8215 28903 2 PB
8215 28903 2 PB
ABSTRAK
Latar Belakang: Masa balita sering dinyatakan sebagai masa kritis untuk optimalisasi pertumbuhan
dan perkembangan otak yang sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, salah satunya dalam pola
pemberian makan sebagai pintu masuk pemenuhan berbagai kebutuhan unsur zat gizi. Akan tetapi,
ada kalanya pola pemberian makan yang kurang baik dapat mempengaruhi status gizi balita tersebut.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu
mengenai pola pemberian makan terhadap status gizi balita.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional yang
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep. Besar sampel sebanyak 30 balita
dengan rentang umur 24-60 bulan beserta keluarganya, yang dipilih secara acak dari jumlah
keseluruhan 2.124 balita tercatat di posyandu wilayah kerja Puskesmas Gapura. Pengetahuan ibu
mengenai pola pemberian makan sebagai sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan
orang tua atau keluarga balita. Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi-square.
Hasil: Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan pola pemberian
makan dengan status gizi balita (p < 0,05).
Kesimpulan: Saran yang diberikan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang pola
pemberian makan pada balita melalui penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan pada saat
posyandu.
ABSTRACT
Background: Childhood is often declared as a critical time for brain to grow and develop optimally
which are influenced by parenting methods, one of them is feeding method as a portal of entry to fulfil
all nutrient needs. However, a poor feeding method can affect toddlers’ nutritional status sometimes.
Objectives: The purpose of this research is to analyze the relation between mothers’ konowledge about
feeding method towards toddlers’ nutritional status.
Methode: This is an observational study using a cross sectional design, conducted in the working area
of Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep. The amount of the samples are 30 toddlers with age range
between 24 to 60 months along with their family, chosen randomly among 2.124 recorded toddlers
under Puskesmas Gapura’s working area. Mothers’ knowledge about feeding method as the primary
data source is obtained through interview with the toddlers’ parents or family. Data are analyzed using
Chi-square statistical test.
Results: The result states that there is a relation between mothers’ knowledge of feeding method and
nutritional status of the toddlers (p < 0,05).
Conclucion: Advice given is to improve mothers’ knowledge of feeding method for their toddlers
through counseling held by the health providers.
*Koresponden:
milda.nirmala-13@fkm.unair.ac.id
1
Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Negeri Jember, Indonesia
Pola pemberian makan merupakan data primer Sumenep. Puskesmas Gapura pada tahun 2016
yang didapatkan melalui wawancara kepada merupakan puskesmas paling tertinggi balita
ibu atau keluarga balita terpilih yang yang berada di garis merah (BGM)
berpedoman pada lembar kuesioner.14 dibandingkan seluruh puskesmas di Kabupaten
Pertanyaan wawancara menyangkut Sumenep.
pengetahuan ibu tentang pola pemberian
makan pada balita terdiri dari frekuensi makan Status Gizi
balita dalam sehari, susunan makanan yang Terdapat empat cara penilaian status gizi
biasa diberikan oleh ibu kepada balita, jenis secara langsung, yaitu melalui pengukuran
dan frekuensi makanan kecil (camilan) yang antropometri; pemeriksaan klinis;
diberikan, serta pola distribusi makanan dalam pemeriksaan biokimia; dan pemeriksaan
keluarga. Hasil dari wawancara tersebut biofisis.16 Penilaian status gizi melalui
berupa pengkategorian berdasarkan tingkat pengukuran antropometri termasuk penilaian
pengetahuan ibu mengenai pola pemberian yang paling mudah untuk dilakukan, namun
makan pada balita, antara lain kurang baik (< sudah bisa memberikan hasil yang cukup
60%), sedang (60-80%), dan baik (> 80%). signifikan. Pengukuran antropometri akan
Data pengukuran antropometri sebagai menghasilkan tiga macam indeks
indikator status gizi balita tergolong ke dalam antropometri, meliputi tinggi atau panjang
data sekunder yang diperoleh secara langsung badan berdasarkan umur (TB/U atau PB/U);
dari Puskesmas Gapura. Pengelompokkan berat badan menurut tinggi atau panjang
indeks antropometri TB/U meliputi badan (BB/TB atau BB/PB); serta berat badan
pendek/sangat pendek (< -2 SD) dan menurut umur (BB/U).
normal/tinggi (≥ -2 SD), indeks BB/TB meliputi TB/U atau PB/U menggambarkan
kurus/sangat kurus (< -2 SD) dan pertumbuhan anak berdasarkan panjang atau
normal/gemuk (≥ -2 SD), serta indeks BB/U tinggi badan berdasarkan umurnya. Indikator
meliputi gizi kurang/gizi buruk (< -2 SD) dan gizi ini memberikan indikasi masalah gizi yang
baik/gizi lebih (≥ -2 SD).15 Sedangkan data bersifat kronis sebagai akibat dari kondisi gizi
sekunder lain mencakup data dari Kementerian kurang yang terjadi dalam kurun waktu yang
Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa lama. Keadaan gizi buruk tersebut bisa
Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, dipengaruhi oleh faktor ekonomi (kemiskinan),
serta Bagian Kependudukan dan Pencatatan pola asuh pemberian makan yang kurang baik,
Sipil Kecamatan Gapura. Hasil dari maupun perilaku hidup tidak sehat yang
pengumpulan data dianalisis dengan aplikasi menyebabkan anak menjadi bertubuh
IBM SPSS Statistics 24 menggunakan uji chi- pendek.8
square dengan nilai α = 0,05. Sebelum Pada penelitian ini, indeks TB/U
pengambilan data, peneliti telah melakukan uji dikategorikan menjadi pendek/sangat pendek
etik dan telah mendapatkan persetujuan dari (< -2 SD) dan normal/tinggi (≥-2 SD).
komite etik penelitian kesehatan Fakultas Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga apabila masih terdapat 19 balita dari 30
untuk kelayakan etika ketika pengambilan data responden yang termasuk dalam kategori
di lapangan. tinggi badan pendek (63,3%). Sementara itu, 11
balita yang lain (36,7%) berada dalam kriteria
HASIL DAN PEMBAHASAN tinggi badan normal/tinggi. Anak yang memiliki
tinggi badan di atas normal bukan merupakan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas masalah selama hal tersebut tidak disebabkan
Gapura Kabupaten Sumenep yang bertempat oleh gangguan endokrin.8
di Jalan Raya Gapura-Dungkek nomor 111 yang Berat badan menurut panjang atau
berada di kecamatan Gapura berdekatan tinggi badan (BB/PB atau BB/TB)
dengan Kantor Kecamatan Gapura Kabupaten menggambarkan apakah berat badan anak
sesuai atau proporsional terhadap Indeks BB/TB dibagi ke dalam status gizi
pertumbuhan panjang/tinggi badannya. kurus/sangat kurus (< -2 SD) dan status gizi
Indikator ini memberikan indikasi masalah gizi normal/gemuk (≥-2 SD). Berdasarkan Tabel 1
yang sifatnya akut. Seperti contoh sebagai diketahui jika mayoritas balita termasuk dalam
berikut, keadaan kurus/sangat kurus yang golongan status gizi normal/gemuk (73,3%).
disebabkan oleh penyakit yang baru saja terjadi Indeks ini bermanfaat apabila umur anak tidak
maupun kekurangan makan yang dapat diketahui. Di samping itu, indikator tersebut
menyebabkan terjadinya penurunan berat juga dapat mengidentifikasi anak yang telah
badan yang banyak dalam jangka waktu yang memiliki risiko kelebihan berat badan atau
singkat.8 kegemukan. 8
Sedangkan berat badan menurut umur hanya menjawab 2 pertanyaan dengan benar
merefleksikan berat badan relatif dari total 5 pertanyaan terkait pola pemberian
dibandingkan dengan umur anak. Indeks BB/U makan yang diajukan. Hal ini disebabkan oleh
dikategorikan menjadi gizi kurang/gizi buruk (< kondisi balita sehari-hari yang dinilai kurang
-2 SD) dan gizi baik/gizi lebih (≥-2 SD), tetapi mendapat asupan makanan. Selain itu, orang
tidak dapat digunakan untuk tua juga cenderung lebih memberikan
mengklasifikasikan apakah seorang anak makanan ringan sehingga anak menjadi tidak
mengalami kelebihan berat badan atau sangat nafsu makan. Hasil tersebut sama dengan
gemuk (gizi baik atau gizi lebih saja). Indikator penelitian yang telah dilakukan oleh Oktafiani
ini memberikan indikasi masalah gizi secara (2012) apabila sebagian besar pola pemberian
umum (tidak spesifik apakah kronis ataupun makan pada balita masih kurang.14
akut). Sehingga, berat badan yang rendah Jika dilakukan analisis hubungan antara
dapat disebabkan oleh tubuh yang pola pemberian makan dengan status gizi
pendek/stunting (kronis), tubuh yang balita menggunakan uji statistik, maka
cenderung kurus/thinnes (akut), maupun diperoleh hasil nilai p sebesar 0,01 (Tabel 3).
