Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnyalah maka saya dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.

Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Etika Lingkungan", yang
menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.

Melalui kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf dan memohon memaklumi bila
mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu
perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Perumusan masalah......................................................................................................1

1.3 Tujuan...........................................................................................................................1

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Lingkungan.......................................................................................2

2.2 Jenis-Jenis Etika Lingkungan....................................................................................2

2.3 Teori Etika Lingkungan...............................................................................................4

2.4 Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan.............................................................................5

2.5 Dasar Etika Dalam Mewujudkan Kesadaran Masyarakat..........................................7

2.6 Perilaku Manusia Terhadap Lingkungan Hidup...........................................................9

2.7 Unsur Etika atau Moral Lingkungan............................................................................9

2.8 Undang-Undang Tentang Etika Lingkungan Hidup...................................................10

2.9 Penerapan Etika Lingkungan Hidup.........................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa
sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari.Sumber daya alam yang utama bagi
manusia adalah tanah, air, dan udara.Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai
kegiatan.Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia.Untuk
menjaga keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak dan memiliki
kualitas yang baik.Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang alami bagi pernafasan manusia.
Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari
pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”.Artinya, manusia melakukan pengelolaan sumber-
sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis
ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral.Umat manusia
kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan
norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri.Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa
menggunakan ‘hati nurani.Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa
bersalah.Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya
sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam.Pencemaran dan
kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari
manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah mengenai Lingkungan adalah sebagai berikut :

1. Pengertian etika lingkungan?

2. Jenis-jenis etika lingkungan?


3. Teori etika lingkungan?

4. Prinsip-prinsip etika lingkungan?


5.Dasar etika dalam mewujudkan kesadaran masyarakat?
6.Perilaku manusia terhadap lingkungan hidup?

7.Unsur etika atau moral lingkungan?

8. Undang- undang tentang etika lingkungan hidup?


9. Penerapan etika lingkungan hidup?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui unsur-unsuretika
lingkungan.Selain itu, pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Biologi
Umum 2.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Lingkungan

Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal dari bahasa
yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori mengenai pengertian
etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika Keutamaan. Etika Deontologi adalah suatu
tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan
kewajiban.Etika Teologi adalah baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat suatu
tindakan.Sedangkan Etika keutamaan adalah mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri
setiap orang.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul
dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan sebagai
berikut:

a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga perlu menyayangi
semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.

b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk emnjaga terhadap
pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.

c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energy.

d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk hidup yang lain.

Di samping itu, etika Lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap
alam, namun juga mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia
dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup lain
atau dengan alam secara keseluruhan.

2.2 Jenis-Jenis Etika Lingkungan

Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan dan menjadi
dua yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika lingkungan juga dibedakan
lagi sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan
pada mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan
dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua makhluk.

a. Etika Ekologi Dangkal

Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa
lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi
dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan
mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli
lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia.

Secara umum, Etika ekologi dangkal ini menekankan hal-hal berikut ini :

1.Manusia terpisah dari alam.

2. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.

3. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.

4. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia.

5. Norma utama adalah untung rugi.


6. Mengutamakan rencana jangka pendek.

7. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin.

8. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

b. Etika Ekologi Dalam

Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya
memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur
mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk
kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena
harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral
harus melampaui spesies manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang
lebih luas disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam.

Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :

1. Manusia adalah bagian dari alam.

2. Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh
diperlakukan sewenang-wenang.

3. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang.

4. Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk.

5. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai.

6. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati.

7. Menghargai dan memelihara tata alam.

8. Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem.

9. Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem mengambil
sambil memelihara.

Demikian pembagian etika lingkungan, Keduanya memiliki beberapa perbedaan-perbedaan


seperti diatas. Tetapi bukan berarti munculnya etika lingkungan ini memberi jawab langsung atas
pertanyaan mengapa terjadi kerusakan lingkungan. Namun paling tidak dengan adanya gambaran
etika lingkungan ini dapat sedikit menguraikan norma-norma mana yang dipakai oleh manusia dalam
melakukan pendekatan terhadap alam ini. Dengan demikian etika lingkungan berusaha memberi
sumbangan dengan beberapa norma yang ditawarkan untuk mengungkap dan mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan.
2.3 Teori Etika Lingkungan

1. Antroposentrisme

Teori lingkungan ini memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia
dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan
yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Nilai
tertinggi adalah manusia dan kepentingannya, yaitu : nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi
manusia dan etika hanya berlaku bagi manusia.Antroposentrisme selain bersifat antroposentris, juga
sangat instrumentalistik. Artinya pola hubungan manusia dan alam di lihat hanya dalam relasi
instrumental.Alam ini sebagai alat bagi kepentingan manusia, sehingga apabila alam atau
komponennya dinilai tidak berguna bagi manusia maka alam akan diabaikan (bersifat egois).Karena
bersifat instrumentalik dan egois maka teori ini dianggap sebagai sebuah etika lingkungan yang
dangkal dan sempit (Shallow environmental ethics). Teori ini dianggap sebagai salah satu penyebab,
bahkan penyebab utama, dari krisis lingkungan yang terjadi. Teori ini menyebabkan manusia
mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya
dan tidak peduli terhadap alam.

