; Perkeni, 2015;
Trisnawati & Setyorogo, 2013).
3) Obesitas
Seseorang yang mengalami obesitas memiliki resiko 2,7 kali lebih besar
terserang diabetes daripada orang dengan indeks masa tubuh (IMT) normal
dikarenakan peningkatan asam lemak (free fatty acid) mengganggu transporter
glukosa ke membran plasma dan menyebabkan resistensi insulin pada jaringan otot
dan adiposa (Depkes, 2008; Kemenkes, 2011; Perkeni, 2015; Trisnawati & Setyorogo,
2013).
b. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a) Jenis kelamin
Perempuan memiliki resiko lebih tinggi mengidap DM tipe 2 daripada laki-laki
karena peluang peningkatan IMT pada perempuan lebih besar (Kemenkes, 2011;
Trisnawati & Setyorogo, 2013).
b) Usia
Seseorang dengan usia 45 tahun keatas rentan terserang DM tipe 2 karena
degenerasi sel beta pankreas dan penurunan aktivitas mitokondria otot memicu
terjadinya resistensi insulin (ADA, 2016; Trisnawati & Setyorogo, 2013)
c) Riwayat keluarga dengan DM
Anak yang dilahirkan dari ibu dengan DM dan diabetes gestasional memiliki
resiko tinggi terserang DM tipe 2 di masa depan. Jika salah satu orang tua menderita
DM maka resikonya 10% sedangkan jika kedua orang tuanya memiliki DM faktor
resikonya 75% (ADA, 2016; IDF, 2015; Trisnawati & Setyorogo, 2013).
d) Ras atau etnis
Etnis Afrika Amerika, orang Amerika asli, Hispanik (orang latin) dan Asia
Amerika beresiko lebih tinggi terhadap DM (ADA, 2016; Depkes, 2008).
e) Riwayat kehamilan
Ibu yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan lahir >4000 gram atau
pernah menderita diabetes gestasional memiliki risiko tinggi mengidap DM tipe 2
(Depkes, 2008; IDF, 2015; WHO, 2006).
4. Klasifikasi
a) Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 merupakan jenis DM yang menempati 5-10%
prevalensinya di dunia, penyakit ini diakibatkan oleh adanya reaksi autoimun yang
bersifat idiopatik (belum diketahui penyebabnya) menyerang sel beta-pankreas
dimana produksi insulin berlangsung, hal ini menyebabkan produksi insulin tidak
mencukupi kebutuhan harian pada penderitanya. Biasanya terjadi pada anak-anak
usia 8 – 9 tahun atau usia muda (ADA, 2016; IDF, 2015).
b) Diabetes melitus tipe 2 (T2DM)
Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang angka kejadiannya
tertinggi yaitu 90-95% di dunia dan biasanya terjadi pada usia dewasa dan terjadi
peningkatan pada anak-anak dan remaja. Awalnya seseorang dengan DM tipe 2
mampu memproduksi insulin dengan efektif namun secara bertahap terjadi
resistensi dan ketidakefektifan produksi insulin yang menyebabkan kadar gula
darah meningkat. Fokus penaganan pada DM tipe 2 yaitu diet sehat, meningkatkan
aktivitas dan mempertahankan berat badan terkontrol (ADA, 2016; IDF, 2015).
c) Diabetes gestasional
Diabetes gestasional adalah peningkatan kadar glukosa darah ringan pada
wanita hamil yang dimulai pada saat sekitar usia kehamilan minggu ke 24 dan
kembali normal setelah melahirkan. Gejala yang timbul pada kondisi ini yaitu
sering haus dan peningkatan buang air kecil (IDF, 2015; Kurniawan, 2016).
c. Neuropati
Neuropati menyebabkan gangguan saraf motorik, sensorik dan otonom.Gangguan
motorik menyebabkan atrofi otot, deformitas kaki, perubahanbiomekanika kaki dan
distribusi tekanan kaki terganggu sehingga menyebabkankejadian ulkus
meningkat.Gangguan sensorik disadari saat pasien mengeluhkankaki kehilangan
sensasi atau merasa kebas.Rasa kebas menyebabkan traumayang terjadi pada pasien
penyakit DM sering kali tidak diketahui.Gangguanotonom menyebabkan bagian kaki
mengalami penurunan ekskresi keringatsehingga kulit kaki menjadi kering dan mudah
terbentuk fissura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan kaki yang mudah retak
meningkatkan risiko terjadinyaulkus diabetikum. Menurut Boulton AJ pasien penyakit
DM dengan neuropatimeningkatkan risiko terjadinya ulkus diabetikum tujuh kali
dibanding denganpasien penyakit DM tidak neuropati.
