Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM KADAR AIR DAN KADAR ABU TOTAL

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN

Dwi Nurhayati (240210140060)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: dwinurhayati908@yahoo.com
ABSTRAK
Kadar air dalam suatu bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan
dari bahan pangan tersebut, maka tujuan pada praktikum ini untuk mengetahui kadar air dalam
bahan pangan. Metode thermovolumetri dapat mengetahui kadar air dari proses pengupan air
kemudian ditambung dalam destilat, sedangan thermogravimetri dilakukan dengan pengeringan
menggunakan oven sampai mencapai berat konstan. Pengujian kadar abu bertujuan untuk
menentukan jumlah mineral yang terkandung dalam bahan pangan dan parameter nilai gizi.
Analisa kadar abu dengan metode kering dilakukan dengan mendestruksi komponen organik
bahan dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur (furnace) pengabuan, sampai terbentuk abu
berwarna putih keabuan. Oksidasi komponen organik dilakukan pada suhu tinggi 5000-6000C.
Residu yang tertinggal ditimbang dan merupakan total abu dari suatu bahan. Sampel yang
digunakan untuk analisis kadar air metode termovolumetri yaitu susu kental manis, pada metode
termogravimetri yaitu pisang dan tepung pisang, uji kadar abu yaitu tepung terigu dan nugget.
Hasil pengamatan kadar air untuk susu kental manis kelompok 8 sebesar 23,94% dan kelompok
3 sebesar 23,8%,kadar air pisang kelompok 1 sebesar BB 60,545% DB 153,453%, kelompok 2
BB 61,17% DB 157,55% sedangkan tepung pisang kelompok 6 sebesar BB 12,06% DB
13,17%, Kelompok 7 sebesar BB 9.2032% DB 10,1360%, kadar abu untuk nugget kelompok 9
sebesar 2,09% dan kelompok 10 sebesar 2,07% sedangkann untuk tepung terigu kelompok 4
sebesar 0,49% dan kelompok 5 sebesar 0,44%
Key words: kadar air, kadar abu, thermovolumetri, dan thermogravimetri.

