Anda di halaman 1dari 7

Sari dan Ratnawati.

Amerta Nutr (2018) 182-188 182


DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.182-188

RESEARCH STUDY Open Access

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pola Pemberian Makan dengan Status


Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep

Relation Between Mothers’ Knowledge About Feeding Method and Toddlers’


Nutritional Status in the Working Area of Puskesmas Gapura Kabupaten
Sumenep

Milda Riski Nirmala Sari*, Leersia Yusi Ratnawati1

ABSTRAK

Latar Belakang: Masa balita sering dinyatakan sebagai masa kritis untuk optimalisasi pertumbuhan
dan perkembangan otak yang sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, salah satunya dalam pola
pemberian makan sebagai pintu masuk pemenuhan berbagai kebutuhan unsur zat gizi. Akan tetapi,
ada kalanya pola pemberian makan yang kurang baik dapat mempengaruhi status gizi balita tersebut.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu
mengenai pola pemberian makan terhadap status gizi balita.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional yang
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep. Besar sampel sebanyak 30 balita
dengan rentang umur 24-60 bulan beserta keluarganya, yang dipilih secara acak dari jumlah
keseluruhan 2.124 balita tercatat di posyandu wilayah kerja Puskesmas Gapura. Pengetahuan ibu
mengenai pola pemberian makan sebagai sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan
orang tua atau keluarga balita. Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi-square.
Hasil: Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan pola pemberian
makan dengan status gizi balita (p < 0,05).
Kesimpulan: Saran yang diberikan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang pola
pemberian makan pada balita melalui penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan pada saat
posyandu.

Kata kunci: pola pemberian makan, status gizi, balita

©2018. Sari dan Ratnawati. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-4-2018, Accepted: 25-5-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.182-188
Sari dan Ratnawati. Amerta Nutr (2018) 182-188 183
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.182-188

ABSTRACT

Background: Childhood is often declared as a critical time for brain to grow and develop optimally
which are influenced by parenting methods, one of them is feeding method as a portal of entry to fulfil
all nutrient needs. However, a poor feeding method can affect toddlers’ nutritional status sometimes.
Objectives: The purpose of this research is to analyze the relation between mothers’ konowledge about
feeding method towards toddlers’ nutritional status.
Methode: This is an observational study using a cross sectional design, conducted in the working area
of Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep. The amount of the samples are 30 toddlers with age range
between 24 to 60 months along with their family, chosen randomly among 2.124 recorded toddlers
under Puskesmas Gapura’s working area. Mothers’ knowledge about feeding method as the primary
data source is obtained through interview with the toddlers’ parents or family. Data are analyzed using
Chi-square statistical test.
Results: The result states that there is a relation between mothers’ knowledge of feeding method and
nutritional status of the toddlers (p < 0,05).
Conclucion: Advice given is to improve mothers’ knowledge of feeding method for their toddlers
through counseling held by the health providers.

Keywords: feeding method, nutritional status, toddlers

*Koresponden:
milda.nirmala-13@fkm.unair.ac.id
1
Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Negeri Jember, Indonesia

PENDAHULUAN dilakukan orang tua. Pengertian pola asuh ialah


praktik pengasuhan yang diterapkan kepada
Indonesia merupakan salah satu contoh anak balita dan pemeliharaan kesehatannya,
negara dengan keanekaragaman budaya, serta erat kaitannya dengan tumbuh kembang
tradisi, kepercayaan, dan adat istiadat. Budaya anak di masa yang akan datang.4 Pemberian
akan mengarahkan cara berpikir, bertindak, makan pada anak balita merupakan bentuk
serta berperasaan suatu masyarakat sesuai pola asuh yang paling mendasar karena unsur
dengan yang diinginkan. Hal tersebut juga tidak zat gizi yang terkandung di dalam makanan
terkecuali dalam pemilihan makanan. Banyak memegang peranan penting terhadap tumbuh
hasil penelitian para ahli sosiologi maupun ahli kembang anak.5 Pola pemberian makan pada
gizi yang menyatakan bahwa faktor budaya anak turut dipengaruhi oleh faktor fisiologis,
sangat berperan terhadap proses terjadinya psikologis, sosial, dan kebudayaan. Faktor-
kebiasaan makan. Namun, di sisi yang lain faktor tersebut mampu menentukan pilihan
unsur-unsur budaya tertentu sering kali terhadap makanan apa saja yang akan
bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi dikonsumsi, sebanyak apa jumlah makanan
yang pada akhirnya mampu menimbulkan yang dikonsumsi, siapa saja yang akan
permasalahan gizi.1,2 mengonsumsi, serta kapan makanan tersebut
Pada masa balita sering dikatakan boleh atau tidak boleh untuk dikonsumsi.6
sebagai masa kritis dalam rangka mendapatkan Unsur budaya semisal kepercayaan food
sumber daya manusia yang berkualitas, taboo dalam pola pemenuhan kebutuhan
terutama pada periode 2 tahun pertama yang pangan akan mengakibatkan suatu keluarga
termasuk dalam kategori masa emas untuk memiliki pantangan terhadap bahan-bahan
pertumbuhan dan perkembangan otak yang makanan tertentu. Selain itu, tradisi
optimal.3 Pertumbuhan dan perkembangan ini memprioritaskan anggota keluarga tertentu
sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang (seperti ayah sebagai kepala keluarga) dalam

