Modul-01/PJ.042/2013
Modul Pemeriksaan – Industri Real Estate 2013
Disclaimer
DISCLAIMER
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kompetensi pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya Pemeriksa Pajak dalam
memahami proses bisnis dari bidang industri properti/real estate.
Materi dalam modul ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, ketentuan formal,
pengalaman tim penyusun dan sumber lainnya.
Informasi/bahan-bahan ajar yang ada dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal
Direktorat Jenderal Pajak, digunakan sebagai bahan ajar dan bukan dimaksudkan sebagai
aturan dalam pemeriksaan pajak atau pelaksanaan tugas.
PENGHARGAAN
Ucapan terima kasih diberikan kepada tim penyusun atas segala jerih payah dalam
penyampaian informasi/bahan yang berharga ini, sehingga tersusun modul ini. Semoga hasil
karya ini menjadi bagian amal baik bagi tim penyusun dan membawa manfaat bagi
penggunanya.
TIM PENYUSUN
Penanggungjawab :
Freddy Dwi Artanto - Kepala Sub Direktorat Teknik dan Pengendalian Pemeriksaan
Ketua Tim :
Sirmu - Kepala Seksi Teknik Pemeriksaan
Penyusun :
Ibrahim Asep Kurniawan
Fajar Ade Putra Heru Budi Rahardjo
Balim Imam Prasetya
Ahmad Muzaini Januar Rizal
Arief Budiman Nurwiyanto Nugroho
Yan Ardyanto Revi Rivai
Kontributor :
Didit Haryanto Dolok Siagian .
Eko Yunianto Prabowo Suhedi
Eddi Wahyudi Ade Setiawan
Hartanto Djulius Joko
Muhammad Hanafi Subhan Majdi Ali
Muhammad Nur Hidayat
Kata Pengantar
Disclaimer................................................................................................................................................ ii
Kata Pengantar ....................................................................................................................................... iii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1. Sejarah Singkat Bisnis Properti/Real‐Estate ..................................................................................... 1
2. Potensi Bisnis Properti/Real Estate .................................................................................................. 2
3. Proses Bisnis Real Estate .................................................................................................................. 2
3.1. Gambaran Umum Produk yang Dihasilkan. ............................................................................ 2
3.2. Tahapan Bisnis Real Estate ..................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................................... 7
PROSES BISNIS ......................................................................................................................................... 7
1. Perencanaan ..................................................................................................................................... 7
1.1. Pemilihan lokasi ...................................................................................................................... 7
1.2. Sumber pendanaan ................................................................................................................ 7
2. Survei Pendahuluan .......................................................................................................................... 8
3. Perijinan ............................................................................................................................................ 8
4. Pengadaan dan Penyiapan/Pematangan lahan................................................................................ 8
4.1 Pembebasan Lahan dan Peralihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan ............................... 8
4.2 Konsolidasi Lahan ................................................................................................................. 10
4.3 Pengurusan Penggabungan dokumen Sertifikat Tanah dan SPPT PBB ................................ 10
4.4 Pengurusan IMB Global dan Parsial ...................................................................................... 10
5. Pelaksanaan Konstruksi .................................................................................................................. 10
5.1 Perencanaan ......................................................................................................................... 11
5.2 Pelaksanaan Konstruksi ........................................................................................................ 12
5.3 Pengawasan .......................................................................................................................... 14
BAB III .................................................................................................................................................... 15
PROSES PEMASARAN DAN PENJUALAN ................................................................................................ 15
1. Proses Pemasaran .......................................................................................................................... 15
2. Proses Penjualan ............................................................................................................................ 16
2.1 Penjualan secara tunai .......................................................................................................... 16
2.2 Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen (KPR/A) ...................................................................... 16
2.3 Sewa ...................................................................................................................................... 16
Saat ini bisnis di bidang properti/real estate benar-benar sedang berada di puncak
kejayaan. Pembangunan perumahan, apartemen, pusat perdagangan/mall, kawasan
industri, gedung perkantoran dan sebagainya terus dibangun/dikembangkan hampir
diseluruh kota-kota besar di Indonesia, terutama di pulau Jawa.
Perusahaan pengembang baru (developer) terus bermunculan dan di sisi lain para
pemain lama semakin mengembangkan usahanya dan mengarah ke spesialisasi, seperti
misalnya:
b. Office Building
1. Perkantoran
2. Rumah Sakit Swasta/Klinik
3. Ruko/Rukan
c. Industrial Park
1. Tempat hiburan, olahraga, rekreasi
2. Kawasan Wisata
3. Kawasan Industri
4. Kawasan Pergudangan
d. Pusat Perbelanjaan
1. Pertokoan,
2. Mall/Plaza/Pusat Grosir
3. Kios Pasar Modern
e. Hotel
‐ Hotel/Losmen/Wisma/Guest House
f. Lain-lain
1. Stasiun Pengisian Bahanbakar Umum (SPBU)
2. Pelabuhan, Bandara, Jalan Tol
Adapun tahapan bisnis real estate, pada umumnya dapat dilihat seperti pada
gambar di bawah ini:
Untuk mendapat hasil yang maksimal dalam suatu pemeriksaan maka penguasaan
akan materi dari objek yang diperiksa adalah suatu keharusan. Proses bisnis dari industri
properti atau real estate yang dibahas disini adalah untuk memberikan gambaran lebih
menyeluruh kepada para pemeriksa mengenai industri ini. Diharapkan dari pemahaman
tersebut akan menuntut pemeriksa pada suatu titik-titik kritis atau krusial yang ada pada
industri ini sehingga fokus pemeriksaan yang diambil lebih mengena. Dengan fokus
pemeriksaan yang tepat dan didukung dengan pemilihan metode, teknik dan prosedur yang
baik akan menghasilkan output pemeriksaan yang optimum.