2. Biosentrisme

Teori lingkungan ini memandang setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan
berharga pada dirinya sendiri. Tidak hanya manusia yang mempunyai nilai, alam juga mempunyai nilai
pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan manusia. Biosentrisme menolak argumen
antroposentrisme, karena yang menjadi pusat perhatian dan yang dibela oleh teori ini adalah
kehidupan, secara moral berlaku prinsip bahwa setiap kehidupan di muka bumi ini mempunyai nilai
moral yang sama sehingga harus dilindungi dan diselamatkan.Konsekuensinya alam semesta adalah
sebuah komunitas moral baik pada manusia maupun pada makhluk hidup lainnya. Manusia maupun
bukan manusia sama-sama memiliki nilai moral, dan kehidupan makhluk hidup apapun pantas
dipertimbangkan secara serius dalam setiap keputusan dan tindakan moral, bahkan lepas dari
perhitungan untung-rugi bagi kepentingan manusia.

3. Ekosentrisme

Teori ini secara ekologis memandang makhluk hidup (biotik) dan makhluk tak hidup (abiotik)
lainnya saling terkait satu sama lainnya. Etika diperluas untuk mencakup komunitas ekologis
seluruhnya, baik yang hidup maupun tidak. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi
pada makhluk hidup.Deep Ecology(DE)menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia,
tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitannya dengan upaya mengatasi persoalan
lingkungan hidup.

4. Zoosentrisme

Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang,
karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles
Brich. Menurut etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat
merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang
dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut The Society for the Prevention
of Cruelty to Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral
memperlakukan binatang dengan penuh belas kasih.

5. Hak Asasi Alam

Makhluk hidup selain manusia tidak memiliki hak pribadi, namun makhluk hidup
membutuhkan ekosistem atau habitat untuk hidup dan berkembang.Makhluk hidup seperti binatang
dan tumbuhan juga mempunyai hak, meskipun mereka tidak dapat bertindak yang berlandaskan
kewajiban. Mereka ada dan tercipta untuk kelestarian alam ini. Maka mereka juga mempunyai hak
untuk hidup. Hak itu harus dihormati berdasar prinsip nilai intrinsik yang menyatakan bahwa setiap
entitas sebagai anggota komunitas bumi bernilai. Dengan demikian, pembabatan hutan secara tidak
proporsional dan penggunaan binatang sebagai obyek eksperimen tidak dapat dibenarkan.

2.4 Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan

1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)

Pada dasarnya semua teori etika lingkungan mengakui bahwa alam semesta perlu untuk
dihormati. Secara khusus sebagai pelaku moral, manusia mem-punyai kewajiban moral untuk
menghormati kehidupan, baik pada manusia maupun makhluk lain dalam komunitas ekologis
seluruhnya. Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari
alam semesta seluruhnya.

2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)

Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya masing-
masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh karena itu,
manusia sebagai bagian dari alam semesta bertanggungjawab pula untuk menjaganya.Tanggung
jawab ini bukan saja bersifat individual tetapi juga kolektif. Kelestarian dan kerusakan alam merupakan
tanggungjawab bersama seluruh umat manusia. Semua orang harus bisa bekerjasama bahu
membahu untuk menjaga dan meles-tarikan alam dan mencegah serta memulihkan kerusakan alam,
serta saling mengingatkan, melarang dan menghukum siapa saja yang merusak alam.

3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)

Dalam diri manusia timbul perasaan solider, senasib sepenanggungan dengan alam dan
sesama makhluk hidup lain. Prinsip ini bisa mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan dan
semua kehidupan di alam ini. Prinsip ini berfungsi sebagai pengendali moral untuk
mengharmonisasikan manusia dengan ekosistemnya dan untuk mengontrol perilaku
manusia dalam batas-bats keseimbangan kosmis. Solidaritas ini juga mendorong manusia untuk
mengutuk dan menentang setiap tindakan yang menyakitkan binatang tertentu atau bahakn
memusnakan spesies tertentu.

4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian (Caring for Nature)

Prinsip ini tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi, tetapi semata-mata demi
kepentingan alam. Dengan semakin peduli terhadap alam, maka manusia menjadi semakin matang
dengan identitas yang kuat.

5. Prinsip ”No Harm”

Terdapat kewajiban, sikap solider dan kepedulian, paling tidak dengan tidak melakukan
tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta ini (no
harm). Jadi kewajiban dan tanggung jawab moral dapat dinyatakan dengan merawat, melindungi,
menjaga dan melestarikan alam, dan tidak melakukan tindakan seperti membakar hutan dan
membuang limbah sembarangan.