©2018. Sari dan Ratnawati. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-4-2018, Accepted: 25-5-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.182-188
Sari dan Ratnawati. Amerta Nutr (2018) 182-188 184
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.182-188

mengkonsumsi hidangan dapat memicu Hal yang sama juga ditunjukkan di


pendistribusian konsumsi pangan yang tidak wilayah kerja Puskesmas Gapura, Kecamatan
merata (maldistribusi). Apabila keadaan Gapura, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
tersebut berlangsung dalam jangka waktu lama Berdasarkan data sekunder milik Dinas
serta terdapat kelompok rawan gizi seperti, ibu Kesehatan Kabupaten Sumenep, cakupan
hamil; ibu menyusui; bayi; dan anak balita dari balita dengan berat badan di bawah garis
anggota keluarga yang bersangkutan, maka merah (BGM) di Kecamatan Gapura selama
akan memacu masalah gizi kurang tahun 2014 hingga 2016 mengalami penurunan
(malnutrisi).6 Faktor budaya juga akan sebesar 0,1% setiap tahunnya (dari 1,6% pada
menciptakan situasi makan yang dapat tahun 2014).10 Namun demikian, jumlah balita
berpengaruh terhadap kebiasaan makan di BGM tersebut merupakan jumlah tertinggi
masa depan. Terdapat suatu situasi di mana ibu kedua (setelah Kecamatan Legung Timur)
akan peduli dan mengontrol kebiasaan makan dengan angka cakupan sebesar 1,4% jika
anak sehingga anak dapat makan secara dibandingkan dengan wilayah kerja puskesmas
teratur, pada tempat yang nyaman, serta lain di kabupaten yang sama.11 Oleh karena itu,
bersikap tertib selama makan. Di sisi yang lain, dilakukanlah analisis guna mengetahui
ada pula kondisi di mana seorang ibu akan hubungan antara pola pemberian makan
terpaksa memberikan makanan sesuai dengan terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja
keinginan sang anak (pada kasus anak yang Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep.
tidak suka makan sayur) atau memberikan
makanan sambil bermain agar anak tersebut METODE
mau makan. Hal ini akan berakibat pada anak
yang terbiasa sulit makan serta banyak Rancang bangun penelitian ini adalah
menyisakan makanan. penelitian observasional dengan metode survei
Gizi kurang merupakan masalah gizi serta wawancara. Sedangkan desain penelitian
terbesar yang ditemukan di Indonesia.7 yang digunakan ialah cross sectional.12
Penyebab gizi kurang tidak hanya jumlah Penelitian mulai dilakukan sejak bulan Agustus
konsumsi tetapi juga pada pola pemberian 2017 - Januari 2018. Jumlah total populasi
makan balita secara keseluruhan yang sebanyak 2.124 balita, yang merupakan jumlah
kurang/tidak mencukupi kebutuhan. Susunan total keseluruhan balita yang tercatat
hidangan yang tidak seimbang atau kurang melakukan penimbangan di posyandu dalam
beragam (kualitas) turut menjadi faktor wilayah kerja Puskesmas Gapura. Hasil dari
penyumbang tidak langsung yang dapat perhitungan menggunakan rumus Lemeshow
dipengaruhi dari segi ekonomi, budaya, dan 1997 menyatakan bahwa diperlukan minimal
tingkat pengetahuan orang tua sekaligus. sebanyak 20 responden dari jumlah total
Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar populasi. Namun demikian, peneliti
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memutuskan untuk mengambil sampel sebesar
pada tahun 2010, sepanjang tahun 2007 30 responden. Pemilihan sampel yang akan
sampai dengan 2010 telah terjadi penurunan diteliti dilakukan melalui metode Simple
angka prevalensi kasus gizi kurang dan gizi Random Sampling berdasarkan nama balita
buruk sebesar 0,5% (dari 18,4% pada tahun yang terdata sebagai status gizi kurang di
2007 menjadi 17,9% pada tahun 2010). wilayah kerja Puskesmas Gapura Kabupaten
Demikian pula halnya dengan angka prevalensi Sumenep pada bulan Januari 2017-Desember
balita pendek yang menurun sebesar 1,2% (dari 2017.13 Dari metode sampling inilah diperoleh
36,8% menjadi 35,6%) serta angka prevalensi responden dengan distribusi usia meliputi 10
balita kurus yang menurun sebesar 0,3% (dari balita berusia 24 – 35 bulan, 7 balita berusia 36
13,6% menjadi 13,3%) pada tahun yang sama.8 – 47 bulan, dan 13 balita berusia 48 – 60 bulan.
Akan tetapi, angka tersebut masih tergolong Variabel yang diteliti antara lain
tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara pengetahuan ibu mengenai pola pemberian
ASEAN yang lain.9 makan sebagai variabel independen serta
status gizi balita sebagai variabel dependen.

