Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perencanaan adalah fungsi manajerial utama untuk perusahaan, yang
merupakan arahan dan petunjuk untuk berkoordinasi dan bekerjasama operasi
perusahaan secara menyeluruh. Hanya dengan fungsi perencanaan yang kuat,
operasi bisnis dan produksi akan berjalan lancar melalui instruksi yang diberikan.
Enterprise Resource Planning, yang juga dikenal sebagai ERP, adalah sistem
manajemen sumber daya yang paling populer saat ini. Ada lima tingkatan dalam
manajemen perencanaan ERP, termasuk perencanaan bisnis, penjualan dan
perencanaan operasional, jadwal induk produksi, perencanaan kebutuhan material
dan perencanaan kapasitas (Sukania, Wayan, dkk. 2011).
Perencanaan produksi merupakan penentuan tingkat atau kecepatan produksi
pabrik yang dinyatakan secara agregat. Agregat adalah perencanaan yang dibuat
untuk seluruh produk yang menggunakan sumber yang sama, tanpa dirinci
kedalam masing-masing produk yang berbeda (end item). Perencanaan produksi
merupakan bagian dari rencana strategi perusahaan dan dibuat secara harmonis
dengan rencana bisnis (Business Planning) dan rencana pemasaran (Marketing
Planning). Perencanaan produksi bisa diartikan juga sebagai proses untuk
menentukan jumlah produksi, persediaan, dan workforce level untuk memenuhi
permintaan yang berfluktuasi (Smith, 1989).
Struktur produk ialah sebuah diagram (menirukan pohon dengan cabang-
cabangnya) yang memperlihatkan bagaimana suatu produk di bentuk dari
komponen-komponennya.
Bill Of Material adalah perubahan bentuk dari struktur produk kedalam format
data file untuk mempermudah didalam melakukan perhitungan data dengan
menggunakan teknologi komputer.
Praktikum dilakukan untuk membuat struktur produk dan Bill Of Material dari
suatu produk. Pada praktikum ini produk yang dibuat adalah miniatur meja

1
multifungsi dengan bahan baku stik es krim. Dengan dilakukannya praktikum ini
praktikan diharapkan mampu merancang struktur produk, membuat bill of
material, menghitung waktu proses perakitan, membuat peta proses perakitan dari
sebuah produk dan mampu memahami pentingnya struktur produk, bill of
material, dan peta proses perakitan di dalam perencanaan proses dari sebuah
produk. Struktur produk pada pembuatan miniatur meja multifungsi ini dibagi
menjadi 4 bagian utama, yaitu bagian bawah (BL1), bagian permukaan (BL2), dan
bagian atas (BL3), bagian lemari (BL4). Bill of material pada produk miniatur
meja multifungsi ini diperoleh harga pipa per cm adalah Rp. 50,90 dengan harga
perbatang pipa dengan panjang 5,5m adalah Rp. 28.000.

1.2. Permasalahan Praktikum


Permasalahan dalam peraktikum ini yaitu:
1. Bagaimana merancang struktur produk dari sebuah produk ?
2. Bagaimana membuat Bill of material dari sbuah produk ?
3. Bagaimana menghitung waktu proses perakitan sebuah produk ?
4. Bagaimana membuat peta proses perakitan dari sebuah produk ?
5. Bagaimana memahami pentingnya struktur produk, Bill of material, dan peta
proses perakitan di dalam perencanaan proses ?

1.3. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum perencanaan proses adalah:
1. Mampu merancang struktur produk dari sebuah produk.
2. Mampu membuat Bill of material dari sebuah produk.
3. Mampu menghitung waktu proses perakitan sebuah produk.
4. Mampu membuat peta proses perakitan dari sebuah produk.
5. Mampu memahami pentingnya struktur produk, Bill of material, dan peta
proses perakitan di dalam perencanaan proses.