6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam

Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup yang baik, bukan menekankan pada
sikap rakus dan tamak. Ada batas untuk hidup secara layak sebagai manusia, yang selaras dengan
alam.

7. Prinsip Keadilan

Prinsip ini menekankan bahwa terdapat akses yang sama bagi semua kelompok dan
anggota masyarakat untuk ikut dalam menentukan kebijakan pengelplaan dan pelestarian serta
pemanfaatan sumber daya alam.Dalam prinsip ini kita perlu memerhatikan kepentingan
masyarakatadat secara lebih khusus, karena dalam segi pemanfaatan sumber daya alam dibandingkan
dengan masyarakat modern akan kalah dari segi permodalan, teknologi, informasi dan sebagainya,
sehingga kepentingan masyarakat sangat rentan dan terancam.

8. Prinsip Demokrasi

Prinsip ini terkait erat dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman dan pluralitas. Demokrasi
memberi tempat seluas-luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman dan pluraritas.

Prinsip ini sangat relevan dengan pengam-bilan kebijakan di bidang lingkungan, dan memberikan
garansi bagi kebijakan yang pro lingkungan hidup.
Dalam prinsip ini tercakup beberapa prinsip moral lainnya, yaitu:

a. Demokrasi menjamin adanya keanekaragaman dan pluralitas yangmemungkinkan nilai lingkungan


hidup mendapat tempat untuk diperjuangkan sebagai agenda politik dan ekonomi yang sama
pentingnya dengan agenda lain.

b. Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan memperjuangkan nilai


yang dianut oleh setiap orang dan kelompok masyarakat dalam bingkai kepentingan bersama.

c. Demokrasi menjamin setiap orang dankelompok masyarakat, berpartisipasi dalam


menentukan kebijakan publik dan memperoleh manfaatnya.

d. Demokrasi menjamin sifat transparansi.

e. Adanya akuntabilitas publik.

9. Prinsip Integritas Moral

Prinsip ini terutama untuk pejabat publik, agar mempunyai sikap dan perilaku moral yang
terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik,
untuk menjamin kepentingan di bidang lingkungan.

Sedangkan para penganut deep ecology menganut delapan prinsip, diantaranya yaitu:

1) Kesejahteraan dan keadaan baik dari kehidupan manusiawi ataupun bukan di bumi mempunyai
nilai intrinsik

2) Kekayaan dan keanekaragaman bentuk-bentuk hidupmenyumbangkan kepada terwujudnya


nilai-nilai ini dan merupakan nilai-nilai sendiri.

3) Manusia tidak berhak mengurangi kekayaan dan keanekaragaman ini, kecuali untuk memenuhi
kebutuhan vitalnya.

4) Keadaan baik dari kehidupan dan kebudayaan manusia dapat dicocok-kan dengan dikuranginya
secara substansial jumlah penduduk.

5) Campur tangan manusia dengan dunia bukan manusia kini terlalu besar

6) Kebijakan umum harus dirubah, yang menyangkut struktur-struktur dasar di bidang ekonomis,
teknologis, dan ideologis.

7) Perubahan ideologis terutama menghargai kualitas kehidupan dan bukan berpegang pada
standar hidup yang semakin tinggi.

8) Mereka yang menyetujui butir-butir sebelumnya berkewajiban secara langsung dan tidak
langsung untuk berusaha mengadakan perubahan-perubahan yang perlu.

Prinsip-prinsip etika lingkungan perlu diupayakan dan diimplementasikan dalam kehidupan


manusia karena krisis, persoalan ekologi dan bencana aiam yang terjadi pada dasamya diakibatkan
oleh pemahaman yang salah. Yaitu bahwa alam adalah objek yang
boleh diberlakukan dan dieksploitasi sekehendak kita.Pola pembangunan yang berlangsung saat ini
perlu diubah dan diimplementasikan secara jelas. Aspek pembangunan tidak semata-mata hanya
pemenuhan kebutuhan aspek ekonomi namun juga perlu memberikan bobot yang setara pada aspek-
aspek sosial, budaya dan lingkungan. Kerusakan yang terjadi pada masa sekarang, tidak hanya
dirasakan oleh kita sekarang ini, namun juga akan dirasakan pula oleh generasi yang akan datang.

Pembangunan yang dilakukan harus merupakan pembangunan membumi yang selalu


selaras dengan keseimbangan alam. Pembangunan membumi dapat dikatakan identik dengan
pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.Dari beberapa pembahasan di atas,
bahwa kita di tuntut untuk menjaga lingkungan. Dalam menjaga lingkungan, manusia harus memiliki
”etika”. Etika lingkungan ini adalah sikap kita dalam menjaga kelestarian alam ini agar alam ini tidak
rusak, baik ekosistem maupun habitatnya. Perlu kita sadari bahwa kita ini juga nagian dari alam ini.
Maka kita harus menjaga lingkungan ini dengan baik dengan norma-norma etika lingkungan.

