Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Patofisiologi”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas.

Upaya serta usaha telah kami berikan untuk makalah ini, namun kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan waktu dan
keadaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Atas bantuan dan bimbingan yang kami peroleh dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat
bermafaat bagi pembacanya.

Medan, September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.2. Tujuan masalah

BAB II :TINJAUAN TEORI


2.1. Pengertian Degenerasi
2.2 Jenis-jenis Degenerasi
2.3 Penyebab Degenerasi
2.4 Penyakit Degeneratif

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika kita amati secara sekilas, antara makhluk satu dengan yang lain akan terlihat
perbedaan besar. Namun, jika diteliti lebih mendalam, ternyata semua makhluk
mempunyai banyak persamaan. Satu diantara persamaan tersebut adalah setiap
makhluk tersusun atas satuan atau unit terkecil yang disebut sel. Sel adalah satuan
kehidupan yang paling mendasar. Sel merupakan unit terkecil yang masih dapat
menjalankan proses yang berhubungan dengan kehidupan. Tubuh manusia bersifat
dinamis, dalam arti selalu berubah setiap saat. Sel ± sel yang menyusun tubuh
memiliki usia tertentu yang kemudian akan diganti lagi dengan yang baru, namun
pada akhirnya semua sel ± sel akan mengalami kematian secara total. Sepanjang
usia kehidupan akan terjadi efek proses penuaan pada tubuh yang berlangsung
terus sampai batas ± batas tertentu, dan akhirnya akan muncul proses degenerasi
(penuaan) dari semua organ dalam tubuh. Menjadi tua adalah alamiah, namun
percepatan atau perburukan proses degenerasi adalah kesalahan manusia.
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera
ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan
sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya
reversibel artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila
tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel, dan
sel akan mati. Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang
dinamakan kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya
berbagai macam bahan di dalam maupun di luar sel.
Degenerasi sel atau penuaan sel ditandai dengan menurunnya fungsi berbagai
organ tubuh. Gejala menua tampak secara fisik dan psikis. Tanda fisik misalnya,
masa otot berkurang, lemak meningkat, fungsi seksual terganggu, sakit tulang dan
kemampuan kerja menurun. Sedangkan tanda psikis berupa sulit tidur, mudah
cemas, mudah tersinggung, gairah hidup menurun dan merasa sudah tidak berarti
lagi. Faktor pemicu degenerasi sel antara lain adalah faktor genetis, defisiensi nutrisi
dan cedera pada sel.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut : Bagaimana


terjadinya proses degenerasi ?
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan Umum mahasiswa dapat mengetahui terjadinya proses degenerasi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah mahasiswa
mampu :
1. Mengetahui pengertian degenerasi.
2. Mengetahui jenis-jenis degenerasi.
3. Mengetahui penyebab terjadinya degenerasi
4. Mengetahui pengertian penyakit degeneratif dan macam-macamnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Degenerasi

Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam sel,
jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera
ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan
sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya
reversible artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila
tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel, dan
sel akan mati.
Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang dinamakan
kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai
macam bahan di dalam maupun di luar sel.
Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan sel dan
perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat mengatur
keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan
perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan
terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan dijumpai pada sel
yang tergantung pada metabolism lemak seperti sel hepatosit dan sel miokard.
(Sudiono dkk, 2003)
Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel, maka perubahan yang pertama
kali terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu proses
metabolisme. Sel bisa tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang diikuti
dengan perubahan morfologis.

