BAHAN UJIAN LISAN KEDKEL Print
BAHAN UJIAN LISAN KEDKEL Print
(APS)
UKM
Untuk melaksanakan UKM dan UKP tingkat pertama, Puskesmas harus menyelenggarakan:
1. Manajemen (sumber daya, operasional, dan mutu);
2. Pelayanan kefarmasian;
3. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat; dan
4. Pelayanan laboratorium.
Promkes
1. Penyebarluasan informasi kesehatan
Penyuluhan PHBS tatanan rumah tangga, institusi sarana pendidikan, institusi sarana
kesehatan, institusi tempat kerja, TTU,kelompok masyarakat
2. Pembinaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
Posyandu, polindes, poskestren, kelompok TOGA,PPKS, poskesdes ,desa siaga
3. Program penanggulangan NAPZA
Kelompok masyarakat, SD, SMP, SMA
Kesling
1. Penyehatan lingkungan
Pemeriksaan pengolahan dan penyimpanan pestisida, TTU, rumah sehat, sarana air
bersih, pemeriksaan sample air minum,jamban, tempat sampah sementara dan
akhir, sarana pembuangan air limbah, pemeriksaan jentik,klinik sanitasi
2. Pengawasan tempat pengolahan makanan
Pengawasan industri rumah tangga, jasa boga, rumah makan/restoran, tempat
makanan jajanan, depot air minum
Tenaga : Sanitarian
KIA & KB
1. Kesehatan Ibu
Kunjungan bumil, bumil risiko tinggi, persalinan nakes,IMD, ibu nifas
Jumlah kematian ibu
Kelas bumil
2. Kesehatan Anak
Bayi baru lahir, BBLR, pelayanan neonatus, kunjungan bayi,kunjungan balita,
MTBS,DIDTK
Jumlah kematian bayi
3. Keluarga Berencana
Di bawah koordinasi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
(BKBPP
Pelayanan KB :
1. Non MKJP : pil,suntik
2. MKJP : IUD, MOP (vasektomi), MOW (tubektomi), Implant
3. Safari KB
P2M
Pencengahan dan pemberantasan penyakit : imunisasi balita, imunisasi bumil
P2ML (Pengendalian Penyakit Menular Langsung) : diare,ISPA,TB,Kusta,HIV-AIDS,IMS
P2B2 (Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang) : malaria, filaria, DBD, rabies
PTM (Penyakit Tidak Menular : hipertensi,DM,jantung koroner, PPOK,Asma)
Pengobatan
Rawat Jalan : Umum dan Gigi
Rawat Inap : setara dengan RS tipe D
PONED : pelayanan obstetri dan neonatus esensial dasar
UKP
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan.
UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan perorangan, pencegahan penyakit, pengobatan
rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap
perorangan, pemeriksaan laboratorium, POLI
Program puskesmas UKP : pengobatan dasar
Apa yang dimaksud dengan KPLDH? Sebagai dokter keluarga,
bagaimana penerapannya?
Ketuk Pintu, Layani Dengan Hati (KPLDH) merupakan upaya pemerintah dalam mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama di bidang promotif dan preventif.
Tujuan : melayani masyarakat dengan hati hingga tuntas dan mencegah warga yang sakit menjadi
miskin.
Dalam menjalankan programnya, KPLDH melakukan tujuh kegiatan implementasi yang meliputi :
1. Home visit (mengunjungi keluarga rawan kesehatan, termasuk keluarga pascarawat dari rumah
sakit)
2. Home health promotion (memberikan informasi agar keluarga selalu menjalankan perilaku
hidup bersih dan sehat)
3. Home education (memberikan pendidikan kesehatan, konseling dan pendampingan pada
anggota keluarga pasca rawat)
4. Home care (merawat anggota keluarga yang sakit termasuk dengan terapi
komplementer/pemanfaatan keanekaragaman hayati, termasuk paliative care)
5. Health environment (menjaga kesehatan lingkungan sekitar)
6. Home surveillance (memantau penyakit menular dan tidak menular pada keluarga dan
kelompok khusus di masyarakat)
7. Referral (melakukan rujukan kasus sesuai SOP).
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
Contoh:
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke
pasien.