2.5 Dasar Etika Dalam Mewujudkan Kesadaran Masyarakat

Empat tingkat kesadaran lingkungan mengiodentifikasi bahwaawalnya pemikiran etika


lingkungan itu muncul karena adanya krisis lingkungan yang sebab utamanya adalah gaya hidup
manusia dan perkembangan peradabannya. Pola hidup konsumtif, tanmpa memperhitungkan
bagaimana ketersediaan/ daya dukung lingkungan serta didukung pengangkatan-pengangkatan
teknologi membuahkan perilaku eksploitasi. Namun, sering berjalannya waktu, manusia mulai
menghadapi masalah persaingan mendapatkan sumber daya alam yang ironisnya justru semakin
berkurang dan tingkat daya dukungnya pun mulai menurun. Masalah ini lah yang memaksa
manusia untuk melihat kembali bagaimana kedudukan, fungsi dan interaksinya dengan alam semesta
yang melahirkan gagasan kesadaran dan etika lingkunga.

Dasar-dasar pemikiran/pendekatan etika lingkungan, yaitu:

1. Dasar pendekatan ekologis

Mengenalkan suatu pemahaman adanya keterkaitan yang luas atas kehidupan yang luas
atas kehidupan dimana tindakan manusia pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang yang
akan memberi dampak yang tak dapat diperkirakan. Kita tidak bisa melakukan hanya satu hal atas
alam, kita tidak juga bisa sepenuhnya memahami bagaimana alam bekerja, pun kita tidak akan
pernah bisa mengelak bahwa apa yang kita lakukan pasti memberi dampak pada organisme lain,
sekarang atau akan datang.

2. Dasar pendekatan humanisme

Setara dengan pendekatan ekologis, dasar pendekatan ini menekankan pada pentingnya
tanggung jawab kita untuk hak dan kesejahteraan manusia lain atas sumber daya alam.

3. Dasar pendekatan teologis


Merupakan dasar dari kedua pendekatan sebelumnya, bersumber pada agama yang nilai-
nilai luhur dan mula ajarannya menunjukkan bagaiman alam sebenarnya diciptakan dan
bagaimana kedudukan dan fungsi manusia serta interaksi yang selayaknya terjalin antara alam dan
manusia

Kesadaran-kesadaran lingkungan selayaknya ada bagi kepentingan keberlanjutan bumi dan


sumber daya alam, yaitu:

 Manusia bukanlah sumber utama dari segala nilai

 Keberadaan alam dan segala sumber dayanya bukanlah untuk manusia semata, tetapi untuk
seluruh spesies organisme yang ada didalamnya.

 Tujuan kehidupan manusia dibumi bukan hanya memproduksidan mengonsumsi, tetapi


sekaligus mengkonservasi dan memperbarui sumber daya alam.

 Meningkatkan kualitas hidup, sebagaiman dasar ketiga diatas, harus pula menjadi tujuan
kehidupan.

 Sumber daya alam itu sangat terbatas dan harus dihargai sertadiperbaharui.

 Hubungan antara manusia dengan alam sebaiknya kesetaraan antara manusia dan alam,
sebuah hubungan dengan organisme hidup dalam kerja sama ekologik.

 Kita harus memelihara stabilitas ekologik dengan mempertahankan dan meningkatkan


keanekaragaman biologis dan budaya.

 Fungsi utama negara adalah mencanangkan dan pengawasan pemberdayaan sumber daya
alam, melindungi individu dan kelompok masyarakat dari eksploitasi dan perusakan lingkungan.

 Manusia hendaknya saling berbagi dan mengasihi, tidak individualis dan mendominasi.

 Setiap manusia di pelanet bumi adalah unik dan memilii hak berbagai atas sumber daya alam.

 Tidak satu pun individu manusia, pihak industri atau negara berhak untuk meningkatkan
haknya atau sumber daya alam.

2.6 Perilaku Manusia Terhadap Lingkungan Hidup

Perilaku manusia terhadap lingkungan hidup telah dapat dilihat secara nyata sejak manusia
belum berperadaban, awal adanya peradaban,dan sampai sekarang pada saat peradaban itu menjadi
modern dan semakin canggih setelah didukung oleh ilmu dan teknologi.Ironisnya perilaku manusia
terhadap lingkungan hidup tidak semakin arif tetapi sebaliknya.Kekeringan dan kelaparan berawal dari
pertumbuhan penduduk yang tinggi,penggundulan hutan,erosi tanah yang meluas,dan kurangnya
dukungan terhadap bidang pertanian,bencana longsor,banjir,terjadi berbagai ledakan bom,adalah
beberapa contoh kelalaian manusia terhadap lingkungan. Sebenarnya kemajuan ilmu dan teknologi
diciptakan manusia untuk membantu memecahkan masalah tetapi sebaliknya malapetaka menjadi
semakin banyak dan kompleks, oleh karena itu dianjurkan untuk dapat berperilaku menjadi ilmuwan
dan alamiah melalui amal yang ilmiah.