keduanya.8 Hasil ini menunjukkan angka yang lebih kecil
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data daripada nilai α (0,05) sehingga ditarik
bahwa terdapat 18 balita dari 30 responden kesimpulan bahwa ada hubungan antara pola
yang mengalami gizi kurang/gizi buruk (60%) pemberian makan dengan status gizi balita.
serta sebanyak 12 balita sisanya (40%) Kondisi ini bermakna jika semakin baik praktik
tergolong dalam kriteria gizi baik/gizi lebih. pemberian makan yang dilakukan, maka akan
Karena indikator berat badan relatif cenderung semakin baik pula status gizi balita berdasarkan
mudah untuk diukur, maka indikator ini paling indeks BB/U. Hal tersebut selaras dengan
sering digunakan. Namun demikian, indeks penelitian oleh Virdani (2014) yang
BB/U tidak tepat untuk diterapkan pada situasi menunjukkan adanya hubungan antara pola
di mana tidak diketahuinya umur anak secara pemberian makan dengan status gizi balita.17
pasti. Indikator inilah yang nantinya digunakan Bertambahnya usia anak, makanan yang
sebagai acuan status gizi balita dan dimasukkan diberikan harus lebih beragam serta bergizi dan
ke dalam perhitungan analisis statistik. seimbang guna menunjang status gizi serta
tumbuh kembang anak. Ibu dalam hal ini
Pengetahuan Pola Pemberian Makan sangat berperan penting untuk menentukan
Pemberian makan pada balita bertujuan jenis makanan yang akan dikonsumsi oleh
untuk memasukkan dan memperoleh zat gizi anak. Pemberian pola makan yang memadai
penting yang diperlukan oleh tubuh untuk berhubungan dengan baiknya kualitas
proses tumbuh kembang. Zat gizi beperan konsumsi makanan anak yang pada akhirnya
dalam memelihara dan memulihkan kesehatan akan meningkatkan kecukupan zat gizi pula.
anak serta berguna sebagai sumber energi Tingkat kecukupan zat gizi merupakan salah
untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.6 Di satu faktor yang dapat mempengaruhi status
samping makanan dari segi fisik, hal yang lain gizi pada balita.18
juga dibutuhkan anak untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal KESIMPULAN
yaitu, perhatian serta sikap (asuhan) orang tua
dalam memberi makan. Kesalahan dalam Terdapat hubungan antara pengetahuan
memilihkan makanan akan berakibat buruk ibu tentang pola pemberian makan dengan
pada anak baik di masa kini maupun masa yang status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
yang akan datang. Gapura Kabupaten Sumenep. Semakin rendah
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pengetahuan ibu tentang pola pemberian
menunjukkan bahwa sebagian besar pola makan pada balita, maka akan semakin rendah
pemberian makan kepada balita yang pula status gizi balita. Sehingga, saran yang
dilakukan oleh orang tua masih tergolong diberikan yaitu dengan meningkatkan
kurang baik (63,3%) sebagaimana dijelaskan pengetahuan ibu balita mengenai pola
dalam Tabel 2. Sebanyak 19 dari 30 responden
pemberian makan yang baik dan benar melalui Kebudayaan Direktorat Jenderal
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas Pendidikan Tinggi Pusat Antar
kesehatan. Pengetahuan yang diberikan Universitas Pangan dan Gizi Institut
meliputi cara penganekaragaman makanan Pertanian Bogor, 2003).
