Anda di halaman 1dari 6

Edisi Juli 2012 Volume VI No.

1-2 ISSN 1979-8911

PENGARUH ANTRAKNOSA (COLLETOTRICHUM CAPSICI DAN


COLLETOTRICHUM ACUTATUM ) TERHADAP RESPONS
KETAHANAN DELAPAN BELAS GENOTIPE BUAH
CABAI MERAH (CAPSICUM ANNUUM L)

Mohamad Agus Salim


Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Korespondensi : mas18867@yahoo.com.au

ABSTRACT
Anthracnose is a major disease that causes low productivity of red pepper plant in
Indonesia. Anthracnose from Colletotrichum genus as the main cause of damage to the red
pepper. This study to determine the response of red pepper to the infection of
Colletotrichum capsici and C. acutatum. The experiments are conducted using a
randomized block design with two factors and two replications. The first factor is the two
species of fungi that cause anthracnose disease of C. capsici and C. acutatum whereas the
second factor is 18 of genotype number of red pepper. The results showed that the
development of C. capsici on red pepper are seen from the average of diameter growth of
lesions more rapidly than C acutatum. The red pepper with genotype number 10 is the
most resistant and genotype number 12 is the most susceptible to C. capsici infection.. The
red pepper with genotype number 16 is the most resistant and genotype number 7 is the
most susceptible to C acutatum infection.
Key words : Antraknosa, Red pepper, Colletotrichum acutatum andC. capsici

PENDAHULUAN terutama buahnya. Infeksi jamur ini pada


buah cabai merah ditandai dengan gejala
Di Indonesia buah cabai merah awal berupa bintik bintik kecil yang
(Capsicum annuum L.) termasuk buah berwarna kehitam-hitaman dan sedikit
yang sangat digemari nomor dua setelah melekuk. Serangan lebih lanjut
kacang kacangan. Buah ini selain mengakibatkan buah mengkerut, kering
memiliki rasa pedas juga digunakan dan membusuk (Syamsudin, 2007).
sebagai perangsang bagi selera makan
dan memiliki zat yang bernilai tinggi Pada tahap awal infeksi konidia
seperti vitamin, protein dan gula fruktosa Colletotrichum yang berada di
(Syukur, et al., 2007) permukaan kulit buah cabai merah akan
berkecambah dan membentuk tabung
Produktivitas buah cabai merah perkecambahan. Setelah tabung
baik secara kualitas maupun kuantitas perkecambahan berpenetrasi ke lapisan
diantaranya diganggu karena adanya epidermis kulit buah cabai merah maka
serangan penyakit antraknosa. Penyakit akan terbentuk jaringan hifa. Kemudian
ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum hifa intra dan interseluler menyebar ke
dan dapat menimbulkan kerugian hasil seluruh jaringan dari buah cabai merah
panen mencapai 65% (Hersanti, et al., (Photita, et al., 2005)
2001). Jamur Colletotrichum ini dapat
menginfeksi organ tanaman cabai merah Pada umumnya karakter warna,

182
Edisi Juli 2012 Volume VI No. 1-2 ISSN 1979-8911

ukuran buah maupun bagian tanaman METODOLOGI PENELITIAN


lainnya serta karakter ketahanan serangan
hama dan penyakit dikendalikan oleh gen Penelitian ini dilaksanakan di
sederhana (satu atau dua gen dominan laboratorium Biologi FST UIN Sunan
atau resesif) (Kim, et al., 2004). Hal ini Gunung Djati Bandung. Jamur
didukung oleh penelitian Yustisiani et al. Colletotrichum capsici dan C. acutatum
(2006) yang menyatakan bahwa karakter diperoleh dari kota Brebes. Percobaan
ketahanan tanaman cabai merah terhadap disusun dengan rancangan acak
antraknosa dikendalikan oleh gen kelompok (RAK) pola faktorial diulang
sederhana dengan rasio 13 : 3 (epistasis dua kali. Faktor pertama adalah dua jenis
dominant resesif). jamur penyebab penyakit antraknosa
yaitu C. capsici dan C. acutatum
Penelitian ini dilaksanakan untuk sedangkan faktor kedua yaitu 18 nomor
mengetahui ketahanan delapan belas genotipe buah cabai merah. Setiap
genotipe cabai merah (Capsicum annuum perlakuan terdiri dari sepuluh buah cabai.
L) terhadap serangan penyakit antraknosa Perlakuan berupa inokulasi suspensi
dari jamur Colletotrichum capsici spora (kerapatan 5.105 spora.ml-1) dengan
danColletotrichum acutatum pada skala cara disuntikan pada buah cabai merah
laboratorium dan akhirnya diharapkan sebanyak 1 ml. Buah cabai merah yang
dapat diperoleh genotipe cabai merah telah diinokulasi (Gambar 1),
yang tahan terhadap penyakit ini. diinkubasikan di dalam cup plastik dan
disimpan pada suhu ruang

Gambar 1. Inokulasi dan inkubasi antraknosa pada buah cabai merah dalam cup plastik

Pengamatan dilakukan pada hari mengetahui derajat ketahanan terhadap


keenam, kedelapan dan kesepuluh berupa penyakit antraknosa melalui pengukuran
respons buah cabai merah. Untuk diameter Lesio (Kusandriani, 1996) :
No. Kriteria Diameter Lesio (cm)

1. Imun (I) Ø=0

2. Sangat Tahan 0 < Ø ≤ 0,5

3. Agak Tahan 0,5 < Ø ≤ 1

4. Agak Peka 1<Ø≤2

183
Edisi Juli 2012 Volume VI No. 1-2 ISSN 1979-8911

5. Peka Ø>2

HASIL DAN PEMBAHASAN

0.5
Diameter Colletotrichum(Cm) Pada
0.4

0.4
buah cabai merah

0.3

0.3

0.2

0.2

0.1

0.1

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Nomor buah cabai merah

C.capsici C.acutatum

Gambar 1. Pertumbuhan C. capsici dan C. acutatum pada buah cabai merah hari ke-6.
Gambar 1 menunjukkan bahwa nomor genotipe dan yang paling peka
pengamatan hari keenam, buah cabai terjadi pada nomor genotype 4 dengan
merah baik yang diinfeksi C. capsici diameter Lesio 0,30 cm
maupun C. acutatum berada pada kriteria
sangat tahan dengan diameter Lesio rata- Ketahanan terhadap suatu
rata 0,083 cm yang diinfeksi C. capsici penyakit seperti antraknosa dikendalikan
dan 0,066 cm yang diinfeksi C. acutatum. oleh gen-gen ketahanan yang terekspresi
Buah cabai merah yang diinfeksi C. ke dalam morfologi tanaman yang
capsici menunjukkan kriteria imun mendukung terjadinya mekanisme
dengan diameter Lesio 0,00 cm ada 10 ketahanan terhadap penyakit tersebut.
nomor genotipe dan yang paling peka Menurut Whitelaw-Weckert (2007) gen
terjadi pada nomor genotipe 12 dengan ketahanan bersifat kuantitatif yang
diameter Lesio 0,40 cm. Sedangkan buah dikendalikan oleh beberapa gen minor
cabai merah yang diinfeksi C. acutatum dan berinteraksi dengan faktor
yang menunjukkan kriteria imun dengan lingkungan.
diameter Lesio 0,00 cm berjumlah 9

2 .5
eter Colletotrichum(Cm)

erah

2 .0
padabuahcabai m

1 .5

1 .0
Diam

0 .5

0 .0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Nomor buah ca bai me ra h

C.capsici C.acutatum

Gambar 2. Pertumbuhan C. capsici dan C. acutatum pada buah cabai merah hari ke-8.

184
Edisi Juli 2012 Volume VI No. 1-2 ISSN 1979-8911

Pengamatan pada hari ke delapan tidak akan pernah sama, satu dengan
(Gambar 2.) menunjukkan bahwa buah lainnya yang terlihat dari beragamnya
cabai merah baik yang diinfeksi C. diameter Lesio yang dimiliki oleh setiap
capsici maupun C. acutatum berada pada nomor genotipe. Pada penelitian ini
kriteria agak tahan dengan diameter Lesio diameter Lesio merupakan ukuran
rata-rata 0,84 cm yang diinfeksi C. ketahanan dari buah cabai merah
capsici dan 0,57 cm yang diinfeksi C. terhadap serangan antraknosa yang
acutatum. Buah cabai merah yang disebarkan oleh C. capsici dan C.
diinfeksi C. capsici yang menunjukkan acutatum. Menurut Yusnafi (2002)
paling peka terjadi pada nomor genotipe ketahanan suatu tanaman dapat terjadi
12 dengan diameter Lesio 2,30 cm, karena tanaman itu sendiri yang memiliki
sedangkan buah cabai merah yang kemampuan untuk membuat struktur atau
diinfeksi C. acutatum yang menunjukkan zat spesifik seperti, terbentuknya lapisan
paling peka terjadi pada nomor genotipe kutikula yang tebal, dinding sel yang
12 dengan diameter Lesio 1,30 cm dan bersuberin juga sel-sel gabus ataupun
yang paling tahan dengan kriteria imun terbentuknya zat yang bersifat racun yang
dengan diameter Lesio 0,00 cm terjadi mampu membunuh mikroorganisme
pada nomor genotipe 17. patogen
Berbagai nomor genotipe
memiliki ketahanan yang berbeda dan

A B
Gambar 2. Gejala pada buah cabai merah yang terinfeksi (lingkaran)
A. Colletotrichum capsici dan B. Colletotrichum acutatum

4.0
eter Colletotrichum(Cm)

3.5
erah

3.0
padabuahcabai m

2.5

2.0

1.5

1.0
Diam

0.5

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 5 16 1 7 18

Nomor buah cabai me rah

C.capsici C.acutatum

Gambar 4. Pada hari ke 10 pertumbuhan C. capsici dan C. acutatum pada cabai merah.

185
Edisi Juli 2012 Volume VI No. 1-2 ISSN 1979-8911

Pengamatan pada hari kesepuluh pengamatan hari ke-6, ke-8 dan ke-10
(Gambar 3.) menunjukkan bahwa buah (0,08 cm, 0,84 cm dan 2,10 cm) lebih
cabai merah yang diinfeksi C.capsici cepat dari pada C. acutatum (0,07 cm,
berada pada kriteria peka dengan 0,58 cm dan 1,50 cm). Respons buah
diameter Lesio rata-rata 2,10 cm tanaman cabai terhadap infeksi C. capsici
sedangkan yang diinfeksi C. acutatum yang paling tahan adalah genotipe nomor
berada pada kriteria agak peka dengan 10 dengan pertumbuhan diameter Lesio
diameter Lesio 1,50 cm. Buah cabai hari ke-6, ke-8 dan ke-10 (0,00 cm, 0,20
merah yang diinfeksi C. capsici yang cm dan 0,20 cm) dan yang paling peka
menunjukkan paling peka terjadi pada adalah genotipe nomor 12 (0,40 cm, 2,30
nomor genotipe 12 dengan diameter cm dan 3,60 cm). Sedangkan respons
Lesio 3,6 cm dan yang paling tahan buah tanaman cabai terhadap infeksi C.
dengan kriteria sangat tahan berdiameter acutatum yang paling tahan adalah
Lesio 0,2 cm terjadi pada nomor genotipe genotipe nomor 16 dengan pertumbuhan
10, sedangkan buah cabai merah yang diameter Lesio hari ke-6, ke-8 dan ke-10
diinfeksi C. acutatum yang menunjukkan (0,00 cm, 0,10 cm dan 0,10 cm) dan yang
paling peka nomor genotipe 7 dengan paling peka adalah genotipe nomor 7
diameter Lesio 2,6 cm dan yang paling (0,00 cm, 1,10 cm dan 2,60 cm).
tahan dengan kriteria sangat tahan
berdiameter Lesio 0,1 cm terjadi pada
nomor genotipe 10.
Daftar Pustaka
Mikroorganisme patogen akan
memberikan respons terhadap tanaman
karena tanaman itu sendiri akan Hersanti, Fei, L. dan Zulkarnaen, I. 2001.
memberikan sinyal kimia berupa : Pengujian kemampuan campuran
depresan, stimulator, atraktan maupun senyawa benzothiadiazol 1% -
repelen (Suheriyanto, 2001). Genotipe Mankozeb 48% dalam
buah cabai merah yang tahan terhadap meningkatkan ketahanan cabai
serangan antraknosa selalu banyak merah terhadap penyakit
mengandung senyawa fenol dan enzim antraknosa. Prosiding Kongres
aktif seperti, ortodihidroksifenol, Nasional XVI dan Seminar Hasil
peroksidase, polifenol oksidase, dan PFI, Bogor, 22 – 24 Agustus
fenilalanin amonialiase (Than, et al., 2001.
2008). Interaksi antara senyawa fenol
dari tanaman dengan jamur Kim, K.H., Yoon, J.B., Park, H.G.,
Cholletotrichum akan menghasilkan Park,E.W., and Kim, Y.H. 2004.
respons beragam yang ditunjukkan oleh Structural modifications and
besarnya luasan serangan seperti yang programmed cell death of chili
terlihat pada besarnya diameter Lesio. pepper fruit related to resistance
responses to Colletotrichum
gloeosporioides infection.
Phytopathol. 94, 1295 -1304.
KESIMPULAN
Kusandriani,.1996. Uji ketahanan
Perkembangan C. capsici pada
Beberapa Varietas Tanaman
buah cabai merah yang dilihat dari rata
Cabai (Capsicum annum L.)
rata pertumbuhan diameter Lesio pada
Terhadap Serangan Penyakit

186
Edisi Juli 2012 Volume VI No. 1-2 ISSN 1979-8911

Antraknosa dengan Pemakaian Than, P.P., Prihastuti, H., Phoulivong, S.,


Mulsa Plastik.. Skripsi. Program Taylor, P.W.J., and Hyde, K.D.
Starta 1 tidak di publikasikan. 2008. Chili anthracnose disease
UNSU , Medan. caused by Colletotrichum species.
J. Zhejiang Univ. Sci. B. 9 (10),
Photita, W., Taylor, P.W.J., Ford, R., 764 – 778.
Lumyong, P. McKenzie, H.C. and
Hyde, K.D. 2005. Morphological Whitelaw-Weckert, M.A., Curtin, S.J.
and molecular characterization of Huang, Steel, R.C.C. Blanchard,
Colletotrichum species from C.L. and Roffey, P.E. 2007.
herbaceous plants in Thailand. Phylogenetic relationships and
Fungal Divers. 18, 117 -133. pathogenicity of Colletotrichum
acutatum isolates from grape in
Suheriyanto, D. 2001. Kajian komoditas subtropical Australia. Plant
fauna pada pertanaman bawang Pathol. 56 (3), 448 – 463.
merah dengan dan tanpa aplikasi
pestisida. Lap. Universitas Yusnafi. 2002. Faktor-faktor yang
Brawijaya. Malang. Hal. 1 – 50. mempengaruhi perkembangan
penyakit dan penyakit yang
Syamsudin, 2007. Pengendalian penyakit disebabkan oleh jamur. USU
terbawa benih (seed born digital library : 1-13.
diseases) pada tanaman cabai
(Capsicum annuum L.) Yustisiani, D., Dewi, W., Rachmadi, M.,
menggunakan agen biokontrol Ruswandi, D., Rostini, N., &
dan ekstrak botani. Agrobio 2 (2). Setiamihardja, R. 2006.
Pewarisan karakter ketahanan
Syukur, M., Sujiprihati, S., Koswara, J., terhadap antraknosa
dan Widodo. 2007. Pewarisan Colletotrichum gloeosporioides
ketahanan cabai (Capsicum pada hasil persilangan tanaman
annuum L.) terhadap antraknosa cabai ungu x cabai merah genotip
yang disebabkan oleh RS07. Zuriat, 17, 154 – 163.
Colletotrichum acutatum. Bul.
Agron. 35 (2), 112 – 117.

187

Anda mungkin juga menyukai