Sekecil apapun perilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya harus segera diperbuat untuk
bumi yang lebih baik,bumi adalah warisan nenek moyang yang harus dijaga dan diwariskan terhadap
anak cucu kita sebagai generasi penerus pembangunan yang berwawasan lingkungan
berkelanjutan.Lingkungan hidup terbagi menjadi tiga yaitu lingkungan alam fisik (tanah,air,udara) dan
biologis (tumbuhan - hewan), Lingkungan buatan (sarana prasarana),dan lingkungan manusia
(hubungan sesama manusia). Perilaku manusia terhadap lingkungan yang tepat antara lain tidak
merusak tanah,tidak menggunakan air secara berlebih,tidak membuang sampah sembarangan.Dalam
rangka usaha manusia untuk menjaga lingkungan hidup,telah banyak bermunculan perilaku nyata
berupa gerakan-gerakan peduli lingkungan hidup baik bersifat individu,kelompok,swasta,maupun
pemerintah. Tapi yang terpenting dari itu semua adalah bentuk konkrit yang harus dilakukan oleh
semua pihak dalam berinteraksi dengan lingkungan hidup.

2.7 Unsur Etika atau Moral Lingkungan

Beberapa unsur etika atau moral lingkungan yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a.Pertama, etika lingkungan hidup sebaiknya etika keutamaan atau kewajiban? Etika keutamaan itu
perlu karena yang kita butuhkan adalah manusia-manusia yang punya keunggulan perilaku.
Sementara itu etika kewajiban, dalam arti pelaksanaan kewajiban moral, tidak bisa diabaikan
begitu saja. Idealnya ialah, bahwa pelaksanaan keutamaan manusia Indonesia, bukan hanya demi
kewajiban semata-mata, apalagi sesuai kewajiban. Rumusan-rumusan moral itu di satu pihak
memang penting, namun di lain pihak yang lebih penting lagi ialah bahwa orang mengikutinya
karena keunggulan perilaku.

b.Kedua, bila etika lingkungan hidup adalah etika normatif plus etika terapan, maka ada faktor lain
yang mesti ikut dipertimbangkan, yaitu sikap awal orang terhadap lingkungan hidup, informasi,
termasuk kerja sama multidisipliner dan norma-norma moral lingkungan hidup yang sudah
diterima masyaraakat (ingat akan berbagai) kearifan lingkungan hidup dalam masyarakat kita, yang
dapat dikatakan sebagai “moral lingkungan hidup” (Bertens, 2000:295-300).

c.Ketiga, etika lingkungan hidup tidak bertujuan menciptakan apa yang disebut sebagai eco-fascism
(fasis lingkungan, pinjam istilah Ton Dietz, 1996). Artinya, dengan dan atas nama etika seolah-olah
lingkungan hidup adalah demi lingkungan hidup itu sendiri. Dengan risiko apapun lingkungan hidup
perlu dilindungi. Dari segi etika yang bertujuan melindungi lingkungan dari semua malapetaka
bikinan manusia, hal itu tentu saja baik. Namun buruk secara etis, bila akibatnya membuat manusia
tidak dapat menggunakan lingkungan hidup itu lagi karena serba dilarang. Etika lingkungan tidak
hanya mengijinkan suatu perbuatan yang secara moral baik, melainkan juga melarang setiap akibat
buruknya terhadap manusia.
d.Keempat, ciri-ciri etika lingkungan hidup yang perlu diperhatikan adalah sikap dasar menguasai
secara berpartisipasi, menggunakan sambil memlihara, belajar menghormati lingkungan hidup dan
kehidupan, kebebasan dan tanggung jawab berdasarkan hati nurani yang bersih, baik untuk
generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Yang juga penting adalah soal oreintasi
dalam pembangunan, yakni tidak hanya bersifat homosentri, yang sering tidak memperhitungkan
ecological externalities, melainkan juga ekosentris. Pembangunan tidak hanya mementingkan
manusia, melainkan kesatuan antara manusia dengan keseluruhan ekosistem atau kosmos.

Nilai-nilai etika lingkungan sangat mudah dipahami oleh segenap lapisan masyarakat, melalui
penerapan konsep lingkungan hidup melalui pendidikan formal yang terintegrasi dengan mata
pelajaran lain misalnya PPKn, Pendidikan Agama, Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi serta mata
pelajaran lainnya yang relevan. Kementerian Pendidikan Nasional melalui Biro Perencanaan ke Luar
Negeri merupakan institusi pemerintah yang sangat apresiasi dalam menjaga kualitas lingkungan
hidup, melalui peningkatan sumber daya manusia. Hal ini dilakukan agar tercipta intelektual-
intelektual muda yang lebih bermartabat, bersaing dan berdaya guna dalam menyongsong era
globalisasi transformasi, menuju Indonesia yang lebih baik, adil dan makmur.

2.8 Undang-Undang Tentang Etika Lingkungan Hidup

Undang-undang tentang lingkungan hidup terdapat pada “UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP.”Pada bab X dibahas tentang hak, kewajiban, dan larangan tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

Bagian pertama membahas tentang hak dan bagian kedua membahas tentang kewajiban yaitu:

 Pasal 67

Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta


mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

 Pasal 68

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:


a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu.

b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.

c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup.

Bagian ketiga menjelaskan tentang larangan yaitu:

 Pasal 69

Setiap orang dilarang:

a. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

b. Memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke dalam wilayah Negara


Kesatuan Republik Indonesia.

c. Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke media
lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

e. Membuang limbah ke media lingkungan hidup.

f. Membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup.

g. Melepaskan produk rekayasa genetic ke media lingkungan hidup yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan.

h. Melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.

i. Menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal.

j. Memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi, atau


memberikan keterangan yang tidak benar.

Pada bab XII dibahas tentang pengawasan dan sanksi administratif. Pada bagian pertama
dibahas tentang pengawasannya. Kemudian pada bagian kedua dibahas tentang sanksi administratif
yaitu:

 Pasal 76

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin
lingkungan.

(2) Sanksi administratif terdiri atas:


a. Teguran tertulis.

b. Paksaan pemerintah.

c. Pembekuan izin lingkungan.

d. Pencabutan izin lingkungan.

 Pasal 77

Menteri dapat menerapkan sanksi administrative terhadap penanggung jawab usaha


dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara sengaja tidak menerapkan
sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

 Pasal 78

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 tidak membebaskan penanggung


jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana.

 Pasal 79

Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin lingkungan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf d dilakukan apabila penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan paksaan pemerintah.

 Pasal 80

(1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf b berupa:

a. Penghentian sementara kegiatan produksi.

b. Pemindahan sarana produksi.

c. Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi.

d. Pembongkaran.

e. Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran.

f. Penghentian sementara seluruh kegiatan.

g. Tindakan yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan pemulihkan fungsi
lingkungan hidup.

(2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila pelanggaran
yang dilakukan menimbulkan:

a. Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup.


b. Dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran atau
perusakannya.

c. Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan pencemaran
dan/atau perusakannya.

 Pasal 81

Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan
pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi paksaan pemerintah.

 Pasal 82

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang untuk memaksa penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya.

(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang atau dapat menunjuk pihak ketiga untuk
melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup yang dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

 Pasal 83

Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.
2.9 Penerapan Etika Lingkungan Hidup
Sikap ramah terhadap lingkungan hidup harus bisa menjadi sesatu kebiasaan yangdilakukan
oleh setiap manusia dalam menjalankan kehidupan baik dalam lingkungankeluarga, sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membudayakan sikap tersebut antara lain :
 Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah salah satu tempat yang sangat efektif menanamkannilai-nilai
etika lingkungan.Hal itu dapat dilakukan dengan :

1. Menanam pohon dan memelihara bunga di pekarangan rumah. Setiap orangtua memberi
tanggung jawab kepada anak-anak secara rutin untukmerawatnya dengan menyiram dan
memberi pupuk.

2. Membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Secara bergantian,setiap anggota


keluarga mempunyai kebiasaan untuk menjaga kebersihandan merasa malu jika membuang
sapah sembarang tempat.
3. Memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga untuk menyapurumah dan pekarangan
rumah secara rutin.

 Lingkungan Sekolah
Kesadaran mengenai etika lingkungan hidup dapat dilakukan di lingkungan sekolahdengan
memberikan pelajaran mengenai lingkungan hidup dan etika lingkungan,melalui kegiatan
ekstrakulikuler sebagai wujud kegiatan yang konkret denganmengarahkan pada pembentukan sikap
yang berwawasan lingkungan seperti:

 Pembahasan atau diskusi mengenai isu lingkungan hidup

 Pengelolaan sampah

 Penanaman Pohon

 Penyuluhan kepada siswa

 Kegiatan piket dan jumat bersih

 Lingkungan Masyarakat
Pada lingkungan masyarakat , kebiasaan yang berdasarkan pada etika lingkungan dapat
ditetapkan melalui :
1.Membuangan sampah secara berkala ke tempat pembuangan sampah
2.Kesiadaan untuk memisahkan antara sampah organic dan sampah nonorganik
3.Melakukan kegiatan gotong - royong atau kerja bakti secara berkala dilingkungan tempat tinggal
4.Menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan-bahan yang masihdiperbaharui

Evaluasi dan Bahan Diskusi

1. Uraikanlah pengertian etika lingkungan.

Jawab: Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal dari
bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan,sedangkan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan
moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar
setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga
keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

2.Uraikanlah perbedaan Antroposentrisme dan Ekosentrisme.


