Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertiroid adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan karena


peningkatan kadar T3 (Triiodothyronine) dan T4 (Thyroxine) bebas.1 Hipertiroid
berbeda dengan tirotoksikosis. Tirotoksikosis adalah keadaan klinis yang terjadi
akibat peningkatan produksi hormon tiroid, yang dapat bersumber primer dari
kelenjar tiroid maupun tidak.2
Tirotoksikosis merupakan istilah umum yang menunjukkan terjadinya
peningkatan kadar T3 (triiodothyronine) dan atau T4 (thyroxine) dengan
penyebab apapun, sedangkan hipertiroid menunjukkan penyebab dari keadaan
tirotoksikosis khusus akibat peningkatan produksi hormon tiroid. Tirotoksikosis
merupakan istilah umum yang menunjukkan terjadinya peningkatan kadar T3
(triiodothyronine) dan atau T4 (thyroxine) dengan penyebab apapun,
sedangkan hipertiroid menunjukkan penyebab dari keadaan tirotoksikosis
khusus akibat peningkatan produksi hormon tiroid.2
Hipertiroid merupakan penyakit yang relatif jarang terjadi pada masa anak,
namun kejadiannya semakin meningkat pada usia remaja dan dewasa. Pada anak-
anak, lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit Graves.3
Belum ada angka yang pasti mengenai insiden dan prevalensi hipertiroid
pada anak-anak di Indonesia. Beberapa kepustakaan luar negeri menyebutkan
insidensinya masa anak diperkirakan 1/100.000 anak per tahun. Mulai
0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat sampai dengan
3/100.000 anak per tahun pada usia remaja. Kejadian hipertiroid pada anak hanya
5-6% dari keseluruhan kasus penyakit Graves pada segala umur.3
Prevalensinya pada remaja wanita lebih besar 6-8 kali dibanding pada
remaja pria. Kebanyakan dari anak-anak yang menderita penyakit Graves
mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit tiroid atau penyakit autoimun
yang lain, misalnya: diabetes mellitus tipe 1, penyakit Addison, lupus sistemik,
ITP, myasthenia gravis, artritis rematoid, dan vitiligo.4

1
Rendahnya angka kejadian serta tidak khasnya gejala awal
hipertiroid pada anak seringkali tidak diperhatikan para praktisi kesehatan
dalam menentukan diagnosis dan penatalaksananya. Seringkali anak dengan
hipertiroid harus mengalami penderitaan beberapa bulan lebih lama sampai
diagnosis hipertiroidnya tertegakkan.4

BAB II

2
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. I
 Jenis kelamin : Perempuan
 Lahir pada tanggal/umur : 09 Maret 2005/ 12 tahun
 Berat waktu lahir : 3500 gram
 Partus secara normal dibantu oleh Bidan
 Agama : Islam
 Kebangsaan : Indonesia
 Suku bangsa : Kaili
 Nama ibu : Ny. Dewi : 35 tahun
 Nama ayah : Tn. Juanda : 40 tahun
 Pekerjaan ayah : Petani
 Pendidikan ayah : SMP
 Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
 Pendidikan ibu : SMP
 Alamat : Desa Sidondo II
 No. Telp : 083132339652
 Masuk dengan diagnosa : Hipertiroid
 Tanggal masuk rumah sakit : 14 Februari 2018
 Masuk ke ruangan : Poliklinik Anak

Anamnesis (diberikan oleh ibu pasien)


Anak ke 2 dari 4 bersaudara
Tanggal (umur) sebab masih hidup
1. 14 tahun Masih hidup