2.1.1 Cedera subletal

Terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan menunjukkan perubahan
morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal ini bersifat reversibel dimana bila
stimulusnya dihentikan maka sel akan kembali pulih seperti sebelumnya. Cedera
subletal ini disebut juga proses degeneratif. Perubahan degeneratif lebih sering
mengenai sitoplasma, sedangkan nukleus tetap dapat mempertahankan
integritasnya. Bentuk perubahan degeneratif yang paling sering terjadi adalah
akumulasi cairan di dalam sel akibat gangguan mekanisme pengaturan cairan.
Biasanya disebabkan karena berkurangnya energi yang digunakan pompa natrium
untuk mengeluarkan natrium dari intrasel. Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar
(degenerasi bengkak keruh). Dapat juga terjadi degenerasi lebih berat yaitu
degenerasi lemak atau infiltrasi lemak dimana terjadi penumpukan lemak intrasel
sehingga inti terdesak ke pinggir. Jaringan akan bengkak dan bertambah berat dan
terlihat kekuning-kuningan. Misalnya, perlemakan hati (fatty liver) pada keadaan
malnutrisi dan alkoholik.

2.1.2 Cedera Letal

Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan berlangsung lama
serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan menyebabkan
kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang berlanjut kepada kematian
sel.

2.2 Jenis-Jenis Degenerasi

Berbagai jenis degenerasi sel yang sering dijumpai antara lain :


2.2.1 Degenerasi Albuminosa
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua jejas sel.
Perubahan morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Bila
pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan tampak
pucat, terjadi peningkatan turgor, dan berat organ.
Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak menyebabkan desakan pada
kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan air dalam sel berlanjut karena jejas sel
semakin berat, akan timbul vakuola-vakuola kecil dan nampak cerah dalam
sitoplasma. Vakuola yang terjadi disebabkan oleh pembengkakan reticulum
endoplasmik.
Awalnya terjadi akibat terkumpulnya butir-butir protein di dalam sitoplasma, sehingga
sel menjadi bengkak dan sitoplasma menjadi keruh (cloudy swelling: bengkak
keruh). Contohnya adalah pada penderita pielonefritis atau pada beberapa jam
setelah orang meninggal. Banyak ditemukan pada tubulus ginjal. (Halim, 2010)

2.2.2 Degenerasi Hidrofik (Degenerasi Vakuolar)


Degenerasi hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan penimbunan
intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasi albumin. Merupakan suatu
cedera sel yang menyebabkan sel itu tampak bengkak. Hal itu dikarenakan
meningkatnya akumulasi air dalam sitoplasma.
Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis tampak sebagai berikut
:
1. Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air dalam sitoplasmanya.
2. Sitoplasma tampak pucat.
3. Inti tetap berada di tengah.
4. Pada organ hati, akan tampak lumen sinusoid itu menyempit.
5. Pada organ ginjal, akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit.
6. Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran sel makin
membesar (Balloning Degeneration) sering ditemukan pada sel epidermal yang
terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada pox virus.
Sedangkan secara makroskopis, sel akan tampak normal sampai bengkak, bidang
sayatan tampak cembung, dan lisis dari sel epidermal.
Degenerasi Hidropik sering dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel tubulus
renalis, hepatosit, sel-sel neuron dan glia otak. Dari kesekian sel itu, yang paling
rentan adalah sel-sel otot jantung dan sel sel pada otak. Etiologinya sama dengan
pembengkakan sel hanya intensitas rangsangan patologik lebih berat dan jangka
waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama.
Secara miokroskopik organ yang mengalami degenerasi hidrofik menjadi lebih besar
dan lebih berat daripada normal dsan juga nampak lebih pucat. Nampak juga
vakuola-vakuola kecil sampai besar dalam sitoplasma.
Degenerasi ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu adanya peningkatan
kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan kandungan air pada
mitokondria dan reticulum endoplasma. Pada mola hedatidosa telihat banyak sekali.
gross (gerombolan) mole yang berisi cairan. Mekanisme yang mendasari terjadinya
generasi ini yaitu kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena pengaruh
osmotik.