2
1.4. Asumsi Praktikum
Diasumsikan bahwa :
1. Produk yang kami buat sudah memenuhi standart yang berlaku.
2. Bahan yang disediakan cukup untuk membuat produk.
3. Alat yang dibutuhkan lengkap.
4. Produk yang dihasilkan sesuai dengan rancangan.

1.5. Batasan Praktikum


Batasan praktikum perencanaan proses antara lain :
1. Merancang struktur produk miniatur meja.
2. Membuat bill of material menggunakan tipe planning bill of
material (planning BOM).
3. Menghitung waktu proses perakitan menggunakan waktu siklus.
4. membuat peta proses perakitan produk menggunakan peta proses operasi
(OPC)

1.6. Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika laporan untuk modul sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktikum
1.3. Perumusan Masalah
1.4. Pembatasan Masalah
1.5. Asumsi dan Batasan Masalah
1.6. Sistematika Penulisan Laporan
BAB II. LANDASAN TEORI
BAB III. PENGUMPULAN DATA
3.1. Struktur Produk
3.2. Bill of material
3.3. Operatian Process Chart

3
3.4. Waktu Pengerjaan Setiap Komponen
3.5. Survei Toko Produsen Komponen Produk
BAB IV. PENGUMPULAN DATA
4.1. Bill of material
4.2. Operatian Process Chart (OPC)
4.3. Hasil Survei Dua Toko Produsen Komponen Produk

BAB V. PEMBAHASAN
5.1. Struktur Produk
5.2. Bill of material
5.3. Operatian Process Chart (OPC)
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Perencanaan Proses


Perencanaan adalah proses mendasar yang dengan proses itu kita
menentukan apa tujuan kita dan bagaimana kita akan mencapainya. Perencanaan
juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terintegrasi yang bertujuan untuk
memaksimumkan efektivitas keseluruhan usaha sebagai suatu sistem yang sesuai
dengan tujuan perusahaan tersebut.
Perencanaan produksi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk
memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang
diramalkan atau dijadwalkan melalui pengorganisasian sumber daya seperti
tenaga kerja, bahan baku, mesin dan peralatan lainnya. Perencanaan produksi
menuntut penaksir atas permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan
disediakan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan demikian, peramalan
merupakan bagian integral dari perencanaan produksi. (Buffa & Sarin, 1996).
Menurut Wilson, perencanaan merupakan salah satu proses lain, atau
merubah suatu keadaan untuk mencapai maksud yang dituju oleh perencanaan
atau oleh orang/badan yang di wakili oleh perencanaan itu. Perencanaan itu
meliputi : Analisis, kebijakan dan rancangan.

2.2. Jenis-Jenis Sistem Produksi


2.1.1. Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output

Proses produksi merupakan cara, metode dan teknik untuk menciptakan


atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya
produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku, dana) yang ada. System produksi
menurut proses menghasilkan otput secara ekstrim dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu (Fajriani, Nurma, dkk. 2015) :
a. Proses produksi kontinu (Continiuous Process)
b. Proses produksi terputus (Intermitten Process/Discrete System)

5
Perbedaan pokok antara kedua proses terletak pada lamanya waktu set up
peralatan produksi. Proses kontinyu tidak memerlukan waktu set-up yang lama
karena proses ini memproduksi secara terus-menerus untuk jenis produk yang
sama. Misalnya pada pabrik susu instan. Sedangkan proses terputus memerlukan
total waktu set-up yang lebih lama karena proses ini memproduksi berbagai
proses spesifikasi barang sesuai pesanan, dimana dengan adanya pergantian jenis
barang yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda.
Misalnya usaha perbengkelan.
Selain dua jenis ekstrem tersebut, beberapa ahli sistem produksi
mengidentifikasikan adanya proses produksi menurut cara menghasilkan output
yang cukup penting, yaitu Proses Produksi Repetitif. Heizer (1988)
mendefinisikan proses produksi repetitif sebagai kombinasi antara proses
kontinyu dan proses terputus.