2. 12 tahun Mash hidup

3. 9 tahun Masih hidup

3
4. 7 tahun Masih hidup

FAMILY TREE

Ayah Ibu

Anak Anak Anak Anak

Sehat Penderita Sehat Sehat

ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Jantung berdebar
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak datang ke Poliklinik RS Anutapura Palu di antar oleh orang
tuanya dengan keluhan jantung berdebar-debar sejak 8 bulan lalu, jantung
berdebar-debar saat melakukan aktivitas berlebih, jantung berdebar-debar
berkurang ketika duduk dan beristirahat, sebelumnya sudah berobat sejak 2 bulan
lalu. Pasien juga sering berkeringat banyak walaupun tidak berada dibawah sinar
matahari maupun saat bekerja (saat beristirahat). Pasien juga mengalami
penurunan berat badan sedangkan nafsu makan meningkat dan pasien sering
merasakan perasaan mau makan dan lapar. Celana milik pasien dirasakan semakin
longgar. Namun demikian sejak akhir-akhir ini pasien tidak nafsu makan dan
makan lebih sedikit. Pasien juga sering merasa lemas badan dan gemetar di daerah
jari kedua tangan. Pasien juga mengeluhkan merasa sangat mudah lelah walau
hanya melakukan aktivitas yang sangat sederhana dan ringan. Selain itu pasien
juga mengeluh sesak napas ketika melakukan aktivitas berat. Sebelumnya tidak
pernah merasakan hal yang sama. Demam (-), sakit kepala (+), pusing (-), tampak
benjolan pada leher yang ikut bergerak, batuk (-), pilek (-), mual (+), muntah (-),
nyeri perut (-), buang air besar dan buang air kecil biasa.

 Anamnesis antenatal

4
Riwayat Ante Natal Care (ANC) rutin dikontrol. Bayi lahir cukup bulan, lahir
spontan. Bayi lahir ditolong oleh bidan dengan berat badan lahir 3500 gram.
Anak ke 2 dari 4 bersaudara.

 Penyakit yang sudah pernah di alami:


- Morbili :-
- Varicella :+
- Pertussis :-
- Diare :+
- Cacing :-
- Batuk / pilek : +
- Lain-lain :-

 Riwayat Kepandaian dan Kemajuan Bayi:


- Membalik : 3 bulan
- Tengkurap : 4 bulan
- Duduk : 7 bulan
- Merangkak : 8 bulan
- Berdiri : 1 tahun 4 bulan
- Berjalan : 1 tahun 6 bulan
- Tertawa : 4 bulan
- Berceloteh : 7 bulan
- Memanggil mama papa : 9 bulan

 Anamnesis makanan terperinci sampai sekarang:


Usia Riwayat makanan
0-6 bulan ASI
6 bulan – 12 bulan Susu formula + Bubur saring
1 tahun sampai sekarang Makanan keluarga

 Imunisasi
DASAR ULANGAN
I II III I II III
BCG +
POLIO + + +
DTP + + +
CAMPAK +
HEPATITIS + + +

 Ikhtisar Penyakit menurut status Poliklinik


- Jantung berdebar
- Eksoptalmus

5
- Tangan sering gemetar
- Pembesaran tiroid

 Anamnesis Keluarga
1. Ikhtisar Keturunan: Anak ke-2 dari 4 bersaudara
2. Riwayat keluarga: (tentang penyakit, masih hidup/meninggal, sebab
meninggal,dsb)
Ada riwayat keluarga yang menderita hipertiroid yaitu ibunya

 Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan


Pasien memiliki keadaan sosial yang baik seperti aktif bermain dengan
teman-temannya. Keadaan ekonomi pasien termasuk kategori menengah
kebawah. Kondisi lingkungan, pasien tinggal di Desa Sidondo III tinggal
bersama kedua orang tua dan lingkungan rumah merupakan lingkungan padat
penduduk.

 Perjalanan Penyakit:
Pasien anak perempuan umur 12 tahun, berat badan 48 kg datang ke
Poliklinik RS Anutapura Palu di antar oleh orang tuanya dengan keluhan
jantung berdebar-debar sejak 8 bulan lalu, jantung berdebar-debar saat
melakukan aktivitas berlebih, jantung berdebar-debar berkurang ketika duduk
dan beristirahat, sebelumnya sudah berobat sejak 2 bulan lalu. Pasien juga
sering berkeringat banyak walau tidak berada dibawah sinar matahari maupun
saat bekerja (saat beristirahat). Pasien juga mengalami penurunan berat badan
sedangkan nafsu makan meningkat dan pasien sering merasakan perasaan
mau makan dan lapar. Celana milik pasien dirasakan semakin longgar.
Namun demikian sejak akhir-akhir ini pasien tidak nafsu makan dan makan
lebih sedikit. pasien juga sering merasa lemas badan dan gemetar di daerah
jari kedua tangan. Pasien juga mengeluhkan merasa sangat mudah lelah walau
hanya melakukan aktivitas yang sangat sederhana dan ringan. Selain itu
pasien juga mengeluh sesak napas ketika melakukan aktivitas berat.
Sebelumnya tidak pernah merasakan hal yang sama. Demam (-), sakit kepala
(+), pusing (-), tampak benjolan pada leher yang ikut bergerak, batuk (-),

6
Pilek (-), mual (+), muntah (-), nyeri perut (-), buang air besar dan buang air
kecil biasa.

II. PEMERIKSAAN FISIK


 Umur : 12 tahun
 Berat Badan : 48 kg
 Panjang Badan : 153 cm
 Keadaan umum : Sakit Sedang
 Status Gizi : CDC 109% (gizi baik)
 Sianosis : tidak ada
 Anemia : tidak ada
 Keadaan mental : Compos Mentis
 Ikterus : tidak ada

7
 Tanda Vital
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Denyut nadi : 130 Kali/menit
- Suhu : 36,8 o C
- Respirasi : 30 kali/menit
 Kejang
- Tipe : -
- Lamanya: -
 Kulit
- Warna: sawo matang Turgor: < 2 detik
- Efloresensi: tidak ditemukan Tonus: baik

8
- Pigmentasi: tidak ditemukan Oedema: tidak ditemukan
- Jaringan parut: tidak ditemukan
- Lapisan lemak: tidak ditemukan
- Lain- lain: tidak ditemukan
 Kepala
- Bentuk : Normocephal
- Rambut : Warna hitam, sulit dicabut
- Ubun-ubun besar : Menutup
 Mata
- Exophtalmus/Enophtalmus : Eksoptalmus (+)
- Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan Pemeriksaan
- Konjungtiva : Anemis (+/+)
- Sklera : Tidak ikterus
- Corneal Refleks : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Pupil : Isokor, RCL+/+, RCTL+/+
- Lensa jernih : Jernih +/+
- Fundus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Gerakan : Tidak dilakukan pemeriksaan

 Telinga : Otorrhea tidak ada


 Hidung : Rinorrhea tidak ada, pernapasan cuping hidung (-)
 Mulut
- Bibir: tidak kering, tidak sianosis
- Lidah: tidak kotor, tidak tremor
- Gigi: lengkap, tidak ada caries
- Selaput mulut: tidak ada stomatitis angularis
- Gusi: tidaka ada perdarahan
- Bau pernapasan: normal
 Tenggorokan
- Tenggorokan: tidak ada kelainan
- Tonsil: T1/T1 tampak tidak hiperemis
- Pharynx:tidak hiperemis
 Leher
- Trachea: letak ditengah
- Kelenjar: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
- Kaku Kuduk tidak ditemukan
- Lain-lain: pembesaran kelenjar tiroid (+)
 Thorax
- Bentuk : simetris
- Rachitic Rosary : tidak ada
- Ruang Intercostal : tidak ada
- Precordial Bulging : tidak ada
- Xiphosternum : tidak ada

9
- Harrison’s groove : tidak ada
- Pernapasan paradoxal : tidak ada
- Retraksi : subcostal (-), intercostal (-)
 Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Jantung
- Detak jantung : 110 x / menit
- Ictus : Ictus cordis tidak tampak
- Batas kiri : di SIC V linea midclavicula.
- Batas kanan : di linea Parasternal dextra
- Batas atas : di SIC II linea midclavikula sinistra
- Bunyi jantung apex : Bunyi jantung I/II murni regular, Bising(-)
Abdomen
- Bentuk : Kesan datar, massa (-), distensi (-), jejas (-)
- Lain-lain : NTE (-), peristaltik (+) kesan normal, timpani(+), asites (-)
- Lien : Pembesaran (-)
- Hepar : pembesaran (-)
Genitalia : Tidak ditemukan kelainan
Kelenjar : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Anggota gerak :
Ekstremitas Atas : akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-)
 Tulang tulang : tidak ada deformitas
 Otot-otot : eutrofi
 Refleks : Refleks fisiologis normal, patologis (-)

Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
WBC 8,60 4,5-10,0 103/ µl

10
RBC 5,35 L: 4,5-6,5 106/µl
P: 3,6-5,8 106/µl
HGB 12,7 L: 14-18 g/dl
P: 12-16 g/dl
HCT 38,6 37-48 %
PLT 360 150-400 103/µl