2.2.3 Degenerasi Lemak


Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan (fatty change) menggambarkan
adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel parenkim. Perubahan
perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ utama dalam
metabolisme lemak selain organ jantung, otot dan ginjal.
Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein, diabetes mellitus,
obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses metabolisme lemak,
akan timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan perlemakan
tergantung dari banyaknya timbunan lemak. Jika tidak terlalu banyak timbunan
lemak, tidak menyebabkan gangguan fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak
berlebihan, terjadi perubahan perlemakan yang menyebabkan nekrosis.

2.2.4 Degenerasi Hyalin (Perubahan Hyalin)


Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan bukan sebagai
tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyalin merupakan perubahan dalam
sel atau rongga ekstraseluler yang memberikan gambaran homogeni, cerah dan
berwarna merah muda dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Keadaan ini
terbentuk akibat berbagai perubahan dan tidak menunjukkan suatu bentuk
penimbunan yang spesifik. Contoh : degenerasi hialin pada otot ( penyakit
Boutvuur).

2.2.5 Degenerasi Zenker


Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang mengalami
nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus abdominis dan
diafragma.
2.2.6 Degenerasi Mukoid (Degenerasi Miksomatosa)
Degenerasi Mukoid mukus adalah substansi kompleks yang cerah, kental, dan
berlendir dengan komposisi yang bermacam-macam dan pada keadaan normal
disekresi oleh sel epitel serta dapat pula sebagai bagian dari matriks jaringan ikat
longgar tertentu.
Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi seperti pada
adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus terdiri atas sel-sel gaster
yang memiliki sifat ganas dan mengandung musin. Musin tersebut akan mendesak
inti ke tepi sehingga sel menyerupai cincin dinamakan Signet Ring Cell. Musin di
jaringan ikat, dahulu dinamakan degenerasi miksomatosa. Keadaan ini menunjukkan
adanya musin di daerah interselular dan memisahkan sel-sel Stelata (Stellate Cell/
Star Cell). (Sudiono dkk, 2003)

2.3 Penyebab Degenerasi


Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah ini
merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel :
1. Kekurangan oksigen
2. Kekurangan nutrisi/malnutrisi
3. Infeksi sel
4. Respons imun yang abnormal/reaksi imunologi
5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan kimia
(bahan-bahan kimia beracun)
6. Defect (cacat / kegagalan) genetic
7. Penuaan

Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua kategori utama,
yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel). Contoh
degenerasi sel ialah mola hidatidosa termasuk jejas sel yang reversible yaitu apabila
penyebabnya dihilangkan organ atau jaringan bisa berfungsi normal. Sel dapat
cedera akibat berbagai stressor. Cedera terjadi apabila stresor tersebut melebihi
kapasitas adaptif sel.

2.4 Penyakit Degeneratif


Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini dapat
disebabkan oleh penggunaan seiring dengan usia maupun karena gaya hidup yang
tidak sehat. Beberapa contoh penyakit degeneratif yang sering dapat ditemui.

2.4.1 Kencing manis atau diabetes mellitus (DM) tipe 2


Kencing manis atau diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan
tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah yang disebabkan oleh tubuh tidak
dapat menggunakan glukosa atau gula dalam darah sebagai sumber energi.
Penyakit ini terdiri dari beberapa tipe, tipe tersering yang dapat ditemui adalah
diabetes mellitus tipe 2. Gejala klasik :
1. Cepat merasa haus. Penderita akan cepat merasa haus dan sering minum.
Sering kali penderita tidak menyadari ini sebagai gejala karena merasa banyak
minum baik untuk fungsi ginjal.
2. Sering buang air kecil (BAK). Seringkali penderita mengira penyebab sering BAK
karena penderita sering minum air dan bukan akibat dari suatu penyakit. Selain
itu, gejala ini juga dapat mengganggu tidur di malam hari karena bolak balik
terbangun untuk BAK.
3. Cepat merasa lapar. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat menggunakan gula
di dalam darah sebagai sumber energi, padahal kadar gula di dalam darah
sudah tinggi. Karena tidak adanya sumber energi maka tubuh merasa kelaparan
sehingga selalu ingin makan.
4. Gejala akibat komplikasi dari penyakit ini muncul sebagai akibat dari kelaparan
pada sel - sel tubuh. Kelaparan dalam jangka panjang menyebabkan sel
tersebut mati.
5. Kesemutan pada ujung - ujung jari tangan dan kaki. Apabila gejala ini muncul
artinya telah terjadi kerusakan pada ujung - ujung saraf. Keluhan lama - lama
akan bertambah berat sehingga merasa baal atau mati rasa. Apabila sudah baal
penderita sering tidak sadar apabila kakinya terluka.
6. Pengelihatan menjadi buram. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kelainan dari
retina, kornea, maupun lensa dari mata.
7. Luka yang sulit sembuh. Sel - sel pada tubuh sulit untuk memperbaiki diri untuk
menutup luka yang terjadi. Selain itu, kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman
- kuman sehingga mudah terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.

Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis
2. Kelebihan berat badan
3. Genetik
4. Jarang berolah raga

Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada diabetes tipe 2
adalah:
1. Resistensi insulin pada sel - sel.
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah diperlukan insulin. Pada
penderita dengan penyakit ini, ditemukan bahwa sel - sel tersebut menjadi
kurang sensitif terhadap insulin. Walaupun terdapat insulin di dalam tubuh, tetapi
sel tersebut tidak dapat menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan kadar
gula dalam darah menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikanl oleh sel beta pankreas. Produksi insulin yang tidak mencukupi
kebutuhan menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di dalam
darah.
2.4.2 Osteoartritis (OA)
OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan jaringan tulang
rawan pada sendi yang ditandai dengan perubahan pada tulang. Faktor resiko
terjadinya penyakit ini adalah genetik, perempuan, riwayat benturan pada sendi, usia
dan obesitas. Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini adalah:
1. Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik setelah beristirahat
2. Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak lebih dari 30 menit.

Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari - hari dan
bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah sendi - sendi yang menopang tubuh
seperti lutut, panggul, dan punggung.

Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan pemeriksaan fisik terhadap sendi yang
terkena dan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit
lain. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa rontgen pada sendi yang
terkena dan laboratorium. Pada roentgen dapat ditemukan perubahan bentuk dari
sendi yang terkena.

2.4.3 Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan
rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal tersebut dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Disebut osteoporosis apabila
massa tulang <-2,5 standar deviasi (SD) massa tulang normal, dan disebut
osteopenia apabila massa tulang antara -1 hingga -2,5 SD. Karena penyakit ini tidak
memberikan gejala hingga terjadi patah tulang, maka penting untuk dilakukan
skrining untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, penderita juga harus menjadi diri
dan melakukan penyesuaian agar tidak mudah jatuh, misalnya kamar mandi
menggunakan lantai yang kasar.
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
1.Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post monopause,
2.Usia lebih dari 70 tahun,
3.Penyakit kronis,
4.Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, viatamin D.

2.4.4 Penyakit jantung koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh adanya
sumbatan pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh
darah yang memperdarahi jantung. Sumbatan dari pembuluh darah tersebut
diakibatkan oleh adanya proses aterosklerosis atau penumpukan lemak/plak di
pembuluh darah sehingga diameter pembuluh darah makin kecil dan
mengeras/kaku.
Proses aterosklerosis terjadi perlahan - lahan seiring dengan waktu, tetapi pada
orang - orang dengan kadar kemak di dalam darah yang tinggi, proses ini di
pembuluh darah menjadi semakin cepat dan banyak. Sumbatan dalam pembuluh
darah dapat bersifat:
1. Parsial, di mana pembuluh darah masih dilalui oleh darah walaupun alirannya
sudah mengecil. Keluhan dapat dirasakan pada saat terjadi kebutuhan akan
oksigen yang meningkat. Contohnya pada saat emosi dan aktivitas berjalan jauh
kebutuhan tubuh akan oksigen meningkat tetapi jantung tidak dapat memenuhi
kebutuhan tersebut sehingga timbul nyeri pada dada.
2. Total, di mana pembuluh darah sudah tidak dapat dilalui oleh darah karena
tertutup total. Penutupan total tersebut dapat disebabkan oleh lepasnya
tumpukan lemak dipembuluh darah dan menyumbat di pembuluh darah yang
ukurannya lebih kecil. Sumbatan total menyebabkan keluhan nyeri dada yang
dirasakan lebih berat dan tajam seperti dada ditimpa benda berat.