Produk yang dihasilkan dari industri properti/real estate ada berbagai macam, dapat
berbentuk perumahan, apartemen (kondominium), gedung perkantoran, kawasan industri,
pusat perbelanjaan dan sebagainya. Proses sampai menghasilkan barang jadi tersebut
dimulai dari kegiatan pengadaan tanah (lahan) dan diakhiri dengan kegiatan konstruksi
(pembangunan). Adapun pelaksanaan seluruh kegiatan pada industri properti adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan
1.1. Pemilihan lokasi
Tujuan: Bagaimana cara untuk menentukan ketepatan proyek properti yang
akan dibangun;
Jenis properti yang akan dibangun: Perumahan, Kawasan Industri, Gedung
Perkantoran, Hotel/Resort, Pusat perbelanjaan;
Peruntukkan: dijual, disewakan, digunakan sendiri, pesanan pihak ke-3;
Pengembangan: kecil, menengah atau besar.
3. Perijinan
Dalam rangka melaksanakan kegiatannya, perusahaan yang bergerak dalam
bidang properti/real estate berhubungan erat dengan beberapa instansi pemerintah,
terutama dalam memperoleh perijinan, seperti:
a. Kementerian Perdagangan dan atau Kementerian Perindustrian, sehubungan
dengan ijin untuk pembangunan pusat perbelanjaan dan kawasan industri
b. Badan Pertanahan Nasional (BPN), yaitu berupa ijin lokasi sehubungan dengan
rencana pembebasan tanah dan pengurusan sertifikat pemilikan produk yang akan
dijual,
c. Kementerian/Dinas Lingkungan Hidup, sehubungan dengan pengurusan AMDAL
d. Pemerintah Daerah (baik tingkat propinsi maupun kabupaten dan kota), untuk
perijinan sebagai berikut:
Ijin prinsip, dengan luas lebih dari 200 hektar ke Pemerintah Propinsi dan
luas sampai dengan 200 hektar ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
Ijin pembebasan tanah,
Ijin membangun (IMB).
5. Pelaksanaan Konstruksi
Setelah proses pengadaan tanah selesai dan tanah telah dikuasai, proses
selanjutnya adalah pembangunan (konstruksi) bangunan atau bentuk fisik lain.
Pengertian Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
5.1 Perencanaan
Perencanaan konstruksi merupakan pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi
yang mampu mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya. Dalam
perencanaan konstruksi hal-hal dicakup antara lain; kebutuhan material yang
diperlukankan, tenaga kerja dan peralatan yang akan digunakan, jangka waktu
penyelesaian dan perkiraan biaya yang dibutuhkan.
Pekerjaan perencanaan konstruksi dapat dilakukan sendiri atau pihak ketiga.
Apabila jasa perencanaan konstruksi dilakukan pihak lain maka nilai kontrak
biasanya tertuang dalam kontrak kerja itu sendiri. Usaha ini dilaksanakan oleh
perencana konstruksi (Konsultan, Designer) yang wajib memiliki sertifikat keahlian,
yaitu bertugas memberikan layanan jasa perencanaan dalam pekerjaan konstruksi
yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi
pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi.
Apabila dikerjakan sendiri biayanya antara lain; tenaga kerja, peralatan, material dan
sebagainya.
Kegiatan perencanaan pembangunan atau konstruksi dapat diuraikan sebagai
berikut:
Penyusunan site plan, yaitu rencana detail dari seluruh proyek yang akan
dibangun di atas lahan yang telah dibebaskan. Site plan harus mendapat
persetujuan dari Dinas Tata Kota agar sesuai dengan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan.
Mengurus AMDAL
Mengurus Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
Membuat kontrak/surat perjanjian pembangunan dengan kontraktor yang dipilih
(jika pekerjaan diserahkan kepihak ketiga).
Jika pekerjaan diserahkan kepada pihak ketiga, selain kontraktor utama yang
melaksanakan pekerjaan fisik, juga akan melibatkan konsultan perencanaan dan
konsultan pengawas. Pemberian Jasa pelaksanaan konstruksi adalah pemberian
jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang
pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk
mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik
lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan
fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan
pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).
Terhadap mereka seluruhnya diikat dengan suatu kontrak perjanjian, yang
mengatur hak dan kewajiban para pihak, termasuk nilai kontrak dan tata cara
pembayarannya. Pembayaran biasanya dilakukan berdasarkan tingkat kemajuan
pekerjaan (progress fisik). Secara periodik dilakukan perhitungan atas kemajuan
Perlu diketahui bahwa selain bangunan utama (produk yang akan dijual),
perusahaan juga mempunyai kewajiban untuk membangun prasarana lingkungan,
fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Prasarana lingkungan antara lain berupa jalan, saluran pembuangan air limbah,
saluran pembuangan air hujan dan sebagainya.
Prasarana umum antara lain berupa jaringan air bersih,jaringan listrik, jaringan
gas, jaringan telpon, terminal angkutan umum, tempat pembuangan sampah,
pemadam kebakaran dan sebagainya.
