Anda di halaman 1dari 30

BAHAN UJIAN LISAN KEDKEL

(APS)

Jelaskan tentang UKM dan UKP!

UKM
Untuk melaksanakan UKM dan UKP tingkat pertama, Puskesmas harus menyelenggarakan:
1. Manajemen (sumber daya, operasional, dan mutu);
2. Pelayanan kefarmasian;
3. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat; dan
4. Pelayanan laboratorium.

A. UKM ESENSIAL meliputi:


• Pelayanan Promosi Kesehatan;
• Pelayanan Kesehatan Lingkungan;
• Pelayanan KIA-KB;
• Pelayanan Gizi; dan
• Pelayanan Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit.

Promkes
1. Penyebarluasan informasi kesehatan
Penyuluhan PHBS tatanan rumah tangga, institusi sarana pendidikan, institusi sarana
kesehatan, institusi tempat kerja, TTU,kelompok masyarakat
2. Pembinaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
Posyandu, polindes, poskestren, kelompok TOGA,PPKS, poskesdes ,desa siaga
3. Program penanggulangan NAPZA
Kelompok masyarakat, SD, SMP, SMA

Tenaga : Sarjana Kesehatan Masyarakat

Kesling
1. Penyehatan lingkungan
 Pemeriksaan pengolahan dan penyimpanan pestisida, TTU, rumah sehat, sarana air
bersih, pemeriksaan sample air minum,jamban, tempat sampah sementara dan
akhir, sarana pembuangan air limbah, pemeriksaan jentik,klinik sanitasi
2. Pengawasan tempat pengolahan makanan
 Pengawasan industri rumah tangga, jasa boga, rumah makan/restoran, tempat
makanan jajanan, depot air minum
Tenaga : Sanitarian

KIA & KB
1. Kesehatan Ibu
 Kunjungan bumil, bumil risiko tinggi, persalinan nakes,IMD, ibu nifas
 Jumlah kematian ibu
 Kelas bumil
2. Kesehatan Anak
 Bayi baru lahir, BBLR, pelayanan neonatus, kunjungan bayi,kunjungan balita,
MTBS,DIDTK
 Jumlah kematian bayi
3. Keluarga Berencana
 Di bawah koordinasi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
(BKBPP
 Pelayanan KB :
1. Non MKJP : pil,suntik
2. MKJP : IUD, MOP (vasektomi), MOW (tubektomi), Implant
3. Safari KB

Perbaikan Gizi Masyarakat


 Gizi bumil
 Gizi bufas
 Penimbangan balita di posyandu
 Balita gizi buruk
 Garam beryodium di SD
 Klinik gizi : balita gizi buruk, pasien TB,bumil KEK

P2M
 Pencengahan dan pemberantasan penyakit : imunisasi balita, imunisasi bumil
 P2ML (Pengendalian Penyakit Menular Langsung) : diare,ISPA,TB,Kusta,HIV-AIDS,IMS
 P2B2 (Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang) : malaria, filaria, DBD, rabies
 PTM (Penyakit Tidak Menular : hipertensi,DM,jantung koroner, PPOK,Asma)

Pengobatan
 Rawat Jalan : Umum dan Gigi
 Rawat Inap : setara dengan RS tipe D
 PONED : pelayanan obstetri dan neonatus esensial dasar

B. UKM PENGEMBANGAN merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan


upaya yang sifatnya inovatif dan atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan
dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia di masing-masing Puskesmas

C. UKP TINGKAT PERTAMA DI PUSKESMAS


dilaksanakan dalam bentuk:
 rawat jalan;
 pelayanan gawat darurat;
 pelayanan satu hari (one day care);
 home care; dan atau
 rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

UKP
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan.
UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan perorangan, pencegahan penyakit, pengobatan
rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap
perorangan, pemeriksaan laboratorium, POLI
Program puskesmas UKP : pengobatan dasar
Apa yang dimaksud dengan KPLDH? Sebagai dokter keluarga,
bagaimana penerapannya?
Ketuk Pintu, Layani Dengan Hati (KPLDH) merupakan upaya pemerintah dalam mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama di bidang promotif dan preventif.

Tujuan : melayani masyarakat dengan hati hingga tuntas dan mencegah warga yang sakit menjadi
miskin.

Dasar pelayanan program KPLDH melalui dua komponen kesehatan yaitu :


Pendekatan dokter keluarga dan prinsip kedokteran komunitas.

Dalam menjalankan programnya, KPLDH melakukan tujuh kegiatan implementasi yang meliputi :
1. Home visit (mengunjungi keluarga rawan kesehatan, termasuk keluarga pascarawat dari rumah
sakit)
2. Home health promotion (memberikan informasi agar keluarga selalu menjalankan perilaku
hidup bersih dan sehat)
3. Home education (memberikan pendidikan kesehatan, konseling dan pendampingan pada
anggota keluarga pasca rawat)
4. Home care (merawat anggota keluarga yang sakit termasuk dengan terapi
komplementer/pemanfaatan keanekaragaman hayati, termasuk paliative care)
5. Health environment (menjaga kesehatan lingkungan sekitar)
6. Home surveillance (memantau penyakit menular dan tidak menular pada keluarga dan
kelompok khusus di masyarakat)
7. Referral (melakukan rujukan kasus sesuai SOP).

Perbedaan dokter keluarga dengan dokter umum?


Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi
komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu
yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila
perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI 1982).

DOKTER UMUM DOKTER KELUARGA


Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih luas
Sifat Pelayanan Sesuai kebutuhan Menyeluruh, paripurna, bukan
sekedar yang dikeluhkan namun
meliputi spiritual, lingkungan,
fisik, mental dan sosial
Cara Pelayanan Kasus per kasus dengan Kasus per kasus dengan
pengamatan sesaat berkesinambungan sepanjang
hayat
Jenis Pelayanan Lebih kuratif hanya untuk Lebih ke arah promotif dan
penyakit tertentu preventif tanpa mengabaikan
kuratif dan rehabilitatif
Peran Keluarga Kurang dipertimbangkan Lebih diperhatikan dan
dilibatkan
Promotif dan Preventif Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
Hubungan dokter-pasien Dokter-Pasien Dokter-pasien-teman sejawat
dan konsultan
Awal Pelayanan Secara individual Secara individual sebagai bagian
dari keluarga komunitas dan
lingkungan

Karakteristik Dokter Keluarga:


a. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang melainkan sebagai anggota satu
keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.
b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian
kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan
yang disampaikan.
c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati penyakit sedini
mungkin.
d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi
kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga:


1. Tujuan Umum: Terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus:
A) Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.
B) Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.

6 sasaran keselamatan pasien?


Sasaran keselamatan pasien sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
a. Ketepatan identifikasi pasien;
b. Peningkatan komunikasi yang efektif;
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan
f. Pengurangan risiko pasien jatuh.

Jelaskan Insiden Keselamatan Pasien!


 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau adverse event adalah insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien.
Contoh: Salah operasi mata

 Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
Contoh:

 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke
pasien.
Contoh :
An. R, perempuan, usia 3 tahun, dengan BB 14 kg datang ke klinik karena menderita
dermatitis kontak alergi. Dokter memberikan resep obat racikan: prednisone dan
chlorpheniramine maleat. Pada saat mengambil obat, seorang apoteker salah membaca
resep (prednisone dibaca prednox (metilprednisolone)) karena tulisan dokter sulit dibaca.
Saat apoteker lain melihat, dia segera menegur apoteker tersebut dan memberitahukan obat
yang benar.

 Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbul cedera.
Contoh:
Seorang pria, 40 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan sesak. Pada
pemeriksaan ditemukan wheezing dan riwayat asma. Dokter kemudian memberikan terapi
nebulisasi dan injeksi iv dexametason 1 ampul. Dokter tidak memberikan instruksi yang jelas
sehingga perawat menyuntikkan obat yang lain yaitu metilprednisolon. Pasien tidak
mengalami efek samping dan sesaknya berkurang

 Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Contoh:
Di UGD RS X, terdapat obat-obatan emergency yang diletakkan di lemari obat. Di antaranya
efedrin injeksi dan epinefrin injeksi. Obat-obatan ini tergolong NORUM (Nama Obat Rupa
Mirip). Dalam penyimpanannya, obat ini diletakkan dalam 1 kotak yang sama sehingga
rentan terjadi kesalahan dalam pengambilan obat.

Jelaskan diagnosis holistik kasus masing-masing (aspek personal –


fungsional)!

A. Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal : (alasan kedatangan, kekhawatiran, harapan, persepsi individu mengenai
penyakitnya)
 Alasan datang :
Pasien seorang laki-laki, berusia 2 tahun 10 bulan datang dibawa orang tuanya ke
Puskesmas Kecamatan Senen dengan anjuran dari RS Kramat untuk memeriksakan
kondisi klinis pasien yang berencana untuk operasi hernia. Dokter bedah di RS Kramat
mengatakan bahwa Hb pasien dibawah rata-rata sehingga tidak memenuhi syarat untuk
dilakukan tindakan operasi. Ibu pasien menuturkan bahwa pasien memang tampak
sedikit lebih pucat daripada biasanya.
 Kekhawatiran :
Orang tua pasien khawatir kondisi klinis yang dialami oleh pasien ini tidak kunjung
membaik sehingga operasi hernia bisa tertunda dan dapat memperburuk penyakit
pasien.
 Harapan :
Orang tua pasien berharap kondisi pasien segera membaik sehingga dapat
melangsungakan operasi hernia dan sembuh sempurna dari penyakitnya.
 Persepsi penyakit :
Orang tua pasien merasa sakit yang diderita pasien cukup berat, namun orang tua
pasien percaya apabila pasien mengikuti anjuran dokter dan meminum obat yang
diberikan, maka penyakit yang diderita pasien dapat disembuhkan.
Pandangan orang tua pasien pada sisi agama yaitu orang tua pasien percaya apabila
memohon kesembuhan kepada Allah SWT maka penyakit yang diderita pasien dapat
disembuhkan. `
2. Aspek Klinis : (diagnosis kerja dan diagnosis banding)
 Diagnosis kerja : Anemia Derajat Sedang dengan Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
 Dasar diagnosis : Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium
 Diagnosis banding : Anemia e.c Defisiensi Asam Folat

3. Aspek Risiko Internal: (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien)
Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien adalah :
 Pasien mengalami nafsu makan yang berkurang
 Kurangnya asupan daging, sayur dan buah-buahan pada menu makanan pasien sehari-
hari

4. Aspek Psikososial Keluarga : (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah kesehatan


pasien)
 Kurangnya pengetahuan keluarga tentang gizi seimbang dan pola makan sehat dan
bergizi.
 Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien.
 Kondisi keuangan yang kurang baik membuat keluarga kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

5. Aspek Fungsional: (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari)


Menurut International Classification Primary Care (ICPC), pasien mempunyai aspek
fungsional pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari seperti sebelum sakit. Dapat
disimpulkan derajat fungsional pasien menurut ICPC saat ini adalah derajat 1, dikarenakan
tidak ada keterbatasan pekerjaan apapun atau aktifitas harian seperti masih dapat bermain
dengan kakaknya.

Apa 20 kriteria dokter muslim?


1. 5S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun)
2. Memulai sesuatu dgn basmallah dan mengakhirinya dgn hamdallah
3. Menghadirkan seorang perawat atau keluarga pasien jika memeriksa lawan jenis
4. Dokter Muslimah selalu memakai jilbab
5. Menetapi janji kalau berjanji
6. Menegakkan kejujuran
7. Mempertanggungjawabkan tindakan yg dilakukannya
8. Berprinsip : jika pasiennya sembuh bukan dia yang menyembuh-kan tapi Allah swt
9. Selalu minta informed consent
10. Mengikuti perkembangan IPTEK dgn menghadiri pertemuan ilmiah
11. Melaksanakan ibadah mahdhah
12. Mampu menjadi imam shalat, khatib Jumat dan memimpin doa (bagi lulusan laki-laki)
13. Mampu memberi ceramah agama
14. Mengingatkan pasiennya yg Muslim untuk melakukan ibadah mahdhah
15. Mengingatkan pasiennya utk berobat dgn obat halal
16. Mengingatkan pasiennya utk makan/minum yg halal
17. Mampu menjelaskan landasan al Quran dan Hadis yg relevan terhadap isu
kedokteran/kesehatan yg telah ada fatwanya
18. Dalam hal tidak tahu fatwa sebuah isu kedokteran/kesehatan dia selalu menghubungi pakar
di bidang itu atau browsing internet
19. Mengadakan pengajian keluarga
20. Menjaga kerahasiaan informasi pasiennya
Prinsip dokter keluarga?
1. PRINSIP PELAYANAN BERKESINAMBUNGAN
Dokter bertemu pasiennya dalam keadaan sakit maupun keadaan sehat dan mengikuti perjalanan
penyakit dari pasiennya hingga ia sembuh.
2. PRINSIP PELAYANAN YANG MENYELURUH
Kita memandang pasien tidak hanya dari sisi biologis saja tetapi juga dari sisi sosial, psikologis,
spiritual, lingkungan, dan mental
3. PRINSIP PELAYANAN YANG TERKOORDINASI
Mengkoordinasi-kan semua pelayanan kesehatan yg dibutuhkan pasien seperti para dokter
spesialis, dan pelayanan kesehatan lain diluar praktek dokter keluarga. Dokter keluarga
bertanggung jawab dan menjadi guide bagi pasiennya.
4. PRINSIP PELAYANAN MASYARAKAT
Pekerjaan, budaya, dan lingkungan adalah aspek-aspek dalam komunitas (masyarakat) yang dapat
mempengaruhi penatalaksanaan seorang pasien.
5. PRINSIP PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan memiliki multi aspek, termasuk mencegah penyakit menjadi lebih berat,
mencegah orang lain tertular, pengenalan faktor resiko dari penyakit, dan promosi kesehatan
(gaya hidup sehat).
6. PRINSIP PELAYANAN KELUARGA
Seorang dokter keluarga memandang pasiennya sebagai bagian dari keluarganya dan memahami
pengaruh penyakit terhadap keluarga dan pengaruh keluarga terhadap penyakit.

Prinsip-prinsip kedokteran keluarga dalam pelayanannya yaitu:


1. Komprehensif dan holistik
Komprehensif : memberikan pelayanan secara paripurna berarti melakukan pemeriksaan secara
keseluruhan dengan menimbang rasionalitas dan mafaatnya bagi pasien yang meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Holistik : Meliputi aspek sosial, mental, lingkungan, spiritual dll

2. Pelayanan kontak pertama dan kesinambungannya


mengikuti perjalanan penyakit pasien sampai akhir hayat. Untuk menunjang kesinambungan
pelayanan, klinik harus dilengkapi dengan rekam medis yang memadai dan sarana komunikasi
yang handal sehingga dokter dapat dihubungi sewaktu-waktu diperlukan. Demikian pula, jangan
lupa membuat surat rujuk pindah jika ada pasien yang hendak pindah tempat tinggal misalnya
pindah kota atau pindah klinik. Dalam surat rujuk pindah itu harus dilengkapi dengan data
kesehatan yang penting, dengan data tambahan data yang diperlukan. Boleh dikatakan
pemantauan pada setiap pasien dilakukan mulai dari konsepsi sampai mati.

3. Pelayanan promotif dan preventif


Dokter Keluarga harus berusaha meningkatkan taraf kesehatan setiap pasien yang menjadi
tanggung-jawabnya. Bagaimanapun dokter keluarga harus berupaya menerapkan seluruh tingkat
pencegahan. Dengan demikian ia harus memberikan ceramah kesehatan dan vaksinasi,
menyelengarakan KB dan KIA dan bahkan acara senam pagi secara rutin. Selain itu DK harus cepat
dan tepat membuat diagnosis penyakit dan mengobatinya.

4. Pelayanan koordinatif dan kolaboratif


Koordinasi ini dilakukan ketika pasien memerlukan beberapa konsultasi spesialistis atau
pemeriksaan penunjang dalam waktu yang bersamaan. Selain itu koordinasi pun dilakukan dengan
keluarga dan lingkungannya guna meningkatkan efisiensi pengobatan.

Pelayanan kolaboratif artinya bekerja sama juga dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan, guna mengefektifkan dan mengefisienkan pelayanan. Misalnya,
bekerjasama dengan labotarotium untuk memantau pasien dengan dugaan DHF tetapi belum
perlu dirawat. Dokter keluarga bukan hanya mempertimbangkan segi medis tetapi juga ekonomi,
sosial dan budaya sehingga sering perlu melibatkan atau kerjasama dengan berbagai pihak.

5. Pelayanan personal.
Titik tolak pelayanan DK adalah pelayanan personal seorang individu sebagai bagian integral dari
keluarganya. Seorang individu, sekalipun menjadi bagian dari sebuah keluarga, dibenarkan
mempunyai DK sendiri yang mungkin dapat berbeda atau sama dengan anggota keluarga yang
lain.

6. Mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya.


Dalam mengobati pasien, DK tidak boleh lupa bahwa pasien merupakan bagian integral dari
keluarga dan komunitasnya. Kesembuhan penyakit sangat dipengaruhi lingkungannya dan
sebaliknya penyakit pasien dapat mempengaruhi lingkungannya juga

7. Sadar etika dan hukum


Sadar etika dalam praktiknya diwujudkan dalam perilaku dokter dalam menghadapi pasiennya
tanda memandang status sosial, jenis kelamin, jenis penyakit, ataupun sistem oragn ayng sakit.
Demikian pula dengan sadar hukum, yaitu untuk tetap bekerja dalam batas-batas kewenanangan
dan selalau mentaati kewajiban yang digariskan oleh hukum yang berolaku di daerah tempat
praktiknya.

8. Sadar biaya
Yang tidak kalah pentingnya adalah sadar biaya yang juga sebenarnya menyangkut perilaku DK
dalam pertimbangkan ”cost effectiveness” dari biaya yang dikeluarkan oleh pasien. Dengan kata
lain biaya harus menjadi pertimbangan akan tetapi tidak boleh menurunkan mutu pelayanan.

9. Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.


Sebenanrya yang diaudit mencakup selurut strata pelayanan kesehatan bukan hanya layanan DK.
Kenyataannya sampai sekarang audit medis masih jauh dari harapan terutamna di Indonesia.
Namun demikian praktik DK harus memulai mempersiapkan diri untuk sewaktu-waktu dapat
diaudit oleh pihak yang berwenang. Audit medis ini merupakan upaya peningkaan kualitas
pelayanan dan sala sekali bukan upaya untuk memata-matai praktik dokter.

5 stars doctor?
1. Healthcare provider: dokter memberikan pelayanan kesehatan secara holistik yaitu
menempatkan pasien sebagai individu merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat dan
dokter akan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, membina hubungan
dokter-pasien dengan baik, memberikan pelayanan kesheatan yang berkesinambungan dan
memberikan pelayanan kesehatan, pemantauan kesehatan individu dan kelompok
2. Decision Maker: Dokter menentukan tindakan medis yang sesuai dengan perkembangan
kedokteran mutakhir yang tepat dan sesuai dengan keadaan pada pasien sesuai dengan
evidence based medicine
3. Educator: Dokter mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam upaya peningkatan
kesheatan, pemantauan keseluruhan individu dan kelompok
4. Community Leader: Dokter mempunyai tanggung jawab khusus terhadap komunitas dengan
menerapkan kepemimpinan yang baik dan tepat untuk komunitas yang menjadi tanggung
jawabnya
5. Manager: Dokter harus mampu memanfaatkan sumber daya yang ada secara efisien, melalui
pelayanan yang terkoordinasi dan bekerja sama dengan profesi lain, pada lingkup
operasional strata pertama

Bagaimana cara promosi kesehatan ke pasien TB dan keluarganya?


Sebelum melakukan promosi kesehatan kepada pasien, kita harus mengetahui aspek-aspek apa saja
yang mempengaruhi penyakit pasien.
Misalnya pasien diberi tau mengenai pola makan dan pola gizi seimbang jika kadar kalori pasien
sangat kurang atau sebaliknya
Jika keadaan rumah tidak sehat, diberikan pengetahuan mengenai rumah sehat
Promosi kesehatan pada pasien TB juga dapat berupa pengetahuan mengenai etika batuk, kepatuhan
minum obat, menghentikan kebiasaan merokok, dll

Apakah penilaian rumah pada DH bermanfaat untuk diagnosis


penyakit pasien kalian? Jika iya, apa manfaatnya?

Bermanfaat karena dengan menilai rumah, kita bisa mengetahui apakah rumah pasien tergolong
rumah sehat atau tidak. Hal tersebut berkaitan karena rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit. Keadaan rumah pasien juga dapat membantu kita dalam menganalisis
berbagai masalah yang mempengaruhi penyakit pasien.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan


kesehatan perumahan. Parameter rumah yang dinilai melingkupi 3 kelompok komponen penilaian:
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur,
jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan
pencahayaan
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, saluran
pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur, membuka jendela
ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke
jamban, membuang sampah pada tempatnya.

Apa perbedaan MCUA dan PAHO?


Metode MCUA memakai lima kriteria (Emergency, Greatest Number, Expanding Scope, Feasibility,
dan Policy) untuk penilaian masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian
untuk dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Pada
metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan yang lainnya untuk
mengetahui kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi.

MCUA biasanya digunakan pada kasus yang memiliki masalah yang banyak karena lebih spesifik atau
lebih detail dalam memberikan skoring.
Setiap masalah pada metode ini memiliki bobot sehingga lebih akurat

Sedangkan PAHO biasanya digunakan pada kasus yang memiliki masalah sedikit karena lebih
sederhana dan tidak memiliki bobot. Jika digunakan pada masalah yang banyak maka akan rancu
karena akan banyak yang jumlah nilainya sama

Pada PAHO, semua nilai dikalikan akibatnya skor akhir antar masalah itu besar sedangkan MCUA itu
bobot x nilai lalu dijumlahkan
Keuntungan dari PAHO adalah memiliki jarak antar masalah yang besar sehingga tidak menimbulkan
kebingungan

Jelaskan BRYANT, MCUA, PAHO!


Berbagai teknik prioritas masalah dengan menggunakan teknik skoring antara lain:
a. Metode Bryant
Pada metode Bryant ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi :
 Prevalence: Besarnya masalah yang dihadapi
 Seriousness: Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam
masyarakat (angka keakitan/kematian)
 Manageability: Kemampuan untuk mengelola (ketersediaan sumber daya)
 Community concern: Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan
tersebut

Parameter diletakkan pada baris sedangkan masalah–masalah yang ingin dicari prioritas
permasalahannya diletakkan di dalam kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah 1–5 yang
ditulis dari kiri ke kanan sesuai dengan baris tiap–tiap masalah. Kemudian dengan
penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung
nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai suatu prioritas
masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap
masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan
diambil.

b. Metode Matematik PAHO (Pan American Health Organization)


Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah – masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan
dijadikan sebagai prioritas.

Kriteria yang dipakai adalah:


 Magnitude: Menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau
penyakit tersebut (prevalensi)
 Severity: Besar kerugian yang timbul (CFR)
 Vulnerability: Ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi
masalah tersebut
 Community and political concern: Sejauh mana masalah tersebut menjadi concern
atau kegusaran masyarakat dan para politisi
 Affordability: Ada tidaknya dana yang tersedia
Parameter diletakan pada kolom dan masalah yang ingin dicari priotitasnya diletakkan pada
baris. Pengisian dilakukan dari atas ke bawah. Hasilnya didapat dari perkalian parameter
tersebut. Masing–masing skor diberi nilai antara 1 – 5. Setelah diberi skor, masing – masing
masalah dihitung nilai skor akhirnya, dengan perkalian antara nilai skor masing – masing
kriteria. Masalah yang mempunyai skor tertinggi, dijadikan sebagai prioritas masalah.
Perkalian dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah menjadi kontras,
sehingga terhindar dari keraguan manakala perbedaan skor tersebut terlalu tipis.

c. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)


Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan
mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah – masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian
masalah, tetapi masing – masing kriteria diberi bobot penilaian dan dikalikan dengan
penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Masalah dengan nilai
tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah.

Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas masalah
adalah:
 Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan / kematian
 Greatest Member : MEnimpa banyak orang (insiden/prevalensi)
 Expanding Scope: Mempunyai ruang lingkup besar (Menyangkut di luar kesehatan)
 Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilaksanakan
 Policy : Kebijakan Pemerintah Daerah/Nasional

Apa itu program KIA? Indikatornya apa? Apa yang dilakukan di KIA?
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan program yang bertujuan untuk memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir
dengan komplikasi, bayi dan balita.
Berdasarkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan RI, maka program puskesmas khususnya KIA harus meliputi sebagai berikut :
A. Pelayanan Antenatal
B. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
C. Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan
D. Penanganan Komplikasi kebidanan
E. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
F. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi
G. Pelayanan Kesehatan Bayi

Jelaskan Program KB di Puskesmas!


Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka
menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia. Pemakaian kontrasepsi mempunyai fungsi
ganda yaitu sebagaipengendalian kelahiran dan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi. Tujuan
Keluarga Berencana secara umum adalah menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan
ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang.
Program dan Upaya KB Nasional antara lain:
1. Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja dan konseling calon pengantin
2. Konseling dan pelayanan KB pada WUS/PUS
3. Promosi KB pasca persalinan
4. Pelayanan KB pasca persalinan
5. Penerangan dan motivasi
6. Pelembagaan program
7. Pendidikan KB
8. Pendidikan dan pelatihan tenaga program
9. Pelayanan KB
10. Pencapaian peserta KB Baru
11. Pencapaian peserta KB Aktif
12. Prasarana dan Sarana
13. Pelaporan dan Penelitian
(BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012)

Status Gizi? IMT?


Klasifikasi IMT!

Program basic PKM?

Program pengembangan PKM?

Sistem kapitasi dan bagaimana preventif dan promotif nya?

Jelaskan setiap detail LPM kamu!


Bagaimana cara menyusun fishbone ? dan bagaimana cara mengajukan
pertanyaan ke masing-masing pemegang program (pertanyaan secara
mendalam)
Cara menyusun fishbone yaitu yang pertama kita harus melakukan wawancara secara mendalam
kepada pemegang program.
Yang pertama kita harus menentukan kemungkinan penyebab masalah terlebih dahulu. Selanjutnya
kemungkinan akar penyebab masalah lalu akar penyebab masalahnya. Pertanyaan yang diajukan
harus meliputi man, money, material, method, controlling, actuating, environment, organizing,
planning.

PERTANYAAN:

Sebutkan contoh output yang ada di LPM masing-masing?


Cakupan Penyuluhan ISPA di luar gedung di Puskesmas Sekecamatan Ssenen periode Januari – Maret
2018 adalah 1 kali, kurang dari target yaitu 8 kali.

Contoh output lain:


- Cakupan peserta KB Baru
- Cakupanpeserta KB Aktif
- Cakupan kunjungan balita
- Cakupan penanganan komplikasi neonates

Jelaskan DH kamu! Apa rencana kegiatan yang dilakukan?


Diagnosis Holistik saya yaitu berjudul anemia pada anak dengan hernia inguinalis lateralis dan pola
gizi tidak seimbang dilihat dari pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas Kecamatan Senen
RPS: Anak diantar ibunya ke Poli MTBS anjuran dari RS Kramat untuk memulihkan kondisi klinisnya
sebelum menjalani operasi hernia di RS Kramat. Ibu pasien mengatakan anak tampak lebih pucat dari
biasanya. Ibu pasien sudah membawa hasil lab dari RS Kramat yaitu Hb pasien 8,1.
Setelah itu digali aspek diagnosis holistiknya sesuai dengan 5 aspek
Setelah diketahui 5 aspek tersebut, maka disusunlah rencana kegiatan yang akan dilakukan yaitu
memberikan edukasi kepada orang tua pasien mengenai pola gizi yang seimbang, menganjurkan
untuk lebih banyak memakan sayur, buah, daging dan hati ayam. Dan seterusnyaaaa….

9 prinsip kedokteran keluarga yang dilakukan dikaitkan dengan DH


kamu!
1. Komprehensif dan holistik
Komprehensif:
Promotif: Memberikan edukasi kepada orang tua pasien mengenai pola gizi seimbang dan
rumah sehat
Preventif: Menganjurkan kepada orang tua agar menerapkan pola gizi seimbang agar
terhindar dari gizi buruk dan berbagai macam penyakit
Kuratif: memberikan pengobatan dengan pemberian sangobion syrup dan vitamin

Holistik yaitu secara keseluruhan yaitu dilihat dari :


lingkungan rumah pasien yang padat penduduk, keadaan rumah yang tidak sehat dan kumuh
spiritual keluarga pasien yang meyakini bahwa segala sesuatunya dapat terjadi atas izin Allah
pasien sering main dengan teman sebayanya di lingkungan rumahnya

2. Pelayanan kontak pertama dan kesinambungannya


Mengikuti riwayat penyakit pasien dengan melakukan follow up dan home visit

3. Pelayanan promotif dan preventif


Sudah dijelaskan dibagian komprehensif

4. Pelayanan koordinatif dan kolaboratif


5. Pelayanan personal.
6. Mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya.
7. Sadar etika dan hukum
8. Sadar biaya
Gaji ayah pasien hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sehingga tidak
bisa menabung untuk kebutuhan di masa mendatang
9. Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.

Kasus:
Eka dokter PKM A
Inong dokter PKM B
Ada pasien DBD (+) berobat ke PKM B, padahal sebenernya dia selalu
berobat ke PKM A
Sebagai dokter PKM B apa yang kamu lakukan?
Bagi dokter yang menerima rujukan, sesuai dengan etika profesi, wajib menjawab/memberikan advis
tindakan akan terapi dan mengembalikannya kepada dokter yang merujuk
Dalam keadaan tertentu, dokter penerima rujukan dapat melakukan tindakan atau perawatan
lanjutan dengan persetuuan dokter yang merujuk dan pasien. Setelah perawatan selesai, dokter
rujukan mengirim kembali kepada dokter yang merujuk.

Apa yang kamu lakukan jika menjadi dokter PKM A?


Menerima advis yang diberikan oleh sejawat dan memantau perkembangan pasien tersebut. Lalu
menerima pasien kembali jika dokter PKM B merujuk kembali pasien tersebut.

Bagaimana pendapat kamu sebagai warga? Apa perlu dilakukan


fogging? Apa syarat fogging? Sebagai dinkes apa yang dilakukan?
Fogging dengan dosis yang tepat (malathion 5%) sebanyak 10 liter per hektare luas wilayah sasaran
dapat membunuh nyamuk Aedes sp secara efektif. Keefektifitas ini juga didukung oleh metode
pelaksanaannya yang tepat. Kegiatan fogging yang selama ini dilaksanakan adalah fogging masal dan
foging fokus.

Kegiatan fogging biasanya dilakukan secara menyeluruh baik pada daerah endemis maupun daerah
potensial disekitarnya. Sedangkan kegiatan fogging fokus hanya dilaksanakan pada area sekitar titik
yang terinfeksi DBD, biasanya dilakukan pada radius 100 meter.

Untuk dilaksanakannya fogging harus memenuhi kriteria yaitu antara lain; sebelum dilakukan fogging
masyarakat sekitar harus dilakukan penyuluhan dan Penyelidikan Epidemologi (PE). Penyelidikan
epidemilogi adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainya dan pemeriksaan
jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/ bangunan sekitarnya. Termasuk
tempat-tempat umum di dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter.

Tindak lanjut hasil PE tersebut bila ditemukan penderita DBD lainya ( 1 atau lebih) atau ditemukan 3
atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik (>5%) dari rumah/ bangunan yang diperiksa, maka
dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, Larvasidasi, Penyuluhan dan pengasapan
(Fogging). Fogging kurang EFEKTIF apabila tidak ditindak lanjuti dengan gerakan 3 M. Mencegah lebih
efektif dari pada mengobati atau memberantas. (Dirangkum dari berbagai sumber) .
Untuk mencegah kenaikan kasus dan jumlah korban DBD yang semakin meningkat, Budi berbagi tips
agar upaya fogging menjadi efektif. Agar hasil fogging maksimal, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :

- Minimal beradius 100 meter


Pelaksaan fogging sebaiknya tidak dilakukan per kasus, seperti yang kerap dilakukan saat ini. Fogging
juga sebaiknya dilakukan dalam jarak 100 meter di sekeliling tempat tinggal penderita DBD. Hal ini
dikarenakan, 100 meter adalah jarak optimal bagi nyamuk DBD untuk berpindah tempat. Rumah
dalam radius 100 meter berpeluang besar terkena virus DBD. Radius 100 meter adalah ketentuan bila
hanya terdapat satu korban. Jika korban lebih dari 3 makan radius bertambah lebih dari 100 meter.
“Jadi jangan lagi fogging per wilayah RT, terlalu kecil. Lebih baik per RW dan bisa dibentuk kelompok
RW siaga,” kata Budi.

- Perhatikan dosis
“Ini menjadi poin penting. Sering insektisida dan solar tidak berimbang,” kata Budi.
Penyemprotan harus memperhatikan dosis yang tercatat dalam standar operasional. Bila insektisida
terlalu sedikit, maka penyemprotan tidak memberikan hasil maksimal dan hanya meninggalkan bau
minyak tanah yang mengganggu kenyamanan. Dosis yang tepat juga dikhawatirkan membuat nyamuk
resisten insektisida.

- Awasi arah angin


Arah angin seringkali luput dari perhatian. Padahal angin yang akan menyebarkan semprotan
insktisida ke seluruh wilayah, dalam radius tertentu. Angin juga yang membawa nyamuk terbang
berpindah menghindari pestisida. “Penelitian saya di Depok menyatakan, penyemprotan yang
membaca arah angin terbukti lebih efektif,” kata Budi.
Fogging menyebabkan droplet insektisida dan mematikan bagi nyamuk dewasa yang kontak langsung.
Saat dikeluarkan dari mesin penyemprot, kabut insektisida akan langsung menyebar sesuai arah
angin. Oleh karena itu, sebaiknya penyemprotan dilakukan sesuai arah angin. Penyemprotan yang
melawan arah angin akan mengenai tubuh penyemprot bukan nyamuk yang menjadi sasaran.
Akibatnya insektisida akan menjadi toksik bagi penyemprot.

Ada berapa langkah LPM?


1. Identifikasi masalah
2. Merumuskan masalah
3. Menetapkan prioritas masalah
4. Mencari kemungkinan penyebab masalah
5. Menentukan penyebab masalah yang paling dominan
6. Menetapkan alternatif pemecahan masalah
7. Menentukan cara pemecahan masalah yang paling feasible
8. Menyusun rencana pemecahan masalah
9. Melaksanakan rencana pemecahan masalah
10. Melakukan evaluasi hasil kerja

Bagaimana pencegahan yang dilakukan pada pasien DH kamu sesuai


dengan riwayat alamiah penyakit!
5 levels of prevention :
1. Primary prevention
 Health Promotion:
- Dilakukan pada masa pre-pathogenesis.
- Ada interaksi Host-Agent-Environment.
- Manusia belum sakit.
- Interaksi masih seimbang,
- Kegiatan : penyuluhan PHBS, DBD, Gizi dll, dg tujuan mengubah perilaku masyarakat.

 Specific Protection
- (Perlindungan khusus ).
- Dilakukan pada masa pre pathogenesis.
- Kegiatan : imunisasi, memakai APD, dll.

2. Secondary Prevention
 Early diagnosis and prompt treatment
- Dilakukan pada awal masa Pathogenesis (pada masa tunas atau early disease).
- Dinamakan Secondary Prevention.
- Kegiatan :
Pemeriksaan kesehatan berkala.
Penimbangan bayi Puskesmas/Posyandu
Pemeriksaan bumil (ante natal care).
Screening.

3. Tertiary Prevention
 Limitation of disability
- Dilakukan pada masa Pathogenesis.
- Manusia sudah jelas-jelas sakit.
- Kegiatan : pengobatan yg adekuat.

 Rehabilitation
- Dilakukan pada masa akhir Pathogenesis.
- Upaya meningkatkan fungsi tubuh.
- Rehabilitasi : Aspek fisik, mental, sosial.
Contoh fishbone masing-masing! Gambarlah fishbone 1 akar masalah
saja
Apa itu penyelidikan epidemiologi?
Penyelidikan epidemiologi tentang DBD (+) dan (-) maksudnya apa?
Penyelidikan Epidemiologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau survey yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih menyeluruh.

Tujuan dalam Penyelidikan Epidemiologi : Mendapatkan besaran masalah yang sesunguhnya,


Mendapatkan gambaran klinis dari suatu penyakit, Mendapatkan gambaran kasus menurut variabel
Epidemiology, Mendapatkan informasi tentang faktor risiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan
etiologi, Dari ke empat tujuan di tersebut dapat dianalisis sehingga dapat memberikan suatu
penanggulangan atau pencegahan dari penyakit itu.

Hal-hal yang penting untuk diketahui: Konsep terjadinya penyakit, Natural history of disease,
Dinamika penularan atau mekanisme penularan, Aspek lingkungan, Aspek administratif dan
manajerial, Informasi yang dibutuhkan dalam PE berbeda untuk setiap penyakit, Aktifitas / kegiatan
PE secara spesifik berbeda untuk tiap penyakit.

3M plus, plusnya apa aja?


memakai obat nyamuk, memakai kelambu saat tidur, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di
dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.

Abate digunakan untuk berapa liter?


10 gram serbuk digunakan pada 100 liter air
Bagaimana cara mencari prioritas dan penentuan masalah
Non-Scoring Technique
A. Metode Delbeq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini dilakukan melalui diskusi dan kesepakatan
sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas
masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman
peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang
disepakati bersama.
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama
melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai
beberapa masalah pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi
prioritas masalah.

Scoring Technique
Metode Bryant , MCUA, PAHO

K1-K4 itu apa? Kalo saya hamil 7 bulan, baru periksa hamil, masuknya
K berapa?
Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang
merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4.
Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali
kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal
pada usia kehamilan diatas 36 minggu.

Tujuan kunjungan K1
K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada Trimester pertama
kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu kali
Meliputi :
1. Identitas/biodata
2. Riwayat kehamilan
3. Riwayat kebidanan
4. Riwayat kesehatan
5. Pemeriksaan kehamilan
6. Pelayanan kesehatan
7. Penyuluhan dan konsultasi
serta mendapatkan pelayanan 7T yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur Tekanan Darah
3. Skrinning status imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bila diperlukan
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
6. Test Laboratorium (rutin dan Khusus)
7. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
serta KB pasca persalinan.
Atau yang terbaru 10T yaitu dengan menambahkan 7T tadi dengan:
8. Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas)
9. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
10. Tata laksana kasus.

Cakupan K1 yang rendah berdampak pada rendahnya deteksi dini kehamilan berisiko, yang kemudian
mempengaruhi tingginya AKB dan AKI.
Tujuan k1 :
- Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
- mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa ibu
- Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena (-) Fe atau
penggunaan praktek tradisional yang merugikan
- Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk
menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian
seterusnya.
- mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)
bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
- Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan
hubungan kepercayaan dengan ibu
- Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detail kebidanan masa lalu dan
sekarang, riwayat obstetrik, medis, dan pribadi serta keluarga.
- Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya mengekspresikan dan mendiskusikan adanya
kekhawatiran tentang kehamilan saat ini dan kehilangan kehamilan yang lalu, persalinan,
kelahiran atau puerperium.

K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai indikator
pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2001).

Tujuan Kunjungan k2
K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester II (usia kehamilan
12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.
Tujuan k2 :
- Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
- mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa
- Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena (-) Fe atau
penggunaan praktek tradisional yang merugikan
- Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk
menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya
- Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)
bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
- Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam kehamilan), tanyakan gejala, pantau TD
(tekanan darah), kaji adanya edema dan protein uria.
- Pengenalan koplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
- Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan saluran perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan.

Tujuan Kunjungan k3 dan k4


K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III (28-36
minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.
akhir) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.
Tujuan k4
Sama dengan kunjungan I dan II
Palpasi abdomen
Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang memerlukan kehahiran RS.
Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.

Jelaskan tentang input, output, outcome, process dan environment di


LPM kalian!

INPUT
1. Kurangnya kemampuan petugas dalam pencatatan hasil laporan (Man)
2. Kesulitan menghitung standar dana (Money)
3. Kurangnya sumber pendanaan untuk membeli obat nyamuk dan repellant yang cukup (Material)
4. Tidak ada pedoman pasti untuk melakukan promosi kesehatan di Puskesmas Senen (Method)

PROCESS
1. Kader desa sulit melaksanakan penyuluhan di desa (Environment)
2. Petugas menganggap program sebelumnya sudah terlaksana dengan baik (Planning)
3. Kurangnya terfokusnya pelaksanaan program DBD. (Organizing)
4. Kurangnya komunikasi antara petugas penyuluhan dan kader desa (Actuating)
5. Petugas memegang tugas lain selain promosi kesehatan. (Controlling)

OUTPUT
Cakupan Penyuluhan Demam Berdarah di Luar gedung di Puskesmas Se-kecamatan Senen periode
Januari – Maret 2018 adalah 2 kali kurang dari target, yaitu 8 kali.

OUTCOME

ENVIRONMENT
Jelaskan bagaimana cara menetapkan skoring kamu! (emergency –
policy) Jelaskan 2 parameter skoring kalian dan gimana cara
ngitungnya?
EMERGENCY
 Menunjukan seberapa fatal masalah sehingga menimbulkan kematian dan kesakitan
 Pada emergency, parameter yang digunakan adalah CFR
 Selanjutnya membuat penentuan skor yang nilainya ada 5 dan masing-masing nilai memiliki
range yang sama (8,3)
 Range didapat dari angka kematian, kesakitan maupun CFR
 Setelah itu kita akan menghitung total nilainya dengan cara menjumlahkan kontribusi risiko
(didapat dari target-pencapaian) dan proxy (didapat dari AKI, CFR, dll)
 Masalah dengan nilai tertinggi akan dijadikan sebagai prioritas masalah

GREATEST MEMBER
 Merupakan banyaknya penduduk yang terkena masalah atau penyakit
 Penentuan skor disini ada 10 nilai yang masing-masing memiliki range yang sama (9,99)
 Semakin besar range maka semakin besar skornya
 Pennghitungan skor dilakukan dengan mengukur besar masalah yaitu target dikurangi
dengan pencapaian

EXPANDING SCOPE
 Menunjukan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain
 Penentuan skor nya berdasarkan keterpaduan lintas sektoral yaitu keterpaduan lintas
program dan lintas sektor diberi nilai 4 karena masalah pada suatu program memungkinkan
untuk menimbulkan masalah pada banyak sektor lainnya yang berhubungan langsung,
keterpaduan lintas sektoral saja diberikan nilai 3, keterpaduan lintas program saja diberikan
nilai 2, sedangkan yang tidak ada kaitan dengan sektor dan program lain diberikan nilai 1

FEASIBILITY
 Untuk menilai seberapa mungkin suatu masalah dapat diselesaikan
 Merupakan kriteria kualitatif sehingga perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga penilaian
menjadi objektif
 Parameter yang digunakan adalah:
- Rasio tenaga kesehatan Puskesmas dengan jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah
petugas kesehatan maka kemungkinan suatu masalah terselesaikan akan semakin besar
Setelah dibuat rationya maka langsung dibuat penentuan skor. Penentuan skor dibuat
dengan makin sedikit ratio petugas kesehatan dan penduduk maka semakin tinggi
skornya. Semakin banyak ratio petugas kesehatan dengan penduduk maka semakin
kecil skornya
- Ketersediaan fasilitas ada tempat dan alat. Ada dan cukup diberi nilai 3, ada namun
kurang diberikan nilai 2, tidak ada diberikan nilai 1
- Ketersediaa dana dibagi menjadi 2 yaitu kurang diberikan nilai 1 dan cukup diberikan
nilai 2

POLICY
 Untuk menilai seberapa concern pemerintah terhadap permasalah tersebut serta apakah
masalah tersebut terpublikasi di berbagai media
 Penentuan nilai: Karena jangkauan publikasi di media elektronik lebih luas maka diberi nilai
3, media cetak nilainya 2 dan penyuluhan diberikan nilai 1

Setelah dilakukan skoring, selanjutnya adalah melakukan penentuan masalah dikalikan dengan bobot
 Expanding scope memiliki bobot paling tinggi karena expanding scope menunjukan seberapa
luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain. Jika promkes tidak dilakukan maka akan
berpengaruh terhadap program yang lain seperti KIA, KB yang nantinya akan berpengaruh ke
masyarakat itu sendiri
 Feasibility diberi bobot 4 karena juga berpengaruh besar terhadap pelaksanaan promkes
 Policy diberi bobot 3 karena jika publikasi semakin luas maka akan semakin baik
 Emergency diberi bobot 2 karena menunjukan seberapa fatal masalah sehingga menimbulkan
kematian dan kesakitan. Sedangkan pada program promkes, tingkat kefatalan dari masalah tidak
begitu mengkhawatirkan
 Greatest member diberi bobot paling kecil karena menunjukan seberapa fatal masalah sehingga
menimbulkan kematian dan kesakitan

Jelaskan tatalaksana aspek-aspek DH?


Jelasin program puskesmas yang ada di LPM

20 Program Promosi Kesehatan


KIA Demam Berdarah Kanker Gigi & Mulut
KB AIDS Degeneratif Kes. Mata
Gizi Hepatitis Air & Kesling Kes. Jiwa
Imunisasi ISPA TBC Kes. Kerja
Diare Rokok Narkotik Kusta Kecacingan

Apa yang didapatkan kalian dari kunjungan ke KDK ? Apakah sesuai


dengan diagnosis holistik?
Ya, dengan melakukan kunjungan, kita bisa menilai aspek-aspek yang mempengaruhi penyakit pasien
secara holistik, komprehensif dan berkesinambungan sesuai dengan prinsip dokter keluarga

Jelaskan bagaimana cara mendapatkan identifikasi masalah, prioritas


masalah, penyebab masalah, penyebab masalah yang paling dominan
dan alternatif pemecahan masalah!
IDENTIFIKASI MASALAH
Awalnya, kita menanyakan jumlah program yang dipegang oleh promosi kesehatan. Pada LPM ini,
jumlah program pada puskesmas kecamatan senen terdapat 20 program yang terdiri dari penyuluhan
dalam gedung dan luar gedung jadi total 40.
Setelah itu, kita memasukkan data yang telah diberikan untuk menilai apakah cakupan penyuluhan
pada masing-masing program itu sudah mencapai target atau belum
Pada kasus ini, 18 program semuanya dibawah target berarti menjadi masalah sekecamatan dalam
dan luar gedung jadi sudah ada 36
Pada program imuniasi, penyuluhan dikecamatan senen dalam gedung sudah mencapai target
sehingga 5 kelurahan lain menjadi masalah + 1 masalah sekecamatan pada luar gedung = 6 masalah
Pada program gimul, penyuluhan di kecamatan senen melebih target sehingga menjadi masalah dan
kelurahan lain dibawah target sehingga menjadi masalah juga sehingga menjadi 6 masalah +
sekecamatan luar gedung 1 masalah = 7 masalah
TOTAL = 36 + 6 + 7 = 49 masalah

PRIORITAS MASALAH
Digunakan teknik skoring dan non-skoring

PENYEBAB MASALAH
Dengan menggunakan diagram tulang ikan atau fishbone
Lalu dibuat dengan melakukan wawancara mendalam pada pemegang program dan memanfaatkan
pengetahuan dan data-ata yang telah didapat sehingga dapat disusus berbagai penyebab masalah
secara teoritis. Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input merupakan
sumber daya atau masukan oleh sesuatu. Sumber daya adalah
a. Man
Jumlah staf/petugas, keterampilan, pengetahuan dan motivasi kerja
b. Money
Jumlah dana yang tersedia
c. Material
Jumlah peralatan medis dan jenis obat
d. Method
Mekanisme cara yang digunakan

Proses adalah suatu kegiatan yang melalui proses maka suatu input akan diubah menjadi output.
Proses tersebut terdiri dari:
a. Planning: Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan
menetapkan alternative kegiatan untuk mencapainya
b. Organizing : Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya yang
dimiliki organisasi dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi
c. Actuating :
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu berkerja secara optimal
melakukan tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki dengan dukungan sumber
daya yang tersedia
d. Controlling : Proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disusun dan melakukan koreksi apabila didapatkan adanya
penyimpangan

PENYEBAB MASALAH YANG PALING DOMINAN


Penyebab masalah yang paling dominan merupakan penyebab masalah yang apabila diselesaikan
maka secara otomatis sebagian besar masalah-masalah yang lainnya dapat dipecahkan. Dilakukan
dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup.
DBD: Man, Money, Organizing
ISPA: Man, Money, Planning

Cara:

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Dilakukan dengan menggunakan metode MCUA yaitu berdasarkan diskusi, argumentasi, justifikasi, dll
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah – masalah yang ingin dicari prioritas
diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Pengisian ini dilakukan dari atas ke bawah. Hasilnya didapat dari perkalian
parameter tersebut. Masalah yang mempunyai skor tertinggi, dijadikan sebagai prioritas masalah.

Kriteria dalam penetapan alternatif masalah yang terbaik adalah:


1. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna .
Diberi nilai 1 – 4 dimana nilai 4 merupakan masalah yang paling mungkin diselesaikan
dengan sempurna dan nilai 1 adalah masalah yang sulit diselesaikan dengan sempurna.
2. Mudah dilaksanakan
Diberi nilai 1 – 4, dimana nilai 4 merupakan masalah yang paling mudah dilaksanakan dan
skor 1 adalah masalah yang paling sulit dilaksanakan.
3. Murah biayanya
Diberi nilai 1 – 4, dimana nilai 4 merupakan masalah yang paling murah biaya
pelaksanaannya dan skor 1 adalah masalah yang paling mahal biaya pelaksanaannya.
4. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama
Diberi nilai 1 – 4, dimana nilai 4 merupakan masalah yang paling dapat diselesaikan dengan
cepat dan skor 1 adalah masalah yang memerlukan waktu paling lama dalam
penyelesaiannya.

Bagaimana sikap dokter keluarga apabila pasien menuntut kamu atas


efek samping obat yang diberikan?

Ada hubungannya ga pekerja yang sehat dan produktif dengan angka


kematian ibu? Jelaskan?
Ada, misalnya jika seorang pekerja tidak sehat dan menjadi tidak produktif maka akan terjadi
penurunan produktifitas dan perusahaan bisa memecat pekerja tersebut. Jika pekerja memiliki
seorang istri yang sedang hamil, maka pekerja tersebut tidak bisa membiayai biaya tindakan
persalinan apalagi jika terjadi sesuatu dengan ibu maka tidak bisa dilakukan tindakan yang cepat
HAHAHAHA NGASAL

Apa perbedaan fishbone kedkel dan kedkom?


Fishbone kedkom memuat komponen yang mempengaruhi penyakit di dalam suatu komunitas
misalnya usia, sosial budaya, tingkat pendidikan, sumber informasi, dll
Sedangkan fishbone kedkel terdapat 9 komponen yaitu man, money, material, method, planning,
organizing, environment, controlling dan actuating

KASUS:
Tn. A pasien DM sudah 10 tahun, GDS 240 padahal sudah olahraga,
catering, dan minum obat teratur tp kenapa masih tinggi ? terus saya
khawatir tidak bisa berhubungan seksual karena istri saya masih muda,
gimana ya dok?

KASUS:
Jika ada yang sakit DBD di tempat A berobat ke tempat B tatacaranya
bagaimana? Apa namanya jika kita melaporkan kasus tersebut ke
tempat asalnya?
RUMUS
PUSKESMAS
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 tahun 2014).
P2ML
P2ML (Pengendalian Penyakit Menular Langsung) : diare,ISPA,TB,Kusta,HIV-AIDS,IMS

Lingkup program Pengendalian Penyakit Menular Langsung berdasarkan Direktorat Jenderal


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) tahun 2012 adalah sebagai
berikut:
1. Tuberkulosis
2. HIV/AIDS dan IIMS
3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut
4. Pengendalian Penyakit Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan
5. Pengendalian Penyakit Kusta dan Frambusia

Indikator utama program pengendalian TB secara Nasional ada 2, yaitu: 1. Angka Notifikasi Kasus TB
(Case Notification Rate = CNR) dan
2. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Treatment Success Rate = TSR)

a. Indikator Penemuan TB
1. Proporsi pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis diantara
terduga TB, adalah persentase pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang ditemukan
diantara seluruh terduga yang diperiksa dahaknya
2. Angka penemuan kasus TB (Case Detection Rate = CDR), adalah persentase jumlah pasien baru TB
paru BTA positif yang ditemukan dibanding jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang diperkirakan
ada dalam wilayah tersebut.

b. IndikatorPengobatanTB
1. Angka konversi (Conversion Rate), adalah persentase pasien baru TB
paru terkonfirmasi bakteriologis yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani
masa pengobatan tahap awal.
2. Angka kesembuhan (Cure Rate), adalah angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan
persentase pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan, diantara pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang tercatat.
3. Angka putus berobat, adalah angka pasien putus berobat tidak boleh lebih dari 10%.

Suatu kabupaten/kota dinyatakan sebagai daerah beban rendah kusta apabila memenuhi semua
indikator dibawah ini:
Angka penemuan kasus baru ≤ 5 / 100.000 penduduk atau jumlah total penemuan kasus baru < 30
kasus pertahun selama 3 tahun berturut turut. Kumulasi kasus baru dengan cacat tingkat 2 dalam 5
tahun terakhir sebanyak ≤ 25 kasus.

P2B2
P2B2 (Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang) : malaria, filaria, DBD, rabies

Salah satu bagian dari program P2M adalah penyakit yang penularan nya melalui perantara serangga
atau gigitan binatang. Oleh karena itu dibentuk suatu program khusus untuk masalah tersebut yaitu
program pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2) untuk mengurangi insisden penyakit
menular yang meliputi demam berdarah dengue (DBD), filariasis, malaria, leptospirosis, rabies, dan flu
burung.

KB
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu programpemerintah dalam rangka menekan
angka pertumbuhan penduduk di Indonesia. Program KB di Indonesia tidak lagi hanya terfokus pada
pengaturan kelahiran dalam rangka pengendalian penduduk dan peningkatan kesejahteraan ibu dan
anak, berkembangnya isu HAM, termasuk hak-hak reproduksi dan hak-hak perempuan (kesejahteraan
gender) mendorong program KB untuk memberikan penekanan yang sama pada program kesehatan
reproduksi serta peningkatan partisipasi pria. Pemakaian kontrasepsi mempunyai fungsi ganda yaitu
sebagai pengendalian kelahiran dan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi. Tujuan Keluarga
Berencana secara umum adalah menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu
sehingga di dalam keluarganya akan berkembang.

Keluarga berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan hanya terjadi pada
waktu yang diinginkan. Tujuannya agar :
1. Tujuan umum berupa menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu
sehingga mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) melalui
pengendalian pertumbuhan, meningkatkan keikut sertaan kelestrarian ber-KB seluruh
pelosok sehingga akan menurunkan angka fertilitas yang bermakna.
2. Tujuan khusus berupa; Meningkatkan pemerataan pemakaian MKJP baik terhadap peserta
baru maupun kb aktif, meningkatkan dan semakin meratanya penggarapan terhadap
generasi muda dalam kaitannya dengan pendewasaan usia kawin dan sebagai bantuan
mendukung gerakan KB nasional di daerah, Semakin meratanya kemandirian masyarakat
dalam ikut serta memberikan pelayanan atau mendapatkan pelayanan KB (BKKBN,2014).

Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu melalui:
1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan.
2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami
komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan yang
mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
4. Pelayanan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, unsafe
abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat mencegah kematian ibu. Selain itu,
Keluarga Berencana merupakan hal yang sangat strategis untuk mencegah kehamilan
“Empat Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak).

Program dan Upaya KB Nasional antara lain:


1. Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja dan konseling calon pengantin
2. Konseling dan pelayanan KB pada WUS/PUS
3. Promosi KB pasca persalinan
4. Pelayanan KB pasca persalinan
5. Penerangan dan motivasi
6. Pelembagaan program
7. Pendidikan KB
8. Pendidikan dan pelatihan tenaga program
9. Pelayanan KB
10. Pencapaian peserta KB Baru
11. Pencapaian peserta KB Aktif
12. Prasarana dan Sarana
13. Pelaporan dan Penelitian

Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat (pada saat kunjungan,
posyandu, pertemuan dengan kelompok PKK, dasa wisma dan sebagainya). Termasuk dalam kegiatan
penyuluhan ini adalah konseling untuk PUS (BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012). Menyediakan dan
pemasangan alat-alat kontrasepsi, meliputi:
1. IUD
2. Pil KB
3. Implant (susuk KB)
4. Suntik
5. Kondom
Kegiatan program KB di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat adalah mengadakan penyuluhan
KB, menyediakan alat-alat kontrasepsi dan memberikan pelayanan KB pada usia subur serta
mengadakan pelayanan KB keliling.
Akseptor KB terdiri dari dua, yaitu KB baru dan KB aktif. KB baru adalah akseptor yang baru mengikuti
program KB pertama kali tetapi belum tentu berdomisili di Kelurahan Cempaka Putih Barat .
Sedangkan KB aktif adalah akseptor yang mengikuti KB terusmenerus yang berdomisili di Kelurahan
Cempaka Putih Barat (BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012).

Akseptor KB terdiri dari :


1. Akseptor KB Baru
Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pertama kali menggunakan kontrasepsi
setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau kelahiran.
2. Akseptor KB Aktif
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada saat ini masih menggunakan salah satu
cara atau alat kontrasepsi.
3. Akseptor KB Pasca Persalinan
KB pasca persalinan adalah penggunaan alat kontrasepsi pada masa nifas sampai 42 hari setelah
melahirkan.
4. PUS 4T BerKB
Merupakan pelayanan KB yang diberikan pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang mempunyai keadaan
“4 Terlalu” yaitu terlalu muda (<20 tahun), terlalu tua (>35 tahun), terlalu banyak (anak >3 orang),
serta terlalu dekat jarak kehamilan (<2 tahun).
5. Akseptor KB yang Mengalami Komplikasi
Merupakan kejadian kesakitan yang tidak diharapkan yang ditimbulkan oleh pemakaian alat atau obat
kontrasepsi atau dari tindakan petugas medis. Komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi dibagi
menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Komplikasi ringan sampai sedang adalah gangguan
kesehatan akibat pemakaian alat dan obat kontrasepsi yang harus dilayani lebih lanjut dan tidak perlu
perawatan, sedangkan komplikasi berat adalah gangguan kesehatan akibat pemakaian alat dan obat
kontrasepsi yang harus dilayani secara intensif, memerlukan pemeriksaan penunjang dan perawatan.
6. Akseptor KB yang Mengalami Efek Samping
Merupakan akseptor KB yang mengalami perubahan sistem, alat dan fungsi tubuh yang timbul akibat
dari penggunaan alat atau obat kontrasepsi dan tidak berpengaruh serius terhadap peserta, bersifat
sementara dan akan pulih segera dalam jangka waktu tertentu, sebagai contoh:
Kondom: reaksi alergi, mengurangi kenikmatan
hubungan seksual
Oral: mual, muntah, pusing kepala, nafsu makan
bertambah, lesu lemah, penurunan ASI, tekanan darah
tinggi, perubahan berat badan, jerawat, hiperpigmentasi
wajah, keputihan, varises, gangguan haid.
Suntik: tidak haid (amenorrhea), pertambahan berat
badan, sakit kepala, nyeri pinggul, tekanan darah tinggi.
Implant: hilang tidak teraba, nyeri dada, perdarahan,
bercak, nyeri kepala, mual, pusing, gelisah.
AKDR: perdarahan, gangguan haid, demam, menggigil,
cairan vagina yang banyak.
Vasektomi: perdarahan, nyeri daerah luka dll.
7. Akseptor KB yang Mengalami Kegagalan
Merupakan banyaknya akseptor KB yang menjadi hamil pada saat masih menggunakan alat
kontrasepsi.
8. Akseptor KB yang Drop Out
Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan.
Indikator pelayanan KB :
1. Tenaga
2. Sarana dan prasarana
3. Cakupan pelayanan

Anda mungkin juga menyukai