Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/315941585

Pengalaman Penderita Skizofrenia tentang Proses Terjadinya Halusinasi


Suryani

Article · April 2013


DOI: 10.24198/jkp.v1n1.1

CITATIONS READS

0 3,000

1 author:

Suryani Suryani
Universitas Padjadjaran
48 PUBLICATIONS   30 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Model recovery of people with schizophrenia in Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Suryani Suryani on 15 April 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengalaman Penderita Skizofrenia tentang Proses Terjadinya Halusinasi

Suryani
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
E-mail: ynsuryani@yahoo.com

Abstrak

Halusinasi adalah gejala khas skizofrenia yang merupakan pengalaman sensori menyimpang atau salah yang
dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata. Kondisi ini menyebabkan individu tidak dapat kontak dengan lingkungan
dan hidup dalam dunianya sendiri. Penderita skizofrenia dengan halusinasi yang masih kuat dapat berbahaya bagi
dirinya sendiri dan orang lain. Hingga saat ini, mekanisme terjadinya halusinasi yang dialami penderita skizofrenia
belum jelas. Penelitian yang dilakukan pada Desember 2007 hingga April 2008 ini bertujuan menggali pengalaman
penderita skizofrenia tentang proses terjadinya halusinasi. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Delapan orang responden yang memenuhi kriteria diwawancara secara mendalam dan
seluruh pembicaraannya direkam dengan tape recorder. Hasil wawancara dianalisis dengan pendekatan Collaizi dan
diperoleh lima tema besar yakni proses terjadinya halusinasi dimulai dengan serangkaian masalah yang dipikirkan
atau dirasakan penderita, situasi atau kondisi tertentu dapat mencetuskan halusinasi, proses halusinasi terjadi secara
bertahap, waktu proses halusinasi, dan pencegahan halusinasi dengan pendekatan spiritual serta penggunaan koping
yang konstruktif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dalam merawat penderita skizofrenia
yang mengalami halusinasi, perawat harus memahami bagaimana terjadinya halusinasi secara komprehensif.

Kata kunci: Fenomena, proses halusinasi, skizofrenia

The Process of Hallucination as Described by People Diagnosed with


Schizophrenia

Abstract

Hallucination is one hallmark symptom of schizophrenia. Hallucination is false or distorted sensory experiences
that appear to be real perception. This condition causes the individuals to lose contact with environment and
live in their own world. They are also dangerous for other people and themselves because the hallucination
threatens them. Until now, the phenomenon of hallucination have not been revealed yet. Therefore, it is
important to explore the live world of the people who experience hallucination. The purpose of this research
is to undertake an exploration of living with hallucination as described by people who have been diagnosed
with schizophrenia. Phenomenological approach was used to gain data. The data was analysed using Collaizi’
approach to analysis. Eight clients with schizophrenia were selected, and data were collected through audiotaped
semistructured interviewes. Five main categories of theme emerged from the interviews: The process of
hallicunation was started by a lot of problem that burdened the clients; the process of hallicunation was
triggered by specific situation and condition; the process of hallucination was happened in several step, time for
the process of hallucinations and hallucinations can be prevented by spiritual activity and constructive coping
behaviour. Conclusions highlight the need to understand about the process of hallucinations comprehensifly.

Key words: Phenomenon, schizophrenia, the process of hallucinations

Volume 1 Nomor 1 April 2013 1


Suryani: Pengalaman Penderita Skizofrenia

Pendahuluan menjadi pengalaman traumatis bagi dirinya.