Contoh :
An. R, perempuan, usia 3 tahun, dengan BB 14 kg datang ke klinik karena menderita
dermatitis kontak alergi. Dokter memberikan resep obat racikan: prednisone dan
chlorpheniramine maleat. Pada saat mengambil obat, seorang apoteker salah membaca
resep (prednisone dibaca prednox (metilprednisolone)) karena tulisan dokter sulit dibaca.
Saat apoteker lain melihat, dia segera menegur apoteker tersebut dan memberitahukan obat
yang benar.
Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbul cedera.
Contoh:
Seorang pria, 40 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan sesak. Pada
pemeriksaan ditemukan wheezing dan riwayat asma. Dokter kemudian memberikan terapi
nebulisasi dan injeksi iv dexametason 1 ampul. Dokter tidak memberikan instruksi yang jelas
sehingga perawat menyuntikkan obat yang lain yaitu metilprednisolon. Pasien tidak
mengalami efek samping dan sesaknya berkurang
Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Contoh:
Di UGD RS X, terdapat obat-obatan emergency yang diletakkan di lemari obat. Di antaranya
efedrin injeksi dan epinefrin injeksi. Obat-obatan ini tergolong NORUM (Nama Obat Rupa
Mirip). Dalam penyimpanannya, obat ini diletakkan dalam 1 kotak yang sama sehingga
rentan terjadi kesalahan dalam pengambilan obat.
A. Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal : (alasan kedatangan, kekhawatiran, harapan, persepsi individu mengenai
penyakitnya)
Alasan datang :
Pasien seorang laki-laki, berusia 2 tahun 10 bulan datang dibawa orang tuanya ke
Puskesmas Kecamatan Senen dengan anjuran dari RS Kramat untuk memeriksakan
kondisi klinis pasien yang berencana untuk operasi hernia. Dokter bedah di RS Kramat
mengatakan bahwa Hb pasien dibawah rata-rata sehingga tidak memenuhi syarat untuk
dilakukan tindakan operasi. Ibu pasien menuturkan bahwa pasien memang tampak
sedikit lebih pucat daripada biasanya.
Kekhawatiran :
Orang tua pasien khawatir kondisi klinis yang dialami oleh pasien ini tidak kunjung
membaik sehingga operasi hernia bisa tertunda dan dapat memperburuk penyakit
pasien.
Harapan :
Orang tua pasien berharap kondisi pasien segera membaik sehingga dapat
melangsungakan operasi hernia dan sembuh sempurna dari penyakitnya.
Persepsi penyakit :
Orang tua pasien merasa sakit yang diderita pasien cukup berat, namun orang tua
pasien percaya apabila pasien mengikuti anjuran dokter dan meminum obat yang
diberikan, maka penyakit yang diderita pasien dapat disembuhkan.
Pandangan orang tua pasien pada sisi agama yaitu orang tua pasien percaya apabila
memohon kesembuhan kepada Allah SWT maka penyakit yang diderita pasien dapat
disembuhkan. `
2. Aspek Klinis : (diagnosis kerja dan diagnosis banding)
Diagnosis kerja : Anemia Derajat Sedang dengan Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
Dasar diagnosis : Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium
Diagnosis banding : Anemia e.c Defisiensi Asam Folat
3. Aspek Risiko Internal: (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien)
Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien adalah :
Pasien mengalami nafsu makan yang berkurang
Kurangnya asupan daging, sayur dan buah-buahan pada menu makanan pasien sehari-
hari
Pelayanan kolaboratif artinya bekerja sama juga dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan, guna mengefektifkan dan mengefisienkan pelayanan. Misalnya,
bekerjasama dengan labotarotium untuk memantau pasien dengan dugaan DHF tetapi belum
perlu dirawat. Dokter keluarga bukan hanya mempertimbangkan segi medis tetapi juga ekonomi,
sosial dan budaya sehingga sering perlu melibatkan atau kerjasama dengan berbagai pihak.
5. Pelayanan personal.
Titik tolak pelayanan DK adalah pelayanan personal seorang individu sebagai bagian integral dari
keluarganya. Seorang individu, sekalipun menjadi bagian dari sebuah keluarga, dibenarkan
mempunyai DK sendiri yang mungkin dapat berbeda atau sama dengan anggota keluarga yang
lain.
8. Sadar biaya
Yang tidak kalah pentingnya adalah sadar biaya yang juga sebenarnya menyangkut perilaku DK
dalam pertimbangkan ”cost effectiveness” dari biaya yang dikeluarkan oleh pasien. Dengan kata
lain biaya harus menjadi pertimbangan akan tetapi tidak boleh menurunkan mutu pelayanan.