Jawab: Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat
dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan
dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam,
baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan
kepentingannya. Hanya manusia yangmempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala
sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh
menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat
sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia.
Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya
sendiri, sedangkan Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan
biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat
banyak kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang
antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia.
Keduanya memperluas keberlakuan etika untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada
biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biosentrism), seperti
tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk
mencakup komunitas ekosistem seluruhnya (ekosentrism).

3. Uraikan prinsip – prinsip etika lingkungan.

Jawab: 1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)

Pada dasarnya semua teori etika lingkungan mengakui bahwa alam semesta perlu untuk
dihormati. Secara khusus sebagai pelaku moral, manusia mem-punyai kewajiban moral
untuk menghormati kehidupan, baik pada manusia maupun makhluk lain dalam
komunitas ekologis seluruhnya. Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip
dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya.

2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)

Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya
masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak.
Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta bertanggungjawab pula
untuk menjaganya. Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individual tetapi juga
kolektif. Kelestarian dan kerusakan alam merupakan tanggungjawab bersama seluruh
umat manusia. Semua orang harus bisa bekerjasama bahu membahu untuk menjaga
dan meles-tarikan alam dan mencegah serta memulihkan kerusakan alam, serta saling
mengingatkan, melarang dan menghukum siapa saja yang merusak alam.

3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)

Dalam diri manusia timbul perasaan solider, senasib sepenanggungan dengan alam
dan sesama makhluk hidup lain. Prinsip ini bisa mendorong manusia untuk
menyelamatkan lingkungan dan semua kehidupan di alam ini. Prinsip ini berfungsi
sebagai pengendali moral untuk mengharmonisasikan manusia dengan ekosistemnya
dan untuk mengontrol perilaku manusia dalam batas-bats keseimbangan kosmis.
Solidaritas ini juga mendorong manusia untuk mengutuk dan menentang setiap
tindakan yang menyakitkan binatang tertentu atau bahakn memusnakan spesies
tertentu.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian (Caring for Nature)

Prinsip ini tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi, tetapi semata-mata
demi kepentingan alam. Dengan semakin peduli terhadap alam, maka manusia menjadi
semakin matang dengan identitas yang kuat.

5. Prinsip ”No Harm”

Terdapat kewajiban, sikap solider dan kepedulian, paling tidak dengan tidak melakukan
tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam
semesta ini (no harm). Jadi kewajiban dan tanggung jawab moral dapat dinyatakan
dengan merawat, melindungi, menjaga dan melestarikan alam, dan tidak melakukan
tindakan seperti membakar hutan dan membuang limbah sembarangan.

6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam

Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup yang baik, bukan menekankan
pada sikap rakus dan tamak. Ada batas untuk hidup secara layak sebagai manusia,
yang selaras dengan alam.

7. Prinsip Keadilan

Prinsip ini menekankan bahwa terdapat akses yang sama bagi semua kelompok dan
anggota masyarakat untuk ikut dalam menentukan kebijakan pengelplaan dan
pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam. Dalam prinsip ini kita perlu
memerhatikan kepentingan masyarakatadat secara lebih khusus, karena dalam segi
pemanfaatan sumber daya alam dibandingkan dengan masyarakat modern akan kalah
dari segi permodalan, teknologi, informasi dan sebagainya, sehingga kepentingan
masyarakat sangat rentan dan terancam.

8. Prinsip Demokrasi

Prinsip ini terkait erat dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman dan pluralitas.
Demokrasi memberi tempat seluas-luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman dan
pluraritas.Prinsip ini sangat relevan dengan pengam-bilan kebijakan di bidang
lingkungan, dan memberikan garansi bagi kebijakan yang pro lingkungan hidup.

9. Prinsip Integritas Moral

Prinsip ini terutama untuk pejabat publik, agar mempunyai sikap dan perilaku moral
yang terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan
kepentingan publik, untuk menjamin kepentingan di bidang lingkungan.
4. Uraikanlah prinsip “No Harm”.
Jawab:Prinsip “No Harm”, yaitu tidak merugikan atau merusak, karena manusia mempunyai
kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan mau
merugikan alam secara tidak perlu.Terdapat kewajiban, sikap solider dan kepedulian, paling
tidak dengan tidakmelakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi
makhlukhidup lain di alam semesta ini (no harm). Jadi kewajiban dan tanggungjawab
moral dapat dinyatakan dengan merawat, melindungi, menjaga danmelestarikan alam, dan
tidak melakukan tindakan seperti membakar hutan dan membuang limbah sembarangan.
5.Uraikanlah pengertian lingkungan hidup.
Jawab: Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam
suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat
mempengaruhi hidupnya.

6.Uraikanlah tentang pembangun yang berkesinambungan atau sustainable development mengacu


kepada penyelenggaraan Manajemen Lingkungan ISO 14000.