Pembuluh darah jantung yang tersumbat dapat menyebabkan kematian dari sel
jantung karena tidak mendapatkan asupan nutrisi dan oksigen yang cukup. Sel
jantung yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi. Gejala yang dapat ditemukan
pada penyakit ini :
1. Nyeri di dada, dengan ciri khas nyeri di dada kiri, nyeri menjalar ke tangan kiri
dagu. Pada beberapa kasus, nyeri dada dapat bersifat tidak khas seperti nyeri di
ulu hati, nyeri menjalar ke punggung, dan nyeri menjalar ke lengan kanan.
2. Sensasi berat di dada seperti ditimpa benda berat, nyeri yang tajam dan
menusuk di dada, dan seperti diremas - remas.
3. Jantung berdebar – debar.
4. Nyeri dan sesak napas timbul apabila beraktivitas berat dan mereda setelah
beristirahat.

Kadang, pada awalnya penderita tidak sadar mengalami PJK karena nyeri yang
dirasakan hanya sebentar
Untuk diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan di bawah ini:
1. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kelistrikan jantung;
2. Enzim jantung, meningkat terutama saat serangan jantung;
3. Tes treatmil untuk melihat kondisi kelistrikan jantung saat beraktivitas. Tes ini
dilakukan pada tes EKG yang normal tetapi gejala khas dan berulang;
4 Rontgen dada untuk melihat ukuran dari jantung;
5. CT scan dengan angiografi koroner untuk melihat kondisi pembuluh darah
jantung;
6. Echokardiografi berupa pemeriksaan USG pada jantung untuk melihat fungsi
jantung untuk memompakan darah dan melihat luas daerah sel jantung yang
terkena.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam sel,
jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Gangguan fungsi bisa bersifat reversible ataupun ireversibel sel tergantung dari
mekanisme adaptasi sel. Cedera reversibel disebut juga cedera subletal dan cedera
ireversibel disebut juga cedera letal.
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Misalnya diabetes militus tipe 2,
osteoporosis, dan lain sebagainya.

3.2 Saran
Degenerasi merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai akibat dari adanya
kerusakan sel akut atau trauma, di mana kerusakan sel tersebut terjadi secara tidak
terkontrol. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan makanan yang akan kita
konsumsi, menjaga aktivitas fisik serta selalu mengutamakan prilaku sehat agar
tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala degenerasi yang dapat merusak sel dan
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
DAFTAR PUSTAKA

Janti S, Budi K, Andhy H, Bing D. 2003. Ilmu Patologi Buku Kedokteran. Jakarta :
EGC.
Danny H, Harry M, Ferry S, Arief B, Tono D, Boenjamin S. 2010. Stem Cell Dasar
Teori dan Aplikasi Klinis. Jakarta : Humana Press.
https://id.wikipedia.org/wiki/Degenerasi
Diakses tanggal 25 Februari 2017
https://puzzleinmymind.wordpress.com/2010/03/21/hello-world/
Diakses tanggal 27 Februari 2017
http://revias-clinics.blogspot.co.id/2010/05/degenerasi.html
Diakses tanggal 26 Februari 2017
http://abhique.blogspot.co.id/2009/10/adaptasi-sel-terhadap-cedera.html
Diakses tanggal 2 Maret 2017
http://www.kerjanya.net/faq/6648-penyakit-degeneratif.html
Diakses tanggal 26 Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai