Menurut teori ini, bahwa status negara tidak tergantung pada adanya pengakuan.
Pengakuan semata-mata hanya merupakan pernyataan formal tentang adanya fakta tentang
kemerdekaan negara baru yang telah memenuhi unsur-unsur yang diperlukan bagi berdirinya
negara, yaitu rakyat tetap, wilayah tertentu, pemerintahan dan kemampuan mengadakan
hubungan dengan negara lain. Jadi apabila semua unsur kenegaraan itu telah dimiliki oleh
suatu kesatuan kemasyarakatan, maka dengan sendirinya telah merupakan sebuah negara dan
harus diperlakukan secara demikian oleh negara-negara lain. Sebagaimana ditegaskan oleh
Komisi Arbitrasi Konferensi Eropa untuk perdamaian di Yugoslavia, bahwa lahir dan
berakhirnya suatu negara adalah soal fakta; pengakuan oleh negara-negara lain hanya
mempunyai dampak deklaratif semata. Jadi lahirnya negara sejak saat dipenuhinya syarat-
syarat bagi adanya negara. Teori ini di samping didukung oleh beberapa sarjana, seperti
Brierly, Erich, Fischer Williams, juga didukung keadaan bahwa ; a). pengakuan berlaku
surut, b). penolakan pengakuan tidak berarti menghapus negara, c). praktek negara
memberi/menolak pengakuan berdasarkan prinsip hukum.
Menurut teori ini pengakuan menciptakan negara atau memberikan status negara bagi
kesatuan kemasyarakatan. Walaupun unsur-unsur negara telah dimiliki oleh suatu kesatuan
kemasyarakatan, namun tidak langsung dapat diterima sebagai negara ditengah-tengah
masyarakat internasional. Untuk dapat diterima sebagai negara ditengah-tengah masyarakat
harus mendapatkan pengakuan dari negara-negara lainnya, bahwa kesatuan kemasyarakatan
tersebut merupakan negara, dan setelah itu barulah dapat menikmati hak-haknya sebagai
negara baru. Teori ini disamping didukung oleh beberapa sarjana seperti Strupp, Von Liszt,
Moore, Wheaton, juga didukung oleh fakta bahwa, negara/pemerintah yang diakui
memperoleh status, yaitu dalam pengadilan nasional di negara yang mengakui.
Teori ini merupakan gabungan antara teori konstitutif dan teori deklaratur bahwa suatu
negara dapat menjadi pribadi internasional tanpa melalui pengakuan (teori deklarator), akan
tetapi untuk menggunakan hak-hak sebagai pribadi internasional, negara tersebut
memerlukan pengakuan dari negara-negara lainnya (teori konstitutif). Beberapa sarjana
pendukung teori ini antara lain: Hershey. Menurut Hershey, bahwa berdirinya negara terlepas
dari pengakuan (deklarator), namun pengakuan adalah perlu untuk memperoleh keanggotan
dalam keluarga bangsa-bangsa (konstitutif). Demikian juga Oppenheim-Lauterpact, bahwa
justru melalui pengakuan, maka negara menjadi person internasional dan subyek hukum
internasional (konstitutif). Dengan mengakui negara baru sebagai anggota masyarakat
internasional maka negara-negara yang sudah ada itu menyatakan pendapatnya bahwa negara
baru yang dimaksud memenuhi persyaratan negara sebagaimana diminta oleh hukum
internasional (deklaratoir). Sedangkan Starke menyatakan bahwa teori deklaratoir dan teori
konstitutif kebenarannya mungkin berada di tengah-tengah kedua teori itu. Terhadap negara
atau keadaan yang berbeda, dapat diterapkan baikteori deklaratoir maupun teori konstitutif.
Bahkan dalam praktek internasional menunjukkan, baik teori deklaratif maupun teori
konstitutif sama-sama dianut.
Macam-Macam Pengakuan
Dilihat dari Bentuknya
Pengakuan de-facto
Pengakuan de-yure
Dilakukan oleh pemerintah lama terhadap pemerintah baru karena keberadaan pemerintah
baru tersebut sudah tidak diragukan lagi keberadaannya. Pemerintah tersebut merupakan
satu-satunya yang mewakili negaranya berdasarkan kekuasaan nyata yang telah menimbulkan
hak baginya.
1. Hanya negara atau pemerintah yang diakui sceara de-yure dapat menjalankan klaim
atas hak milik yang berada di negara yang mengakui;
2. Hanya negara yang diakui secara de-yure yang dapat menjadi pengganti dari bila
terjadi suksesi negara;
3. Wakil-wakil dari negara atau pemerintah yang diakui secara de-facto tidak
mendapatkan kekebalan dan keistimewaan diplomatik secara penuh di negara yang
mengakui;
4. Pengakuan de-facto sifatnya sementara, sehingga masih dapat ditarik kembali.
Pengakuan Kolektif
Merupakan suatu pengakuan yang diberikan pada negara baru oleh beberapa negara secara
bersama dalam bentuk suatu keputusan internasional (Collective International Art).
Contohnya, pengakuan terhadap Republik Demokrasi Jerman Timur oleh NATO melalui
Helsinki Treaty pada tahun 1976. Demikia juga dengan lahirnya Perjanjian Perdamaian
Jepang di San Fransisco yang ditandatangani oleh sebelas negara (Australia, Canada, Sri
Langka, Perancis, Indonesia, Nederland, Selandia Baru, Pakistan, Great Britania, dan
Amerika Serikat) mengakui kembali kedaulatan Jepang. Namun hal ini berbeda dengan
Penerimaan Negara untuk menjadi anggota PBB, tidak dapat dikatakan telah terjadi
pengakuan kolektif.
Pengakuan Bersyarat
Pengakuan diberikan oleh suatu negara kepada negara baru disertai dengan persyaratan
tertentu, sesuai dengan yang diinginkan oleh negara yang mengakui. Seperti yang pernah
dilakukan oleh negara-negara Austria, Inggris, PErancis, Jerman dan Italia memberikan
pengakuan kepada negara Bulgaria, Montenegro, Serbia, dan Rumania, sepanjang negara
yang diakui tersebut bersedia menjamin kebebasan beragama bagi warga negaranya.
Demikian pula ketika terjadinya pergantian Pemerintahan di Bolivia di tahun 1937 dari
David Toro kepada German Bush, Amerika Serikat dalam melaksanakan pengakuan disertai
harapan agar pemerintah yang baru menjamin hak milik orang lain yang berada di Bolivia.
Namun perlu dicatat, persyaratan yang dimaksud bukan persyaratan hukum. Sehingga bila
terjadi pelanggaran atau tidak dipenuhinya atas persyaratan yang dimaksudkan oleh negara
yang mengakui, tidak berarti batalnya pengakuan.
Pengakuan negara merupakan pengakuan sebagai pribadi internasional, dengan segala hak
dan kewajiban. Untuk mengakui suatu negara baru, pada umumnya negara-negara
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1). Keyakinan akan adanya stabilitas di negara
tersebut, 2). Adanya dukungan umum dari penduduk, dan 3). Kesanggupan dan kemampuan
untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban internasional.
Sekalipun tidak dapat dibedakan, namun antara pengakuan negara dan pengakuan terhadap
kepala negara / pemerintahan yaitu :
1. Pengakuan negara merupakan pengakuan terhadap suatu entitas baru yang telah
mempunyai semua unsur yuridis negara dan telah menunjukkan kemauannya untuk
melaksanakan hak-hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat internasional;
2. Pengakuan negara mengakibatkan pula pengakuan terhadap pemerintahan negara
yang diakui dan berisikan kesediaan negara yang mengakui untuk mengadakan
hubungan dengan pemerintah baru tersebut;
3. Pengakuan terhadap suatu negara sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali,
sedangkan pengakuan terhadap suatu pemerintahan dapat dicabut sewaktu-waktu.
Dengan penolakan atau pencabutan pengakuan terhadap pemerintahan baru, dapat
mempengaruhi hubungan diplomatik antar negara yang bersangkutan, namun tidak
berpengaruh pada personalitas negara yang bersangkutan.
Pengakuan Insurgency/Belligerency
Belligerency adalah pihak-pihak yang bertikai (perang) dalam suatu pertikaian internasional.
Sedangkan insurgency adalah pihak-pihak yang bertikai (perang) dalam suatu pertikaian non-
internasional (perang saudara). Kedua jenis pertikaian tersebut ketika melakukan
pembunuhan atau kejahatan lain dalam rangka pertikaian, agar supaya tidak dianggap
melanggar hukum, dan tidak dianggap melakukan kejahatan perang perlu mendapatkan
pengakuan dari salah satu pihak yang bertikai atau pihak-pihak yang berkepentingan. Adanya
keuntungan bagi pihak lain atau pihak ketiga yang mengakui yaitu memperoleh jaminan
hubungan hukum dan jaminan perlindungan bagi warga negaranya atau kepentingannya.