Bab Ii
Bab Ii
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada
An. I dengan Gangguan Sistem Hematologi: Malaria Tropika yang di rawat di Ruang
Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Ade Muhammad Djoen Sintang.
Asuhan Keperawatan pada An. I dilakukan selama dua hari dari tanggal 01
Juli sampai 02 Juli 2010, yang dimulai dengan proses pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Klien adalah seorang anak perempuan yang bernama An. I berusia 5
tahun, beragama islam, klien adalah anak dari Tn. H dan Ny. A. Klien tinggal
bersama kedua orang tuanya di desa tertung kabupaten Sintang. Sumber
informasi yang diperoleh dari klien, keluarga, perawat ruangan, dan dokter.
Klien masuk Rumah Sakit Umum Daerah Ade Mohammad Djoen Sintang
tanggal 29 juli 2010 jam 13.00 dengan diagnosa medis Malaria Tropika di
rawat di Ruang Perawatan Anak kelas 3, dengan nomor register 18.33.81.
2. Alasan masuk/dirawat
Klien masuk Rumah Sakit Umum Daerah Ade Muhammad Djoen
Sintang pada tanggal 29 juli 2010 jam 13.00, klien dibawa oleh keluarganya
dengan keluhan demam kurang lebih dua bulan dengan panas naik turun, ada
mual, muntah, sakit kepala, makan dan minum kurang, kedua matanya
bengkak, terdapat bintik-bintik merah dibadannya. Ibu klien mengatakan
sebelum dibawa ke Rumah Sakit, klien dibawa ke Puskesmas sungai durian
karena demam klien tidak juga turun dan kondisi klien yang tidak ada
perubahan akhirnya klien dibawa ke Rumah Sakit.
39
40
sehat sehat
An. I (5 tahun)
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal Dunia.
: Tinggal serumah
6. Kebutuhan dasar
a. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit lama tidur klien kurang lebih 7 sampai 8 jam per
hari, dengan tidur siang kurang lebih 1 jam dan tidur malam 6 sampai 7
jam per hari tanpa ada masalah yang menyertainya. Saat ini setelah
dirawat pola tidur klien mengalami perubahan, klien tidur hanya 4 sampai
5 jam per hari, bila tidur malam klien mudah terbangun karena kedatangan
perawat atau aktifitas orang yang ada dalam satu ruangan tersebut. Klien
tidur siang hanya 15 menit saja karena kondisi ruangan yang tidak nyaman
dan terlalu ramai.
b. Pola eliminasi
Sebelum sakit BAK klien dengan frekuensi kurang lebih 5 sampai 6
kali dalam sehari dengan waktu yag tidak tentu dan tanpa ada keluhan yang
menyertainya dan BAB klien normal tidak ada gangguan dengan frekuensi
1 kali per hari dengan waktu yang tidak tentu. Saat ini untuk BAK tidak
ada keluhan dan BAB klien tidak terlalu banyak mengalami perubahan,
hanya saat ini klien mengeluh kotorannya sedikit lebih keras dibanding
hari-hari sebelumnya, perut klien juga kembung.
c. Pola nutrisi
Sebelum sakit frekuensi makan klien yaitu 3 kali dalam sehari
dengan selera makan yang baik dan dengan porsi 1 piring. Jenis
makanannya berupa nasi, sayur, lauk, dan kadang disertai buah. Kebiasaan
sebelum dan sesudah makan adalah berdoa dan mencuci tanagan, tidak ada
keluhan mual, muntah atau susah menelan, jenis minuman yang
dikonsumsi adalah air putih dengan frekuensi 8 kali per hari. Saat ini
frekuensi makan klien 3 kali sehari sesuai jadwal Rumah Sakit, namun
semenjak sakit ibu klien mengatakan anaknya kurang nafsu makan, Ibu
klien mengatakan anaknya hanya menghabiskan 6 sendok makan dari 1
44
porsi bubur yang disediakan, kebiasaan klien selama di Rumah Sakit jarang
cuci tangan sebelum makan.
d. Personal hygiene
Sebelum sakit klien mandi sendiri dengan frekuensi 3 kali dalam
sehari karena klien sering mandi di sungai bersama teman-temannya yaitu
pagi dan sore hari dengan menggunakan sabun. Keramas kurang lebih 2
kali dalam seminggu dengan menggunakan shampo dan menggosok gigi 2
kali per hari, klien dapat menggantikan pakaiannya sendiri dengan
frekuensi 3 kali per hari. klien memotong kukunya 1 minggu sekali tiap
hari jumat dan sebelumnya klien tidak ada sariawan. Saat ini klien mandi
hanya 1 kali dalam sehari dengan bantuan ibunya karena badan klien
lemah, klien ganti pakaian hanya 1 kali per hari dan cuci rambut 1 kali per
hari. Klien tetap melakukan oral hygiene tetapi 1 kali sehari yaitu pagi saja,
selama di Rumah Sakit klien belum ada memotong kukunya karena kuku
klien masih pendek dan keadaan rongga mulut kurang bersih.
e. Aktivitas bermain
Sebelum sakit jenis permainan klien adalah main masak-masakan
bersama teman-temannya, tidak ada gangguan dalam bermain frekuensinya
2 kali hari lamanya 1 jam. Sedangkan saat ini jenis permainan klien adalah
hanya bermain boneka baerbie diatas tempat tidurnya. Frekuensinya tidak
tentu kapan saja klien ingin main.
7. Riwayat sosial
Yang mengasuh klien adalah orang tuanya sendiri, dengan kebiasaan
klien suka bermain, kemampuan berkomunikasi yaitu bahasa daerah, tidak
mengalami gangguan dalam bicara dan kemampuan verbal klien adalah
menggambar dan isyarat.
45
8. Pemeriksaan fisik
a. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran klien adalah compos mentis dengan nilai GCS
adalah 15 (E= 4, M= 6 dan V= 5), tidak ada kejang, tremor, paralyse
maupun keluhan nyeri dan tidak terjadi peningkatan intrakranial.
b. Sistem kardiovaskuler
Capillary reftill klien < 2 detik, tidak ada oedema, kecepatan denyut
apikal 100 kali per menit dengan irama teratur, tidak ada keluhan nyeri
dada dan tidak terjadi palpitasi, tekanan darah klien adalah 110/80 mmHg,
tidak ada distensi vena jugularis, bunyi jantung reguler dan tidak ada
kelainan pada jantung klien, klien hanya mengeluh pusing.
c. Sistem pernafasan
Jalan nafas klien bersih, tidak ada penumpukan sekret. Bunyi nafas
klien vesikuler, klien tidak ada menggunakan otot bantu pernafasan, bentuk
dada klien smetris dan respirasi klien 24 kali per menit.
d. Sistem pencernaan
Keadaan mulut; gigi tidak karies dan utuh, tidak ada stomatitis dan
lidah kotor. Nafsu makan klien berkurang, tidak mengalami diare, tidak ada
keluhan mual muntah. Terjadi distensi abdomen dan perut klien kembung
dengan bising usus 15 kali per menit.
e. Sistem perkemihan
Pola BAK normal, tidak ada menggunakan alat invasif dengan frekuensi
BAK 5 kali per hari jumlahnya 750 ml per hari, warna kuning jerih..
f. Sistem integumen
Turgor kulit baik, warna kulit kemerahan, mukosa mulut kering,
tidak ada kelainan pada kulit tekstur rambut halus dan kotor, keadaan kulit
kepalanya berketombe, bentuk kuku normal dan cukup bersih.
46
g. Sistem muskuloskletal
Kekuatan otot klien baik dengan nilai 5 artinya normal dengan
gerakan penuh dapat melawan gravitasi dan tahanan, tidak ada cacat,
fraktur dan kelainan tulang baik skoliosis, lordosis, kiposis dan klien tidak
menggunakan alat bantu.
h. Sistem persepsi sensori
Penglihatan klien tidak ada masalah, posisi mata klien simetris,
pupil isokor, kelopak mata normal, gerakan bola mata normal, tidak ada
kelainan pada otot mata. Sklera mata klien tidak ikterik dan tidak ada
peradangan pada mata. klien tidak ada menggunakan alat bantu
penglihatan.
i. Sistem pendengaran
Pendengaran klien masih normal dengan daun telinga yang normal,
tidak terdapat cairan yang keluar pada telinga klien dan tidak ada perasaan
penuh dalam telinga klien.
j. Sistem reproduksi
Keadaan vagina klien normal.
9. Pemeriksaan penunjang
Dalam menjalani perawatan selama di Rumah Sakit, klien mendapat
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui status perkembangan kesehatan
klien yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan tabel 2.
Keterangan obat :
a. Cefotaxime
Cefotaxime adalah cephalosporin spektum luas semisintetik yang
di berikan secara parenteral. Kira-kira 20-36% cefotaxime yang di
berikan secara intravena di ekskresikan melalui ginjal dalam bentuk yang
tidak di ubah dan 15-25% sebagai metabolit utama yaitu turunan
desacetyl. Metabolit desacetiyl ini terbukti berperan terhadap aktivitas
bakterisidalnya. Aktivitas bakterisidal cefotaxime di hasilkan akibat
penghambatannya terhadap sintesis dinding kuman. Secara in vitro,
cefotaxime efektif terhadap berbagai mikroorganisme gram positif dan
gram negatif.
Cefotaxime efektif terhadap berbagai kuman mikro-organisme
dibawah ini:
1) Kuman aerob, gram positif: staphylococcus aureus, staphylococcus
epidermidis, enterocoocus species,streptococcus pyogenes,
streptococcus agalagtiae, streptococcus pnomoniae.
2) Kuman aerob, gram negatif: citobacter species, enterobacter species,
Escherichia coli, haemophilus influenza, haemophilus parainfluenza,
klebsiella species, neisseria menginiditis, proteus mirabilis, proteus
ruttgeri, serratia species, acinobacter species.
b. Paracetamol
Paracetamol merupakan obat yang berefek sebagai pereda nyeri
(analgetik) dan pereda demam yang menyertai infeksi bakteri dan virus.
Paracetamol diserap dengan cepat dan tanpa menimbulkan iritasi dari
saluran pencernaan atau konstipasi. Karena cukup aman serta baik bagi
mereka yang sensitive terhadap aspirin.
49
c. Ranitidine
Ranitidine adalah antihistamin penghambat reseptot H2.
Perangsangan reseptor H2 akan meransang sekresi asam lambung. Dalam
menghambat reseptor H2, ranitidin bekerja cepat, spesifik dan reversibel
melalui pengurangan volume dan kadar ion hydrogen cairan lambung.
Ranitidine juga meningkatkan penghambatan sekresi asam lambung akibat
peransangan obat muskarinik atau gastrin. Pada pemberian oral ranitidine
diabsorsi dengan cepat dan lengkap, tetapi sedikit berkurang bila ada
makanan atau antasida. Dalam pemberian dosis tunggal tunggal ranitidine.
- Orangtua klien
mengatakan belum
paham mengenai
penyakit yang di
derita anaknya
Data obyektif :
- Orangtua klien
menanyakan penyakit
apa yang diderita
anaknya.
- Orangtua klien
tampak bingung
- Pendidikan orang tua
klien SD
Faktor resiko :
- Klien terpasang infus Pemasangan Resiko tinggi Kaswili
D5% drip kina 22 alat invasif: terhadap
tetes/menit Infus infeksi
- Infus terpasang sejak
tanggal 29 juli 2010
- Suhu 36,6 0C-37,00C
53
C. Diagnosa Keperawatan
Tabel 5. Diagnosa Keperawatan pada Pasien An. I dengan Gangguan Sistem
Hematologi: Malaria Tropika di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit
Umum Daerah Ade Muhammad Djoen Sintang, Tahun 2010