PENDAHULUAN pemanasan dan setelah pemanasan. Sehingga


sebelum dilakukan analisa, terlebih dahulu
Kadar air dilakukan penimbangan cawan yang akan
Kadar air merupakan banyaknya air dipergunakan untuk mengeringkan sample.
yang terkandung dalam bahan yang Penimbangan dilakukan sampai berat cawan
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah konstan, yaitu dengan memanaskan cawan
satu karakteristik yang sangat penting pada dalam oven pada suhu 100-105 oC selama 1
bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi jam (Anonim, 2011).
penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan Pengukuran kandungan air yang berada
pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut dalam bahan ataupun sediaan yang dilakukan
menentukan kesegaran dan daya awet bahan dengan beberapa metode diantaranya cara
pangan tersebut, kadar air yang tinggi destilasi (thermovolumetri), pengeringan
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, (thermogravimetri), kimia, fisis, dan khusus
dan khamir untuk berkembang biak, sehingga (kromatografi, NMR), metode-metode
akan terjadi perubahan pada bahan pangan tersebut bertujuan memberikan batasan
(Winarno, 1997). minimal atau rentang tentang besarnya
Sifat dari metode analisa kadar air kandungan air dalam bahan, dimana nilai
dengan menggunakan metode oven maksimal atau rentang yang diperbolehkan
berdasarkan pada gravimetri, yaitu terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi
berdasarkan pada selisih berat sebelum (Dirjen POM, 2000).
digunakan secara luas sebagai industri bahan
A. Metode Thermogravimetri baku dan sebagai pelarut. Rumus molekulnya
Penentuan kadar air metode C7H8 atau C6H5CH3, densitas kepadatan
thermogravimetri dapat dilakukan dengan 0,8669 g/mL, titik lebur -93°C, titik didih
cara menguapkan air yang ada dalam bahan 110,6°C, kelarutan dalam air 0,47 g/L ( 20-25
dengan jalan pemanasan dengan °C ),dan viskositas 0,590 pada suhu 20°C.
menggunakan oven. Kemudian menimbang
bahan sampai berat konstan yang berat semua
air sudah teruapkan. Cara ini relatif mudah
dan murah. Tetapi memiliki kelemahan yaitu :
1. Bahan lain disamping air juga ikut
menguap dan hilang bersama uap air
misalnya alkohol, asam asetat, minyak Gambar1. Struktur toluena
atsiri dan lain-lain. Cara penentuan kadar air menggunakan
2. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan metode thermovolumetri adalah dengan
yang menghasilkan air atau zat mudah memberikan toluen sebanyak 75-100 ml pada
menguap, contoh gula mengalami sampel yang diperkirakan mengandung air
dekomposisi atau karamelisasi, lemak sebanyak 2-5 ml, kemudian dipanaskan
mengalami oksidasi, dan sebagainya. sampai mendidih. Uap air dan toluene tersebut
3. Adanya bahan yang dapat mengikat air diembunkan dan ditampung dalam tabung
secara kuat, sehingga sulit melepaskan penampung dengan air di bagian bawah dan
airnya meskipun sudah dipanaskan. toluene di bagian atas karena berat jenis air
(Sudarmadji, 1989). lebih besar daripada toluene. Bila pada tabung
Oleh karena itu metode ini cocok untuk penampung dilengkapi skala maka banyaknya
bahan pangan yang memiliki kadar air tinggi air dapat diketahui langsung. Metode destilasi
tetapi tidak mengandung banyak zat volatile. (thermovolumetri) mempunyai bberapa
Jika kadar air dalam bahan sedikit keuntungan yaitu dapat digunakan untuk
dikhawatirkan terjadi banyak kesalahan dalam berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan
analisis sehingga hasil yang didapatkan baik atau tidaknya suatu pengolahan,
kurang akurat Karena pada metode mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan
thermogravimetri ini memiliki faktor sebagai penentu parameter nilai gizi suatu
kesalahan yang cukup banyak seperti saat bahan makanan. Penggilingan gandum,
penimbangan menggunakan timbangan yang misalnya, apabila masih banyak lembaga dan
kurang akurat, penyimpanan dalam desikator endosperm maka kadar abu yang
yang terlalu lama sehingga dapat terjadi dihasilkannya tinggi. Banyaknya lembaga dan
penambahan berat, penimbangan yang tidak endosperm pada gandum menandakan proses
konstan, dan lain-lain. pengolahan kurang baik karena masih banyak
mengandung bahan pengotor yang
B. Metode Thermovolumetri menyebabkan hasil analisis kadar abu menjadi
Metode thermovolumetri ialah metode tidak murni. Kandungan abu juga dapat
penentuan kadar air dengan destilasi air digunakan untuk memperkirakan kandungan
dengan cara menguapkan air dengan mengan dan keaslian bahan yang digunakan. Kadar
menggunakan pelarut immicible, adapun abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya
untuk pelarut mempunyai beberapa syarat, pada analisis kadar abu tidak larut asam yang
yaitu mempunyai titik didih lebih tinggi dari cukup tinggi menunjukan adanya kontaminan
pada air dan tidak bercampur dengan air serta atau bahan pengotor pada makanan tersebut.
mempunyai berat jenis lebih rendah dari air. Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan
Cairan pembawa yang dapat digunakan adalah dua cara menurut Astuti (2012), yaitu
xylol, xylen, toluene, dan tetrakloroetilen pengabuan cara langsung (cara kering) dan
(Sudarmadji, 1989). Toluene dikenal sebagai pengabuan cara tidak langsung (cara basah).
methylbenzene atau toluene merupakan cairan 1. Penentuan kadar abu secara langsung
dengan bau yang khas pengencer cat (senyawa Prinsip pengabuan cara langsung yaitu
aromatik) aromatik yang digunakan yang semua zat organik dioksidasi pada suhu
tinggi, yaitu sekitar 500-600oC, kemudian zat Pemanasan pada pasir bebas dapat membuat
yang tertinggal setelah proses pembakaran permukaan yang bersinggungan dengan
ditimbang. Mekanisme pengabuan cara oksigen semakin luas dan memperbesar
langsung yaitu cawan porselen dioven terlebih porositas sehingga proses pengabuan semakin
dahulu selama 1 jam kemudian diangkat dan cepat.
didinginkan selama 30 menit dalam desikator. Mekanisme pengabuan cara tidak
Cawan kosong ditimbang sebagai berat a langsung yaitu cawan porselen dioven terlebih
gram. Setelah itu, bahan uji dimasukan dahulu selama 1 jam kemudian diangkat dan
sebanyak 5 gram ke dalam cawan, ditimbang didinginkan selama 30 menit dalam desikator.
dan dicatat sebagai berat b gram. Pengabuan Cawan kosong ditimbang sebagai berat a
dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pemanasan gram. Setelah itu, bahan uji dimasukan
pada suhu 300oC agar kandungan bahan sebanyak 5 gram ke dalam cawan, ditimbang
volatil dan lemak terlindungi hingga dan dicatat sebagai berat b gram. Gliserol
kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan alkohol ditambahkan dalam cawan sebanyak 5
hingga asam habis. Selanjutnya, pemanasan ml dan dimasukan dalam tanur pengabuan
pada suhu bertahap hingga 600oC agar hingga putih keabu-abuan. Abu yang
perubahan suhu secara tiba-tiba tidak terbentuk dibiarkan dalam muffle selama 1
menyebabkan cawan menjadi pecah. hari. Cawan porselen dioven terlebih dahulu
2. Penentuan kadar abu secara tidak langsung untuk mengeringkan air yang mungkin
Prinsip pengabuan cara tidak langsung terserap saat disimpan dalam muffle lalu
yaitu bahan ditambahkan reagen kimia dimasukan ke desikator. Penimbangan cawan
tertentu sebelum dilakukan pengabuan. setelah pengabuan dicatat sebagi berat c gram.
Senyawa yang biasa ditambahkan adalah Suhu yang tinggi menyebabkan elemen abu
gliserol alkohol atau pasir bebas anorganik yang volatil, seperti Na, S, Cl, K dan P
yang selanjutnya dipanaskan dalam suhu menguap. Pengabuan juga menyebabkan
tinggi. Pemanasan menyebabkan gliserol dekomposisi tertentu, seperti K2CO3 dan
alkohol membentuk kerak sehingga CaCO3. Pengeringan dengan metode ini
menyebabkan terjadinya porositas bahan bertujuan mendapatkan berat konstan.
menjadi besar dan memperbesar oksidasi.

METODOLOGI
Bahan dan alat
Pada praktikum penentuan kadar air dan kadar abu digunakan sampel yaitu tepung
pisang, tepung rasi, biskuit, kacang, keriik bawang, tepung maizena, bubur bayi, tepung tapioka,
jagung pipil.
Instrumen yang digunakan diantaranya oven, tanur, serangkaian alat destilasi air
(kondensor, labu didih, heater mantle, air dingin, ember), mortar,spatula, beaker glass, cawan
alumunium, cawan porselen, krustang, neraca analitik, dan desikator.

Penentuan kadar air dengan metode gravimetri


Ditimbang sampel sebanyak 2 gram dimasukkan kedalam cawan alumunium yang
sebelumnya sudah dikonstankan, lalu dioven dengan suhu T=105oC selama 3 jam, kemudian
diamkan dalam desikator selama 15 menit untuk menurunkan suhu dan menjaga kadar air stabil,
kemudian timbang jika memperoleh hasil tidak konstan maka sampel dimasukkan kembali
kedalam oven selama 1 jam, kemudian masukkan kedalam desikator lalu timbang, ulangi
pekerjaan ini hingga dipeoleh bobot tetap, kemudian catat data pengamatan dalam loogbook
analisis.

Penentuan kadar air metode thermovolumetri


Sebanyak 5 gram sampel susu kental manis dimasukkan kedalam labu didih
ditambahkan 80-100 ml toluen, sambung dengan alat aufhauser dan dipanaskan dengan heating
mantle selama satu jam sejak sampel dan toluen mendidih, sampai semua air yang tertampung
tidak bertambah lagi, kemudian matikan heating mantle, alat dirapihkan kembali, dan dicatat
volume air yang tertampung dalam loogbook analisis dan hitung kadar air dengan rumus :
(𝑊1−((𝑊𝑠+𝐶)−𝑊𝑐))
%BB = 𝑊1
𝑥 100%
(𝑊1−((𝑊𝑠+𝐶)−𝑊𝑐))
%BK = ((𝑊𝑠+𝐶)−𝑊𝑐))
𝑥 100%
W1 = berat sampel
Ws+c = berat sampel dijumlah berat cawan konstan
Wc = berat cawan konstan

Penentuan kadar abu


Ditimbang sampel sebanyak 2-3 gram ditempatkan pada cawan porselen/ platina,
kemudian sampel diarangkan dengan diabukan di tanur dengan suhu T=600oC sampai sampel
berubah menjadi abu, waktu yang digunakan tergantung sampel bahan. Setelah itu didinginkan
di desikator selama 30 menit, lalu ditimbang sampai bobot tetap, catat data pengamatan dalam
loogbook analisis dan dihitung kadar abu menggunakan rumus :
(𝑊1−𝑊2)
= 𝑊
𝑥 100%
W1 = berat awal sampel
W2 = berat sampel dan cawan konstan
W = berat awal sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel1. Hasil pengamatan kadar air dengan metode thermovolumetri
kelompok Sampel Wsampel (g) Vair (ml) Kadar air
8 Susu kental 5,0135 1,2 23,94%
3 manis 5,0324 1,2 23,8%
1,2
= 𝑥 100% = 23,94 %
5,0135
Tabel diatas merupakan hasil
kelompok 3
pengamatan kadar air pada susu kental manis 𝑉
dengan metode thermovolumetri, susu kental Kadar air = 𝑊 𝑥 100%
manis adalah produk susu berbentuk cairan 1,2
= 5,0324 𝑥 100%
kental yang diperoleh dengan menghilangkan
sebagian air dari susu segar atau hasil = 23,8 %
rekonstitusi susu bubuk berlemak penuh, atau
hasil rekombinasi susu bubuk tanpa lemak Berdasarkan hasil pengamatan kadar
dengan lemak susu/lemak nabati, yang telah air pada susu kental manis yaitu 23,94% dan
ditambah gula, dengan atau tanpa 23,8% sudah sesuai dengan SNI 01-2971-
penambahan bahan makanan lain dan bahan 1998 dengan penentuan syarat mutu pada
tambahan makanan lain yang diizinkan. kadar air adalah 20-30 %.
Adapun dengan cara perhitungan atau Metode thermovolumetri dilakukan
penentuan kadar air sebagai berikut: dengan cara destilasi air dengan prinsip kerja
𝑉 yaitu pemisahan dua zat atau lebih yang
Kadar air = 𝑥 100%
𝑊 mempunyai perbedaan titik didih, zat-zat yang
V= volume air yang tertampung dalam destilat dipisahkan mempunyai perbedaan titik didih
(ml)
yang jauh berbeda. Prinsip pemisahan
W = berat sampel (g)
campuran yang melewati dua fase, yakni gas
Kelompok 8 menjadi fase cair dinamakan dengan proses
𝑉 destilasi. Perbedaan titik didih dan tekanan
Kadar air = 𝑊 𝑥 100%
uap membuat kedua campuran ini berpisah.
Semakin tinggi tekanan uap maka titik didih
cairan tersebut semakin tinggi. Penguapan didih teredah, maka lebih cepat untuk
dipengaruhi oleh titik cairan tersebut mendidih Untuk rangkaian alat destilasi air
(pratama, 2013). Cairan yang memiliki titik sebagai berikut:

Water outlet

kondensor
Statif
Cold Water inlet

Destilat Labu didih

Heating mantle
Gambar2. Rangkaian alat destilasi air
Cara kerja yang erjadi adalah sisi kondensor terlewati oleh air. Untuk
Campuran toluen (pelarut) dan sampel (susu pelarut yang digunakan dalam praktikum ini
kental manis) dicampurkan dalam labu didih adalah toluen dengan titik didih 110,6oC .
pelarut yang digunakan harus memenuhi Cairan tersebut nantinya akan menetes ke
syarat yaitu titik didih lebih tinggi dari pada dalam destilat (penampung air) maka dari itu
air karena untuk mempercepat proses air berada dibagian bawah dan toluen dibagian
penguapan,berat jenis lebih rendah dari pada atas karena air mempunyai berat jenis lebih
air agar kadar air dapat tertampung, lalu besar yaitu berat jenis 1 kg/L dan toluen lebih
didestilasikan dengan memanaskan campuran kecil yaitu berat jenis 0,87 kg/L. toluen yang
tersebut dengan heating mantle. Uap yang dicampurkan kedalam sampel sengaja
dihasilkan adalah uap hasil dari zat yang dilebihkan agar sampel tidak mengerak pada
bertitik didih rendah, Uap tersebut nantinya labu destilasi dan toluen harus dihindari dari
akan diembunkan dengan bantuan kondensor titik api, cara kerja toluen dapat menarik air
yang berfungsi sebagai pendingin uap. dari bahan terus bisa diketahui kadarnya
kondensor adalah suatu alat yang digunakan karena toluen bersifat semi polar.
untuk mengkondensasi uap keluaran dari hasil
Kelebihan dalam metode ini mudah,
destilasi yang nantinya akan diembunkan
waktu yang digunakan singkat, menentukan
dengan bantuan kondensor yang berfungsi
secara langsung, teliti, sedangkan
sebagai pendingi uap (pratama,2013), dengan
kekurangannya adalah jumlah sampel yang
bantuan air yang dimasukkan kedalam
dianalis sedikit, terbentuk emulsi, tetes air
kondensor dari bawah lalu dikeluarkan keatas
menempel pada tetes alat kotor.
hal ini bertujuan agar semua komponen atau

Tabel2. Hasil pengamatan Kadar air dengan metode thermogravimetri


Sampel Wcawan Wsampel Wsampel Kadar air
awal akhir Berat basah Berat kering
Pisang 18,9074 4,0019 0,3953 60,545% 153,453%
19,5722 4,0016 0,3889 61,17% 157,55%
Tepung 19,0784 1,0037 0,8827 12,06% 13,71%
pisang 19,4250 1,0040 0,9116 9,2032 10,1360

Pisang (Musa paradisiaca L) adalah penelitian yang dilakukan LIPI yaitu untuk
salah satu buah yang digemari oleh sebagian pisang maksimum 63,85% dan untuk tepung
besar penduduk dunia. Rasanya enak, pisang 8,30% namun pada hasil pengamatan
kandungan gizinya tinggi, mudah didapat, dan dihasilkan kelebihan dari standar hal ini
relatif murah. Buah pisang yang terjadi karena bahan sudah menjadi tepung
penampilannya kurang menarik, harganya sehingga lebih higroskopik dari pada asalnya.
menjadi sangat murah. Buah pisang seperti itu
Pengukuran kadar air metode
dapat ditingkatkan nilai ekonominya dengan
thermogravimetri atau pengeringan dengan
mengolahanya menjadi tepung pisang, pati
pisang, anggur buah, dan cuka buah. Pada cara dioven, Metode yang digunakan adalah
pembuatan pati dan tepung pisang hampir oven pengering. Pengeringan adalah suatu
semua jenis pisang dapat dimanfaatkan, tetapi metode untuk mengeluarkan atau
untuk mendapatkan hasil yang baik, tidak menghilangakan sebagian air dari suatu bahan
semua jenis pisang dapat digunakan (Satuhu dengan cara menguapkan air tersebut dengan
dan Supriyadi,1999). menggunakan energi panas. Biasanya
Berdasarkan hasil pengamatan kadar kandungan air bahan tersebut dikurangi
air metode thermogravimetri atau pengeringan sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat
diihasilkan berat basah dan berat kering. tumbuh lagi didalamnya. Prinsip dari metode
Kadar air adalah persentase kandungan air oven pengering adalah bahwa air yang
suatu bahan yang dapat dinyatakan terkandung dalam suatu bahan akan menguap
berdasarkan berat basah (wet basis) atau bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu
berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air 105oC selama waktu tertentu. Perbedaan
berat basah mempunyai batas maksimum antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan
teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar adalah kadar air (Astuti, 2010). Pertama,
air berdasarkan berat kering dapat lebih dari siapkan sampel yaitu pisang dan tepung
100 persen (Syarif dan Halid, 1993). Kadar air pisang yang mempunyai umur yang sama
suatu bahan biasanya dinyatakan dalam sehingga memudahkan saat perbandingan,
persentase berat bahan basah, misalnya dalam kupas pisang dari kulitnya kemudian
gram air untuk setiap 100 gr bahan disebut ditumbuh dan ambil 2 gram, sedangkan
kadar air berat basah. Berat bahan kering tepung pisang diratakan dalam loyang
adalah berat bahan setelah mengalami kemudian ambil dari sisi yang berlawanan
pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga agar semua komponen terambil. Pada
beratnya tetap (konstan). Pada proses umumnya penentuan kadar air dilakukan
pengeringan air yang terkandung dalam bahan dengan mengeringkan sejumlah sampel dalam
tidak dapat seluruhnya diuapkan (Kusumah, oven, sebelumnya sampel ditempatkan pada
dan Andarwulan, 1989). Adapun cara cawan alumunium karena mempunyai sifat
perhitungannya ialah sebagai berikut: inert yang tidak akan bereaksi dengan bahan
Kadar air(b/b) = dan murah pada suhu 105° C selama 3 jam
𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑥 100% kemudian diamkan dalam desikator 15 menit
𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
agar mendinginkan cawan dan menjaga kadar
Kadar air(b/k) =
𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 air lalu timbang , jika berat yang didapat
𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑥 100% belum konstan maka ulangi hingga didapat
berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan
Berdasarkan hasil pengamatan kadar sesudah pengeringan adalah banyaknya air
air berat kering sudah sesuai dengan yang diuapkan.
Kelebihan dalam metode ini mudah, sedangkan kekurangannya adalah tidak bisa
pemanasan sehingga dekomposisi sampel digunakan untuk bahan pangan yang volatil.