yang dikonsumsi oleh anak sehingga tercapai 7. Mawarni, S. Hubungan Pengetahuan Ibu
gizi yang lengkap dan seimbang serta tentang MP-ASI dengan Perilaku
meluruskan budaya terkait makanan yang Pemberian MP-ASI dan Status Gizi pada
selama ini dianggap salah (semisal food taboo). Baduta Usia 6-24 Bulan di Kelurahan
Selain itu, disarankan pula adanya kerja Kestalan Kecamatan Banjarsari Kota
sama antara petugas kesehatan; kader; tokoh Surakarta. (Universitas Muhammadiyah
masyarakat; beserta tokoh agama guna Surakarta, 2013).
menggerakkan seluruh ibu yang memiliki bayi 8. Badan Penelitian dan Pengembangan
maupun balita agar berkemauan untuk datang Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
dan mengujungi posyandu setiap bulannya. Hal (Riskesdas) TAHUN 2010. Laporan
ini bertujuan agar status gizi anak bisa Nasional 2010 (2010).
terpantau secara rutin melalui penimbangan 9. Alamsyah, D., Muliawati, R. Pilar Dasar
berat badan dan pengukuran tinggi badan. Ilmu Kesehatan Masyarakat. (Nuha
Dengan demikian, petugas kesehatan beserta Medika, 2013).
kader lebih mudah dalam menyampaikan 10. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep.
informasi status gizi tersebut dan ibu Profil Kesehatan Kabupaten Sumenep
bayi/balita yang bersangkutan mendapatkan Tahun 2014. (2014).
akses informasi yang juga lebih mudah. 11. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep.
Profil Kesehatan Kabupaten Sumenep
ACKNOWLEDGEMENT Tahun 2012. (2012).
12. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian
Penulis mengucapkan terima kasih Kesehatan. (Rineka Cipta, 2010).
kepada Dr. Sri Sumarmi, SKM., M.Si., selaku 13. Lameshow, S., Jr, D. W. H., Klar, J. &
dosen pembimbing yang telah membimbing Lwanga, S. K. Besar Sampel dalam
dari awal hingga akhir dalam penulisan artikel Penelitian Kesehatan. Herd 4, (1997).
ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan 14. Oktafiani, A. Hubungan Antara Pola Asuh
terima kasih kepada Puskesmas Gapura dan Tingkat Konsumsi dengan Kejadian
Kabupaten Sumenep yang telah memberikan Status Gizi Kurang pada Balita Usia 24-60
izin untuk melakukan ini. Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonorejo Kabupaten Pasuruan.
REFERENSI (Universitas Airlangga, 2012).
15. Kemenkes RI. Standar Antropometri
1. Adriani, M., Wijatmadi, B. Pengantar Gizi Penilaian Status Gizi Anak. 40 (2010).
Masyarakat. (Kencana, 2012). doi:641.1.ind k
2. Adriani, M., Wijatmadi, B. Peranan Gizi 16. Supariasa, D. N., Bakri, B., Fajar, I.
Dalam Siklus Kehidupan. (Kencana, Penilaian Status Gizi. (EGC Penerbit Buku
2012). Kedokteran, 2002).
3. Diana, F. . Pemantauan Perkembangan 17. Virdani, A., S. Hubungan Antara Pola
Anak Balita. J. Kesehat. Masy. Andalas 4, Asuh Terhadap Status Gizi Balita Usia 12-
116–129 (2010). 59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
4. Munawaroh, S. Pola Asuh Kalirungkut. (Universitas Airlangga,
Mempengaruhi Status Gizi Balita. J. 2012).
Keperawatan 6, 44–50 (2015). 18. Yulia, C. Pola Asuh Makan dan Kesehatan
5. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Anak Balita pada Keluarga Wanita
(EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2012). Pemetik Teh di PTPN VIII Pengalengan
6. Suhardjo. Sosio Budaya Gizi. 2008. Respositori IPB (2008).
(Departemen Pendidikan dan