5 stars doctor?
1. Healthcare provider: dokter memberikan pelayanan kesehatan secara holistik yaitu
menempatkan pasien sebagai individu merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat dan
dokter akan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, membina hubungan
dokter-pasien dengan baik, memberikan pelayanan kesheatan yang berkesinambungan dan
memberikan pelayanan kesehatan, pemantauan kesehatan individu dan kelompok
2. Decision Maker: Dokter menentukan tindakan medis yang sesuai dengan perkembangan
kedokteran mutakhir yang tepat dan sesuai dengan keadaan pada pasien sesuai dengan
evidence based medicine
3. Educator: Dokter mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam upaya peningkatan
kesheatan, pemantauan keseluruhan individu dan kelompok
4. Community Leader: Dokter mempunyai tanggung jawab khusus terhadap komunitas dengan
menerapkan kepemimpinan yang baik dan tepat untuk komunitas yang menjadi tanggung
jawabnya
5. Manager: Dokter harus mampu memanfaatkan sumber daya yang ada secara efisien, melalui
pelayanan yang terkoordinasi dan bekerja sama dengan profesi lain, pada lingkup
operasional strata pertama
Bermanfaat karena dengan menilai rumah, kita bisa mengetahui apakah rumah pasien tergolong
rumah sehat atau tidak. Hal tersebut berkaitan karena rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit. Keadaan rumah pasien juga dapat membantu kita dalam menganalisis
berbagai masalah yang mempengaruhi penyakit pasien.
MCUA biasanya digunakan pada kasus yang memiliki masalah yang banyak karena lebih spesifik atau
lebih detail dalam memberikan skoring.
Setiap masalah pada metode ini memiliki bobot sehingga lebih akurat
Sedangkan PAHO biasanya digunakan pada kasus yang memiliki masalah sedikit karena lebih
sederhana dan tidak memiliki bobot. Jika digunakan pada masalah yang banyak maka akan rancu
karena akan banyak yang jumlah nilainya sama
Pada PAHO, semua nilai dikalikan akibatnya skor akhir antar masalah itu besar sedangkan MCUA itu
bobot x nilai lalu dijumlahkan
Keuntungan dari PAHO adalah memiliki jarak antar masalah yang besar sehingga tidak menimbulkan
kebingungan
Parameter diletakkan pada baris sedangkan masalah–masalah yang ingin dicari prioritas
permasalahannya diletakkan di dalam kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah 1–5 yang
ditulis dari kiri ke kanan sesuai dengan baris tiap–tiap masalah. Kemudian dengan
penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung
nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai suatu prioritas
masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap
masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan
diambil.
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas masalah
adalah:
Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan / kematian
Greatest Member : MEnimpa banyak orang (insiden/prevalensi)
Expanding Scope: Mempunyai ruang lingkup besar (Menyangkut di luar kesehatan)
Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilaksanakan
Policy : Kebijakan Pemerintah Daerah/Nasional
Apa itu program KIA? Indikatornya apa? Apa yang dilakukan di KIA?
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan program yang bertujuan untuk memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir
dengan komplikasi, bayi dan balita.
Berdasarkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan RI, maka program puskesmas khususnya KIA harus meliputi sebagai berikut :
A. Pelayanan Antenatal
B. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
C. Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan
D. Penanganan Komplikasi kebidanan
E. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
F. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi
G. Pelayanan Kesehatan Bayi
PERTANYAAN:
Kasus:
Eka dokter PKM A
Inong dokter PKM B
Ada pasien DBD (+) berobat ke PKM B, padahal sebenernya dia selalu
berobat ke PKM A
Sebagai dokter PKM B apa yang kamu lakukan?
Bagi dokter yang menerima rujukan, sesuai dengan etika profesi, wajib menjawab/memberikan advis
tindakan akan terapi dan mengembalikannya kepada dokter yang merujuk
Dalam keadaan tertentu, dokter penerima rujukan dapat melakukan tindakan atau perawatan
lanjutan dengan persetuuan dokter yang merujuk dan pasien. Setelah perawatan selesai, dokter
rujukan mengirim kembali kepada dokter yang merujuk.
Kegiatan fogging biasanya dilakukan secara menyeluruh baik pada daerah endemis maupun daerah
potensial disekitarnya. Sedangkan kegiatan fogging fokus hanya dilaksanakan pada area sekitar titik
yang terinfeksi DBD, biasanya dilakukan pada radius 100 meter.
