CG Sap 4
CG Sap 4
Perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis tidak dapat mencapai tujuannya untuk
mewujudkan prinsip - prinsip GCG karena tidak didukung oleh fungsi dari sejumlah elemen yang
terdapat di dalamnya. Dalam hal ini, untuk membenahi fungsi dari sejumlah elemen yang terdapat
di dalam oragniasi perusahaan, diperlukan model organisasi. Model organisasi merupakan
representasi dari suatu organisasi yang membantu seseorang untuk lebih memahami secara jelas
dan cepat apa yang diamati dalam organisasi tersebut. Secara lebih rinci, Burke menjelaskan
berbagai kegunaan dari model organisasi:
Organisasi sebagai suatu sistem yang terbuka mengacu pada pandangan yang dikemukakan
oleh teori organisasi moderen yang berkembang sejak tahun 1950-an. Dalam teori ini, organisasi
cenderung dipandang sebagai berikut:
Meskipun demikian, sistem ini memiliki kelemahan, yaitu kepemilikan yang terkonsentrasi
ini hanya tertarik pada maksimalisasi profit jangka pendek, dan mereka cenderung untuk
menyetujui kebijakan dan strategi yang menguntungkan keuntungan jangka pendek, tetapi
tidak mempertimbangkan kinerja perusahaan jangka panjang.
Pada tipe perusahaan yang seperti ini, terdapat dua kelompok pemegang saham, yaitu
pemegang saham mayoritas yang bertindak sebagai pengendali dan pemegang saham minoritas.
Menurut Bae et al. (2003) kepemilikan yang terkonsentrasi ini merupakan salah satu ciri dari
control based model, selain menekankan pada insider board, pengungkapan yang terbatas,dan
ketergantungan pada keuangan atau sistem perbankan keluarga. Karakteristik perusahaan ini
banyak dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang (seperti Indonesia, Korea) dan
Continental European.Masalah keagenan yang timbul terutama adalah antara pengendali dan
pemegang saham minoritas.
Kelemahan dari sistem ini antara lain, pemegang saham mayoritas dapat berkolusi dengan
manajemen untuk mengambil alih asset perusahaan dengan biaya dari pemegang saham minoritas.
Ini merupakan risiko yang signifikan bagi pemegang saham minoritas yang tidak dilindungi
dengan hukum. Hal yang sama, ketika manajer mengendalikan sejumlah besar saham atau hak
suara yang digunakan untuk mempengaruhi keputusan dewan yang menguntungkan mereka
dengan biaya perusahaan. Jadi terdapat masalah keagenan antara pemegang saham minoritas
dengan pengendali (pemegang saham mayoritas).Selain itu kemungkinan terjadi masalah
keagenan antara pemilik dan kreditur lebih besar daripada tipe perusahaan yang kepemilikannya
menyebar.Samad (2004) dalam penelitiannya pada perusahaanperusahaan di Malaysia
menemukan bahwa kepemilikan yang terkonsentrasi dapat membuat kinerja perusahaan menjadi
lebih baik, dan komposisi kepemilikan tersebut merupakan elemen penting untuk memacu kinerja
perusahaan yang lebih baik.
Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai
kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut sebagai kepemilikan manajerial (managerial
ownership). Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu
pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan.
Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer
dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masingmasing periode pengamatan.
Masalah teknis tidak akan timbul jika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan tidak
dijalankan secara terpisah. Pemilik (pemegang saham) bertujuan untuk memaksimumkan
kekayaannya dengan melihat nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi
perusahaan sedangkan manajer bertujuan pada peningkatan pertumbuhan dan ukuran perusahaan.
Tujuan manajer ini dilandasi oleh dua alasan, yaitu:
a. Pertumbuhan yang meningkat akan memberikan peluang bagi manajer bawah dan
menengah untuk dipromosikan. Selain itu, manajer dapat membuktikan diri sebagai
karyawan yang produktif sehingga dapat diperoleh penghargaan lebih dari wewenang
untuk menentukan pengeluaran (biaya-biaya)
Namun, tingkat kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga dapat berdampak
buruk terhadap perusahaan. Dengan kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mempunyai
hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan
perusahaan, hal ini dapat menimbulkan masalah pertahanan, dalam artian, adanya kesulitan
bagi para pemegang saham eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer.
1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor individual untuk
mendapatkan informasi.
3. Investor institusional, secara umum, memiliki realsi bisnis yang lebih kuat dengan
manajemen.
4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih
ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
5. Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga dapat
meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat harga
Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting dalam
memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi,
bank, perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan
menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Signifikasi institusional ownership
sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar
modal. Apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan
menjual sahamnya ke pasar.
Perubahan perilaku institusional ownership dari pasif menjadi aktif dapat meningkatkan
akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih hati-hati dalam pengambilan
keputusan. Meningkatnya aktivitas institusional ownership dalam melakukan monitoring
disebabkan oleh kenyataan bahwa adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh
institusional ownership telah meningkatkan kemampuan mereka untuk bertindak secara
kolektif. Dalam waktu yang sama, biaya untuk keluar dari investasi yang mereka lakukan
menjadi semakin mahal karena adanya resiko saham akan terjual pada harga diskon. Kondisi
ini akan memotivasi institusional ownership untuk lebih serius dalam mengawasi maupun
mengoreksi semua perilaku manajer dan memperpanjang jangka waktu investasi.
1. Konsep Pertama
Pada dasarnya konsep perusahaan (modern) mulai muncul pada saat perusahaan
tersebut dimiliki oleh banyak pihak, tidak lagi dimiliki oleh perorangan ataupun hanya
dimiliki beberapa pihak saja. Kebutuhan modal usaha dan pengembangan bisnis mungkin
menjadi salah satu alasan mengapa kepemilikan perusahaan dibuka kepada banyak pihak.
Pada mulanya pada saat perusahaan masih belum berkembang (tertutup), pemilik (owner)
masih merangkap juga sebagai manajer perusahaan yang menjalankan usaha sehari-hari.
Namun seiring dengan berkembangnya kepemilikan pada banyak pihak (diverse
ownership), maka para pemilik perusahaan (shareholders) harus menyerahkan
pengendalian perusahaan (control) kepada pihak lain, dalam hal ini management yang akan
menjalankan kegiatan sehari-hari.
Secara teoritis, agency theory and agency problem merupakan cikal bakal tumbuhnya
ilmu corporate governance. Secara sederhana corporate governance bisa diartikan
bagaimana mekanisme perusahaan dikelola dan dijalankan serta mempelajari hubungan
antara berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan. Dari sinilah muncul berbagai
macam pengaturan terhadap perusahaan yang dikenal sebagai “good corporate
governance” untuk melindungi kepentingan shareholders dan stakeholders.
2. Konsep Kedua
Dalam konteks ini, konsep “separation of ownership and control” adalah terkait dengan
struktur/ kepemilikan perusahaan publik. Kalau dalam konsep pertama lebih bersifat
kepada asal mula teori pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam suatu perusahaan,
maka dalam makna kedua ini lebih terkait dengan struktur kepemilikan perusahaan publik
yang sudah modern dan bersifat komplek.
Dalam konsep ke-dua ini, terdapat dua pengertian fundamental terkait dengan
kepemilikan perusahaan, yaitu Ownership Right (OR) dan Control Right (CR). Ownership
Right (OR) mengacu kepada besarnya kepemilikan suatu pihak terhadap perusahaan yang
diukur dari jumlah uang/modal yang telah diinvestasikan dalam perusahaan, yang sering
kita lihat sebagai persentase kepemilikan. Atas dasar investasi ini, maka pemodal berhak
mendapatkan Cash Flow Right (CFR) dalam bentuk dividen atas sahamnya. Dalam
kerangka pengertian ini, maka Ownership Right (OR) juga sering disebut sebagai Cash
Flow Right (CFR). Control Right (CR) mengacu kepada kekuatan mengontrol perusahaan
yang tercermin pada kekuatan suara dalam penentuan kebijakan strategis perusahaan dalam
sebuat rapat umum pemegang saham, sehinggga Control Right (CR) sering juga disebut
sebagai Voting Right (VR).
Secara teori, seharusnya cash flow right dan voting right adalah sama dikarenakan
saham menganut prinsip one-share-one-vote principle. Artinya persentase kepemilikan
suatu pihak yang tercermin dari jumlah nominal investasinya adalah sama dengan
persentase suara yang dimiliki pihak tersebut dalam rapat pengambilan keputusan. Ini
adalah konsep yang fair, dimana uang yang dikeluarkan untuk investasi dalam perusahaan
memberikan hak yang sebanding dalam mengontrol perusahaan melalui kekuatan suara
dalam rapat.
Dalam hal ini, kepemilikan perusahaan bisa saja terjadi secara anonym lewat pembelian
kepemilikan perusahaan lewat mekanisme pasa modal.Umumnya, para pemilik modal ini
memiliki suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham.Para pemilik modal dikelompokkan
dalam pemilik modal besar (blockholder) atau pemilik modal kecil (ritel).Pemilik modal besar
memiliki hak suara cukup besar serta posisi lemah dalam menyuarakan kepentingan.Bahkan,
banyak diantara mereka yang merasa tidak memiliki insentif untuk menyuarakan kepentingan.
Namun, dalam perusahaan dikenal sebagai “komisaris independen” yang bertugas melindungi
kepentingan pemegang saham minoritas. Di Korea, Singapura, Taiwan, dan Hongkong,
kontrol keluarga terhadap perusahaan begitu tinggi. Kontrol para pemilik perusahaan
dilakukan melalui struktur piramida dan kepemilikan silang diantara beberapa
perusahaan.Model ini nampaknya sangat umum terjadi di semua negara di kawasan Asia
Tenggara.Jadi pada dasarnya, pemisahan antara pemilik dan pengelola sangat jarang terjadi di
kawasan tersebut.Ditambah lagi, pemisahan antara kontrol dan manajerial juga jarang terjadi
karena para pemilik menguasai hak suara dengan model kepemilikan silang yang
dipertahankan untuk mempertahankan posisi suara.
2. Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara (control right) yang melebihi
kepemilikan (cash flow right) karena sistem kepemilikan yang bersifat pyramidal, atau
karena mereka menempatkan para manajer dari anggota keluarga di perusahaan-
perusahaan yang di kontrolnya.
1. Saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara. Dalam kasus
perusahaan keluarga, pemisahan antara kontrol dan kepemilikan sebenarnya tidak
terjadi karena biasanya para pengelola perusahaan adalah anggota keluarga dari
pemilik perusahaan.
2. Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara yang melebihi kepemilikan karena
sistem kepemilikan yang bersifat pyramidal, atau karena mereka menempatkan para
manajer dari anggota keluarga di perusahaan-perusahaan yang dikontrolnya.
3. Kepemilikan bank secara signifikan tidak begitu lazim. Terdapat hubungan antara
struktur kepemilikan dengan pemilihan Dewan Pengawas.
DAFTAR PUSTAKA