PENDAHULUAN
1
multifungsi dengan bahan baku stik es krim. Dengan dilakukannya praktikum ini
praktikan diharapkan mampu merancang struktur produk, membuat bill of
material, menghitung waktu proses perakitan, membuat peta proses perakitan dari
sebuah produk dan mampu memahami pentingnya struktur produk, bill of
material, dan peta proses perakitan di dalam perencanaan proses dari sebuah
produk. Struktur produk pada pembuatan miniatur meja multifungsi ini dibagi
menjadi 4 bagian utama, yaitu bagian bawah (BL1), bagian permukaan (BL2), dan
bagian atas (BL3), bagian lemari (BL4). Bill of material pada produk miniatur
meja multifungsi ini diperoleh harga pipa per cm adalah Rp. 50,90 dengan harga
perbatang pipa dengan panjang 5,5m adalah Rp. 28.000.
2
1.4. Asumsi Praktikum
Diasumsikan bahwa :
1. Produk yang kami buat sudah memenuhi standart yang berlaku.
2. Bahan yang disediakan cukup untuk membuat produk.
3. Alat yang dibutuhkan lengkap.
4. Produk yang dihasilkan sesuai dengan rancangan.
3
3.4. Waktu Pengerjaan Setiap Komponen
3.5. Survei Toko Produsen Komponen Produk
BAB IV. PENGUMPULAN DATA
4.1. Bill of material
4.2. Operatian Process Chart (OPC)
4.3. Hasil Survei Dua Toko Produsen Komponen Produk
BAB V. PEMBAHASAN
5.1. Struktur Produk
5.2. Bill of material
5.3. Operatian Process Chart (OPC)
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB 2
LANDASAN TEORI
5
Perbedaan pokok antara kedua proses terletak pada lamanya waktu set up
peralatan produksi. Proses kontinyu tidak memerlukan waktu set-up yang lama
karena proses ini memproduksi secara terus-menerus untuk jenis produk yang
sama. Misalnya pada pabrik susu instan. Sedangkan proses terputus memerlukan
total waktu set-up yang lebih lama karena proses ini memproduksi berbagai
proses spesifikasi barang sesuai pesanan, dimana dengan adanya pergantian jenis
barang yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda.
Misalnya usaha perbengkelan.
Selain dua jenis ekstrem tersebut, beberapa ahli sistem produksi
mengidentifikasikan adanya proses produksi menurut cara menghasilkan output
yang cukup penting, yaitu Proses Produksi Repetitif. Heizer (1988)
mendefinisikan proses produksi repetitif sebagai kombinasi antara proses
kontinyu dan proses terputus.
6
2.4. Bill of material (BOM)
Bill of material adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan,
dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill of material
tidak hanya menspesifikasikan produksi, tapi juga berguna untuk pembebanan
biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk
karyawan produksi atau perakitan. Bill of material digunakan dengan cara ini,
biasanya dinamakan daftar pilih.
Menurut Scott (1994), BOM merupakan sebuah kunci dalam
menghubungkan struktur produk dan sistem perencanaan material (material
planning systems). Sangat baik apabila produk yang akan dibuat atau dirakit
dipresentasikan oleh BOM produk tersebut karena di dalam BOM digambarkan
komponen-komponen atau part-part produk dalam sebuah hubungan orang tua
(parent) dan anak (child). BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan
digunakan oleh manufacturing engineer untuk menentukan item yang harus dibeli
atau diproduksi. Perencanaan pengendalian produksi dan persediaan
menggunakan BOM yang dihubungkan dengan Master Production Schedule
(MPS) untuk menentukan release item yang dibeli atau diproduksi. Bila ditinjau
dari komponen-komponen penyusun produknya, BOM dibedakan menjadi dua
macam: Single Level Bill of Material dan Multilevel Bill of Material.
2.4.1. Single Level Bill Of Material
Single level bill of material merupakan format sederhana dari
BOM, yang terdiri dari daftar seluruh komponen yang dibutuhkan
untuk membuat penyelesaian dari sebuah proses perakitan dari material
atau komponen.
Tabel 2.1.
7
2.4.2. Multilevel Bill Of Material
Untuk produk dengan subassembly, digunakan Multilevel Tree dan
Multilevel Bill of Material. Multilevel Tree berupa “pohon” dengan
beberapa level yang menggambarkan struktur parents dan child dari
produk. Produk akhir yang merupakan parent dari subassembly berada
pada level 0 (nol). Begitu pula dengan subassembly yang merupakan
parent dari parts yang berada pada level 1 (satu). Nomor level bertambah
untuk tiap child dari parent nya.
Gambar 2.1.
Tabel 2.2.
8
2.5. Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang mengambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas, (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa
melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari
mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian mengambarkan semua
langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin , pemeriksaan dan
perakitan,sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap, atau
merupakan bagian dari produk lengkap. (Sutalaksana, 2006).
9
bahan selama proses sedang berlangsung, sebagai alat untuk melakukan perbaikan
proses atau metode kerja, dan memberikan informasi waktu penyelesaian suatu
proses (Sukania,Wayan, dkk. 2011).
10
dibawah yang lainnya. Arah kegiatan dari sebelah kiri menuju kesebelah kanan,
perubahan kegiatan digambarkan dengan berubahnya lambang pada tiap Peta
Aliran Proses tersebut(Sukania,Wayan, dkk. 2011).
11
1. Mengubah tata letak tempat kerja
Tata letak kerja pada dasarnya sangat mempengaruhi waktu penyelesaian
suatu pekerjaan. Apabila dilakukan penataan ulang tempat kerja, maka
waktu penyelesaian bisa mencapai minimum.
2. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja
Penataan kembali gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja akan sangat
membantu meminimalisasi waktu penyelesaian kerja, meningkatkan
efektivitas kerja, serta mempengaruhi efisiensi penggunaan tenaga.
3. Merancang kembali mesin dan peralatan Kita bisa ambil contoh sederhana,
pekerjaan memindahkan barang berat menggunakan gerobak dorong.
Apakah ada cara yang lebih baik daripada itu? Untuk meningkatkan
efektivitas, mengurangi waktu mengangkut, sekaligus menghemat tenaga,
gerobak dorong tersebut lebih baik diganti dengan alat peluncur atau yang
bertenaga motor. Kapasitas pemindahan pun lebih besar.
4. Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau menambah mesin bagi seorang
pekerja.
2.5.2.2. Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri
Peta tangan kanan-tangan kiri merupakan gambaran semua gerakan saat
bekerja dan wktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan.
Serta menunjukan perbandingan tugas yang dibebankan pada tangan kri dan
tangan kanan. Penggambaran semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur
yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan dan perbandingan antara tugas
yang dibebankan pada tangan kiri dan kanan dalam suatu pekerjaan.
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam peta tangan kanan-tangan
kiri adalah sebagai berikut:
Berbeda dengan peta yang lain untuk membuat peta tangan kanan-tangan
kri lembaran kertas dibagi dalam tiga bagian yaitu kepala, bagian yang memuat
bagian dari sistem kerja, dan bagian-bagian badan. Pada bagian kepala, dibaris
paling atas ditulis Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri setelah itu menyertakan
identifikasi-dentifikasi lainnya seperti: nama pekerjaan, nama depertemen, cara
peta, dll. Pada bagian yang memuat bagan digambarkan sketsa dari sistem kerja
12
yang memperlihatkan skala. Bagian “badan” dibagi kedalam dua pihak, yaitu
pihak sebelah kiri kertas digunakan untuk mengambarkan kegiatan yang
dilakukan oleh tangan kiri an sebaiknya. Langkah selanjutnya,diperhatikan
urutan-urutan gerakan yang dilaksanakan oleh operator. Kemudian operator-
operator tersebut diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan. Biasanya dibagi
dalam delapan elemen.
13