1.analisis Kadar Air, Abu, Mineral
1.analisis Kadar Air, Abu, Mineral
METODOLOGI
Bahan dan alat
Pada praktikum penentuan kadar air dan kadar abu digunakan sampel yaitu tepung
pisang, tepung rasi, biskuit, kacang, keriik bawang, tepung maizena, bubur bayi, tepung tapioka,
jagung pipil.
Instrumen yang digunakan diantaranya oven, tanur, serangkaian alat destilasi air
(kondensor, labu didih, heater mantle, air dingin, ember), mortar,spatula, beaker glass, cawan
alumunium, cawan porselen, krustang, neraca analitik, dan desikator.
Water outlet
kondensor
Statif
Cold Water inlet
Heating mantle
Gambar2. Rangkaian alat destilasi air
Cara kerja yang erjadi adalah sisi kondensor terlewati oleh air. Untuk
Campuran toluen (pelarut) dan sampel (susu pelarut yang digunakan dalam praktikum ini
kental manis) dicampurkan dalam labu didih adalah toluen dengan titik didih 110,6oC .
pelarut yang digunakan harus memenuhi Cairan tersebut nantinya akan menetes ke
syarat yaitu titik didih lebih tinggi dari pada dalam destilat (penampung air) maka dari itu
air karena untuk mempercepat proses air berada dibagian bawah dan toluen dibagian
penguapan,berat jenis lebih rendah dari pada atas karena air mempunyai berat jenis lebih
air agar kadar air dapat tertampung, lalu besar yaitu berat jenis 1 kg/L dan toluen lebih
didestilasikan dengan memanaskan campuran kecil yaitu berat jenis 0,87 kg/L. toluen yang
tersebut dengan heating mantle. Uap yang dicampurkan kedalam sampel sengaja
dihasilkan adalah uap hasil dari zat yang dilebihkan agar sampel tidak mengerak pada
bertitik didih rendah, Uap tersebut nantinya labu destilasi dan toluen harus dihindari dari
akan diembunkan dengan bantuan kondensor titik api, cara kerja toluen dapat menarik air
yang berfungsi sebagai pendingin uap. dari bahan terus bisa diketahui kadarnya
kondensor adalah suatu alat yang digunakan karena toluen bersifat semi polar.
untuk mengkondensasi uap keluaran dari hasil
Kelebihan dalam metode ini mudah,
destilasi yang nantinya akan diembunkan
waktu yang digunakan singkat, menentukan
dengan bantuan kondensor yang berfungsi
secara langsung, teliti, sedangkan
sebagai pendingi uap (pratama,2013), dengan
kekurangannya adalah jumlah sampel yang
bantuan air yang dimasukkan kedalam
dianalis sedikit, terbentuk emulsi, tetes air
kondensor dari bawah lalu dikeluarkan keatas
menempel pada tetes alat kotor.
hal ini bertujuan agar semua komponen atau
Pisang (Musa paradisiaca L) adalah penelitian yang dilakukan LIPI yaitu untuk
salah satu buah yang digemari oleh sebagian pisang maksimum 63,85% dan untuk tepung
besar penduduk dunia. Rasanya enak, pisang 8,30% namun pada hasil pengamatan
kandungan gizinya tinggi, mudah didapat, dan dihasilkan kelebihan dari standar hal ini
relatif murah. Buah pisang yang terjadi karena bahan sudah menjadi tepung
penampilannya kurang menarik, harganya sehingga lebih higroskopik dari pada asalnya.
menjadi sangat murah. Buah pisang seperti itu
Pengukuran kadar air metode
dapat ditingkatkan nilai ekonominya dengan
thermogravimetri atau pengeringan dengan
mengolahanya menjadi tepung pisang, pati
pisang, anggur buah, dan cuka buah. Pada cara dioven, Metode yang digunakan adalah
pembuatan pati dan tepung pisang hampir oven pengering. Pengeringan adalah suatu
semua jenis pisang dapat dimanfaatkan, tetapi metode untuk mengeluarkan atau
untuk mendapatkan hasil yang baik, tidak menghilangakan sebagian air dari suatu bahan
semua jenis pisang dapat digunakan (Satuhu dengan cara menguapkan air tersebut dengan
dan Supriyadi,1999). menggunakan energi panas. Biasanya
Berdasarkan hasil pengamatan kadar kandungan air bahan tersebut dikurangi
air metode thermogravimetri atau pengeringan sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat
diihasilkan berat basah dan berat kering. tumbuh lagi didalamnya. Prinsip dari metode
Kadar air adalah persentase kandungan air oven pengering adalah bahwa air yang
suatu bahan yang dapat dinyatakan terkandung dalam suatu bahan akan menguap
berdasarkan berat basah (wet basis) atau bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu
berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air 105oC selama waktu tertentu. Perbedaan
berat basah mempunyai batas maksimum antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan
teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar adalah kadar air (Astuti, 2010). Pertama,
air berdasarkan berat kering dapat lebih dari siapkan sampel yaitu pisang dan tepung
100 persen (Syarif dan Halid, 1993). Kadar air pisang yang mempunyai umur yang sama
suatu bahan biasanya dinyatakan dalam sehingga memudahkan saat perbandingan,
persentase berat bahan basah, misalnya dalam kupas pisang dari kulitnya kemudian
gram air untuk setiap 100 gr bahan disebut ditumbuh dan ambil 2 gram, sedangkan
kadar air berat basah. Berat bahan kering tepung pisang diratakan dalam loyang
adalah berat bahan setelah mengalami kemudian ambil dari sisi yang berlawanan
pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga agar semua komponen terambil. Pada
beratnya tetap (konstan). Pada proses umumnya penentuan kadar air dilakukan
pengeringan air yang terkandung dalam bahan dengan mengeringkan sejumlah sampel dalam
tidak dapat seluruhnya diuapkan (Kusumah, oven, sebelumnya sampel ditempatkan pada
dan Andarwulan, 1989). Adapun cara cawan alumunium karena mempunyai sifat
perhitungannya ialah sebagai berikut: inert yang tidak akan bereaksi dengan bahan
Kadar air(b/b) = dan murah pada suhu 105° C selama 3 jam
𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑥 100% kemudian diamkan dalam desikator 15 menit
𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
agar mendinginkan cawan dan menjaga kadar
Kadar air(b/k) =
𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 air lalu timbang , jika berat yang didapat
𝑏.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑥 100% belum konstan maka ulangi hingga didapat
berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan
Berdasarkan hasil pengamatan kadar sesudah pengeringan adalah banyaknya air
air berat kering sudah sesuai dengan yang diuapkan.
Kelebihan dalam metode ini mudah, sedangkan kekurangannya adalah tidak bisa
pemanasan sehingga dekomposisi sampel digunakan untuk bahan pangan yang volatil.
Tepung terigu merupakan bahan abu. Pertama disiapkan sampel nugget dan
dasar pembuatan kue bolu. Tepung terigu tepung, untuk pengambilan sampel tepung
diperoleh dari biji gandum (Triticum dilakukan dengan perataan pada loyang
vulgare) yang digiling. Keistimewaan kemudian ambil dari sisi-sisi berlawanan lalu
ditimbang, dan untuk nugget karena
terigu diantara serealia lainnya adalah
mempunyai 2 lapisan yang berbeda maka
kemampuannya membentuk gluten pada perlunya untuk dihaluskan dengan mortar
adonan. Mutu terigu yang dikehendaki kemudian diratakan pada loyang seperti
adalah terigu yang memiliki kadar air tepung terigu hal ini bertujuan agar semua
14%, kadar protein 8-12%, kadar abu bagian atau komponen dalam sampel terambil,
0,25-0,60% dan gluten basah 24-36% masing-masing sampel dimasukkan kedalam
(Astawan, 2008). cawan porselen yang sudah dikonstankan,
Berdasarkan hasil praktikum cawan porselen digunakan karena tahan pada
penentuan kadar abu pada sampel tepung suhu tinggi dan murah. Kemudian masukkan
terigu dan nugget. Kadar abu dari suatu kedalam tanur sampai sampel berubah
bahan menunjukkan kandungan mineral yang menjadi abu, kemudian dinginkan dalam
terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian, desikator agar berat tetap konstan, kemudian
serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan timbang beratnya.
karena mineral tidak akan hancur pada suhu Kelebihan pada metode ini adalah
tinggi. Dan dilakukan dengan metode mudah, tidak larut dalam air dan asam,
pengabuan atau pemanasan dengan suhu sedangkan kekurangan pada metode ini adalah
600oC didalam tabur sampai sampel menjadi waktu relatif lama.
KESIMPULAN
Analisis yang dilakukan untuk sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan
mengetahui kadar air, dan kadar abu total untuk analisis kadar abu dengan sampel
pada sampel yang diujikan. Untuk penentuan tepung terigu dan nugget, untuk tepung terigu
kadar air metode thermovolumetri dengan kar abu sebesar 0,49% dan 0,44% hasil
sampel susu kental manis kadar air sebesar tersebut sudah memenuhi standar walaupun
23,94% dan 23,8% hasil tersebut sudah sesuai masih rendah standar yang ditetapkan sebesar
dengan standar yang ditetapkan SNI yaitu 0,7 % sedangkan untuk nugger sebesar 2,09%
sekitar 20-30%, sedangan untuk metode dan 2,07% hasil tersebet sudah sesuai dengan
thermogravimetri dengan sampel pisang dan standar yang ditetapkan yaitu 0,3%.
tepung pisang berat basah sudah menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., F. Kusnandar, dan D.
Herawati. 2011. Analisis Pangan. PT Pratama, 2013. Prinsip Kerja Destilasi.
Dian Rakyat, Jakarta. Available at
Anton dkk. 1989. Analisis Pangan. :http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
Departemen pendidikan dan 3456789/35308/3/Chapter%20II.pdf
kebudayaan direktorat jendral (diakses pada tanggal 7 maret 2016)
pendidikan tinggi pusat antar Satuhu S., dan A. Supriyadi, 1999. Budidaya
universitas pangan dan gizi: IPB Pisang, Pengolahan dan ProspekPasar.
Astawan, M.2008. Membuat Mi dan Bihun. Penebar Swadya, Yakarta.
Penebar Swadaya, Jakarta. Sudarmadji, S. 1989.Analisa Bahan Makanan
Ditjen POM. (2000). Metode Analisis PPOM. dan Pertanian.Yogyakarta : Liberty.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi
Kusumah,HermiantoM.Andarwulan A. 1989. Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta
Pengolahan pangan .Journal of Food
Engineering