Menurut Garcelan (2004) ketika suatu proses
Pada tahun 2020 penyakit gangguan jiwa halusinasi telah terjadi, maka pengalaman
akan menjadi masalah utama di samping halusinasi berikutnya dicetuskan bukan oleh
penyakit infeksi. Rossler, Salize, van Os , dan stres yang tinggi tetapi oleh kejadian pribadi
Riecher-Rossler (2005) menyatakan bahwa tertentu dalam kehidupan individu yang
kesehatan jiwa telah menjadi “The Global menjadi fokus bagi dirinya.
Burden of Disease”. Menurut data dari World Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan
Health Organization (2008) diperkirakan 24 pada tahun 2006, diperoleh hasil karekteristik
juta orang di seluruh dunia akan mengalami halusinasi dari penderita skizofrenia. Jenis
skizofrenia dan di Indonesia penderita halusinasi terbanyak yang dialami penderita
skizofrenia saat ini mencapai 1,2 juta. adalah halusinasi pendengaran (74,13%).
Skizofrenia adalah suatu gangguan Penyebab halusinasi yang paling dominan
(psikosa) dengan gangguan utama pada adalah stres berat (56,89%) dan umumnya
proses berpikir, persepsi, kognisi, dan fungsi terjadi pada saat penderita sedang sendiri
sosial (Elder, Evans, & Nizette, 2005, p. atau menyendiri (87,93%).
219). Halusinasi merupakan suatu gejala khas Penelitian mengenai pengalaman penderita
skizofrenia (Uhlhass & Mishara, 2006). Individu skizofrenia ini secara umum menggambarkan
dengan skizofrenia tidak dapat membedakan karekteristik halusinasi yang dialami penderita
antara stimulus internal dan eksternal. Individu skizofrenia. Pemahaman yang lebih mendalam
seolah-olah melihat atau mendengar sesuatu tentang terjadinya halusinasi sangat diperlukan
yang pada kenyataannya tidak ada. Menurut dalam mengungkap misteri dibalik kejadian
hasil penelitian Shawyer, dkk. (2008) individu halusinasi. Pemahaman tersebut menjadi penting
yang mengalami halusinasi dapat berbahaya untuk diteliti mengenai pengalaman penderita
bagi dirinya sendiri maupun orang lain karena skizofrenia tentang terjadinya halusinasi.
halusinasinya terkadang menyuruhnya untuk Hasil penelitian ini dapat memberikan
melakukan kekerasan. Carpenter (2004) gambaran yang detail bagaimana proses
mengemukakan hasil penelitianya menunjukan terjadinya halusinasi yang dialami penderita
banyak sekali diantara penderita skizofrenia skizofrenia. Hasil penelitian ini dapat
yang tetap mengalami halusinasi sekalipun menjadi masukan bagi tenaga kesehatan
mereka sedang mendapat obat-obatan anti dalam merawat penderita skizofrenia
psikotik.
Di Rumah Sakit Jiwa Cimahi walaupun
belum ada kejadian bunuh diri, tetapi Metode Penelitian
percobaan bunuh diri sering ditemukan
pada penderita skizofrenia yang mengalami Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
halusinasi. Di samping itu banyak penderita kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
tersebut sering melakukan kekerasan pada Pada asalnya fenomenologi yang ditemukan
barang atau orang lain. Keadaan tersebut oleh Hussler merupakan sebuah filosofi (Giorgi
tentunya perlu penanganan yang tepat dan & Giorgi, 2008). Fenomenologi tersebut lalu
serius dari tenaga kesehatan terutama perawat berkembang menjadi sebuah metode penelitian.
yang berada 24 jam bersama penderita. Metode penelitian fenomenologi adalah suatu
Perencanaan terapi yang tepat dalam metode yang sistematis untuk mempelajari
mengatasi perilaku penderita sangat penting. atau menggali sebuah fenomena yang sulit
Oleh karena itu, pemahaman tentang diobservasi atau diukur (Wilding & Whiteford,
bagaimana terjadinya halusinasi ini menjadi 2005). Oleh karena itu, fenomenologi digunakan
dasar yang sangat penting bagi perawat. pada penelitian ini agar bagaimana terjadinya
Penelitian yang dilakukan oleh Whitfield, halusinasi dapat terungkap sebagaimana apa
Dubeb, Felitti, dan Anda (2005) di San adanya. Responden dalam penelitian ini adalah
Diego dengan melakukan survei terhadap delapan orang penderita skizofrenia yang
50.000 penderita psikotik menemukan sedang dirawat di ruang tenang Rumah Sakit
bahwa halusinasi yang dialami seseorang Jiwa (RSJ) Cimahi selama periode Desember
erat kaitannya dengan masalah yang 2007 sampai April 2008. Responden