Untuk dilaksanakannya fogging harus memenuhi kriteria yaitu antara lain; sebelum dilakukan fogging
masyarakat sekitar harus dilakukan penyuluhan dan Penyelidikan Epidemologi (PE). Penyelidikan
epidemilogi adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainya dan pemeriksaan
jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/ bangunan sekitarnya. Termasuk
tempat-tempat umum di dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter.
Tindak lanjut hasil PE tersebut bila ditemukan penderita DBD lainya ( 1 atau lebih) atau ditemukan 3
atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik (>5%) dari rumah/ bangunan yang diperiksa, maka
dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, Larvasidasi, Penyuluhan dan pengasapan
(Fogging). Fogging kurang EFEKTIF apabila tidak ditindak lanjuti dengan gerakan 3 M. Mencegah lebih
efektif dari pada mengobati atau memberantas. (Dirangkum dari berbagai sumber) .
Untuk mencegah kenaikan kasus dan jumlah korban DBD yang semakin meningkat, Budi berbagi tips
agar upaya fogging menjadi efektif. Agar hasil fogging maksimal, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
- Perhatikan dosis
“Ini menjadi poin penting. Sering insektisida dan solar tidak berimbang,” kata Budi.
Penyemprotan harus memperhatikan dosis yang tercatat dalam standar operasional. Bila insektisida
terlalu sedikit, maka penyemprotan tidak memberikan hasil maksimal dan hanya meninggalkan bau
minyak tanah yang mengganggu kenyamanan. Dosis yang tepat juga dikhawatirkan membuat nyamuk
resisten insektisida.
Specific Protection
- (Perlindungan khusus ).
- Dilakukan pada masa pre pathogenesis.
- Kegiatan : imunisasi, memakai APD, dll.
2. Secondary Prevention
Early diagnosis and prompt treatment
- Dilakukan pada awal masa Pathogenesis (pada masa tunas atau early disease).
- Dinamakan Secondary Prevention.
- Kegiatan :
Pemeriksaan kesehatan berkala.
Penimbangan bayi Puskesmas/Posyandu
Pemeriksaan bumil (ante natal care).
Screening.
3. Tertiary Prevention
Limitation of disability
- Dilakukan pada masa Pathogenesis.
- Manusia sudah jelas-jelas sakit.
- Kegiatan : pengobatan yg adekuat.
Rehabilitation
- Dilakukan pada masa akhir Pathogenesis.
- Upaya meningkatkan fungsi tubuh.
- Rehabilitasi : Aspek fisik, mental, sosial.
Contoh fishbone masing-masing! Gambarlah fishbone 1 akar masalah
saja
Apa itu penyelidikan epidemiologi?
Penyelidikan epidemiologi tentang DBD (+) dan (-) maksudnya apa?
Penyelidikan Epidemiologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau survey yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih menyeluruh.
Hal-hal yang penting untuk diketahui: Konsep terjadinya penyakit, Natural history of disease,
Dinamika penularan atau mekanisme penularan, Aspek lingkungan, Aspek administratif dan
manajerial, Informasi yang dibutuhkan dalam PE berbeda untuk setiap penyakit, Aktifitas / kegiatan
PE secara spesifik berbeda untuk tiap penyakit.
Scoring Technique
Metode Bryant , MCUA, PAHO
K1-K4 itu apa? Kalo saya hamil 7 bulan, baru periksa hamil, masuknya
K berapa?
Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang
merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4.
Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali
kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal
pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
Tujuan kunjungan K1
K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada Trimester pertama
kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu kali
Meliputi :
1. Identitas/biodata
2. Riwayat kehamilan
3. Riwayat kebidanan
4. Riwayat kesehatan
5. Pemeriksaan kehamilan
6. Pelayanan kesehatan
7. Penyuluhan dan konsultasi
serta mendapatkan pelayanan 7T yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur Tekanan Darah
3. Skrinning status imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bila diperlukan
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
6. Test Laboratorium (rutin dan Khusus)
7. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
serta KB pasca persalinan.
Atau yang terbaru 10T yaitu dengan menambahkan 7T tadi dengan:
8. Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas)
9. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
10. Tata laksana kasus.
Cakupan K1 yang rendah berdampak pada rendahnya deteksi dini kehamilan berisiko, yang kemudian
mempengaruhi tingginya AKB dan AKI.
Tujuan k1 :
- Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
- mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa ibu
- Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena (-) Fe atau
penggunaan praktek tradisional yang merugikan
- Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk
menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian
seterusnya.
- mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)
bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
- Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan
hubungan kepercayaan dengan ibu
- Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detail kebidanan masa lalu dan
sekarang, riwayat obstetrik, medis, dan pribadi serta keluarga.
- Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya mengekspresikan dan mendiskusikan adanya
kekhawatiran tentang kehamilan saat ini dan kehilangan kehamilan yang lalu, persalinan,
kelahiran atau puerperium.
K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai indikator
pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2001).
Tujuan Kunjungan k2
K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester II (usia kehamilan
12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.
Tujuan k2 :
- Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
- mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa
- Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena (-) Fe atau
penggunaan praktek tradisional yang merugikan
- Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk
menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya
- Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)
bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
- Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam kehamilan), tanyakan gejala, pantau TD
(tekanan darah), kaji adanya edema dan protein uria.
- Pengenalan koplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
- Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan saluran perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan.
INPUT
1. Kurangnya kemampuan petugas dalam pencatatan hasil laporan (Man)
2. Kesulitan menghitung standar dana (Money)
3. Kurangnya sumber pendanaan untuk membeli obat nyamuk dan repellant yang cukup (Material)
4. Tidak ada pedoman pasti untuk melakukan promosi kesehatan di Puskesmas Senen (Method)
PROCESS
1. Kader desa sulit melaksanakan penyuluhan di desa (Environment)
2. Petugas menganggap program sebelumnya sudah terlaksana dengan baik (Planning)
3. Kurangnya terfokusnya pelaksanaan program DBD. (Organizing)
4. Kurangnya komunikasi antara petugas penyuluhan dan kader desa (Actuating)
5. Petugas memegang tugas lain selain promosi kesehatan. (Controlling)
OUTPUT
Cakupan Penyuluhan Demam Berdarah di Luar gedung di Puskesmas Se-kecamatan Senen periode
Januari – Maret 2018 adalah 2 kali kurang dari target, yaitu 8 kali.
OUTCOME
ENVIRONMENT
Jelaskan bagaimana cara menetapkan skoring kamu! (emergency –
policy) Jelaskan 2 parameter skoring kalian dan gimana cara
ngitungnya?
EMERGENCY
Menunjukan seberapa fatal masalah sehingga menimbulkan kematian dan kesakitan
Pada emergency, parameter yang digunakan adalah CFR
Selanjutnya membuat penentuan skor yang nilainya ada 5 dan masing-masing nilai memiliki
range yang sama (8,3)
Range didapat dari angka kematian, kesakitan maupun CFR
Setelah itu kita akan menghitung total nilainya dengan cara menjumlahkan kontribusi risiko
(didapat dari target-pencapaian) dan proxy (didapat dari AKI, CFR, dll)
Masalah dengan nilai tertinggi akan dijadikan sebagai prioritas masalah
GREATEST MEMBER
Merupakan banyaknya penduduk yang terkena masalah atau penyakit
Penentuan skor disini ada 10 nilai yang masing-masing memiliki range yang sama (9,99)
Semakin besar range maka semakin besar skornya
Pennghitungan skor dilakukan dengan mengukur besar masalah yaitu target dikurangi
dengan pencapaian
EXPANDING SCOPE
Menunjukan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain
Penentuan skor nya berdasarkan keterpaduan lintas sektoral yaitu keterpaduan lintas
program dan lintas sektor diberi nilai 4 karena masalah pada suatu program memungkinkan
untuk menimbulkan masalah pada banyak sektor lainnya yang berhubungan langsung,
keterpaduan lintas sektoral saja diberikan nilai 3, keterpaduan lintas program saja diberikan
nilai 2, sedangkan yang tidak ada kaitan dengan sektor dan program lain diberikan nilai 1
FEASIBILITY
Untuk menilai seberapa mungkin suatu masalah dapat diselesaikan
Merupakan kriteria kualitatif sehingga perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga penilaian
menjadi objektif
Parameter yang digunakan adalah:
- Rasio tenaga kesehatan Puskesmas dengan jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah
petugas kesehatan maka kemungkinan suatu masalah terselesaikan akan semakin besar
Setelah dibuat rationya maka langsung dibuat penentuan skor. Penentuan skor dibuat
dengan makin sedikit ratio petugas kesehatan dan penduduk maka semakin tinggi
skornya. Semakin banyak ratio petugas kesehatan dengan penduduk maka semakin
kecil skornya
- Ketersediaan fasilitas ada tempat dan alat. Ada dan cukup diberi nilai 3, ada namun
kurang diberikan nilai 2, tidak ada diberikan nilai 1
- Ketersediaa dana dibagi menjadi 2 yaitu kurang diberikan nilai 1 dan cukup diberikan
nilai 2
POLICY
Untuk menilai seberapa concern pemerintah terhadap permasalah tersebut serta apakah
masalah tersebut terpublikasi di berbagai media
Penentuan nilai: Karena jangkauan publikasi di media elektronik lebih luas maka diberi nilai
3, media cetak nilainya 2 dan penyuluhan diberikan nilai 1
Setelah dilakukan skoring, selanjutnya adalah melakukan penentuan masalah dikalikan dengan bobot
Expanding scope memiliki bobot paling tinggi karena expanding scope menunjukan seberapa
luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain. Jika promkes tidak dilakukan maka akan
berpengaruh terhadap program yang lain seperti KIA, KB yang nantinya akan berpengaruh ke
masyarakat itu sendiri
Feasibility diberi bobot 4 karena juga berpengaruh besar terhadap pelaksanaan promkes
Policy diberi bobot 3 karena jika publikasi semakin luas maka akan semakin baik
Emergency diberi bobot 2 karena menunjukan seberapa fatal masalah sehingga menimbulkan
kematian dan kesakitan. Sedangkan pada program promkes, tingkat kefatalan dari masalah tidak
begitu mengkhawatirkan
Greatest member diberi bobot paling kecil karena menunjukan seberapa fatal masalah sehingga
menimbulkan kematian dan kesakitan
PRIORITAS MASALAH
Digunakan teknik skoring dan non-skoring
PENYEBAB MASALAH
Dengan menggunakan diagram tulang ikan atau fishbone
Lalu dibuat dengan melakukan wawancara mendalam pada pemegang program dan memanfaatkan
pengetahuan dan data-ata yang telah didapat sehingga dapat disusus berbagai penyebab masalah
secara teoritis. Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input merupakan
sumber daya atau masukan oleh sesuatu. Sumber daya adalah
a. Man
Jumlah staf/petugas, keterampilan, pengetahuan dan motivasi kerja
b. Money
Jumlah dana yang tersedia
c. Material
Jumlah peralatan medis dan jenis obat
d. Method
Mekanisme cara yang digunakan
Proses adalah suatu kegiatan yang melalui proses maka suatu input akan diubah menjadi output.
Proses tersebut terdiri dari:
a. Planning: Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan
menetapkan alternative kegiatan untuk mencapainya
b. Organizing : Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya yang
dimiliki organisasi dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi
c. Actuating :
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu berkerja secara optimal
melakukan tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki dengan dukungan sumber
daya yang tersedia
d. Controlling : Proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disusun dan melakukan koreksi apabila didapatkan adanya
penyimpangan
Cara:
KASUS:
Tn. A pasien DM sudah 10 tahun, GDS 240 padahal sudah olahraga,
catering, dan minum obat teratur tp kenapa masih tinggi ? terus saya
khawatir tidak bisa berhubungan seksual karena istri saya masih muda,
gimana ya dok?
KASUS:
Jika ada yang sakit DBD di tempat A berobat ke tempat B tatacaranya
bagaimana? Apa namanya jika kita melaporkan kasus tersebut ke
tempat asalnya?
RUMUS
PUSKESMAS
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 tahun 2014).
P2ML
P2ML (Pengendalian Penyakit Menular Langsung) : diare,ISPA,TB,Kusta,HIV-AIDS,IMS
Indikator utama program pengendalian TB secara Nasional ada 2, yaitu: 1. Angka Notifikasi Kasus TB
(Case Notification Rate = CNR) dan
2. Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Treatment Success Rate = TSR)
a. Indikator Penemuan TB
1. Proporsi pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis diantara
terduga TB, adalah persentase pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang ditemukan
diantara seluruh terduga yang diperiksa dahaknya
2. Angka penemuan kasus TB (Case Detection Rate = CDR), adalah persentase jumlah pasien baru TB
paru BTA positif yang ditemukan dibanding jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang diperkirakan
ada dalam wilayah tersebut.
b. IndikatorPengobatanTB
1. Angka konversi (Conversion Rate), adalah persentase pasien baru TB
paru terkonfirmasi bakteriologis yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani
masa pengobatan tahap awal.
2. Angka kesembuhan (Cure Rate), adalah angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan
persentase pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan, diantara pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang tercatat.
3. Angka putus berobat, adalah angka pasien putus berobat tidak boleh lebih dari 10%.
Suatu kabupaten/kota dinyatakan sebagai daerah beban rendah kusta apabila memenuhi semua
indikator dibawah ini:
Angka penemuan kasus baru ≤ 5 / 100.000 penduduk atau jumlah total penemuan kasus baru < 30
kasus pertahun selama 3 tahun berturut turut. Kumulasi kasus baru dengan cacat tingkat 2 dalam 5
tahun terakhir sebanyak ≤ 25 kasus.
P2B2
P2B2 (Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang) : malaria, filaria, DBD, rabies
Salah satu bagian dari program P2M adalah penyakit yang penularan nya melalui perantara serangga
atau gigitan binatang. Oleh karena itu dibentuk suatu program khusus untuk masalah tersebut yaitu
program pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2) untuk mengurangi insisden penyakit
menular yang meliputi demam berdarah dengue (DBD), filariasis, malaria, leptospirosis, rabies, dan flu
burung.
KB
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu programpemerintah dalam rangka menekan
angka pertumbuhan penduduk di Indonesia. Program KB di Indonesia tidak lagi hanya terfokus pada
pengaturan kelahiran dalam rangka pengendalian penduduk dan peningkatan kesejahteraan ibu dan
anak, berkembangnya isu HAM, termasuk hak-hak reproduksi dan hak-hak perempuan (kesejahteraan
gender) mendorong program KB untuk memberikan penekanan yang sama pada program kesehatan
reproduksi serta peningkatan partisipasi pria. Pemakaian kontrasepsi mempunyai fungsi ganda yaitu
sebagai pengendalian kelahiran dan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi. Tujuan Keluarga
Berencana secara umum adalah menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu
sehingga di dalam keluarganya akan berkembang.
Keluarga berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan hanya terjadi pada
waktu yang diinginkan. Tujuannya agar :
1. Tujuan umum berupa menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu
sehingga mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) melalui
pengendalian pertumbuhan, meningkatkan keikut sertaan kelestrarian ber-KB seluruh
pelosok sehingga akan menurunkan angka fertilitas yang bermakna.
2. Tujuan khusus berupa; Meningkatkan pemerataan pemakaian MKJP baik terhadap peserta
baru maupun kb aktif, meningkatkan dan semakin meratanya penggarapan terhadap
generasi muda dalam kaitannya dengan pendewasaan usia kawin dan sebagai bantuan
mendukung gerakan KB nasional di daerah, Semakin meratanya kemandirian masyarakat
dalam ikut serta memberikan pelayanan atau mendapatkan pelayanan KB (BKKBN,2014).
Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu melalui:
1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan.
2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami
komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan yang
mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
4. Pelayanan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, unsafe
abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat mencegah kematian ibu. Selain itu,
Keluarga Berencana merupakan hal yang sangat strategis untuk mencegah kehamilan
“Empat Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak).
Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat (pada saat kunjungan,
posyandu, pertemuan dengan kelompok PKK, dasa wisma dan sebagainya). Termasuk dalam kegiatan
penyuluhan ini adalah konseling untuk PUS (BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012). Menyediakan dan
pemasangan alat-alat kontrasepsi, meliputi:
1. IUD
2. Pil KB
3. Implant (susuk KB)
4. Suntik
5. Kondom
Kegiatan program KB di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat adalah mengadakan penyuluhan
KB, menyediakan alat-alat kontrasepsi dan memberikan pelayanan KB pada usia subur serta
mengadakan pelayanan KB keliling.
Akseptor KB terdiri dari dua, yaitu KB baru dan KB aktif. KB baru adalah akseptor yang baru mengikuti
program KB pertama kali tetapi belum tentu berdomisili di Kelurahan Cempaka Putih Barat .
Sedangkan KB aktif adalah akseptor yang mengikuti KB terusmenerus yang berdomisili di Kelurahan
Cempaka Putih Barat (BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012).