Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang. (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg (Smith Tom, 1995) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan
atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

B. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor

ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor


seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi

natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra

vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta

dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan


penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner &

Suddarth, 2002 ).

C. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi diklasifikasikan menjadi (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014):

D. Penyebab
Penyebab hipertensi di antaranya:
1. Faktor keturunan
2. Makan makanan yang mengandung garam
3. Faktor usia
4. Mengonsumsi makanan cepat saji
5. Kegemukan
6. Stres
7. Merokok

E. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang biasanya terjadi :
1. sakit kepala/rasa berat di tengkuk
2. mumet (vertigo)
3. jantung berdebar-debar
4. mudah Ieiah
5. penglihatan kabur
6. telinga berdenging (tinnitus)
7. mimisan
F. Komplikasi
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.

G. Pengobatan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup
dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari X - })
sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman
berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi
penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25
me nit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat
(6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-
obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita
hipertensi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers, keripikdan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandunggaram natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

H. Pengobatan tradisional
Penurunan tekanan darah dapat dilakukan dengan terapi herbal. Salah satu
bentuk terapi herbal adalah dengan menggunakan terapi rebusan daun salam
(Asih, 2018; Hasanah, 2014; Tamsuri & Chamida, 2013).
1. Siapkan 1 genggam (10-15 lembar) daun salam muda yang sudah
dicuci.
2. Siapkan 300 ml (3 gelas) air.
3. Rebus daun salam dalam air
4. Tunggu beberapa saat sampai air menjadi satu gelas rebusan daun
salam berukurunan 250 cc
5. Minum 2 kali sehari (pagi dan sore) selama 7 hari secara rutin.
I. Referensi
Asih, S. W. (2018). Pengaruh Rebusan Daun Salam terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Wisma Seruni UPT PSLU
Jember. The Indonesian Journal of health Science.

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC, 2002

Hasanah, H. (2014). Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Tekanan Darah


pada Penderita Hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak Kecamatan
Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014).


Hipertensi. Infodatin.

Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya?,


Jakarta, Penerbit Arcan, 1995

Tamsuri, A., & Chamida, A. Y. (2013). Pengaruh Rebusan Daun Salam terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal AKP.

Anda mungkin juga menyukai