2 Volume 1 Nomor 1 April 2013


Suryani: Pengalaman Penderita Skizofrenia

diwawancarai dua kali. Pertama di ruangan untuk setiap partisipan. Tahapan terakhir
rawat RSJ Cimahi dan yang kedua di rumah memvalidasikan tema dan exhaustive
responden. Pada wawancara pertama, informasi description kepada partisipan.
dikumpulkan dengan cara melakukan in depth
interview (wawancara mendalam) terhadap
responden yang memenuhi kriteria pada saat Hasil Penelitian
responden sedang dirawat di Rumah Sakit
Jiwa Cimahi. Wawancara dilakukan selama Hasil penelitian menunjukkan responden
75 menit. Sebelumnya responden diberi ke-1 usia 24 tahun, belum menikah, lulusan
tahu tentang tujuan dan kegunaan penelitian. sekolah menengah atas, dan pertama kali
Pertanyaan utama yang diajukan berupa didiagnosis mengalami skizofrenia tahun
pertanyaan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan 2004. Responden ke-2 usia 35 tahun, status
selanjutnya diajukan dengan maksud untuk duda, lulusan sekolah menengah atas, dan telah
mengklarifikasi atau memvalidasi informasi mengalami skizofrenia dengan halusinasi yang
yang telah diberikan. Agar data yang sering sejak tahun 2001. Responden ke-3
terkumpul dapat terjaga dengan lengkap, usia 45 tahun, sarjana, dan tidak bekerja
maka wawancara yang dilakukan direkam. karena telah mengalami skizofrenia sejak
Peneliti juga membuat catatan yang tahun 1990. Responden ke-4 usia 55 tahun
bertujuan menuliskan keadaan atau situasi dengan tiga orang anak, tenaga administrasi
dan respons nonverbal yang ditunjukkan di sebuah perusahaan swasta, dan mengalami
responden selama wawancara berlangsung. skizofrenia sejak tahun 1996. Responden
Wawancara yang kedua dilakukan di rumah ke-5 usia 28 tahun, seorang janda beranak
partisipan. Wawancara kedua ini bertujuan satu yang telah menderita skizofrenia sejak
untuk memvalidasi informasi yang telah di- tahun 2001.
transcribe oleh peneliti kepada partisipan. Responden ke-6 usia 29 tahun, pendidikan
Analisis data yang dilakukan menggunakan hingga sekolah menengah atas namun tidak
tujuh langkah menurut pendekatan Collaizi tamat karena masalah biaya. Responden ke-7
(1978), dimulai dengan mendeskripsikan usia 28 tahun, tidak memiliki pekerjaan tetap
semua hasil wawancara hingga terbentuknya dan belum menikah. Responden ini sempat
struktur yang fundamental atau definisi dari kuliah sampai tingkat III dan telah mengalami
pengalaman responden. Selama analisis data skizofrenia sejak tahun 1999. Responden
dilakukan, hal penting yang harus diperhatikan ke-8 usia 48 tahun, seorang suami dan buruh
adalah bracketing. Selama proses analisis data tidak tetap, menderita skizofrenia sejak tahun
tersebut, peneliti senantiasa fokus pada semua 1985. Penderita pernah kuliah tetapi gagal
pernyataan yang responden ungkapkan dan karena sering kambuh.
mencoba membuang (put aside) semua Hasil wawancara dengan delapan orang
pengetahuan, pengalaman, dan asumsi responden dapat diidentifikasi lima tema
peneliti tentang aspek yang diteliti. Langkah- yang terdiri atas: terjadinya halusinasi
langkah yang telah dilakukan selama proses dimulai dengan serangkaian masalah yang
analisis data dilakukan secara berurutan dipikirkan atau dirasakan penderita, situasi
sebagai berikut: pertama, mendeskripsikan atau kondisi tertentu dapat mencetuskan
hasil wawancara, kedua, membaca transkrip halusinasi, halusinasi terjadi secara bertahap,
yang sudah dibuat berulang-ulang sampai dan proses dari pencetus sampai munculnya
diperoleh sense dari pengalaman partisipan, halusinasi terjadi dalam waktu yang
ketiga, menentukan pernyataan-pernyataan relatif singkat. Halusinasi dapat dicegah
yang signifikan dengan mengacu pada tujuan dengan pendekatan spiritual, penggunaan
penelitian, keempat, memformulasi meaning koping yang konstruktif, dan menghindari
dari setiap pernyataan yang signifikan tersebut, kesendirian.
keempat, mengorganisasikan pernyataan- Pada tema ke-1, terjadinya halusinasi
pernyataan yang signifikan serta meaning- dimulai dengan serangkaian masalah yang
nya ke dalam cluster themes kemudian dipikirkan atau dirasakan penderita.Halusinasi
menentukan tema, setelah itu membuat pada individu yang didiagnosis skizofrenia
dan menuliskan exhaustive description tidaklah terjadi begitu saja, akan tetetapi