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

FT4 >7,77 0,7-1,55 ng/dl

TSHS < 0,005 0,27-5,0 µlU/ml

RESUME
Seorang anak perempuan umur 12 tahun, berat badan 48 kg datang ke Poliklinik
RS Anutapura Palu di antar oleh orang tuanya dengan keluhan jantung berdebar-
debar sejak 8 bulan lalu, jantung berdebar-debar saat melakukan aktivitas
berlebih, jantung berdebar-debar berkurang ketika duduk dan beristirahat,
sebelumnya sudah berobat sejak 2 bulan lalu. Pasien juga sering berkeringat,
penurunan berat badan sedangkan nafsu makan meningkat, pasien juga sering
merasa lemas badan dan gemetar di daerah jari kedua tangan, mengeluhkan
merasa sangat mudah lelah walau hanya melakukan aktivitas yang sangat
sederhana dan ringan. Selain itu pasien juga mengeluh sesak napas ketika
melakukan aktivitas berat. Demam (-), sakit kepala (+), pusing (-), tampak
benjolan pada leher yang ikut bergerak, batuk (-), Pilek (-), mual (+), muntah (-),
nyeri perut (-), buang air besar dan buang air kecil biasa. Pada pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 36,8 0C, nadi 130 x/menit dan
respirasi 30 x/menit. Pada status gizi didapatkan status gizi baik dengan berat
badan 48 kg dan tinggi badan 153 cm didapatkan hasil perhitungan CDC 109 %,
pada pemeriksaan fisik didapatkan bola mata tampak eksoptalmus dan
pembesaran kelenjar tiroid, selain itu batas normal. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan WBC sebesar 8,6 103/ul, RBC sebesar 5,35 106/ul, HGB
sebesar 12,7 g/dl, HCT sebesar 38,6 %, PLT sebesar 360 103/ul, TSH (< 0.005

11
µIU/mL) Free T4 (>7,77 ng/dL). Pemeriksaan hasil EKG didapatkan sinus
Takikardia, HR 124x/menit dan axis normal.
 Diagnosis kerja : Hipertiroid (Grave’s Disease)
 Terapi :
- Propanolol 3x10 mg
- PTU 3X100 mg
 Anjuran :
- Kontrol TSH FT4
- Pemeriksaan USG

BAB III

DIKSUSI

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien masuk ke RS
dengan keluhan jantung berdebar-debar sejak 8 bulan lalu, jantung berdebar-debar
saat melakukan aktivitas berlebih, jantung berdebar-debar berkurang ketika duduk
dan beristirahat, sebelumnya sudah berobat sejak 2 bulan lalu. Pasien juga sering
berkeringat, penurunan berat badan sedangkan nafsu makan meningkat, pasien
juga sering merasa lemas badan dan gemetar di daerah jari kedua tangan,
mengeluhkan merasa sangat mudah lelah walaupun hanya melakukan aktivitas
yang sangat sederhana dan ringan. Selain itu pasien juga mengeluh sesak napas
ketika melakukan aktivitas berat. Demam (-), sakit kepala (+), pusing (-), tampak

12
benjolan pada leher yang ikut bergerak, batuk (-), Pilek (-), mual (+), muntah (-),
nyeri perut (-), buang air besar dan buang air kecil biasa. Pada pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 36,8 0C, nadi 130 x/menit dan
respirasi 30 x/menit. Pada status gizi didapatkan status gizi baik dengan berat
badan 48 kg dan tinggi badan 153 cm didapatkan hasil perhitungan CDC 109 %,
pada pemeriksaan fisik didapatkan bola mata tampak eksoptalmus dan
pembesaran kelenjar tiroid, selain itu batas normal. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan WBC sebesar 8,6 103/ul, RBC sebesar 5,35 106/ul, HGB
sebesar 12,7 g/dl, HCT sebesar 38,6 %, PLT sebesar 360 103/ul, TSH (< 0.005
µIU/mL) Free T4 (>7,77 ng/dL). Pemeriksaan hasil EKG didapatkan sinus
Takikardia, HR 124x/menit dan axis normal. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
penyakit hipertiroid.
Hipertiroid adalah bentuk dari tirotoksikosis karena sintesis dan produksi
hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid. Sedangkan tirotoksikosis
mengarah pada status klinis akibat tingginya aktivitas hormon tiroid di jaringan.4
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi
tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme
(Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam
darah.1
Angka kejadian hipertiroid bervariasi pada anak-anak. Insidens pada usia
0-11 tahun dilaporkan sebanyak 0,44 kasus per 1000 populasi, sedangkan 0,59
kasus per 1000 populasi pada anak kelompok usia 12 sampai 17 tahun. Meskipun
hipertiroid merupakan kasus yang jarang pada anak-anak, namun jika ditemukan
umumnya disebabkan karena Graves’ disease (GD) dengan jumlah kira kira 1%-
5% kasus pada anak. GD lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan laki-
laki. Dapat terjadi pada semua umur dan insidens meningkat seiring pertambahan
usia dan memuncak pada usia remaja. GD lebih sering terjadi pada anak dengan
riwayat penyakit autoimun tiroid.5 Pada kasus ini pasien berjenis kelamin
perempuan dan umur 12 tahun.

13
Penyebab hipertiroid pada anak-anak dapat digolongkan berdasarkan
autoimun dan non autoimun. Penyebab autoimun tersering ialah Graves’ disease.
Sedangkan penyebab non autoimun ialah adenoma tiroid, tiroidisitis akut,
tiroiditis kronik, peningkatan produksi TSH, ingesti iodine yang berlebihan.6

Tabel 1. Penyebab tirotoksikosis pada anak

Penyebab tirotoksikosis pada anak5


 Graves’ disease
 Autoimmune neonatal hyperthyroidism (passage of maternal TRAb
across the placenta)
 Tiroidisits subakut
 Penyebab eksogen (Iodine-induced hyperthyroidism (iodine, radiocontrast
agents,amiodarone)
 Autonomous functioning nodules
- Toxic adenoma
- Hyperfunctioning papillary or follicular carcinoma
 Selective pituitary resistance to thyroid hormones
 TSH-secreting pituitary tumours
TRAb: thyroid hormone receptor antibody, TSH: thyroid stimulating
hormone
Graves’ disease tidak diketahui, namun dicurigai disebabkan karena
adanya interaksi antara latar belakang genetik, faktor lingkungan, dan sistem
imun. Untuk alasan yang tidak diketahui, sistem imun memproduksi thyroid-
stimulating immunoglobulin (TSI) yang akan berikatan dan menstimulasi [TSH
reseptor antibody (TRAb)] pada permukaan membran sel tiroid sehingga
menyebabkan pertumbuhan sel-sel folikular, peningkatan vaskularisasi, dan
sintesis serta sekresi hormon tiroid yang berlebihan.5
Autoimmune Neonatal Hyperthyroidism, penyebab terjadinya hipertiroid
pada bayi dan neonates disebabkan karena adanya transfer Thyroid Stimulating
Immunoglobulins dari ibu ke fetus melalui plasenta. Kejadian transfer
transplasental ini terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan dan mencapai
puncaknya pada usia kehamilan 30 minggu. Thyroid stimulating
immunoglobulins akan berikatan dengan reseptor TSH fetus dan memicu
peningkatan produksi hormone tiroid.7

14
Tiroiditis subakut juga dikenal sebagai de Quervain thyroiditis disebabkan
oleh infeksi virus atau merupakan proses inflamasi post viral biasanya pasien
memiliki riwayat infeksi pada saluran napas sebelumnya. Pada pasien dengan
tiroiditis akut dapat terjadi transien hipertiroid yang disebabkan karena adanya
gangguan pada folikel kelenjar tiroid sehingga terjadi peningkatan produksi
hormon tiroid.8
Iodine-induced hyperthyroidism disebabkan karena suplementasi iodine
secara berlebihan pada populasi yang mengalami defisiensi iodine atau
administrasi iodide dalam dosis tinggi, seperti iodine-containing drugs atau
iodinated radiographic contrast agents.9
Selective pituitary resistance to thyroid hormones (PRHT) adalah suatu
keadaan dimana terjadi resistensi terhadap hormon tiroid yang ditandai dengan
adanya resistensi kelenjar pituitari terhadap hormon tiroid. Pada pemeriksaan
penunjang ditemukan peningkatan kadar T4 dan T3, namun level TSH dapat
normal maupun meningkat. 10

Gambar 1. Selective pituitary resistance to thyroid hormones (PRHT)

Selama masa anak dan remaja kebanyakan pasien dengan penyakit GD


memperlihatkan gejala dan tanda khas. Pada awal perjalanan penyakit gejala dan
tanda spesifik pada anak adalah adanya struma difus, takikardi, cemas,
peningkatan tekanan darah, proptosis, peningkatan nafsu makan, tremor,
kehilangan berat badan, dan tidak tahan terhadap udara panas. Kelainan mata

15
ditemukan pada lebih dari setengah pasien Graves’ disease dan hampir selalu
dijumpai pembesaran kelenjar tiroid.12 Pada kasus ini didapatkan gejala seperti
ada pembesaran kelenjar tiroid, takikardi, peningkatan tekanan darah, proptosis,
peningkatan nafsu makan, gemetar/tremor dan kehilangan berat badan.

Tabel 2. Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada anak dan remaja12

Gejala Persentase (%)


Struma 98
Takikardia 82
Gelisah 82
Peningkatan tekanan denyut 80
Proptosis 65
Peningkatan nafsu makan 60
Tremor 52
Penurunan berat badan 50
Intoleransi panas 30

Mata menonjol keluar (proptosis) melibatkan limfosit sitotoksik dan


antibodi sitotoksik lain yang terangsang akibat adanya antigen yang berhubungan
dengan tiroglobulin atau TSH-R pada fibroblast, otot-otot bola mata dan jaringan
tiroid. Sitokin yang terbentuk dari limfosit akan menyebabkan inflamasi
fibroblast dan miositis orbita, sehingga menyebabkan pembengkakan otot-otot
bola mata, proptosis dan diplopia. Hormon tiroid mempengaruhi hampir seluruh
sistem pada tubuh, termasuk pada pertumbuhan dan perkembangan, fungsi otot,
fungsi sistem saraf simpatik, sistem kardiovaskular dan metabolisme
karbohidrat.11
Hipersekresi T3 oleh sel folikel tiroid padahipertiroid juga mengakibatkan
peningkatan jumlah reseptor adrenergik. Oleh karena itu, terjadi respon terhadap
reseptor adrenergik berlebih saat hormon T3 dilepaskan ke jaringan. Saat hormon
epinefrin dan norepinefrin dilepaskan ke jaringan dan berikatan dengan reseptor
β1, mengakibatkan peningkatan kerja otot jantung, sehingga denyut jantung
meningkat bersamaan dengan meningkatnya cardiac output. Gejala takikardia
pada hipertiroid menyebabkan peningkatan metabolisme basal. Peningkatan
metabolisme basal ini menyebabkan terjadinya penimbunan panas tubuh yang

16
semakin lama semakin berlebih, maka menyebabkan terjadi intoleransi terhadap
suhu panas terhadap lingkungan.11,12 Pada kasus ini pasien memiliki gejala
takikardia.
Mekanismekontraksi otot perifer umumnya dikontrol lewat serebelum dan
ganglion basalis. Namun pada hipertiroid, terjadi rangsangan berlebihan terhadap
ganglion basalis. Oleh karena itu, otot otot ekstremitas akan mengalami kontraksi
yang mengakibatkan tremor.12 Pada kasus ini pasien memiliki gejala tremor atau
gemetar dibagian kedua tangan.
Pada anamnesis, umumnya pasien dengan hipertiroid akan mengeluhkan
adanya kecemasan, tremor, napas cepat, tidak tahan terhadap suhu panas,
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.13
Diagnosis hipertiroid dapat dilakukan berdasarkan tanda dan gejala klinis
yang dinilai berdasarkan indeks Wayne14:

Tabel 3. Indeks Wayne

Gejala Skor Tanda Skor


+ -
Dispnea +1 Tiroid terpalpasi +3 -3
Palpitasi +2 Bruit +2 -2
Kelelahan +2 Exoftalmus/proptosis +2
Suka udara panas -5 Retraksi kelopak mata +2 -
Suka udara dingin +5 Lid lag +1 -
Keringat berlebihan +3 Hiperkinetik +4 -2
Cemas +2 Tangan hangat +2 -2
Nafsu makan meningkat +3 Tangan lembab +1 -1
Nafsu makan menurun -3 Denyut nadi - -3
Peningkatan BB -3 >80x/menit +3 -
Penurunan BB +3 Denyut nadi +4 -
>90x/menit
Fibrilasi atrium
Note:
Skor tertinggi adalah +45 dan terendah adalah -25.
Hipertiroidisme : >19

17
Eutiroid : 11-18
Hipotiroid :<11
Akurasi dalam membantu penegakan diagnosis ialah 85%

Menurut indeks Wayne, pada kasus ini memiliki skor 21, dimana terdapat
gejala dispnea, palpitasi, kelelahan, keringat berlebihan, nafsu makan meningkat,
penurunan berat badan, eksoptalmus, denyut nadi >80x/menit.
Hipertiroid yang terjadi karena penyakit Graves menunjukkan adanya
pembesaran kelenjar tiroid yang bersifat difus dan padat. Bahkan kadang kadang
dapat terdengar bising dan berdenyut. Jika pada palpasi kelenjar tiroid didapatkan
pembesaran dan nyeri tekan maka perlu dicurigai sebagai tiroiditis subakut.13
Pemeriksaan laboratorium yang penting pada hipertiroid anak adalah
pengukuran kadar FT4 dan kadar TSH dalam darah untuk menegakkan diagnosis
hipertiroid. Pada hipertiroid primer didapatkan peningkatan kadar FT4 dan
penurunan kadar TSH. Sedangkan pada hipertiroid sekunder didapatkan adanya
peningkatan kadar TSH dan FT4 atau FT3, dan penurunan kadara TRH.12 Pada
kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan FT4 mengalami peningkatan sebesar
>7,777 ng/dl dan TSHS mengalami penurunan sebesar <0,005 ulU/ml jadi
termasuk hipertiroid primer.
Pemeriksaan laboratorium lain mungkin diperlukan seperti antara lain kadar
T3, antibodi tiroid terutama TRAbs dan ambilan yodium radioaktif. Pemeriksaan
ambilan yodium radioaktif dilakukan jika diagnosis penyakit Graves belum
meyakinkan.4
Tujuan pengobatan penyakit Graves adalah tercapainya kembali kadar
hormon tiroid yang normal. Ada tiga modalitas terapi untuk pasien dengan
penyakit Graves (Hipertiroid pada anak) yaitu obat antitiroid, yodium radioaktif
dan pembedahan. Faktor yang mempengaruhi pilihan pengobatan antara lain usia
pasien, besarnya kelenjar tiroid, adanya alergi obat, dan derajat besarnya
hipertiroid.4
Dua macam obat golongan tionamid yang dipakai secara luas adalah PTU
(Propiurasil) dan Metiomazol (Carbimazol). Kedua obat ini menghambat
biosintesis hormon tiroid dan menurunkan kadar hormon tiroid.4

18
PTU Bekerja dengan cara menghambat enzim tiroid peroksidase yang
berperan dalam penambahan iodine ke residu tirosin untuk membentuk
tiroglobulin. Selain itu PTU juga menghambat enzim tetraiodine 5’deiodinase
yang mengkonversi T4 menjadi T3.15
Dosis awal PTU adalah 5-10 mg/kg/hari dibagi menjadi tiga dosis,
sedangkan metimazol 0,25-1 mg/kg/hari yang diberikan sekali atau dua kali
sehari. Kemudian dosis dapat diturunkan setiap 4-8 minggu setelah dilakukan
evaluasi adanya pengurangan gejala-gejala dan pemeriksaan fungsi tiroid. Setelah
itu perlu dipertahankan pada dosis minimal yang mampu mempertahankan pasien
dalam keadaan eutiroid selama periode pengobatan 12 sampai 24 bulan. Namun
tetap berada dibawah pengawsan terhadap manifestasi yang dapat timbul. 15 Pada
kasus ini pasien diberikan terapi berupa PTU 3 kali 100 mg dan propranolol 3
kali 10 mg.
Peningkatan kadar TSH yang melebihi normal merupakan petanda dosis PTU
atau metimazol yang terlalu besar dan dapat menyebabkan bertambah besarnya
kelenjar tiroid. Respon klinis akan terlihat dalam dua sampai tiga minggu setelah
inisiasi terapi. Pemantauan ketat perlu dilakukan dalam 1-3 bulan. Dosis obat
dapat diturunkan sampai ke dosis minimal yang dapat mempertahankan keadaan
eutiroid. 4

Tabel 4. Dosis obat yang digunakan untuk terapi hipertiroid4


Nama Obat Dosis/hari Pemberian
PTU 5-10 mg/kg Dalam 3 dosis
Metimazol 0,25-1 mg/kg Dalam 1 atau 2
dosis
Propranolol 0,5-2 mg/kg Dalam 3 dosis

Tabel 5. Dosis Pemberian Metimazol


14

Umur Dosis
Infant 1,25 mg/hari
1-5 tahun 2,5-50 mg/hari
5-10 tahun 5-10 mg/hari
10-18 tahun 10-20 mg/hari

19
Efek samping tersering pada terapi dengan MMI ialah hives, atralgia, dan
neutropenia. Jika selama terapi MMI, individu mengalami sakit kemudian demam
dan terjadi faringitis, maka terapi MMI harus segera dihentikan segera.
Sedangkan efek samping dalam terapi PTU ialah leukopenia, namun bukan
merupakan alasan untuk menghentikan pengobatan. Ruam dan urtikaria juga
sering terjadi, namun dapat diatasi dengan penghentian obat untuk sementara
kemudian memulai lagi dengan obat antitiroid lain. Efek samping yang dapat
ditimbulkan dari pemakaian PTU ialah risiko gagal hati, dan pasien perlu
diedukasi tentang tanda dan gejala adanya abnormalitas hati seperti jaundice,
anorexia, warna feses yang cerah, urin gelap dan nyeri perut. Jika ditemukan
adanya tanda dan gejala seperti yang disebutkan diatas maka terapi harus segera
dihentikan dan pemeriksaan darah lengkap, bilirubin dan SGOT/SGPT.4,12
Pengobatan dapat diberikan selama lima tahun atau lebih dan remisi
sebesar 25% dapat terjadi setiap dua tahun pengobatan. Jika terjadi relaps setelah
obat dihentikan maka terapi harus dimulai kembali. Relaps biasanya timbul 3
sampai 6 bulan setelah terapi dihentikan. Pada pasien hipertiroid berat dapat
diberikan beta bloker seperti propranolol dengan dosis 0,5-2 mg/kg dapat dibagi
menjadi tiga dosis. Obat ini digunakan untuk mengontrol gejala hiperadrenergik
seperti tremor, gelisah, takikardi dan keringat yang banyak. Selain propranolor
obat lain yang dapat digunakan ialah atenolol, atau metoprolol, sedangkan jika
pasien memiliki penyakit asma maka dapat metoprolol yang merupakan beta
bloker non selektif. Jika kadar tiroid sudah normal maka pemberian beta bloker
dapat dihentikan. 4,15
Terdapat beberapa macam yodium radioaktif, yaitu I125, I130, dan I131.
Yodium radioaktif yang paling banyak dipakai untuk maksud biologis ialah I131. 15
Tujuan terapi radioiodine pada kasus hipertiroid ialah untuk mencapai status
hipotiroid.14
Hipertiroid merupakan kondisi yang dapat diobati (treatable), diagnosis
dan tata laksana secara dini memberikan prognosis yang baik. Pada badai tiroid
kematian dapat mencapai 10-20%, namun pernah dilaporkan mencapai 75%.15

20
Daftar Pustaka

1. Guyton, Hall. Buku ajar fisiologi edisi 11: sistem endokrin. Jakarta. EGC: 2010.
2. British tiroid foundation. UK Guidelines for the Use of Thyroid Function
Tests:2013.
3. John, Mathew. Review article: antythiroid drugs in pediatric Graves’ disease.
Departemen of endocrinology. 2015. 19(3). India.
4. Batubara, Jose. Buku ajar Endokrinologi anak edisi I: gangguan tiroid. Jakarta.
IDAI:2010.
5. Leger, Hyperthyroidism in Childhood: Causes, When and How to Treat. Journal
of clinical research of endocrinology: 2013.5(1).
6. Hung, autoimmune and non-autoimmune hyperthyroidism in pediatric patients: a
review and personal commentary on management. Pediatric endocrinology:
2013.2 (1).
7. Batra, Mohan. Fetal and neonatal thyrotoxicosis in Indian journal of
endocrinology of metabolism. India : 2013 (17).
8. Kumar. Basic pathology robbins: the endocrine system. Philadelphia. Elseiver:
2011.
9. Müssig, Karsten . Case report: Iodine-Induced Thyrotoxicosis After Ingestion of
Kelp-Containing Tea. German: 2013 (21).
10. Monaco, Fabrizio. Thyroid Diseases: Clinical Fundamentals and Therapy.
America: 2013.
11. Jameson JL, Weetman AP. The Disorders of Thyroid Gland. Dalam: Braunwald
E, Fauci A, Kasper D, Hoster S, Longo D, Jameson J, penyunting. Harrison’s
Principle of Internal Medicine. Edisi ke-16. New York: mcgraw Hill;
2014.h.2113-2117

21
12. Schraga, Erik. Hyperthyroidism, Thyroid Storm, and Graves Disease Follow-up.
UK:2014.
13. Karla, sanjay. Clinical scoring scales in thyroidology: A compendium. Indian
journal of endocrinology and metabolism. 2014.15(2)
14. Rivkees, Scott. review pediatric graves disease management in the post-
prophyltiuracil era. 2014.(10)
15. Mardjono, M. Farmakologi dan terapi: Hormon tiroid dan anti tiroid. FKUI.
Jakarta: 2011.

22

Anda mungkin juga menyukai