©2018. Sari dan Ratnawati. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-4-2018, Accepted: 25-5-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.182-188
Sari dan Ratnawati. Amerta Nutr (2018) 182-188 185
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.182-188

Pola pemberian makan merupakan data primer Sumenep. Puskesmas Gapura pada tahun 2016
yang didapatkan melalui wawancara kepada merupakan puskesmas paling tertinggi balita
ibu atau keluarga balita terpilih yang yang berada di garis merah (BGM)
berpedoman pada lembar kuesioner.14 dibandingkan seluruh puskesmas di Kabupaten
Pertanyaan wawancara menyangkut Sumenep.
pengetahuan ibu tentang pola pemberian
makan pada balita terdiri dari frekuensi makan Status Gizi
balita dalam sehari, susunan makanan yang Terdapat empat cara penilaian status gizi
biasa diberikan oleh ibu kepada balita, jenis secara langsung, yaitu melalui pengukuran
dan frekuensi makanan kecil (camilan) yang antropometri; pemeriksaan klinis;
diberikan, serta pola distribusi makanan dalam pemeriksaan biokimia; dan pemeriksaan
keluarga. Hasil dari wawancara tersebut biofisis.16 Penilaian status gizi melalui
berupa pengkategorian berdasarkan tingkat pengukuran antropometri termasuk penilaian
pengetahuan ibu mengenai pola pemberian yang paling mudah untuk dilakukan, namun
makan pada balita, antara lain kurang baik (< sudah bisa memberikan hasil yang cukup
60%), sedang (60-80%), dan baik (> 80%). signifikan. Pengukuran antropometri akan
Data pengukuran antropometri sebagai menghasilkan tiga macam indeks
indikator status gizi balita tergolong ke dalam antropometri, meliputi tinggi atau panjang
data sekunder yang diperoleh secara langsung badan berdasarkan umur (TB/U atau PB/U);
dari Puskesmas Gapura. Pengelompokkan berat badan menurut tinggi atau panjang
indeks antropometri TB/U meliputi badan (BB/TB atau BB/PB); serta berat badan
pendek/sangat pendek (< -2 SD) dan menurut umur (BB/U).
normal/tinggi (≥ -2 SD), indeks BB/TB meliputi TB/U atau PB/U menggambarkan
kurus/sangat kurus (< -2 SD) dan pertumbuhan anak berdasarkan panjang atau
normal/gemuk (≥ -2 SD), serta indeks BB/U tinggi badan berdasarkan umurnya. Indikator
meliputi gizi kurang/gizi buruk (< -2 SD) dan gizi ini memberikan indikasi masalah gizi yang
baik/gizi lebih (≥ -2 SD).15 Sedangkan data bersifat kronis sebagai akibat dari kondisi gizi
sekunder lain mencakup data dari Kementerian kurang yang terjadi dalam kurun waktu yang
Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa lama. Keadaan gizi buruk tersebut bisa
Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, dipengaruhi oleh faktor ekonomi (kemiskinan),
serta Bagian Kependudukan dan Pencatatan pola asuh pemberian makan yang kurang baik,
Sipil Kecamatan Gapura. Hasil dari maupun perilaku hidup tidak sehat yang
pengumpulan data dianalisis dengan aplikasi menyebabkan anak menjadi bertubuh
IBM SPSS Statistics 24 menggunakan uji chi- pendek.8
square dengan nilai α = 0,05. Sebelum Pada penelitian ini, indeks TB/U
pengambilan data, peneliti telah melakukan uji dikategorikan menjadi pendek/sangat pendek
etik dan telah mendapatkan persetujuan dari (< -2 SD) dan normal/tinggi (≥-2 SD).
komite etik penelitian kesehatan Fakultas Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga apabila masih terdapat 19 balita dari 30
untuk kelayakan etika ketika pengambilan data responden yang termasuk dalam kategori
di lapangan. tinggi badan pendek (63,3%). Sementara itu, 11
balita yang lain (36,7%) berada dalam kriteria
HASIL DAN PEMBAHASAN tinggi badan normal/tinggi. Anak yang memiliki
tinggi badan di atas normal bukan merupakan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas masalah selama hal tersebut tidak disebabkan
Gapura Kabupaten Sumenep yang bertempat oleh gangguan endokrin.8
di Jalan Raya Gapura-Dungkek nomor 111 yang Berat badan menurut panjang atau
berada di kecamatan Gapura berdekatan tinggi badan (BB/PB atau BB/TB)
dengan Kantor Kecamatan Gapura Kabupaten menggambarkan apakah berat badan anak