d. Peripheral Artery Disease
Penyakit arteri perifer adalah penyakit penyumbatan arteri di ektremitas bawahyang
disebakan oleh atherosklerosis.Gejala klinis yang sering ditemui padapasien PAD
adalah klaudikasio intermitten yang disebabkan oleh iskemia ototdan iskemia yang
menimbulkan nyeri saat istirahat. Iskemia berat akan mencapaiklimaks sebagai ulserasi
dan gangren. Pemeriksaan sederhana yang dapatdilakukan untuk deteksi PAD adalah
dengan menilai Ankle Brachial Indeks(ABI) yaitu pemeriksaan sistolik brachial tangan
kiri dan kanan kemudian nilaisistolik yang paling tinggi dibandingkan dengan nilai
sistolik yang paling tinggidi tungkai. Nilai normalnya dalah O,9 - 1,3. Nilai dibawah
0,9 itu diindikasikan
bawah pasien penderita DM memiliki penyakit arteri perifer.
4. Tanda dan gejala ulkus diabetes
a) Sering kesemutan
b) Nyeri kaki saat istirahat
c) Kerusakan jaringan (nekrosis)
d) Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea
e) Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
f) Kulit kering
5. Patofisiologi
Pada gula darah yang tinggi pada pasien DM menyebabkan viskositas darah tinggi
sehingga perfusi jaringan menjadi lambat. bagian perifer tubuh memiliki pembuluh darah
kapiler yang kecil-kecil sehingga keadaan ini menimbulkan gangguan pada perfusi
jaringan perifer. karena terhambatnya aliran darah maka pasokan nutrisi dan oksigen ke
perifer menjadi terganggu. Semakin lama kondisi akan menyebabkan hipoksia dan terjadi
kematian jarigan pada saraf perifer dan terjadi neuropati. neuropati menimbulkan turunnya
sensasi untuk merasakan sehingga tubuh rawan terkena cidera tanpa dirasakan. ketika
terjadi cidera makan tingginya kadar glukosa darah menghalangi mediator inflamasi dan
sel imun untuk melindungi tubuh dari patogen sehingga infeksi sangat beresiko.
6. Perawatan kaki Diabetes Mellitus
Dibawah ini beberapa komponen dari perawatan kaki yang dianjurkan bagi penderita
diabetes melitus (NDEP 2009, Indian Health Diabetes Best Practice, 2011) :
a) Memeriksa kondisi kaki setiap hari
- Cuci tangan sebelum memeriksa keadaan kaki.
- Kenali kondisi punggung dan telapak kaki dari tanda-tanda seperti : kering dan pecah-
pecah, lepuh, luka, kemerahan, teraba hangat dan bengkak saat diraba. Kenali adanya
bentuk kuku yang tumbuh kearah dalam (ingrown toenails), kapalan dan kalus.
- Gunakan cermin jika tidak mampu melihat bagian telapak kaki.
- ika terdapat tanda-tanda diatas, pasien harus segera ke tenaga kesehatan khusus untuk
mendapat perawatan kaki lebih awal.
b) Menjaga kebersihan kaki setiap hari
- Bersihkan dan cuci kaki setiap hari dengan menggunakan air suam suam kuku dan
gunakan sabun yang ringan serta lembut.
- Cek suhu air sebelum digunakan mencuci kaki dengan menggunakan siku jari tangan
yang dicelupkan ke dalam air.
- Rendam kaki dengan air hangat di dalam Waskom selama 2-3 menit.
- Bersihkan menggunakan sabun lembut sampai ke sela-sela jari kaki sambil dipijit
dengan lembut.
- Jika kuku kaki kotor, sikat kuku kaki dengan menggunakan sikat kuku dan sabun.
- Bilas kaki dengan menggunakan air hangat.
- Keringkan kaki menggunakan kain bersih yang lembut sampai ke sela jari kaki.
- Pakailah pelembab atau krim pada kaki, jangan sampai melampaui jari kaki.
- Saat memakai pelembab, usahakan tidak menggosok tetapi dianjurkan dengan cara
memijat pada telapak kaki.
c) Memotong kuku yang baik dan benar
- Potong kuku kaki minimal 1 minggu 1 kali.
- Potong kuku dengan hati-hati, jangan sampai melukai kulit.
- Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
- Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa karena dapat menyebabkan luka
pada kaki.
- Gunakan gunting kuku yang dikhususkan untuk memotong kuku
- Gunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara lurus.
- Jangan gunakan cat kuku.
- Kuku kaki yang menusuk daging dan kapalan, hendaknya diobati oleh dokter.
d) Memilih alas kaki yang baik
- Lindungi kaki anda dengan selalu menggunakan alas kaki baik di dalam maupun di
luar ruangan.
- Alas kaki yang baik adalah sepatu karena dapat melindungi kaki secara penuh.
- Alas kaki harus terbuat dari bahan yang lembut untuk kaki, tidak keras.
- Pilih sepatu dengan ukuran yang pas dan ujung tertutup. Sisakan ruang sebanyak kira-
kira 2,5 cm antara ujung kaki dengan sepatu.
- Jangan memaksakan kaki menggunakan sepatu yang tidak sesuai dengan ukuran kaki
(kebesaran/kekecilan).
- Periksa bagian dalam sepatu sebelum digunakan.
- Bagi wanita, jangan gunakan sepatu dengan hak yang terlalu tinggi karena dapat
membebani tumit kaki.
- Jika akan menggunakan sepatu baru, maka harus dipakai secara berangsur-angsur dan
hati-hati.
- Jari kaki harus masuk semua kedalam sepatu, tidak ada yang menekuk.
- Dianjurkan memakai kaos kaki apalagi jika kaki terasa dingin.
- Memakai kaos kaki yang bersih dan mengganti setiap hari.
- Kaos kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai bahan sintetis, karena
bahan ini menyebabkan kaki berkeringat
e) Pencegahan cedera pada kaki
- Selalu memakai alas kaki yang lembut baik di dalam ruangan maupuan di luar
ruangan.
- Selalu memeriksa dalam sepatu atau alas kaki sebelum memakainya.
- Selalu mengecek suhu air ketika ingin menggunakan, caranya dengan menggunakan
siku jari. Hindari merokok untuk pencegahan kurangnya sirkulasi darah ke kaki.
- Hindari menekuk kaki dan melipat kaki terlalu lama.
- Hindari berdiri dalam satu posisi kaki pada waktu yang lama.
- Melakukan senam kaki secara rutin.
- Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol walaupun
ulkus diabetik sudah sembuh
f) Pengelolaan cedera awal pada kaki
- Jika ada lecet, tutup luka atau lecet tersebut dengan kain kasa kering setelah diberikan
antiseptic (povidon iodine) di area cedera.
- Segera mencari tim kesehatan khusus yang menangani kesehatan kaki diabetes jika
luka tidak sembuh.
Daftar Pustaka
American Diabetes Association. (2016). Position statement: Standards of Medical Care in
Diabetes. Diab Care. 2010;33 (Suppl.1)
International Diabetes Federation. (2017). Diabetes in Indonesia – 2017.
From:http://www.idf.org/membership/wp/indonesia . diakses tanggal 4 November 2018.
Kartika, R. W. (2017). Pengelolaan gangren kaki diabetik. Jakarta: Continuing Medical
Education, 44(1).
Langi, A.Y.(2011). Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu. Jurnal
Biomedik. Vol (3). No. 2 (95-101)
Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB Perkeni).
Retrieved from http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf
Roza, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. (2015). Faktor risiko terjadinya ulkus
diabetikum pada pasien diabetes mellitus yang dirawat jalan dan inap di RSUP Dr. M.
Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1).
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes
Melitus. Jakarta: Dirjen PP & PL
Departemen Kesehatan RI. (2008). Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes
Melitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Retrieved from
https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/petunjuk-teknis-pengukuran-faktor-
resiko-diabetes-militus_2008.pdf