Tabel3. Hasil pengam,atan pengujian kadar abu


Sampel Wcawan Wcawan+sampel Wsampel Kadar abu
abu
Tepung terigu 11,9050 11,9099 1,0056 0,49%
11,7710 11,7755 1,0021 0,44%
Nugget 12,0617 12,0827 1,0037 2,09%
12,0524 12,0733 1,0059 2,07%

Tepung terigu merupakan bahan abu. Pertama disiapkan sampel nugget dan
dasar pembuatan kue bolu. Tepung terigu tepung, untuk pengambilan sampel tepung
diperoleh dari biji gandum (Triticum dilakukan dengan perataan pada loyang
vulgare) yang digiling. Keistimewaan kemudian ambil dari sisi-sisi berlawanan lalu
ditimbang, dan untuk nugget karena
terigu diantara serealia lainnya adalah
mempunyai 2 lapisan yang berbeda maka
kemampuannya membentuk gluten pada perlunya untuk dihaluskan dengan mortar
adonan. Mutu terigu yang dikehendaki kemudian diratakan pada loyang seperti
adalah terigu yang memiliki kadar air tepung terigu hal ini bertujuan agar semua
14%, kadar protein 8-12%, kadar abu bagian atau komponen dalam sampel terambil,
0,25-0,60% dan gluten basah 24-36% masing-masing sampel dimasukkan kedalam
(Astawan, 2008). cawan porselen yang sudah dikonstankan,
Berdasarkan hasil praktikum cawan porselen digunakan karena tahan pada
penentuan kadar abu pada sampel tepung suhu tinggi dan murah. Kemudian masukkan
terigu dan nugget. Kadar abu dari suatu kedalam tanur sampai sampel berubah
bahan menunjukkan kandungan mineral yang menjadi abu, kemudian dinginkan dalam
terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian, desikator agar berat tetap konstan, kemudian
serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan timbang beratnya.
karena mineral tidak akan hancur pada suhu Kelebihan pada metode ini adalah
tinggi. Dan dilakukan dengan metode mudah, tidak larut dalam air dan asam,
pengabuan atau pemanasan dengan suhu sedangkan kekurangan pada metode ini adalah
600oC didalam tabur sampai sampel menjadi waktu relatif lama.

KESIMPULAN
Analisis yang dilakukan untuk sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan
mengetahui kadar air, dan kadar abu total untuk analisis kadar abu dengan sampel
pada sampel yang diujikan. Untuk penentuan tepung terigu dan nugget, untuk tepung terigu
kadar air metode thermovolumetri dengan kar abu sebesar 0,49% dan 0,44% hasil
sampel susu kental manis kadar air sebesar tersebut sudah memenuhi standar walaupun
23,94% dan 23,8% hasil tersebut sudah sesuai masih rendah standar yang ditetapkan sebesar
dengan standar yang ditetapkan SNI yaitu 0,7 % sedangkan untuk nugger sebesar 2,09%
sekitar 20-30%, sedangan untuk metode dan 2,07% hasil tersebet sudah sesuai dengan
thermogravimetri dengan sampel pisang dan standar yang ditetapkan yaitu 0,3%.
tepung pisang berat basah sudah menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., F. Kusnandar, dan D.
Herawati. 2011. Analisis Pangan. PT Pratama, 2013. Prinsip Kerja Destilasi.
Dian Rakyat, Jakarta. Available at
Anton dkk. 1989. Analisis Pangan. :http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
Departemen pendidikan dan 3456789/35308/3/Chapter%20II.pdf
kebudayaan direktorat jendral (diakses pada tanggal 7 maret 2016)
pendidikan tinggi pusat antar Satuhu S., dan A. Supriyadi, 1999. Budidaya
universitas pangan dan gizi: IPB Pisang, Pengolahan dan ProspekPasar.
Astawan, M.2008. Membuat Mi dan Bihun. Penebar Swadya, Yakarta.
Penebar Swadaya, Jakarta. Sudarmadji, S. 1989.Analisa Bahan Makanan
Ditjen POM. (2000). Metode Analisis PPOM. dan Pertanian.Yogyakarta : Liberty.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi
Kusumah,HermiantoM.Andarwulan A. 1989. Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta
Pengolahan pangan .Journal of Food
Engineering

Anda mungkin juga menyukai