Jawab:Pelaksanaan progam sertivikasi ISO 14000 dapat dikatan sebagai tindakan proaktif dari
produsen yang dapat mengangkat citra perusahaan dan memperoleh kepercayaan dari
konsumen. Dengan demikian maka pelaksanaan sistem manajeman lingkungan berdasarka
ISO 14000 bukan merupakan beban tetapi justru merupakan kebutuhan bagi produsen.
Manajemen lingkungan mencakup suatu rentang isu yang lengkap meliputu hal – hal yang
berkaitan dengan strategi dan kompetisi. Pergaan penerapan yang berhasil dari ISO 14000
dapat digunakan perusahaan untuk menjamin pihak yang berkpentingan bahwa sistem
manajemen lingkungan yang sesuai tersedia. Pengelolaan lingkungan dala, sertivikasi ISO
mungkin hanya merupakan satu langkah kecil, namun demikian proses ini akan
berkembang dan meningkat sejalan dengan bertambahnya pengalaman.

7.Uraikanlah bagaimana cara penanggulangan sampah di lingkungan anda.

Jawab: 1. Recycle ( Mendaur ulang )

Recycle adalah mengolah ( mendaur ulang ) sampah menjadi barang baru yang
berguna.contohnya, membuat kompos, membuat wadah tisu, membuat pot bunga dan
masih banyak Lagi. Biasanya jika kita me recycle barang-barang bekas kita dapat
membuahkan suatu keuntungan seperti dapat menjualnya dan kita dapat mengurangi
sampah yang ada disekitar kita.

2. Replace ( Mengganti )

Replace adalah mengganti barang-barang yang sulit diuraikan atau mengganti barang-
barang sampah dengan barang yang ramah lingkungan atau multifungsi.

Contoh :

1. Mengganti styrofoam dengan kertas minyak

2. Mengganti tissue dengan sapu tangan

3. Mengganti botol plastik yang dapat diremukan dengan botol plastik keras

3. Reuse ( Memakai kembali )

Reuse adalah memakai kembali barang-barang yang memang masih dapat digunakan,
walaupun tidak sesuai fungsi aslinya.

Caranya adalah :

1. Menggunakan buku tulis yang masih kosong untuk catatan / coret - coret
2. Menggunakan kedua sisi kertas

3. Botol air mineral dapat digunakan untuk pot bunga

4. Reduce ( Mengurangi )

Reduce adalah mengurangi penggunaan bahan bahan yg tidak ramah lingkungan.

Cara yang dapat di lakukan seperti :

1. Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi tas plastik yg sulit di uraikan

2. Membeli kemasan isi ulang untuk deterjen,shampo,sabun,atau kecap daripada


selalu memberi kemasan yg baru setiap kali habis

3. Membeli barang kebutuhan dengan kemasan besar

4. Mengurangi pembelian barang yang tidak terlalu kita butuhkan

5. Destroy ( Menghancurkan )

Kita tahu bahwa tidak semua sampah dapat di Reduce, Reuse, Recyle dan Replace, ada
beberapa sampah berbahaya yang mengandung limbah B3 harus di musnahkan agar
tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar. Dalam penghancuran sampah yang
sudah tidak dapat dimanfaatkan kembali harus ditangani secara baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan


lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

2. Manusia adalah bagian dari lingkungan yang tidak bisa dipisahkan, maka diperlukan menjaga,
menyanyangi, dan melestarikan lingkungan.Karena lingkungan ini diciptakan tidak hanya untuk
manusia saja, tetapi seluruh komponen alam di dunia ini.

3. Etika lingkungan disebut juga etika ekologi.Etika ekologi dibedakan menjadi etika ekologi dangkal
dan etika ekologi dalam.

4. Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa
lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, sedangkan etika ekologi dalam adalah
pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai
keseluruhan kehidupan.

5. Teori lingkungan diantaranya adalah: Antroposentrisme, Biosentrisme, Ekosentrisme,


Zoosentrisme, dan hak asasi alam.

6. Prinsip-prinsip lingkungan adalah: sikap hormat terhadap alam, tanggung jawab, solidaritas, kasih
saying dan kepedulian, tidak merugikan alam secara tidak perlu, hidup sederhana dan selaras
dengan alam, keadilan, demokrasi, dan integritas moral.

7. Dasar etika, dalam mewujudkan kesadaran masyarakat meliputi dasar pendekatan ekologis, dasar
pendekatan humanisme, dan dasar pendekatan teologis.

8. Penerapan etika lingkungan hidup bisa meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Hargrove, Eugene C.1989.Etika Lingkungan Dasar.Prentice Hall:New Jersey

Herimanto, Winarto.2010.Ilmu Sosial & Budaya Dasar.Jakarta:Bumi Aksara

Ruky, Achmad S.2000.Menjadi Manajer Internasiona. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai