Anda di halaman 1dari 2

Bila Rumah Tangga Cinta Dunia

Oleh: KH Abdullah Gymnastiar

ManajemenQolbu.Com  :”Dan   tiadalah   kehidupan   di   dunia   ini,   melainkan   senda


gurau dan main­main. Dan sesunguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan
kalau mereka mengetahui” Al­Ankabut ayat 64

Seakan telah menjadi bagian yang sangat standar dari skenario kehidupan ini,
bahwa hampir sepanjang rentang usia dunia hingga saat ini, betapa banyak orang
yang   selama   hidupnya   begitu   disibukkan   oleh   kerja   keras,   peras   keringat
banting   tulang   dalm   mencari   penghidupan,   persis   seperti   ketakutan   tidak
kebagian   makan.   Apa   yang   telah   diperolehnya   dikumpul­kumpulkan   dan   ditimbun
dengan seksama demi agar anak­anaknya terjamin masa depannya.

Ada   juga   orang   yang   dalam   hidupnya   teramat   merindukan   penghargaan   dan
penghormatan, sehingga hari­harinya begitu disibukan dengan memperindah rumah,
mematut­matut   diri,   membeli   aneka   asesori,   dan   sebagainya,   yang   semua   itu
notabene dilakukan semata­mata ingin dihargai orang.

Inilah   fenomena   kehidupan   yang   menunjukan   betapa   manusia   dalam   kehidupannya


akan selalu berpeluang dekat dengan hawa nafsu yan merugikan. Oleh sebab itu,
bagi siapa pun yang berniat mengayuh bahtera rumah tangga, hendaknya jangan
membayangkan rumah tangga akan beroleh kebahagiaan dan ketenangan bila hanya
dipenuhi   dengan   hal­hal   duniawi   belaka.   Karena,   segala   asesoris   duniawi
diberikan oleh Alloh kepada orang yang terlaknat sekalipun.

Sekiranya tujuan sebuah rumah tangga hanya duniawi belaka, maka batapa para
penghuninya   akan   merasakan   letih   lahir   batin   karena   energinya   akan   lebih
banyak terkuras oleh segala bentuk pemikiran tentang taktik dan siasat, serta
nafsu   menggebu   untuk   mengejar­ngejarnya   terus   menerus   siang   malam.   Padahal,
apa   yang   didapatkannya   tak   lebih   dari   apa   yang   telah   ditetapkan   Alloh
untuknya. Walhasil, hari­harinya akan terjauhkan dari ketenteraman batin dan
keindahan   hidup   yang   hakiki   karena   tak   ubahnya   seorang   budak.   Ya,   budak
dunia !

Alloh   ‘Azza  wa   jalla  memang   telah  berfirman   untuk  siapa   pun  yang   menyikapi
dunia dengan cara apa pun :  cara hak maupun cara bathil. “Hai dunia, titah­
Nya,   “ladeni   orang   yang   sungguh­sungguh   mengabdikan   dirinya   kepada­Ku.   Akan
tetapi sebaliknya, perbudak orang yang hidupnya hanya menghamba kepada­Mu” !

Rumah tangga yang hanya ingin dipuji karena asesoris duniawi yang dimilikinya,
yang   sibuk   hanya   menilai   kebahagiaan   dan   kemuliaan   datang   dari   perkara
duniawi, adalah rumah tangga yang pasti akan diperbudak olehnya.

Rumah tangga yang tujuannya hanya Alloh, ketika mendapatkan karunia duniawi,
akan bersimpuh penuh rasa syukur kehadirat­Nya. Sama sekali tidak akan pernah
kecewa   dengan   seberapa   pun   yang   Alloh   berikan   kepada­Nya.   Demikian   pun
manakala   Alloh   mengambilnya   kembali   dari   tangannya,   sekali­kali   tidak   akan
pernah kecewa karena yakin bahwa semua ini hanyalah titipannya belaka.

Pendek kata adanya duniawi di sisinya tidak membuatnya sombong tiadanya pun
tiada   pernah   membuatnya   menderita   dan   sengsara,   apalagi   jadi   merasa   rendah
diri karenanya. Lebih­lebih lagi dalam hal ikhtiar dalam mendapatkan  karunia
duniawi tersebut. Baginya yang penting bukan perkara dapat atau tidak dapat,
melainkan   bagaimana   agar     dalam   rangka   menyongsong   hati   tetap   terpelihara,
sehingga   Alloh   tetap   ridha   kepadanya.   Jumlah   yang   didapat   tidaklah   menjadi
masalah,   namun   kejujuran   dalam   menyongsongnya   inilah   yang   senantiasa
diperhatikan sungguh­sungguh. Karena, nilainya bukanlah dari karunia duniawi
yang diperolehnya, melainkan dari sikap terhadapnya.

Oleh karena itu, rumah tangga  yang tujuannya Alloh Azza wa Jalla sama sekali
tidak   akan   silau   dan   terpedaya   oleh   ada   atau   tidak   adanya   segala   perkara
duniawi   ini. Karena, yang penting baginya,ketika aneka asesoris duniawi itu
tergenggam di tangan, tetap membuat Alloh suka. Sebaliknya, ketika semua itu
tidak   tersandang,   Alloh   tetap   ridha.   Demikian   pun   gerak   ikhtiarnya   akan
membuahkan cinta darinya.

Merekalah para penghuni rumah tanggga yang memahami hakikat kehidupan dunia
ini. Dunia, bagaimana pun hanyalah senda gurau dan permainan belaka, sehingga
yang mereka cari sesungguhnya bukan lagi dunianya itu sendiri, melainkan Dzat
yang   Maha   memiliki   dunia.   Bila   orang­orang   pencinta   dunia   bekerja   sekeras­
kerasanya untuk mencari uang, maka mereka bekerja demi mencari dzat yang Maha
membagikan uang kalau orang lain sibuk mengejar prestasi demi ingin dihargai
dan dipuji sesama manusia, maka mereka pun akan sibuk mengejar prestasi demi
mendapatkan   penghargaan   dan   pujian   dari   Dia   yang   Maha   menggerakan   siapapun
yang menghargai dan memuji

Perbedaan itu, jadinya begitu jelas dan tegas bagaikan siang dan malam. Bagi
rumah   tangga   yang   tujuannya   yang   hanya   asesoris   duniawi   pastilah   aneka
kesibukannya itu semata­mata sebatas ingin mendapatkan ingin mendapatkan yang
satu itu saja sedangkan bagi rumah tangga yang hanya Alloh yang menjadi tujuan
dan   tumpuan   harapannnya,   maka   otomatis   yang   dicarinya   pun   langsung   tembus
kepada Dzat Maha pemilik dan penguasa segala­galanya.

Pastikan rumah tangga kita tidak menjadi pencinta dunia. Karena, betapa banyak
rumah tangga yang bergelimang harta, tetapi tidak pernah berbahagia. Betapa
tak   sedikit   rumah   tangga   yang   tinggi   pangkat,   gelar   dan   jabatannya,   tetapi
tidak   pernah   menemukan   kesejukan   hati.   Memang,   kebahagian   yang   hakiki   itu
hanyalah bagi orang­orang yang disukai dan dicintai oleh­Nya.

“Ketahuilah,   bahwa   sesungguhnya   kehidupan   dunia   itu   hanyalah   permainan   dan


sesuatu yang melalaikan, perhiasam dan bermegah­megahan di antara kamu, serta
berbangga­bangga tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam­
tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamu lihat warnanya menguning, kemudian menjadi hancur dan di akhirat (nanti)
ada adzab yang keras dan ampunan dari Alloh serta keridhaannya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Q.S.Al­Hadid ayat 20].

Wallahu ‘alam
(fzyqn)[manajemenqolbu.com]***

Anda mungkin juga menyukai