©2018. Sari dan Ratnawati. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-4-2018, Accepted: 25-5-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.182-188
Sari dan Ratnawati. Amerta Nutr (2018) 182-188 186
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.182-188

Tabel 1. Distribusi Status Gizi pada Balita Berdasarkan Indeks Antropometri


Indeks Frekuensi Persentase
Kategori Status Gizi
Antropomertri (n) (%)
Pendek/Sangat Pendek
19 63,3
(< -2 SD)
TB/U Normal/Tinggi
11 36,7
(≥ -2 SD)
Total 30 100
Kurus/Sangat Kurus
8 26,7
(< -2 SD)
BB/TB Normal/Gemuk
22 73,3
(≥ -2 SD)
Total 30 100
Gizi Kurang/Gizi Buruk
18 60,0
(< -2 SD)
BB/U Gizi Baik/Gizi Lebih
12 40,0
(≥ -2 SD)
Total 30 100

Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Pola Pemberian Makan pada Balita


Pengetahuan Pola Pemberian
Frekuensi Persentase
Makan Balita
(n) (%)
(% terhadap jawaban benar)
Kurang Baik
19 63,3
(< 60%)
Sedang
11 36,7
(60% – 80%)
Total 30 100

Tabel 3. Hubungan Pola Pemberian Makan dengan Status Gizi Balita


Pengetahuan Status Gizi BB/U
Total
Pola Pemberian Gizi Buruk Gizi Baik p value
Makan n % n % n %
Kurang Baik 16 84,2 3 15,8 19 100
0,01
Sedang 2 18,2 9 81,8 11 100

sesuai atau proporsional terhadap Indeks BB/TB dibagi ke dalam status gizi
pertumbuhan panjang/tinggi badannya. kurus/sangat kurus (< -2 SD) dan status gizi
Indikator ini memberikan indikasi masalah gizi normal/gemuk (≥-2 SD). Berdasarkan Tabel 1
yang sifatnya akut. Seperti contoh sebagai diketahui jika mayoritas balita termasuk dalam
berikut, keadaan kurus/sangat kurus yang golongan status gizi normal/gemuk (73,3%).
disebabkan oleh penyakit yang baru saja terjadi Indeks ini bermanfaat apabila umur anak tidak
maupun kekurangan makan yang dapat diketahui. Di samping itu, indikator tersebut
menyebabkan terjadinya penurunan berat juga dapat mengidentifikasi anak yang telah
badan yang banyak dalam jangka waktu yang memiliki risiko kelebihan berat badan atau
singkat.8 kegemukan. 8

©2018. Sari dan Ratnawati. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-4-2018, Accepted: 25-5-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.182-188
Sari dan Ratnawati. Amerta Nutr (2018) 182-188 187
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.182-188

Sedangkan berat badan menurut umur hanya menjawab 2 pertanyaan dengan benar
merefleksikan berat badan relatif dari total 5 pertanyaan terkait pola pemberian
dibandingkan dengan umur anak. Indeks BB/U makan yang diajukan. Hal ini disebabkan oleh
dikategorikan menjadi gizi kurang/gizi buruk (< kondisi balita sehari-hari yang dinilai kurang
-2 SD) dan gizi baik/gizi lebih (≥-2 SD), tetapi mendapat asupan makanan. Selain itu, orang
tidak dapat digunakan untuk tua juga cenderung lebih memberikan
mengklasifikasikan apakah seorang anak makanan ringan sehingga anak menjadi tidak
mengalami kelebihan berat badan atau sangat nafsu makan. Hasil tersebut sama dengan
gemuk (gizi baik atau gizi lebih saja). Indikator penelitian yang telah dilakukan oleh Oktafiani
ini memberikan indikasi masalah gizi secara (2012) apabila sebagian besar pola pemberian
umum (tidak spesifik apakah kronis ataupun makan pada balita masih kurang.14
akut). Sehingga, berat badan yang rendah Jika dilakukan analisis hubungan antara
dapat disebabkan oleh tubuh yang pola pemberian makan dengan status gizi
pendek/stunting (kronis), tubuh yang balita menggunakan uji statistik, maka
cenderung kurus/thinnes (akut), maupun diperoleh hasil nilai p sebesar 0,01 (Tabel 3).
keduanya.8 Hasil ini menunjukkan angka yang lebih kecil
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data daripada nilai α (0,05) sehingga ditarik
bahwa terdapat 18 balita dari 30 responden kesimpulan bahwa ada hubungan antara pola
yang mengalami gizi kurang/gizi buruk (60%) pemberian makan dengan status gizi balita.
serta sebanyak 12 balita sisanya (40%) Kondisi ini bermakna jika semakin baik praktik
tergolong dalam kriteria gizi baik/gizi lebih. pemberian makan yang dilakukan, maka akan
Karena indikator berat badan relatif cenderung semakin baik pula status gizi balita berdasarkan
mudah untuk diukur, maka indikator ini paling indeks BB/U. Hal tersebut selaras dengan
sering digunakan. Namun demikian, indeks penelitian oleh Virdani (2014) yang
BB/U tidak tepat untuk diterapkan pada situasi menunjukkan adanya hubungan antara pola
di mana tidak diketahuinya umur anak secara pemberian makan dengan status gizi balita.17
pasti. Indikator inilah yang nantinya digunakan Bertambahnya usia anak, makanan yang
sebagai acuan status gizi balita dan dimasukkan diberikan harus lebih beragam serta bergizi dan
ke dalam perhitungan analisis statistik. seimbang guna menunjang status gizi serta
tumbuh kembang anak. Ibu dalam hal ini
Pengetahuan Pola Pemberian Makan sangat berperan penting untuk menentukan
Pemberian makan pada balita bertujuan jenis makanan yang akan dikonsumsi oleh
untuk memasukkan dan memperoleh zat gizi anak. Pemberian pola makan yang memadai
penting yang diperlukan oleh tubuh untuk berhubungan dengan baiknya kualitas
proses tumbuh kembang. Zat gizi beperan konsumsi makanan anak yang pada akhirnya
dalam memelihara dan memulihkan kesehatan akan meningkatkan kecukupan zat gizi pula.
anak serta berguna sebagai sumber energi Tingkat kecukupan zat gizi merupakan salah
untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.6 Di satu faktor yang dapat mempengaruhi status
samping makanan dari segi fisik, hal yang lain gizi pada balita.18
juga dibutuhkan anak untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal KESIMPULAN
yaitu, perhatian serta sikap (asuhan) orang tua
dalam memberi makan. Kesalahan dalam Terdapat hubungan antara pengetahuan
memilihkan makanan akan berakibat buruk ibu tentang pola pemberian makan dengan
pada anak baik di masa kini maupun masa yang status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
yang akan datang. Gapura Kabupaten Sumenep. Semakin rendah
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pengetahuan ibu tentang pola pemberian
menunjukkan bahwa sebagian besar pola makan pada balita, maka akan semakin rendah
pemberian makan kepada balita yang pula status gizi balita. Sehingga, saran yang
dilakukan oleh orang tua masih tergolong diberikan yaitu dengan meningkatkan
kurang baik (63,3%) sebagaimana dijelaskan pengetahuan ibu balita mengenai pola
dalam Tabel 2. Sebanyak 19 dari 30 responden

©2018. Sari dan Ratnawati. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-4-2018, Accepted: 25-5-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.182-188
Sari dan Ratnawati. Amerta Nutr (2018) 182-188 188
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.182-188

pemberian makan yang baik dan benar melalui Kebudayaan Direktorat Jenderal
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas Pendidikan Tinggi Pusat Antar
kesehatan. Pengetahuan yang diberikan Universitas Pangan dan Gizi Institut
meliputi cara penganekaragaman makanan Pertanian Bogor, 2003).
yang dikonsumsi oleh anak sehingga tercapai 7. Mawarni, S. Hubungan Pengetahuan Ibu
gizi yang lengkap dan seimbang serta tentang MP-ASI dengan Perilaku
meluruskan budaya terkait makanan yang Pemberian MP-ASI dan Status Gizi pada
selama ini dianggap salah (semisal food taboo). Baduta Usia 6-24 Bulan di Kelurahan
Selain itu, disarankan pula adanya kerja Kestalan Kecamatan Banjarsari Kota
sama antara petugas kesehatan; kader; tokoh Surakarta. (Universitas Muhammadiyah
masyarakat; beserta tokoh agama guna Surakarta, 2013).
menggerakkan seluruh ibu yang memiliki bayi 8. Badan Penelitian dan Pengembangan
maupun balita agar berkemauan untuk datang Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
dan mengujungi posyandu setiap bulannya. Hal (Riskesdas) TAHUN 2010. Laporan
ini bertujuan agar status gizi anak bisa Nasional 2010 (2010).
terpantau secara rutin melalui penimbangan 9. Alamsyah, D., Muliawati, R. Pilar Dasar
berat badan dan pengukuran tinggi badan. Ilmu Kesehatan Masyarakat. (Nuha
Dengan demikian, petugas kesehatan beserta Medika, 2013).
kader lebih mudah dalam menyampaikan 10. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep.
informasi status gizi tersebut dan ibu Profil Kesehatan Kabupaten Sumenep
bayi/balita yang bersangkutan mendapatkan Tahun 2014. (2014).
akses informasi yang juga lebih mudah. 11. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep.
Profil Kesehatan Kabupaten Sumenep
ACKNOWLEDGEMENT Tahun 2012. (2012).
12. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian
Penulis mengucapkan terima kasih Kesehatan. (Rineka Cipta, 2010).
kepada Dr. Sri Sumarmi, SKM., M.Si., selaku 13. Lameshow, S., Jr, D. W. H., Klar, J. &
dosen pembimbing yang telah membimbing Lwanga, S. K. Besar Sampel dalam
dari awal hingga akhir dalam penulisan artikel Penelitian Kesehatan. Herd 4, (1997).
ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan 14. Oktafiani, A. Hubungan Antara Pola Asuh
terima kasih kepada Puskesmas Gapura dan Tingkat Konsumsi dengan Kejadian
Kabupaten Sumenep yang telah memberikan Status Gizi Kurang pada Balita Usia 24-60
izin untuk melakukan ini. Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonorejo Kabupaten Pasuruan.
REFERENSI (Universitas Airlangga, 2012).
15. Kemenkes RI. Standar Antropometri
1. Adriani, M., Wijatmadi, B. Pengantar Gizi Penilaian Status Gizi Anak. 40 (2010).
Masyarakat. (Kencana, 2012). doi:641.1.ind k
2. Adriani, M., Wijatmadi, B. Peranan Gizi 16. Supariasa, D. N., Bakri, B., Fajar, I.
Dalam Siklus Kehidupan. (Kencana, Penilaian Status Gizi. (EGC Penerbit Buku
2012). Kedokteran, 2002).
3. Diana, F. . Pemantauan Perkembangan 17. Virdani, A., S. Hubungan Antara Pola
Anak Balita. J. Kesehat. Masy. Andalas 4, Asuh Terhadap Status Gizi Balita Usia 12-
116–129 (2010). 59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
4. Munawaroh, S. Pola Asuh Kalirungkut. (Universitas Airlangga,
Mempengaruhi Status Gizi Balita. J. 2012).
Keperawatan 6, 44–50 (2015). 18. Yulia, C. Pola Asuh Makan dan Kesehatan
5. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Anak Balita pada Keluarga Wanita
(EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2012). Pemetik Teh di PTPN VIII Pengalengan
6. Suhardjo. Sosio Budaya Gizi. 2008. Respositori IPB (2008).
(Departemen Pendidikan dan

©2018. Sari dan Ratnawati. Open access under CC BY – SA license.


Received: 30-4-2018, Accepted: 25-5-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.182-188

Anda mungkin juga menyukai