Volume 1 Nomor 1 April 2013 3


Suryani: Pengalaman Penderita Skizofrenia

disebabkan oleh berbagai masalah yang halusinasi walaupun mereka sedang dalam
dialami oleh mereka. Hal ini sebagaimana pengobatan. Hal ini diungkapkan oleh semua
diungkap oleh sebagian besar responden. responden dalam konteks yang berbeda,
Responden ke-1 yang sudah mengalami seperti yang diungkapkan oleh responden
skizofrenia selama 8 tahun mengungkapkan: ke-1 pada peneliti berikut ini:
“ …Waktu saya masih SMP, pertamanya saya “...Ya, kalau saya lagi melamun, ingat-ingat
pakai narkoba karena merasa kurang kasih peristiwa masa lalu, halusinasi saya suka
sayang, saya dicuekkan sama orang tua. muncul”.
Orang tua saya bercerai. Bapak saya percaya
yang gaib-gaib gitu, ketika saya nonton TV Tidak seperti responden ke-1, responden
seolah ada yang memberi tahu…… memberi ke-2 mengungkapkan bahwa perasaan
tahu bahwa saya tidak berguna”. sedihlah yang memunculkan halusinasinya:
“…Saya pingin pulang, sedih, nggak enak….
Tidak seperti responden ke-1, responden pingin pulang terus”.
ke-3 mengalami masalah yang cukup pelik
dan kronik sehubungan dengan penyakitnya Responden ke-3 mengungkapkan bahwa
dan usianya yang sudah hampir setengah halusinasinya muncul setiap kali dia akan
baya: tidur:
“Di rumah… saya melamun terus….. pingin “...Kalau malam, kalau mau tidur, melamun”.
punya istri... saya ribut sama orang bu, saya
dianggapnya orang gila…… ribut karena Responden ke-4 mengungkapkan bahwa
memperebutkan perempuan. Saya kan punya halusinasinya timbul kalau memikirkan
pacar... pacar saya itu digangguin orang sesuatu: “...Kalau lagi ada masalah dalam
itu”. pikiran, pikiran saya lagi mampet maka
halusinasi suka muncul“.
Berbeda dengan responden ke-1 dan
responden ke-3, responden ke-5 mengalami Responden ke-5 mengungkapkan dengan
suatu pengalaman yang traumatis singkat: “...saya mendengar suara-suara
sebelum dia mengalami halusinasi seperti kalau lagi melamun.“
diungkapkannya:
“...saya dulu pernah diperkosa…. waktu Seperti responden ke-5, responden ke-6
saya kelas III SMP, saya sangat malu dan juga mengungkapkan: “…kalau saya lagi
melamun….. kalau saya ingat peristiwa itu sendiri… melamun.“
saya melamun… jadinya saya mendengar
suara-suara”. Responden ke-6 menambahkan: “Bila
melamun…..misalnya waktu itu saya pingin
Responden ke-6 mempunyai pengalaman punya mobil, rumah, kemudian dipikirkan
yang juga sangat menggelisahkan hatinya: seolah-olah ada imajinasi“.
“...Saya pingin kerja... tetapi tidak dapat.
Tidak ada yang mau nerima saya. Jadinya Berbeda dengan yang diungkapkan
saya gelisah dan mendengar suara-suara”. responden ke-6, responden ke-8
mengungkapkan bahwa halusinasinya
Responden ke-8 juga menyatakan timbul kalau dia sedang marah seperti
kegagalan sebagai penyebab munculnya diungkapkannya:
halusinasinya: “…nggak tau ya… kalau saya lagi kesal
”...Saya gagal sekolahnya… terus kuliah di saya suka mendengar suara-suara“ dan
tempat lain... gagal lagi… akhirnya... saya juga ketika dia merasa tersinggung seperti
sering melamun dan mendengar suara- diungkapkannya “...perasaan tersinggung...
suara”. perasaan tersinggung itu saya tekan
akibatnya saya mendengar suara-suara”.
Pada tema ke-2, situasi atau kondisi Terjadinya halusinasi terjadi secara
tertentu dapat mencetuskan halusinasi yang bertahap tidak tiba-tiba tetetapi terjadi melalui
kemudian muncul adalah situasi atau kondisi tahapan mulai dari situasi atau kondisi yang
tertentu yang mencetuskan munculnya mencetuskan hingga munculnya halusinasi.

4 Volume 1 Nomor 1 April 2013


Suryani: Pengalaman Penderita Skizofrenia

Tema ini muncul dari hasil analisis data Berdasarkan hasil penelitian, pencegahan
terhadap terjadinya halusinasi yang dialami halusinasi dengan pendekatan spiritual dan
oleh sebagian responsden. Berikut ungkapan- penggunaan koping yang konstruktif, hal ini
ungkapan responden yang menunjukkan hal muncul dari hasil analisis data penelitian,
tersebut. Responden ke-3 mengatakan: semua responden mengungkapkan tentang
“Waktu itu... saya ribut sama orang… setelah cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
ribut saya melamun. Setengah jam melamun terjadinya halusinasi. Responden ke-1 yang
muncul perasaan nggak enak…tegang… telah mengalami halusinasi dalam waktu lebih
akhirnya muncul suara-suara”. dari 5 tahun mengungkapkan pengalamannya
mencegah halusinasi:
Dalam konteks yang berbeda, responden “ Sholat, banyak teman, curhat, jangan
ke-5 mengungkapkan tahapan proses banyak pikiran”, Dengan informasi yang
halusinasi yang dialaminya: hampir sama responden ke-3 mengungkapkan
“Kalau ingat peristiwa itu (diperkosa) saya “ditemanin gitu bu, diajak ngobrol, sholat,
jadi melamun…seperti kemasukan setan... berdoa”. Demikian juga dengan responden
hati terasa kosong, melayang-layang, ke-7 “Rajin beribadah, konsultasi dengan
kemudian muncul suara-suara”. tenaga kesehatan, sholat, puasa”.
Hampir sama dengan responden ke-5, Responden ke-5 juga mengungkapkan hal
responden ke-7 juga mengalami tahapan yang hampir sama dengan responden ke-3
proses dimana masalah yang tidak terpecahkan dan responen ke-7. Seperti berikut ini:
menyebabkan individu melamun, kemudian “Dulu saya sering banget mendengar suara-
merasa kosong dan mendengar suara-suara: suara aneh. Tetapi sekarang sudah agak
“...hati gelisah……. melamun… misalnya jarang. Saya sudah agak jarang mendengar
waktu itu saya pingin punya mobil dan rumah, suara-suara sejak saya mulai rajin sholat.
kemudian dipikirkan terus... melamun terus... Sekarang saya sholatnya tidak pernah
pikiran jadi kosong... kemudian seolah-olah ketinggalan lagi. Bahkan saya juga hampir
ada suara menimpali”. tiap hari sholat duha. Terkadang juga sholat
tahajjud.... Nah.. kalau malamnya saya sholat
Terjadinya halusinasi ungkapan dari tahajjud siangnya saya tidak mendengar
responden ternyata proses dari melamun suara-suara yang aneh itu”.
sampai terjadi halusinasi itu tidak lama.
Hanya berkisar antara 15 menit sampai satu Pencegahan halusinasi dengan pendekatan
jam responden ke-3 mengatakan: spiritual dan penggunaan koping yang
“Dari saat melamun sampai munculnya konstruktif. Pencegahan halusinasi tersebut
halusinasi itu waktunya setengah dapat muncul dari hasil analisis data
jam kayaknya”. Responden ke-6 juga penelitian, semua responden mengungkapkan
mengungkapkan hal yang hampir sama “15 tentang cara yang dapat dilakukan untuk
menit melamun, terus mendengar suara- mencegah terjadinya halusinasi. Responden
suara itu.” Kemudian dia menambahkan: ke-1 yang telah mengalami halusinasi dalam
“Nggak selalu…tetapi rata-rata begitu”. waktu lebih dari lima tahun mengungkapkan
pengalamannya mencegah terjadinya
Responden ke-7 mengalami waktu yang halusinasi:
lebih lama dalam proses halusinasinya seperti “ Sholat, banyak teman, curhat, jangan
diungkapkannya: banyak pikiran”.
“Sekitar lima belas menitlah, ya, kira-kira Informasi yang hampir sama responden ke-3
begitulah… paling lama satu jam”. mengungkapkan:
“Ditemanin gitu bu, diajak ngobrol, sholat,
Responden ke-4 tidak menyatakan waktu berdoa”. Demikian pula dengan responden
yang pasti dalam proses halusinasinya: ke-7 “Rajin beribadah, konsultasi dengan
“Ketika ada masalah dalam pikiran… tidak tenaga kesehatan, sholat, puasa”.
lama saya langsung mendengar suara-suara Responden ke-4 mengungkapkan yang
itu”. berbeda dalam mencegah halusinasinya yaitu

Volume 1 Nomor 1 April 2013 5


Suryani: Pengalaman Penderita Skizofrenia

dengan mengendalikan pikirannya sendiri: juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor
“Mengendalikan pikiran, kalau ada pikiran psikoedukasi dan neurobiologi (Behrendt &
yang jelek-jelek buang jauh-jauh”. Young, 2004).
Perawat jiwa mempunyai peranan penting
Demikian pula dengan responden ke-8, untuk melaksanakan program preventif di
yang menambahkan pengelolaan perasaan masarakat. Deteksi dini terhadap penderita
di samping pengendalian pikiran “Jangan gangguan jiwa sangat penting agar penderita
banyak pikiran…jangan suka menekan dapat segera ditanggulangi dan penderita dapat
perasaan, jaga perasaan supaya tetap disiapkan dengan koping yang baik, sehingga
tenang, sabar...”. mampu menyikapi masalah penderita dengan
baik pula.
Halusinasi terjadi tidak secara terus
Pembahasan menerus tetetapi secara intermiten. Hanya
sedikit dari penderita skizofrenia yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengalami halusinasi selama 24 jam, sehingga
sebelum penderita mengalami halusinasi, dapat dikatakan bahwa ada hal yang dapat
mereka mengalami banyak masalah yang mencentuskan munculnya halusinasi. Jadi
tidak teratasi. Masalah-masalah tersebut ada sesuatu yang mencetuskan munculnya
antara lain merasa kurang kasih sayang halusinasi. Berdasarkan wawancara dengan
karena orang tua bercerai, ingin punya istri responden, hampir semuanya mengungkapkan
tetapi tidak ada yang mau, bermasalah dengan bahwa ada situasi dan kondisi tertentu yang
orang karena memperebutkan perempuan, mencetuskan munculnya halusinasi. Situasi
diperkosa, sulit mendapat pekerjaan, serta dan kondisi tersebut antara lain teringat
gagal sekolah dan kuliah. peristiwa masa lalu yang menyakitkan,
Berdasarkan pengalaman peneliti selama sedih, malam hari sebelum tidur, melamun,
membimbing dan merawat pasien skizofrenia, ada masalah, keadaan kesal, dan perasaan
memang semua penderita mengalami banyak tersinggung. Temuan ini mendukung hasil
sekali masalah akibat berbagai peristiwa yang penelitian sebelumya yang menyimpulkan
terjadi dalam kehidupan mereka sejak mereka bahwa situasi atau pikiran-pikiran tertentu
masih kanak-kanak sampai mereka dewasa. dapat mencetuskan munculnya halusinasi
Masalah-masalah yang menumpuk dan tidak (Garcelan, 2004).
terpecahkan mengakibatkan mereka menjadi Fenomena yang ditemukan di atas sangat
putus asa, melamun, dan akhirnya mengalami besar kontribusinya dalam merawat penderita
halusinasi. skizofrenia yang mengalami halusinasi.
Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian Temuan tersebut dapat dijadikan dasar untuk
sebelumnya yang dilakukan oleh Whitfield, dkk. mencegah halusinasi. Pencegahan halusinasi
(2005) yang menemukan bahwa halusinasi yang dapat dilakukan dengan cara penderita harus
dialami penderita skizofrenia erat kaitannya dengan menghindari situasi atau kondisi tersebut
masalah yang menjadi pengalaman traumatis diatas. Implikasinya dalam asuhan keperawatan
bagi dirinya. Hasil penelitian O’Daly, Frangon, jiwa adalah sangat penting diingat agar dalam
Chitnis dan Shergill (2007) mengungkapkan melakukan pengkajian, tidak mengungkit-
hal yang berbeda, hasil penelitian tersebut, ungkit masa lalu klien yang menyakitkan
penyebab terjadinya skizofrenia yang salah karena hal itu dapat mencetuskan munculnya
satu gejalanya halusinasi berhubungan halusinasi. Banyak sekali kasus yang terjadi
dengan gangguan neurobiologi. di rumah sakit jiwa, penderita mengamuk
Setiap orang pasti mempunyai masalah, setelah di-interview.
akan tetapi tidak semua orang yang mempunyai Telah diketahui dari hasil penelitian ini
masalah mengalami gangguan jiwa sampai bahwa halusinasi tidaklah tiba-tiba tetapi
mengalami halusinasi. Gangguan tersebut terjadi melalui tahapan mulai dari situasi atau
terjadi bergantung pada seberapa besar kondisi yang mencetuskan hingga munculnya
masalah yang dihadapi dan bagaimana halusinasi. Wawancara yang telah dilakukan
seseorang menyikapinya. Gangguan tersebut terhadap semua responden, tidak satupun

