Indahnya Ibadah Haji
Indahnya Ibadah Haji
KH. Abdullah Gymnastiar/Aa Gym
Empat puluh empat hari berada di tanah suci bukanlah hal yang remeh. Banyak
orang yang takut meninggalkan urusannya, karena takut urusannya itu menjadi
berantakan. Padahal kita mati juga tidak akan merubah dunia ini. Betapa
pentingnya kita hijrah karena sebetulnya masalah di kantor kita, di rumah
tangga kita bukan masalah dari luar tapi pada diri kita sendiri. Sebab kalau
kita jadi pemimpin sedang kita riya',dengki,pada saat kita memimpin kitalah
yang menimbulkan masalah di kantor kita.
Kita butuh jeda, kita butuh berhenti. Kita butuh melihat siapa diri kita.
Itulah yang disunnahkan Rasulullah dalam itikafnya. Kalau kita sudah
membersihkan diri, mengetahui siapa diri kita, mulai punya program perbaikan
maka kita kembali kerumah, kita kembali ke tempat kerja dengan kita yang
lebih baik. Insya Allah perkataan kita akan lebih arif didalam memimpin
rapat, hasilnya ide akan muncul, gagasan makin cemerlang, suasana makin
produktif, maslahat. Kalau kita sebagai ayah pulang haji dan kita berhasil
memperbaiki diri makin bijaksana, maka anakanak menemukan figur dirumah,
makin kondusif untuk perbaikan. Jadi betapa pentingnya haji, selain untuk
ibadah juga sebagai sarana perbaikan diri. Bagi saudarasaudara yang sibuk
bekerja tanpa punya waktu untuk menilai dirinya, itu sama saja artinya
dengan punya pisau dipakai sembelih terus menerus dan akhirnya tumpul.
Kalau punya waktu cari yang panjang tapi dengan program yang jelas. Tiap
hari belajar karena kemabruran itu tergantung ilmu. Banyak orang yang pergi
umroh/haji tapi tidak dengan ilmu. Susah! Nantinya ikutikutan. Apa yang
orang lakukan dia ikutan. Contoh, mencium hajar aswad. Itu hukumnya sunnah
dan dikaitkan dengan thawaf. Ada orang mencium hajar aswad matimatian,
sikut sanasikut sini, padahal menyakiti sesama muslim itu hukumnya dosa.
Untuk apa mengejar yang sunnah sampai dengan yang haram. Mungkin berhasil
mengecup hajar aswad dan sampai dirumah diceritakan pula usahanya itu, udah
cuma sunnah dapat yang haram diceritakan, ditambahtambahi...ya riya' ya
dosa. Apa yang didapat? Tentu perintah Allah mencium hajar aswad bukan
seperti itu.
Nah saudarasaudaraku sekalian...
Misalkan sholat arbain dan kesepakatan para ulama yang mengenal hadistnya
itu lemah, tapi tidak terlarang untuk sholat 40x dan tidak berarti kalau
kehilangan 1x dianggap bencana. Dan tidak berarti juga yang setiap hari ke
mesjid boleh menghina yang lain. Penting sekali ilmu. Oleh karena itu kalau
nanti haji apa sih niatnya haji? Macemmacem.
Ada haji malu, malumaluin maksudnya karena temannya sudah berangkat semua,
dia belum. Ada haji status, yang ingin mencantumkan gelar H (haji) didepan
namanya. Itu niat gelar, asal tahu saja Nabi Muhammad tidak disebut
Rasulullah Haji Muhammad atau H. Umar bin Khattab,dll. Tidak dilarang tapi
tidak dicontohkan. Boleh dicantumkan asal kelakuannya lebih baik dari
gelarnya. Ada juga haji untuk maksiat, yang ingin dianggap sholeh. Dia cari
status haji untuk menginginkan sesuatu dari hajinya. Dan yang paling buruk
haji untuk menyembunyikan kemaksiatan.
Page 1 of 2
Lalu apa niat haji kita? menyempurnakan kewajiban kita, rukun Islam ke5.
Kita ingin mati dengan sempurna kewajiban kita. Perkara pahala, perkara
ampunan, perkara sorga itu urusan Allah.
Saudarasaudara sekalian
Mulai sekarang niat, nabung untuk pergi haji. Bagi yang memakai ONH plus
jaga jangan sampai jadi ujub. Kalau sudah niat, daftar, syukuran itu belum
tentu berangkat. Jangan memastikan. Berangkat atau tidak itu urusan Allah
dan jangan takut gagal. Pas mau berangkat jatuh sakit, nggak apaapa. Niat
sudah sampai, manasik sudah sampai, bayar sudah lunas, syukuran sudah, pergi
belum siapa tahu Allah akan menyiapkan ilmu yang lebih banyak, menebalkan
iman atau mungkin ada urusan dirumah yang lebih penting kita berada dirumah.
Jangan malu nggak jadi berangkat. Masak kecewa atas perbuatan Allah.
Hatihatilah kalau haji jangan merasa kita paling bisa/paling sholeh. Dan
saya anjurkan saudara jangan lupa membawa qur'an. Tidak ada yang paling enak
untuk antri kecuali baca qur'an. Apalagi kalau punya target khatam, misalkan
satu hari satu juz, itu antri sepanjang apapun enak. Kasian yang tidak punya
kegiatan sibuk menggerutu saja. Kalau antri sebaiknya bikin target, misalkan
istighfar 100x nggak pernah rugi antri itu kecuali yang tidak bisa menjaga
diri. Jarang kita mempunyai waktu seperti itu.
Dan biasakan mengalah. Tidak akan ketinggalan dengan mengalah, semua saudara
kita. Memperbanyak musuh itu capek, memperbanyak saudara itu yang nikmat.
Dakwah itu benarbenar dengan kelembutan/kesantunan. Bahkan bila ada orang
yang berbuat jelek, balas kejelekan itu dengan berbuat baik. Maksimalnya
adalah kalau ingin membalas, balas dengan perbuatan yang sama. Kalau ingin
lebih baik balas dengan kebaikan sebab membalas dengan otot atau kekerasan
jarang dapat meluluhkan hati. Senyuman yang tulus yang bisa meluluhkan hati.
Haji yang mabrur itu adalah haji yang paling lemah lembut. Di Mekah,
thawaf,sai kalau tidak hatihati, kurang ilmu jadi takut ketinggalan tidak
khusyu itu. Jadi hikmah yang paling penting dari haji ini diantaranya ialah
bagaimana kita merasa bersaudara dengan yang lain. Ini ternyata luar biasa
bisa menahan diri dari kedengkian/kemarahan. Sekarang belajar meminimalisir
musuh. Mulai sekarang kita harus mulai merasa bersaudara, sepanjang seiman.
Jadi hal yang terpenting bagi orang yang sudah berhaji adalah lebih merasa
banyak saudaranya daripada banyak musuhnya.
Apalagi selama haji itu jelas undangan Allah, jelas samasama umat Islam.
Bagaimana mungkin kita membenci hanya karena perkara yang remeh. Yang pasti
jaminan kita datangnya dari Allah. Allah Maha Tahu apa kebutuhan kita
dibanding kita sendiri. Setiap kita melakukan apapun harus jelas manfaatnya.
Kalau kita punya posisi strategis untuk perubahan diskusikan itu dengan
baik. Tapi kalau kita diskusi panjang lebar tidak merubah apapun kecuali
makin pening, dongkol, mubazir!
Saudarasaudaraku sekalian...
Bonus dari kajian kali ini adalah menikmati bersaudara satu sama lain.
Minimalisir perasaan kebencian, mudahmudahan akan terpancar sifat rahmatan
lil'alamin pada diri kita.
Page 2 of 2