Cerita Islami
Cerita Islami
Oleh: KH Abdullah Gymnastiar
Seakan telah menjadi bagian yang sangat standar dari skenario kehidupan ini,
bahwa hampir sepanjang rentang usia dunia hingga saat ini, betapa banyak orang
yang selama hidupnya begitu disibukkan oleh kerja keras, peras keringat
banting tulang dalm mencari penghidupan, persis seperti ketakutan tidak
kebagian makan. Apa yang telah diperolehnya dikumpulkumpulkan dan ditimbun
dengan seksama demi agar anakanaknya terjamin masa depannya.
Ada juga orang yang dalam hidupnya teramat merindukan penghargaan dan
penghormatan, sehingga hariharinya begitu disibukan dengan memperindah rumah,
mematutmatut diri, membeli aneka asesori, dan sebagainya, yang semua itu
notabene dilakukan sematamata ingin dihargai orang.
Sekiranya tujuan sebuah rumah tangga hanya duniawi belaka, maka batapa para
penghuninya akan merasakan letih lahir batin karena energinya akan lebih
banyak terkuras oleh segala bentuk pemikiran tentang taktik dan siasat, serta
nafsu menggebu untuk mengejarngejarnya terus menerus siang malam. Padahal,
apa yang didapatkannya tak lebih dari apa yang telah ditetapkan Alloh
untuknya. Walhasil, hariharinya akan terjauhkan dari ketenteraman batin dan
keindahan hidup yang hakiki karena tak ubahnya seorang budak. Ya, budak
dunia !
Alloh ‘Azza wa jalla memang telah berfirman untuk siapa pun yang menyikapi
dunia dengan cara apa pun : cara hak maupun cara bathil. “Hai dunia, titah
Nya, “ladeni orang yang sungguhsungguh mengabdikan dirinya kepadaKu. Akan
tetapi sebaliknya, perbudak orang yang hidupnya hanya menghamba kepadaMu” !
Rumah tangga yang hanya ingin dipuji karena asesoris duniawi yang dimilikinya,
yang sibuk hanya menilai kebahagiaan dan kemuliaan datang dari perkara
duniawi, adalah rumah tangga yang pasti akan diperbudak olehnya.
Rumah tangga yang tujuannya hanya Alloh, ketika mendapatkan karunia duniawi,
akan bersimpuh penuh rasa syukur kehadiratNya. Sama sekali tidak akan pernah
kecewa dengan seberapa pun yang Alloh berikan kepadaNya. Demikian pun
manakala Alloh mengambilnya kembali dari tangannya, sekalikali tidak akan
pernah kecewa karena yakin bahwa semua ini hanyalah titipannya belaka.
Pendek kata adanya duniawi di sisinya tidak membuatnya sombong tiadanya pun
tiada pernah membuatnya menderita dan sengsara, apalagi jadi merasa rendah
diri karenanya. Lebihlebih lagi dalam hal ikhtiar dalam mendapatkan karunia
duniawi tersebut. Baginya yang penting bukan perkara dapat atau tidak dapat,
melainkan bagaimana agar dalam rangka menyongsong hati tetap terpelihara,
sehingga Alloh tetap ridha kepadanya. Jumlah yang didapat tidaklah menjadi
masalah, namun kejujuran dalam menyongsongnya inilah yang senantiasa
diperhatikan sungguhsungguh. Karena, nilainya bukanlah dari karunia duniawi
yang diperolehnya, melainkan dari sikap terhadapnya.
Oleh karena itu, rumah tangga yang tujuannya Alloh Azza wa Jalla sama sekali
tidak akan silau dan terpedaya oleh ada atau tidak adanya segala perkara
duniawi ini. Karena, yang penting baginya,ketika aneka asesoris duniawi itu
tergenggam di tangan, tetap membuat Alloh suka. Sebaliknya, ketika semua itu
tidak tersandang, Alloh tetap ridha. Demikian pun gerak ikhtiarnya akan
membuahkan cinta darinya.
Merekalah para penghuni rumah tanggga yang memahami hakikat kehidupan dunia
ini. Dunia, bagaimana pun hanyalah senda gurau dan permainan belaka, sehingga
yang mereka cari sesungguhnya bukan lagi dunianya itu sendiri, melainkan Dzat
yang Maha memiliki dunia. Bila orangorang pencinta dunia bekerja sekeras
kerasanya untuk mencari uang, maka mereka bekerja demi mencari dzat yang Maha
membagikan uang kalau orang lain sibuk mengejar prestasi demi ingin dihargai
dan dipuji sesama manusia, maka mereka pun akan sibuk mengejar prestasi demi
mendapatkan penghargaan dan pujian dari Dia yang Maha menggerakan siapapun
yang menghargai dan memuji
Perbedaan itu, jadinya begitu jelas dan tegas bagaikan siang dan malam. Bagi
rumah tangga yang tujuannya yang hanya asesoris duniawi pastilah aneka
kesibukannya itu sematamata sebatas ingin mendapatkan ingin mendapatkan yang
satu itu saja sedangkan bagi rumah tangga yang hanya Alloh yang menjadi tujuan
dan tumpuan harapannnya, maka otomatis yang dicarinya pun langsung tembus
kepada Dzat Maha pemilik dan penguasa segalagalanya.
Pastikan rumah tangga kita tidak menjadi pencinta dunia. Karena, betapa banyak
rumah tangga yang bergelimang harta, tetapi tidak pernah berbahagia. Betapa
tak sedikit rumah tangga yang tinggi pangkat, gelar dan jabatannya, tetapi
tidak pernah menemukan kesejukan hati. Memang, kebahagian yang hakiki itu
hanyalah bagi orangorang yang disukai dan dicintai olehNya.
Wallahu ‘alam
(fzyqn)[manajemenqolbu.com]***