6 Volume 1 Nomor 1 April 2013


Suryani: Pengalaman Penderita Skizofrenia

yang mengungkapkan tahapan halusinasi Genewa yang menemukan bahwa dari 115
seperti yang disimpulkan oleh Peplau (1952) responsden (penderita skizofrenia) yang
dan Clack (1962) dalam Antai-Otong (1995). terlibat dalam penelitian mereka, 71%
Ada responden yang menyatakan bahwa menggunakan pendekatan spiritual untuk
halusinasi yang dialaminya tidak pernah mencegah halusinasi mereka. Penderita
menyuruh-nyuruh dia melakukan sesuatu, spiritual tersebut disebabkan oleh mayoritas
hanya suara orang lagi berbicara. Ada orang Indonesia yang mayoritas beragama
juga yang hanya mendengar suara angin. Islam. Halusinasi ada hubungannya dengan
Sebaliknya, ada juga yang secara langsung keyakinan agama seseorang, misalnya pada
mendengar suara-suara yang menyuruh penelitian ini responden mengungkapkan
melakukan sesuatu tanpa melalui tahap bahwa suara yang didengarnya berupa
conforting, condemning, dan controlling. suara setan. Melalui pendekatan spiritual,
Implikasinya terhadap keperawatan jiwa yang dalam konteks penelitian ini dengan
adalah bahwa dalam merawat penderita yang melakukan sholat dan berdoa, responden
mengalami halusinasi, tidaklah begitu penting mampu mencegah munculnya halusinasi
untuk melakukan pemutusan halusinasi mereka. Kepercayaan bahwa kedekatan
dengan mengatakan ‘stop saya tidak mau dengan Allah mampu mengusir setan telah
dengar’ seperti yang selama ini diajarkan dibuktikan oleh responden pada penelitian
oleh perawat di hampir semua rumah sakit ini.
jiwa di Indonesia. Hal yang terpenting adalah Menghindari kesendirian sangat penting
bagaimana mencegah agar penderita tidak bagi penderita skizofrenia karena banyak di
mengalami halusinasi yaitu dengan cara antara penderita skizofrenia yang mengalami
melatih penderita untuk mengenali situasi dan halusinasi ketika mereka sendirian dan
kondisi yang mencetuskan halusinasinya dan tidak ada kegiatan (Hayashi, Igarashi, Suda,
mengajarkan penderita cara untuk mengatasi & Nakagawa, 2007; Tsai & Chen, 2005).
situasi atau kondisi yang mencetuskan Kesendirian membuat penderita melamun
halusinasinya tersebut. Tentu saja situasi dan dan hal tersebut dapat merangsang munculnya
kondisi yang mencetuskan halusinasi tiap- halusinasi. Merawat penderita skizofrenia
tiap penderita berbeda-beda. Karena itu perlu yang mengalami halusinasi sangatlah penting
pengkajian yang tepat dan akurat. untuk melibatkan penderita skizofrenia dalam
Proses dari pencetus sampai munculnya berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu
halusinasi terjadi dalam waktu yang relatif bagi penderita untuk sendiri dan melamun.
singkat. Temuan ini mungkin merupakan Mengendalikan pikiran dapat dijelaskan
temuan yang terbaru dari proses terjadinya dengan teori cognitive behavioristic yang
halusinasi karena belum ditemukan dipelopori oleh Aaron T Beck. Seseorang
literatur lain yang mengungkap tentang berperilaku tertentu sesuai dengan apa
waktu proses munculnya halusinasi. Hasil yang dipikirkannya dan penting untuk
penelitian ini mengungkap bahwa proses melatih penderita untuk berpikiran positif
munculnya halusinasi dari pencetus sampai serta melupakan kejadian-kejadian yang
timbul halusinasi tidak lama. Halusinasi menyakitkan dalam hidupnya.
muncul begitu ada situasi atau kondisi yang Responden dalam penelitian ini
mencetuskan munculnya halusinasi tersebut, mengungkapkan bahwa dirinya tidak ingin
oleh karena itu, penting untuk mengenali dan menekan perasaan. Hal ini berarti boleh
mengendalikan situasi kondisi tersebut. menggunakan mekanisme koping yang tidak
Halusinasi dapat dicegah dengan pende- konstruktif yaitu represi (menekan perasaan
katan spiritual, penggunaan koping yang ke alam bawah sadar). Perasaan yang tertekan
konstruktif, dan menghindari kesendirian. tersebut menyebabkan individu stres (Frisch
Hasil penelitian ini mengungkap bahwa & Frisch, 2006). Keadaan stres pada penderita
pendekatan spiritual dapat dilakukan skizofrenia yang mengalami halusinasi dapat
untuk mencegah halusinasi sesuai dengan mencetuskan halusinasinya (Frisch & Frisch,
penelitian sebelumnya oleh Mohr, Brandt, 2006). Respons tersebut mengandung makna
Borras, Gillieron, dan Huguelet (2006) di bahwa responden tidak ingin menggunakan

Volume 1 Nomor 1 April 2013 7


Suryani: Pengalaman Penderita Skizofrenia

mekanisme koping yang tidak konstruktif Therapy, 4(1), 129–153.