2.3. Struktur Produk


Struktur Produk merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk dapat
diterapkan sistem MRP. Struktur produk yang rumit dan banyak levelnya akan
membuat perhitungan semakin kompleks terutama dalam proses explosion. Proses
explosion merupakan suatu prosedur untuk menghitung jumlah kebutuhan kotor
dalam tingkat yang lebih bawah setelah dilakukan proses offsetting pada item
produknya.
Struktur produk dengan jumlah level yang besar akan membuat proses MRP
(proses netting, lotting, offsetting, dan explosion) yang berulang-ulang dilakukan
satu per satu dari atas kebawah level demi level dan periode demi periode. Pada
proses lotting, penentuan ukuran lot pada level yang lebih bawah membutuhkan
teknik-teknik yang sangat sulit (multi level lot size technique). Sehingga dengan
semakin kompleksnya struktur produk akan membuat perhitungan proses MPR
semakin rumit.
Bila struktur produk tidak berubah-ubah, kesulitan ini hanya terjadi sekali
saja, yaitu di awal pembuatan system MRP (jika dengan program komputer). Jika
struktur produk berubah, maka sistem yang telah dibuat harus dimodifikasi.

6
2.4. Bill of material (BOM)
Bill of material adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan,
dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill of material
tidak hanya menspesifikasikan produksi, tapi juga berguna untuk pembebanan
biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk
karyawan produksi atau perakitan. Bill of material digunakan dengan cara ini,
biasanya dinamakan daftar pilih.
Menurut Scott (1994), BOM merupakan sebuah kunci dalam
menghubungkan struktur produk dan sistem perencanaan material (material
planning systems). Sangat baik apabila produk yang akan dibuat atau dirakit
dipresentasikan oleh BOM produk tersebut karena di dalam BOM digambarkan
komponen-komponen atau part-part produk dalam sebuah hubungan orang tua
(parent) dan anak (child). BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan
digunakan oleh manufacturing engineer untuk menentukan item yang harus dibeli
atau diproduksi. Perencanaan pengendalian produksi dan persediaan
menggunakan BOM yang dihubungkan dengan Master Production Schedule
(MPS) untuk menentukan release item yang dibeli atau diproduksi. Bila ditinjau
dari komponen-komponen penyusun produknya, BOM dibedakan menjadi dua
macam: Single Level Bill of Material dan Multilevel Bill of Material.
2.4.1. Single Level Bill Of Material
Single level bill of material merupakan format sederhana dari
BOM, yang terdiri dari daftar seluruh komponen yang dibutuhkan
untuk membuat penyelesaian dari sebuah proses perakitan dari material
atau komponen.

Tabel 2.1.

7
2.4.2. Multilevel Bill Of Material
Untuk produk dengan subassembly, digunakan Multilevel Tree dan
Multilevel Bill of Material. Multilevel Tree berupa “pohon” dengan
beberapa level yang menggambarkan struktur parents dan child dari
produk. Produk akhir yang merupakan parent dari subassembly berada
pada level 0 (nol). Begitu pula dengan subassembly yang merupakan
parent dari parts yang berada pada level 1 (satu). Nomor level bertambah
untuk tiap child dari parent nya.

Gambar 2.1.

Tabel 2.2.

8
2.5. Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang mengambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas, (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa
melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari
mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian mengambarkan semua
langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin , pemeriksaan dan
perakitan,sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap, atau
merupakan bagian dari produk lengkap. (Sutalaksana, 2006).

2.5.1. Peta Kerja Keseluruhan


2.5.1.1. Peta Proses Perakitan
Assembling Process Chart (APC) adalah peta yang menggambarkan
langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami komponen berikut
pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai.[5] Simbol-simbol ataupun
struktur dalam pembuatan APC sama dengan pada pembuatan OPC, tetapi pada
APC yang digambarkan adalah proses perakitannya saja.
Manfaat dari APC, yaitu untuk menentukan kebutuhan operator,
mengetahui kebutuhan tiap komponen, alat untuk menentukan tata letak fasilitas,
alat untuk menentukan perbaikan cara kerja, dan alat untuk latihan kerja. Manfaat
dari APC tidak berbeda jauh dengan manfaat OPC, karena pada dasarnya struktur
dari kedua peta tersebut adalah sama.

2.5.1.2. Peta Aliran Proses


Peta Aliran Proses merupakan suatu diagram yang menunjukkan urutan
urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang
terjadi selama satu proses berlangsung, serta didalamnya memuat pula informasi-
informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak
perpindahan (Sukania,Wayan, dkk. 2011).
Peta aliran proses terbagi dalam 3 jenis, yaitu peta aliran proses tipe
bahan,peta aliran proses tipe orang, dan peta aliran proses tipe kertas. Kegunaan
dari peta aliran proses adalah untuk mengetahui aliran bahan mulai masuk proses
hingga aktivitas berakhir, untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami oleh

9
bahan selama proses sedang berlangsung, sebagai alat untuk melakukan perbaikan
proses atau metode kerja, dan memberikan informasi waktu penyelesaian suatu
proses (Sukania,Wayan, dkk. 2011).

2.5.1.3. Diagram alir


Peta ini pada dasarnya sama dengan peta aliran proses hanya saja penggambaran
mengenai aliran proses dilakukan diatas gambar layout dari fasilitas kerja.
Kegunaan diagram aliran
 Memperjelas suatu Peta Aliran Proses.
 Membantu dalam memperbaiki tata letak tempat kerja.
Prinsip pembuatan diagram alir :
 Identifikasi setiap aktivitas dengan lambang dan nomor sesuai dengan
yang digunakan dalam peta aliran proses
 Arah gerakan dinyatakan oleh anak panah kecil yang dibuat secara
periodik sepanjang garis aliran
 Jika dalam ruangan terjadi lintasan lebih dari satu orang atau barang, maka
dibedakan dengan warna bermacam-macam.
2.5.1.4. Peta proses kelompok kerja
Peta Proses Kelompok Kerja merupakan bagian dari peta aliran proses.
Memang pada dasarnya peta proses kelompok kerja merupakan hasil
perkembangan dari suatu peta aliran proses. Orang yang pertama
memperkenalkan dan kemudian mengembangkan adalah John A. Adridge.Peta ini
bisa digunakan dalam suatu tempat kerja di mana untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut memerlukan kerja sama yang baik dari sekelompok pekerja. Jenis
pekerjaan atau tempat kerja yang mungkin memerlukan analisis melalui peta
proses kelompok kerja misalnya pekerjaan-pekerjaan: pergudangan,
pemeliharaan, atau pekerjaan-pekerjaan pengangkutan material. Pada dasarnya
dapat dikatakan bahwa Peta Proses Kelompok Kerja merupakan kumpulan dari
beberapa Peta aliran Proses dimana tiap Peta Aliran Proses tersebut menunjukan
suatu seri kerja dari seorang operator. Setiap Peta Aliran Proses tersebut dipetakan
dalam arah horizontal, sehingga pararel satu sama lain, yang satu diatas atau

10
dibawah yang lainnya. Arah kegiatan dari sebelah kiri menuju kesebelah kanan,
perubahan kegiatan digambarkan dengan berubahnya lambang pada tiap Peta
Aliran Proses tersebut(Sukania,Wayan, dkk. 2011).

Kegunaan Peta Proses Kelompok Kerja


Peta ini dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis aktivitas suatu
kelompok kerja. Tujuan utama yang harus dianalisis dari kelompok kerja ini
adalah meminimumkan waktu menunggu (delay).Dengan berkurangnya waktu
menunggu berarti kita bisa mencapai tujuan lain yang lebih nyata, diantaranya:
a. Bisa mengurangi ongkos produksi atau proses
b. Bisa mempercepat waktu penyelesaian produksi atau proses
Prinsip-prinsip Pembuatan Peta Proses Kelompok Kerja (GPC)
Langkah pertama, nyatakan judul peta lengkap dengan identifikasi-
identifikasi lainnya dan ringkasannya, seperti pada peta aliran proses. Hanya
disini kepalanya ditulis ”Peta Proses Kelompok Kerja”
Lambang-lambang yang biasanya digunakan untuk membuat Peta Aliran
Proses digunakan juga untuk membuat Peta Aliran Proses kelompok kerja sesuai
kebutuhan.Tiap peta aliran proses yang menunjukan satu seri kegiatan kerja,
merupakan anggota dari suatu peta proses kelompok kerja. Peta-peta aliran proses
tersebut diletakkan saling berdampingan secara paralel, bergerak mulai dari kiri-
kanan, dimana kolom vertikal menunjukan aktivitas-aktivitas yang terjadi secara
bersamaan dari semua anggota kelompok.Lambang-lambang dari setiap anggota
kelompok dapat diletakkan secara berdekatan dan perubahan lambang
menunjukan perubahan aktivitas(Sukania,Wayan, dkk. 2011).

2.5.2. Peta Kerja Setempat


2.5.2.1. Peta Pekerja dan Mesin
Peta kerja ini menggambarkan hubungan yang jelas antara waktu kerja
operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya. Tentunya keseimbangan
kerja antara pekerja dan mesin bisa lebih diperbaiki. Efektivitas penggunaan
pekerja dan atau mesin pun bisa ditingkatkan, dengan cara (Sukania,Wayan, dkk.
2011):

11
1. Mengubah tata letak tempat kerja
Tata letak kerja pada dasarnya sangat mempengaruhi waktu penyelesaian
suatu pekerjaan. Apabila dilakukan penataan ulang tempat kerja, maka
waktu penyelesaian bisa mencapai minimum.
2. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja
Penataan kembali gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja akan sangat
membantu meminimalisasi waktu penyelesaian kerja, meningkatkan
efektivitas kerja, serta mempengaruhi efisiensi penggunaan tenaga.
3. Merancang kembali mesin dan peralatan Kita bisa ambil contoh sederhana,
pekerjaan memindahkan barang berat menggunakan gerobak dorong.
Apakah ada cara yang lebih baik daripada itu? Untuk meningkatkan
efektivitas, mengurangi waktu mengangkut, sekaligus menghemat tenaga,
gerobak dorong tersebut lebih baik diganti dengan alat peluncur atau yang
bertenaga motor. Kapasitas pemindahan pun lebih besar.
4. Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau menambah mesin bagi seorang
pekerja.
2.5.2.2. Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri
Peta tangan kanan-tangan kiri merupakan gambaran semua gerakan saat
bekerja dan wktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan.
Serta menunjukan perbandingan tugas yang dibebankan pada tangan kri dan
tangan kanan. Penggambaran semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur
yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan dan perbandingan antara tugas
yang dibebankan pada tangan kiri dan kanan dalam suatu pekerjaan.
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam peta tangan kanan-tangan
kiri adalah sebagai berikut:
Berbeda dengan peta yang lain untuk membuat peta tangan kanan-tangan
kri lembaran kertas dibagi dalam tiga bagian yaitu kepala, bagian yang memuat
bagian dari sistem kerja, dan bagian-bagian badan. Pada bagian kepala, dibaris
paling atas ditulis Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri setelah itu menyertakan
identifikasi-dentifikasi lainnya seperti: nama pekerjaan, nama depertemen, cara
peta, dll. Pada bagian yang memuat bagan digambarkan sketsa dari sistem kerja

12
yang memperlihatkan skala. Bagian “badan” dibagi kedalam dua pihak, yaitu
pihak sebelah kiri kertas digunakan untuk mengambarkan kegiatan yang
dilakukan oleh tangan kiri an sebaiknya. Langkah selanjutnya,diperhatikan
urutan-urutan gerakan yang dilaksanakan oleh operator. Kemudian operator-
operator tersebut diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan. Biasanya dibagi
dalam delapan elemen.

13

Anda mungkin juga menyukai