Fasilitas sosial antara lain berupa sarana pendidikan, kesehatan, perbelanjaan,
pemerintahan dan pelayanan umum, peribadatan, rekreasi,lapangan olah raga,
pemakaman umum dan sebagainya.
5.3 Pengawasan
Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang
mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan
konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
Pengawasan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi adalah pengawasan
melekat oleh penyelenggara pekerjaan konstruksi terhadap penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi bidang sarana dan prasarana pekerjaan umum baik fisik
maupun non fisik dengan penekanan terhadap tertib penyelenggaraan dan hasil
pekerjaan konstruksi yang meliputi aspek perencanaan pekerjaan konstruksi,
pengadaan, manajemen pengendalian, pelaksanaan kontrak.
1. Proses Pemasaran
Dalam proses bisnis real estate atau properti salah satu yang terpenting adalah
proses pemasaran, penjualan, operasional purnajual. Bagaimana cara transaksi
penjualan dilakukan, misalnya secara tunai, kredit, sewa, tunai kredit. Type atau jenis
properti dapat dikelompokan ke dalam beberapa kategori antara lain sebagai berikut:
a. Real Estate Jenis Properti Apartemen dan kondotel, properti yang berada dalam
sebuah bangunan megah yang menjulang tinggi seperti hotel. Perlu diingat karena
bentuknya seperti rumah maka dapat dimiliki secara pribadi maupun disewakan.
b. Real Estate Jenis Properti Perumahan, sebuah kompleks perumahan yang dapat
dihuni berbagai macam keluarga biasanya dilengkapi sarana prasarana oleh
pengelola.
c. Real Estate Jenis Properti Rukan dan Office Space, dibuat kepada pebisnis yang
ingin membuka cabang perusahaan. Kawasan ini dapat dikatakan kawasan
perkantoran yang bentuknya menyerupai rumah namun fungsinya sebagai kantor.
d. Real Estate Jenis Properti Ruko dan Mall, Biasanya Ruko untuk jenis ini biasanya
sebagai hunian dan sekaligus umumnya perdagangan sementara Mall berisi
bermacam toko yg biasanya memiliki nama besar.
e. Real Estate Jenis Properti Tanah Kavling, merupakan tanah yang sudah memiliki
konsep pembangunan .
f. Real Estate Jenis Properti Town House, rumah dengan rancangan dan tempat yang
eksekutif dan disisi kota besar, dan khusus untuk rumah dengan kategori lux dan
mewah.
g. Real Estate Jenis Properti Kawasan Industri, Suatu kawasan yang diperuntukkan
industri, misalnya, pabrik, gudang.
2. Proses Penjualan
Proses penjualan properti dapat melalui beberapa cara sebagai berikut:
2.3 Sewa
Untuk gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan biasanya dilakukan dengan
cara sewa. Besarnya biaya sewa dihitung berdasarkan tarip sewa per m2 per bulan.
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 16
Modul Pemeriksaan – Industri Real Estate 2013
Selain biaya sewa, penyewa juga akan dibebankan service charge. Biaya sewa
biasanya dibayar dimuka oleh penyewa untuk beberapa bulan sekaligus (6 bulan
atau 12 bulan) sedangkan service charge akan ditagih setiap bulan.
1. Tujuan
Dalam akuntansi industri real estate perlu memperhatikan standar akuntansi yang
mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang secara khusus, berkaitan
dengan aktivitas pengembangan real estate. Hal-hal yang tidak diatur dalam standar
akuntansi industri real estate, harus diperlakuan dengan mengacu pada prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
3. Definisi
a. Aktivitas Pengembangan Real Estate :
Adalah kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun perumahan dan atau
bangunan komersial dan atau bangunan industri, Bangunan tersebut dimaksudkan
untuk dijual atau disewakan, sebagai satu kesatuan atau secara eceran (retail).
Aktivitas pengembangan real estate juga mencakup perolehan kavling tanah untuk
dijual tanpa bangunan.
b. Perusahaan Pengembang :
Adalah perusahaan yang melakukan aktivitas pengembangan real estate.
c. Unit bangunan :
Adalah unit properti perumahan dan atau komersial dana atau industri beserta
kavling tanahnya.
d. Proyek:
Adalah semua unit bangunan yang dibangun pada suatu area geografis, termasuk
4. Pengakuan Pendapatan
Bangunan Kondominium,
Bangunan rumah, Apartemen, Perkantoran,
Kategori Jenis Real Estate ruko, dan bangunan Pusat Perbelanjaan, dan
sejenisnya bangunan sejenis lainnya
serta unit dalam kepemilikan
Time Sharing
a) Jika bangunan belum selesai:
Percentage Of Completion
a) Full Accrual Deposit
Metode
b) Deposit b) Jika bangunan telah selesai:
Full Accrual
Deposit
Metode Percentage Of
Metode Full Accrual Metode Deposit
Completion
Memenuhi kriteria: Jika kriteria Full Accrual Jika pembangunan
(a) Proses penjualan telah atau Percentage Of melebihi jangka waktu
selesai , Completion tidak lebih dari satu tahun.
(b) Harga jual akan tertagih , terpenuhi. Kriteria :
(c) Tagihan penjual tidak akan Metode deposit (a) proses konstruksi
bersifat subordinasi di masa penerapannya adalah: telah melampaui tahap
yang akan datang terhadap (a) penjual tidak awal, yaitu pondasi
pinjaman lain yang akan mengakui pendapatan bangunan telah
diperoleh pembeli, atas transaksi selesai dan semua
(d) Penjual telah mengalihkan penjualan unit real persyaratan untuk
risiko dan manfaat estate, penerimaan memulai
kepemilikan unit bangunan pembayaran oleh pembangunan telah
kepada pembeli melalui pembeli dibukukan terpenuhi;
suatu transaksi yang secara sebagai uang muka; (b) jumlah pembayaran
substansi adalah penjualan (b) piutang atas oleh pembeli telah
dan penjual tidak lagi transaksi penjualan mencapai 20% dari
berkewajiban atau terlibat unit real estate tidak harga jual yang telah
secara signifikan dengan unit diakui; disepakati dan jumlah
bangunan tersebut. (c) unit real estate tersebut tidak dapat
tersebut tetap dicatat diminta kembali oleh
sebagai aktiva pembeli; dan
Khusus untuk penjualan tanah
penjual, demikian (c) jumlah pendapatan
kavling tanpa bangunan,
juga dengan penjualan dan biaya
kriteria Full Accrual adalah:
kewajiban yang unit bangunan dapat
(a) jumlah pembayaran oleh
terkait dengan unit diestimasi dengan
pembeli telah mencapai 20%
real estate tersebut, andal.
dari harga jual yang disepakati
walaupun kewajiban
dan jumlah tersebut Oak dapat
tersebut telah
diminta kembali oleh pembeli;
dialihkan ke pembeli; Tingkat penyelesaian suatu
(b) harga jual akan tertagih;
(c) tagihan penjual tidak
(d) khusus untuk unit aktivitas pengembangan
real estate real estate dapat ditentukan
subordinasi terhadap pinjaman
sebagaimana
lain yang akan diperoleh dengan berbagai metode.
disebutkan dalam
pembeli di masa yang akan
paragraf 28, Perusahaan menggunakan
datang; dan metode yang dapat
penyusutan atas unit
(d) proses pengembangan tanah mengukur dengan andal
real estate tersebut
telah selesai sehingga
tetap diakui oleh hasil aktivitas
penjual tidak berkewajiban
penjual. pengembangan real estate,
lagi untuk menyelesaikan
Jika pengakuan
pendapatan tidak
memenuhi sesuai dengan
Percentage of Completion,
maka digunakan metode
Deposit.
Biaya yang berhubungan langsung dengan aktivitas pengembangan real estate dan
biaya proyek tidak langsung yang berhubungan dengan beberapa proyek real estate
dialokasi dan dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estate. Biaya yang tidak jelas
hubungannya dengan suatu proyek real estate, seperti biaya umum dan adminitrasi,
diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
5.4 Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estate
Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estate
mencakup, tidak terbatas pada komponen berikut ini:
a. Asuransi;
b. Biaya perancangan dan bantuan teknis (Technical assistance) yang tidak
secara langsung berhubungan dengan proyek tertentu;
c. Biaya overhead konstruksi;
d. Biaya pembangunan infrastruktur umum , seperti tempat ibadah umum , taman
umum, sekolah, kantor polisi, rumah sakit atau poliklinik, tempat pemakaman,
dan lain lain;
e. Imbalan jasa professional dan perencanaan seluruh proyek;
f. Biaya peminjaman
8. Pengungkapan
Disamping pengungkapan yang diatur dalam standar akuntansi yang berlaku
umum, hal-hal berikut wajib diungkapkan:
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 24
Modul Pemeriksaan – Industri Real Estate 2013
BAB V
ASPEK DAN KETENTUAN PERPAJAKAN
Aspek perpajakan dari bisnis properti mencakup proses awal, yakni dari perijinan
sampai purnajual. Pengurusan ijin melalui pihak ketiga atau diurus sendiri terkait dengan
Pajak Pemotongan (withholding) Pasal 21 atau Pasal 23. Selanjutnya perolehan lahan
terkait dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB walaupun
sekarang sudah dikelolah oleh Pemda) sampai operasional produk berupa penjualan, sewa,
pengelolaan dan penghasilan lainnya selalu terkait dengan pajak, baik Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai dan atau pajak lainnya.
Pembahasan selanjutnya, aspek perpajakan properti atau real estate akan
dikelompokkan berdasarkan jenis pajak dari tiap tahapan proses bisnis dan mencakup
semua type atau jenis properti.
Ketentuan SebelumTahun
2009
Pada tahun 2009, terjadi perubahan peraturan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan yang dilakukan oleh wajib pajak badan yang berusaha di bidang
properti atau real estate. Atas penghasilan sehubungan dengan pengalihan hak atas
tanah dan/ bangunan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor : PP-71 Tahun 2008, harus disetor Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan, kecuali atas pengalihan
hak atas rumah sederhana dan sangat sederhana adalah sebesar 1% (satu persen)
dari jumlah bruto nilai pengalihan.
OMSET 1‐1‐09
AKTA,
PENGAKUAN
KEPUTUSAN,
PENJUALAN
PERJANJIAN,
(SPT)
KESEPAKATAN
01‐01‐09
Ketentuan SebelumTahun
2009
Pajak Penghasilan Final dikecualikan atas transaksi Pengalihan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan sebagaimana transaksi yang diilustrasikan di bawah :
Dalam pembangunan properti atau real estate terkait erat dengan jasa
konstruksi, baik jasa perencanaan konstruksi, jasa pelaksanaan konstruksi maupun
jasa pengawasan konstruksi. Pengenaan pajak atas jas konstruksi berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2009 tarif imbalan jasa konstruksi adalah
sebagai berikut:
Perubahan aturan pajak dari pajak non final menjadi pajak final atas jasa
konstruksi yang mulai berlaku pada tahun 2009. Penerapan aturan tersebut dengan
aturan peralihan yang dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 28
Modul Pemeriksaan – Industri Real Estate 2013
KETENTUAN PERALIHAN
Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak nomor SE-30/PJ/2013 tanggal 3 Juli 2013
ditegaskan bahwa nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah nilai
tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan hak atasa tanah dan/atau
bangunan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) saat ditandatanganinya akta,
keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang oleh pejabat yang
berwenang.
Nilai pengalihan yang tertuang dalam Akta Pengalihan Hak adalah jumlah bruto
nilai pengalihan yang sebenarnya sesuai dengan kejadian, status dan data yang
benar serta didukung dengan dokumen sesuai peraturan perundang-undangan.
Apabila nilai pengalihan yang tertuang dalam Akta Pengalihan Hak lebih
rendah dari jumlah
bruto nilai pengalihan
yang sebenarnya
Tanggal 10 Juli 2013, PT Property menjual tanah. Akta
tersebut, maka Pengalihan Hak tercantum nilai Rp. 110 juta. Nilai
besarnya Pajak NJOP tanah pada saat dibuatnya Akta tersebut Rp 100
juta.
Penghasilan dihitung
Saat dilakukan pemeriksaan diperoleh bukti pelunasan
dari jumlah bruto nilai atas transaksi tersebut adalah Rp 120 juta.
pengalihan yang Penghitungan Pajak Penghasilan yang harus disetor
adalah:
sebenarnya. 5 % x Rp 120 juta = Rp 6 juta.
* Dasar Pengenaan Pajak adalah faktor pembagi harga jual sebesar 1,1 atau 110%
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak).
NJOP dapat dilihat pada lembar PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Apabila NJOP
lebih besar dari nilai transaksi maka dasar perhitungan pajak menggunakan NJOP
begitu pula sebaliknya.
Penyerahan produk tidak seluruhnya terhutang PPN, yaitu untuk penyerahan
rumah murah PPN nya ditanggung pemerintah sebagaimana ketentuan dalam
KEPPRES No. 42 tahun 1995 tanggal 19 Juni 1995 tentang Perubahan atas
Pedoman harga per m2 rumah dinas kelas C ditetapkan oleh Bappenas dan
Kementerian Keuangan setiap tahun anggaran.
Direktorat Pemeriksaan da
dan Penagihan 32
Modul Pemeriksaan
P – Industri Reeal Estate 2013
Berken
naan denga
an Pengena
aan PPn BM,
B faktor kunci
k yang harus diperhatikan
adalah sa
aat penyera
ahan. Pasall 11 ayat 1 UU PPN tahun
t 2009
9 dalam pen
njelasan
dikatakan bahwa : “Pemunguta
an Pajak Pertambaha
P an Nilai dan
n Pajak Pe
enjualan
atas Bara
ang Mewah menganut prinsip
p akru
ual, artinya terutangnya
t a pajak terja
adi pada
saat penyyerahan Barrang Kena Pajak atau Jasa Kena
a Pajak messkipun pembayaran
atas penyyerahan terrsebut belu
um diterima
a atau belu
um sepenuh
hnya diterim
ma atau
pada saat impor Barrang Kena Pajak”. Ini berarti peng
genaan PP
Pn BM adala
ah pada
saat penyyerahan BKP.
Pasal 11 ayat 2 UU
U PPN tah
hun 2009 dikatakan bahwa : “Dala
am hal pembayaran
diterima sebelum
s pe
enyerahan Barang
B Ken
na Pajak atau sebelum
m penyerahan Jasa
Kena Pa
ajak atau dalam hal pembay
yaran dila
akukan sebelum dim
mulainya
pemanfaa
atan Barang
g Kena Pajjak Tidak Berwujud
B attau Jasa Ke
ena Pajak dari
d luar
Daerah Pabean,
P saa
at terutangn
nya pajak ad
dalah pada bayaran”. In
a saat pemb ni berarti
dalam hal pembayarran atas penyerahan BKP
B dilakukkan terlebih
h dahulu ma
aka saat
pengenaa
an PPn BM adalah saa
at diterimany
ya pembaya
aran.
Direktorat Pemeriksaan da
dan Penagihan 33
Modul Pemeriksaan
P – Industri Reeal Estate 2013
Direktorat Pemeriksaan da
dan Penagihan 34
Modul Pemeriksaan – Industri Real Estate 2013
Dalam Industri Real Estate perlu diperhatikan beberapa aspek perpajakan dan hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam setiap tahapan, sebagai berikut:
0.1. Perencanaan
Hal-hal Yang Perlu
Proses Bisnis Aspek Perpajakan
Diperhatikan
1. Pemilihan lokasi PPh Pasal 21
Jika memanfaatkan jasa konsultan
Orang Pribadi
2. Tujuan PPh Pasal 23/26
Property Highest & Best Use Jika memanfaatkan jasa konsultan
Badan Usaha WP memasukkan biaya
3. Jenisnya PPN tersebut dalam
Housing, Industrial Park, Office Atas pemanfaatan Jasa Kena Pajak komponen Biaya Pra-
Building, Hotel/Resort, Shopping dari badan usaha (DN/LN) Operasi dan umumnya
center or Others tidak dilakukan
4. Peruntukan Pemotongan PPh Pasal
Dijual, Disewakan, Digunakan 21, 23/26 dan menerima
Sendiri, Pesanan Pihak ketiga Faktur Pajak Masukan.
5. Pengembangan
Kecil, menengah atau besar
6. Pendanaan
Sendiri atau pinjaman bank atau
group)
0.3. Perijinan
Hal-hal Yang Perlu
Proses Bisnis Aspek Perpajakan
Diperhatikan
3. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
b. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tanggal 16 April 1996 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 Tanggal 04 Nopember 2008 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang
Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena
Pajak yang Tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPN BM).
g. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 tentang Perubahan ketujuh atas PP
Nomor 145 tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong
Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN BM).
h. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.
1. Pengantar
Dalam pengembangan bisnis apapun diperlukan modal untuk menggerakkan
rencana bisnis yang dimaksud. Demikian juga dalam bisnis real estate diperlukan
modal untuk mengembangkannya. Modal yang dimaksud dalam pengembangan real
estate sudah barang tentu tanah dan bangunan. Besarnya modal yang dikeluarkan
untuk pengadaan tanah dan bangunan tersebut adalah nilai tanah dan nilai
bangunannya. Besarnya modal tersebut bisa dihitung dengan metode biaya.
Seorang pemilik modal akan mempertanyakan kapan modal tersebut akan kembali
dan berapa setelah modal kembali keuntungan yang akan diperoleh? Oleh karena itu
perencanaan bisnis harus benar-benar matang,, salah satu bentuk perencanaan
mereka adalah memprediksi pendapatan di masa yang akan datang atas modal yang
sudah dikeluarkan. Dengan menggunakan metode pendapatan kita bisa memperoleh
nilai atas usaha yang sedang mereka lakukan. Apakah usaha tersebut layak, tidak
layak, atau impas, berapa rencana laba ditahan dan berapa deviden yang akan
dibagikan. Jika sudah benar-benar matang maka akan disimpulkan layak atau tidaknya
sebuah proyek pengembangan real estate.
Seiring dengan perjalanan waktu, bisnis dan siklus bisnis berjalan sesuai dengan
prediksi yang diharapkan. Semua dipandu dalam sebuah managemen besar untuk
memperoleh keuntungan. Perjalanan bisnis inilah yang kita sebut actual. Jika actual
sesuai dengan perencanaan managemen yang sudah ditetapkan maka bisnis bisa
dikategorikan sehat, sebaliknya jika tidak sesuai dengan rencana maka akan dievaluasi
ulang, apakah bisnis berjalan dengan baik atau akan menuju tahapan ambruk dan
decline, dan bahkan akan mengalami financial distress.
Financial distress adalah kondisi di mana suatu perusahaan tidak dapat memenuhi
atau sulit melakukan pembayaran atas hutangnya kepada kreditor
(www.investopedia.com). Menurut Brigham dan Daves (2004: 838-840) financial
distress dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jatuh tempo bunga atau
pokok hutangnya atau prediksi arus kas perusahaan mengindikasikan tidak dapat
memenuhi kewajiban tersebut. Hal ini disebabkan biasanya karena beberapa faktor
yang saling terkait seperti kinerja perusahaan yang buruk, kinerja ekonomi yang
menurun atau kesalahan dari pihak managemen. Tanda-tanda perusahaan akan
Sementara itu, kewajiban Wajib Pajak setiap tahunnya harus melaporkan kegiatan
bisnis/usahanya ke Direktorat Jenderal Pajak. Mereka akan menyajikan berapa
pendapatannya dalam kurun waktu satu tahun pajak.
Untuk mengetahui kebenaran laporan SPT Wajib Pajak, maka diperlukan Laporan
Penilaian atas usaha yang sedang dikerjakan oleh Wajib Pajak. Laporan Penilaian ini
sebagai opini ke dua atas kebenaran laporan SPT Wajib Pajak.
2. Definisi
Nilai adalah konsep ekonomi yang merujuk kepada harga yang sangat mungkin
disepakati oleh pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa yang tersedia untuk
dibeli. Menurut AIREA (1987, p.16) nilai didefinisikan sebagai “Value as of a given time
represents the monetary worth of property, goods, or services to buyers and sellers”.
Nilai pada suatu waktu tertentu mencerminkan nilai uang dari suatu properti
kepemilikan, barang atau jasa dari pembeli atau penjual. Harjanto dan Hidayati (2003:1)
berpendapat bahwa nilai bukan merupakan fakta tetapi lebih merupakan perkiraan
manfaat ekonomi atas barang dan jasa pada suatu waktu tertentu dalam hubungannya
dengan definisi nilai tertentu. Konsep ekonomi dari nilai mencerminkan pandangan
pasar atas manfaat ekonomi yang akan diperoleh orang yang memiliki barang atau jasa
tersebut pada tanggal penilaian. Jadi nilai merupakan apa yang sepatutnya dibayar oleh
seorang pembeli atau diterima oleh penjual dalam sebuah transaksi.
Metode Penilaian meliputi tiga pendekatan penilaian, yaitu: Metode Pendekatan Data
Pasar, Metode Pendekatan Biaya, dan Metode Pendekatan Pendapatan.
a. Pengumpulan data
Data dicatat, sumber data.
Maka rumus umum dalam Metode Kapitalisasi Pendapatan adalah sebagai berikut:
I=RxV
4 Metode Penilaian
2.4 P Pendekatan Biaya dan
n Pendapattan
Nilai Tanah
T dan Nilai Bang
gunan adalah merupa
akan modall yang dike
eluarkan
untuk me
embangun real esta
ate. Nilai tersebut kita
k hitung dengan metode
pendekata
an biaya.N
Nilai Tanah
h dihitung sebagai tanah kossong dan berapa
perolehan
nnya, seda
angkan Nila
ai banguna
an adalah nilai mem
mbangun bagunan
b
tersebut (sejenis) pad
da saat ini dikurangkan
d n dengan penyusutan.
Kapan diiindikasika
an terjadi Tax
T Gap?
Net In
ncome merrupakan pe
endapatan bersih
b ual, sedangkan Net Op
actu perating
Income adalah
a pend
dapatan be
ersih (foreca
asting), ma
aka selayakknya Net Op
perating
Income (fforecasting)) besarannyya adalah mendekati
m dengan Net Income (Ac
ctual).
Direktorat Pemeriksaan da
dan Penagihan 48
Modul Pemeriksaan
P – Industri Reeal Estate 2013
Dengan demikian bila actua
al tidak sama
s deng
gan foreca
asting nya
a maka
naan
perencan bissnis
akan meleset.Le
ebih
jauh lag
gi berdampak
pada pen
nyetoran pa
ajak
pemilik modal,
m kare
ena
Net Inco
ome seba
agai
dasar un
ntuk
menentukkan besarnya
laba d
ditahan d
dan
deviden.
3. Pe
enggunaa
an Metode
e Penilaia
an dalam Penggalian Poten
nsi Pajak
a. Metode Penilaian Pe
endekatan Data Pasar
Contoh : PT
P ABC PROPERTIND
DO
Jenis usaha : Reall Estate
Kegiata
an usaha ya
ang digunakkan untuk analisa:
Jum
mlah unit pro
operti / tipe properti yang dibangun
Sumber data peng
ghitungan po
otensi:
Com file WP
mpany Profi
al Estate yang dibangun
Broschure Rea
Visit dan Pengamatan
Apliikasi Google
e Map
LISIS KEGIA
ANAL ATAN USA
AHA
Direktorat Pemeriksaan da
dan Penagihan 49
Modul Pemeriksaan – Industri Real Estate 2013
DATA TRANSAKSI PENJUALAN TAHUN 2008
TIPE DATA* HARGA/UNIT TOTAL
2
MATAHARI (225 m ) 25 unit Rp 2.250.000.000 Rp 56.250.000.000
2
ANGGREK (175 m ) 34 unit Rp 1.750.000.000 Rp 59.500.000.000
2
MAWAR (125 m ) 55 unit Rp 1.250.000.000 Rp 68.750.000.000
2
MELATI ( 90 m ) 98 unit Rp 750.000.000 Rp 73.500.000.000
2
ANYELIR ( 75 m ) 75 unit Rp 600.000.000 Rp 45.000.000.000
2
KRISAN (60 m ) 102 unit Rp 400.000.000 Rp 40.800.000.000
2
IRIS ( 45 m ) 110 unit Rp 250.000.000 Rp 27.500.000.000
TOTAL Rp 371.300.000.000
* Data penjualan diperoleh berdasarkan hasil visit dan pengamatan
2
I. BIAYA KOMPONEN UTAMA / m
Struktur Utama 638 m 2 x Rp 943,087 = Rp 601,689,506
Basemen 0 m 2 x Rp = Rp
2
II. BIAYA KOMPONEN MATERIAL / m
A. Material Dinding Dalam
Struktur Utama 638 m 2 x Rp 202,368 = Rp 129,110,784
B. Material Dinding Luar
Kaca 638 m 2 x Rp 490,469 = Rp 312,919,222
C. Pelapis Dinding Dalam
2 Lantai 638 m2 x Rp 425,550 = Rp 271,500,900
D. Pel. Dgd. Luar 2 Lantai 638 m2 x Rp 17,498 = Rp 11,163,724
E. Langit - langit 2 Lantai 638 m2 x Rp 339,742 = Rp 216,755,396
F. Penutup Atap 319 m2 x Rp 58,477 = Rp 18,654,163
G. Penutup Lantai
1 Lantai 319 m 2 x Rp 375,481 = Rp 119,778,439
1 Lantai 319 m 2 x Rp 107,148 = Rp 34,180,212
H. Sanitasi
Super Struktur 638 m 2 x Rp 42,137 = Rp 26,883,406
I. Plumbing
Super Struktur 638 m 2 x Rp 31,781 = Rp 20,276,278
III. BIAYA KOMPONEN FASILITAS
Fasilitas pendukung (dari formulir fasilitas) = Rp 94,338,532
Nilai Sebelum Disusutkan = Rp 1,857,250,562
IV. PENYUSUTAN
Nilai Penyusutan 7% x Rp 1,857,250,562 = Rp 130,007,539
Nilai Setelah Disusutkan 1,727,243,023
V. FASILITAS (tidak perlu disusutkan)
Daya Listrik 0 kVA = Rp -
AC Split 0 Buah = Rp -
AC W indow 0 Buah = Rp -
AC Floor 0 Buah = Rp -
2
I. BIAYA KOMPONEN UTAMA / m
2
Struktur Utama 15,987 m x Rp 2,725,838 = Rp 43,577,972,106
2
Basemen 0 m x Rp = Rp
2
II. BIAYA KOMPONEN MATERIAL / m
A. Material Dinding Dalam
2
Struktur Utama 15,987 m x Rp 163,676 = Rp 2,616,688,212
B. Material Dinding Luar
2
Kaca 15,987 m x Rp 728,773 = Rp 11,650,893,951
C. Pelapis Dinding Dalam
2
35 Lantai 15,987 m x Rp 632,312 = Rp 10,108,771,944
2
D. Pel. Dgd. Luar 2 Lantai 15,987 m x Rp 26,000 = Rp 415,662,000
2
E. Langit - langit 2 Lantai 15,987 m x Rp 504,813 = Rp 8,070,445,431
2
F. Penutup Atap 457 m x Rp 186,262 = Rp 85,121,830
G. Penutup Lantai
2
1 Lantai 2,284 m x Rp 1,455,197 = Rp 3,323,669,948
2
1 Lantai 13,703 m x Rp 531,768 = Rp 7,286,816,904
H. Sanitasi
2
Super Struktur 15,987 m x Rp 542,757 = Rp 8,677,056,159
I. Plumbing
2
Super Struktur 15,987 m x Rp 369,534 = Rp 5,907,740,058
III. BIAYA KOMPONEN FASILITAS
Fasilitas pendukung (dari formulir fasilitas) = Rp 37,231,252,388
Nilai Sebelum Disusutkan = Rp 138,952,090,931
IV. PENYUSUTAN
Nilai Penyusutan 7% x Rp 138,952,090,931 = Rp 9,726,646,365
Nilai Setelah Disusutkan 129,225,444,566
V. FASILITAS (tidak perlu disusutkan)
Daya Listrik 5,600 kVA 1,685,212 = Rp 9,437,187,200
AC Split 0 Buah = Rp -
AC W indow 0 Buah = Rp -
AC Floor 0 Buah = Rp -
Direktorat Pemeriksaan da
dan Penagihan 57
Modul Pemeriksaan – Industri Reeal Estate 2013
Direktorat Pemeriksaan da
dan Penagihan 58
Modul Pemeriksaan
P – Industri Reeal Estate 2013
l) Pelajari kontrak pe
enjualan/sew
wa/pengelolaan antara
a pihak pe
erusahaan dengan
an atau kon
pelangga nsumennya.. Bagaiman
na cara pem
masarannya
a dilakukan
n sendiri
atau piha
ak ketiga, ba
agaimana cara
c pembay
yarannya tu
unai, kredit, leasing.
m) Pelajari pernyataan
p standar akkuntansi terrkait dengan real esta
ate terutama
a terkait
dengan pengakuan
p biaya dan pendapatan
p .
Direktorat Pemeriksaan da
dan Penagihan 59
Modul Pemeriksaan – Industri Real Estate 2013
n) Pelajari kemungkinan adanya penghasilan lainnya, misalnya penyewaan lahan
untuk ATM, penyewaan fasilitas umum dan sebagainya.
o) Buat identifikasi masalah dari hasil mempelajari data dan informasi yang tersedia.
p) Lakukan penyusunan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan), tentukan pos-pos yang
akan diperiksa berdasarkan identifikasi masalah.
Dalam pemeriksaan bisnis properti ini hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian
telah disampaikan pada bagian sebelumnya, dan hal-hal tersebut perlu menjadi
perhatian dalam penyusunan program pemeriksaan. Sebagai contoh bahwa pengujian
kebenaran fisik perlu dilakukan dalam rangka memastikan rencana dalam denah atau
siteplan telah sesuai dengan kondisi bangunan fisik dan tata letaknya. Demikian pula
dengan luas yang telah ditentukan dalam denah apakah telah sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. Hal seperti ini yang harus dituangkan dalam program pemeriksaan
supaya diperoleh keyakinan bahwa hasil pemeriksaan telah dilakukan secara objektif
dan professional, data dan fakta telah disajikan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
5.1 Peredaran Usaha (untuk penghasilan dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2))
a. Tujuan Pemeriksaan adalah :
Untuk menguji kebenaran penghasilan yang dilaporkan wajib pajak;
Untuk menguji Fisik produk yang dijual (unit, luas, kategori (mewah, sedang,
sederhana) sesuai dengan fisik produk yang dilaporkan wajib pajak;
Untuk memastikan harga yang dibebankan ke pelanggan atau konsumen
sama dengan harga yang dilaporkan.
b. Metode Pemeriksaan yang digunakan:
Metode langsung
Metode tidak langsung
c. Teknik Pemeriksaan yang digunakan :
Pemanfaatan data informasi internal dan eksternal DJP
Penelusuran angka-angka (Tracing )
Penelusuran dan pengujian bukti-bukti
Pengujian kebenaran perhitungan matematis
pengujian keabsahan dokumen
Pengujian kebenaran fisik
TETAP SEMANGAT
‐ooOOOoo‐