Giorgi, A & Giorgi, B. (2008). Phenomenology


Simpulan in J.A. Smith (Eds.). Qualitative psychology:
A practical guide to research method (pp.26–
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif -51). London: Sage publications.
yang bertujuan mengungkap pengalaman
individu yang didiagnosis skizofrenia tentang Hayashi, N., Igarashi, Y., Suda, K., &
terjadinya halusinasi. Hasil penelitian ini Nakagawa, S. (2007). Auditory hallucination
menunjukkan bahwa terjadinya halusinasi coping techniques and their relationship to
berhubungan erat dengan beratnya masalah psychotic symptomatology. Psychiatry and
yang dipersepsikan oleh individu dan Clinical Neurosciences, 61, 640–645.
koping yang dimilikinya untuk mengatasi
masalahnya. Selain itu kejadian halusinasi Mohr, S., Brandt, P. Y., Borras, L., Gilliéron,
berikutnya dicetuskan oleh kejadian- C., & Huguelet, P. (2006). Toward an
kejadian tertentu dalam kehidupan individu integration of spirituality and religiousness
yang biasanya menganggu perasaan dan into the psychosocial dimension of
pikirannya. schizophrenia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan basis intervensi keperawatan dalam O’Daly, o.G., Frangon, S., Chitnis, X.,
merawat klien yang mengalami halusinasi, & Shergill, S.S. (2007). Brain structural
sehingga tidak terpaku hanya pada langkah- changes in schizophrenia patients with
langkah intervensi yang sudah biasa persistent hallucinations. Psychiatry
digunakan di lapangan. Research: Neuroimaging, 156, 15–21.

Rossler, W., Salize, H.J., van Os, J., &


Daftar Pustaka Riecher-Rossler, A. (2005). Size of burden
of schizophrenia and psychotic disorders.
Antai-otong, D. (1995). Psychiatric nursing : European Neuropsychopharmacology, 15,
Biological and behavioral concept. Philadelphia: 399–409.
WB Saunders Company.
Shawyer, F., Mackinnon A., Farhall J., Sims
Behrendt, R., and Young, C. (2004). Hallucinations E., Blaney S., Yardley P., Daly M., Mullen
in schizophrenia, sensory impairment, and brain P. & Colopov D. (2008). Acting on harmful
disease: A unifying model. Behavioural and Brain command hallucinations in psychotic
science, 27 (6), 771–830. disorders. The Journal of Nervous and Mental
Disease, 196 (5), 390–398.
Carpenter, T. (2004). Clinical constructs and
therapeutic discovery. Schizophrenia Research, Tsai, Y. & Chen, C. (2005). Self-care
72, 69–73. symptom management strategies for
auditory hallucinations among patients with
Elder, R., Evans, K. & Nizette, D. (2005). schizophrenia in Taiwan. Applied Nursing
Psychiatric and mental health nursing, NSW: Research, 19(4), 191–196.
Elsevier.
Uhlhass, P.J. & Mishara, A.L. (2006).
Frisch, N.C. and Frisch, L (2006). Psychiatric Perceptual anomalies in schizophrenia:
Mental Health nursing (3rd ed.) Canada: Integrating phenomenology and cognitive
Thompson Delmar Learning. neuroscience. Schizophrenia Bulletin, 33(1),
142–156.
Garcelan, S.P. (2004). A psychological model for
verbal auditory hallucinations. International Whitfield, C., Dubeb, S., Felitti, V. & Anda,
Journal of Psychology and Psychological R. (2005). Adverse childhood experiences

8 Volume 1 Nomor 1 April 2013


Suryani: Pengalaman Penderita Skizofrenia

and hallucinations. Child Abuse & Neglect, Health, 25(3), 98–104.


29, 797–810.
WHO (2008). Mental health and substance
Wilding, C. & Whiteford, G. (2005). abuse: facts and figures. Retrieved May 25,
Phenomenological research: An exploration 2009, from http://www.searo.who.int/en/
of conceptual, theoretical and practical section1174/section1199/section1567_6744.
issues. OTJR: Occupation, Participation and htm.

Volume 1 Nomor 1 April 2013 9

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai