Refka Aco Hipertiroid Fiks
Refka Aco Hipertiroid Fiks
PENDAHULUAN
1
Rendahnya angka kejadian serta tidak khasnya gejala awal
hipertiroid pada anak seringkali tidak diperhatikan para praktisi kesehatan
dalam menentukan diagnosis dan penatalaksananya. Seringkali anak dengan
hipertiroid harus mengalami penderitaan beberapa bulan lebih lama sampai
diagnosis hipertiroidnya tertegakkan.4
BAB II
2
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. I
Jenis kelamin : Perempuan
Lahir pada tanggal/umur : 09 Maret 2005/ 12 tahun
Berat waktu lahir : 3500 gram
Partus secara normal dibantu oleh Bidan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Suku bangsa : Kaili
Nama ibu : Ny. Dewi : 35 tahun
Nama ayah : Tn. Juanda : 40 tahun
Pekerjaan ayah : Petani
Pendidikan ayah : SMP
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan ibu : SMP
Alamat : Desa Sidondo II
No. Telp : 083132339652
Masuk dengan diagnosa : Hipertiroid
Tanggal masuk rumah sakit : 14 Februari 2018
Masuk ke ruangan : Poliklinik Anak
3
4. 7 tahun Masih hidup
FAMILY TREE
Ayah Ibu
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Jantung berdebar
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak datang ke Poliklinik RS Anutapura Palu di antar oleh orang
tuanya dengan keluhan jantung berdebar-debar sejak 8 bulan lalu, jantung
berdebar-debar saat melakukan aktivitas berlebih, jantung berdebar-debar
berkurang ketika duduk dan beristirahat, sebelumnya sudah berobat sejak 2 bulan
lalu. Pasien juga sering berkeringat banyak walaupun tidak berada dibawah sinar
matahari maupun saat bekerja (saat beristirahat). Pasien juga mengalami
penurunan berat badan sedangkan nafsu makan meningkat dan pasien sering
merasakan perasaan mau makan dan lapar. Celana milik pasien dirasakan semakin
longgar. Namun demikian sejak akhir-akhir ini pasien tidak nafsu makan dan
makan lebih sedikit. Pasien juga sering merasa lemas badan dan gemetar di daerah
jari kedua tangan. Pasien juga mengeluhkan merasa sangat mudah lelah walau
hanya melakukan aktivitas yang sangat sederhana dan ringan. Selain itu pasien
juga mengeluh sesak napas ketika melakukan aktivitas berat. Sebelumnya tidak
pernah merasakan hal yang sama. Demam (-), sakit kepala (+), pusing (-), tampak
benjolan pada leher yang ikut bergerak, batuk (-), pilek (-), mual (+), muntah (-),
nyeri perut (-), buang air besar dan buang air kecil biasa.
Anamnesis antenatal
4
Riwayat Ante Natal Care (ANC) rutin dikontrol. Bayi lahir cukup bulan, lahir
spontan. Bayi lahir ditolong oleh bidan dengan berat badan lahir 3500 gram.
Anak ke 2 dari 4 bersaudara.
Imunisasi
DASAR ULANGAN
I II III I II III
BCG +
POLIO + + +
DTP + + +
CAMPAK +
HEPATITIS + + +
5
- Tangan sering gemetar
- Pembesaran tiroid
Anamnesis Keluarga
1. Ikhtisar Keturunan: Anak ke-2 dari 4 bersaudara
2. Riwayat keluarga: (tentang penyakit, masih hidup/meninggal, sebab
meninggal,dsb)
Ada riwayat keluarga yang menderita hipertiroid yaitu ibunya
Perjalanan Penyakit:
Pasien anak perempuan umur 12 tahun, berat badan 48 kg datang ke
Poliklinik RS Anutapura Palu di antar oleh orang tuanya dengan keluhan
jantung berdebar-debar sejak 8 bulan lalu, jantung berdebar-debar saat
melakukan aktivitas berlebih, jantung berdebar-debar berkurang ketika duduk
dan beristirahat, sebelumnya sudah berobat sejak 2 bulan lalu. Pasien juga
sering berkeringat banyak walau tidak berada dibawah sinar matahari maupun
saat bekerja (saat beristirahat). Pasien juga mengalami penurunan berat badan
sedangkan nafsu makan meningkat dan pasien sering merasakan perasaan
mau makan dan lapar. Celana milik pasien dirasakan semakin longgar.
Namun demikian sejak akhir-akhir ini pasien tidak nafsu makan dan makan
lebih sedikit. pasien juga sering merasa lemas badan dan gemetar di daerah
jari kedua tangan. Pasien juga mengeluhkan merasa sangat mudah lelah walau
hanya melakukan aktivitas yang sangat sederhana dan ringan. Selain itu
pasien juga mengeluh sesak napas ketika melakukan aktivitas berat.
Sebelumnya tidak pernah merasakan hal yang sama. Demam (-), sakit kepala
(+), pusing (-), tampak benjolan pada leher yang ikut bergerak, batuk (-),
6
Pilek (-), mual (+), muntah (-), nyeri perut (-), buang air besar dan buang air
kecil biasa.
7
Tanda Vital
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Denyut nadi : 130 Kali/menit
- Suhu : 36,8 o C
- Respirasi : 30 kali/menit
Kejang
- Tipe : -
- Lamanya: -
Kulit
- Warna: sawo matang Turgor: < 2 detik
- Efloresensi: tidak ditemukan Tonus: baik
8
- Pigmentasi: tidak ditemukan Oedema: tidak ditemukan
- Jaringan parut: tidak ditemukan
- Lapisan lemak: tidak ditemukan
- Lain- lain: tidak ditemukan
Kepala
- Bentuk : Normocephal
- Rambut : Warna hitam, sulit dicabut
- Ubun-ubun besar : Menutup
Mata
- Exophtalmus/Enophtalmus : Eksoptalmus (+)
- Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan Pemeriksaan
- Konjungtiva : Anemis (+/+)
- Sklera : Tidak ikterus
- Corneal Refleks : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Pupil : Isokor, RCL+/+, RCTL+/+
- Lensa jernih : Jernih +/+
- Fundus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Gerakan : Tidak dilakukan pemeriksaan
9
- Harrison’s groove : tidak ada
- Pernapasan paradoxal : tidak ada
- Retraksi : subcostal (-), intercostal (-)
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan sama kiri, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Detak jantung : 110 x / menit
- Ictus : Ictus cordis tidak tampak
- Batas kiri : di SIC V linea midclavicula.
- Batas kanan : di linea Parasternal dextra
- Batas atas : di SIC II linea midclavikula sinistra
- Bunyi jantung apex : Bunyi jantung I/II murni regular, Bising(-)
Abdomen
- Bentuk : Kesan datar, massa (-), distensi (-), jejas (-)
- Lain-lain : NTE (-), peristaltik (+) kesan normal, timpani(+), asites (-)
- Lien : Pembesaran (-)
- Hepar : pembesaran (-)
Genitalia : Tidak ditemukan kelainan
Kelenjar : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Anggota gerak :
Ekstremitas Atas : akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-)
Tulang tulang : tidak ada deformitas
Otot-otot : eutrofi
Refleks : Refleks fisiologis normal, patologis (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
WBC 8,60 4,5-10,0 103/ µl
10
RBC 5,35 L: 4,5-6,5 106/µl
P: 3,6-5,8 106/µl
HGB 12,7 L: 14-18 g/dl
P: 12-16 g/dl
HCT 38,6 37-48 %
PLT 360 150-400 103/µl
RESUME
Seorang anak perempuan umur 12 tahun, berat badan 48 kg datang ke Poliklinik
RS Anutapura Palu di antar oleh orang tuanya dengan keluhan jantung berdebar-
debar sejak 8 bulan lalu, jantung berdebar-debar saat melakukan aktivitas
berlebih, jantung berdebar-debar berkurang ketika duduk dan beristirahat,
sebelumnya sudah berobat sejak 2 bulan lalu. Pasien juga sering berkeringat,
penurunan berat badan sedangkan nafsu makan meningkat, pasien juga sering
merasa lemas badan dan gemetar di daerah jari kedua tangan, mengeluhkan
merasa sangat mudah lelah walau hanya melakukan aktivitas yang sangat
sederhana dan ringan. Selain itu pasien juga mengeluh sesak napas ketika
melakukan aktivitas berat. Demam (-), sakit kepala (+), pusing (-), tampak
benjolan pada leher yang ikut bergerak, batuk (-), Pilek (-), mual (+), muntah (-),
nyeri perut (-), buang air besar dan buang air kecil biasa. Pada pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 36,8 0C, nadi 130 x/menit dan
respirasi 30 x/menit. Pada status gizi didapatkan status gizi baik dengan berat
badan 48 kg dan tinggi badan 153 cm didapatkan hasil perhitungan CDC 109 %,
pada pemeriksaan fisik didapatkan bola mata tampak eksoptalmus dan
pembesaran kelenjar tiroid, selain itu batas normal. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan WBC sebesar 8,6 103/ul, RBC sebesar 5,35 106/ul, HGB
sebesar 12,7 g/dl, HCT sebesar 38,6 %, PLT sebesar 360 103/ul, TSH (< 0.005
11
µIU/mL) Free T4 (>7,77 ng/dL). Pemeriksaan hasil EKG didapatkan sinus
Takikardia, HR 124x/menit dan axis normal.
Diagnosis kerja : Hipertiroid (Grave’s Disease)
Terapi :
- Propanolol 3x10 mg
- PTU 3X100 mg
Anjuran :
- Kontrol TSH FT4
- Pemeriksaan USG
BAB III
DIKSUSI
12
benjolan pada leher yang ikut bergerak, batuk (-), Pilek (-), mual (+), muntah (-),
nyeri perut (-), buang air besar dan buang air kecil biasa. Pada pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 36,8 0C, nadi 130 x/menit dan
respirasi 30 x/menit. Pada status gizi didapatkan status gizi baik dengan berat
badan 48 kg dan tinggi badan 153 cm didapatkan hasil perhitungan CDC 109 %,
pada pemeriksaan fisik didapatkan bola mata tampak eksoptalmus dan
pembesaran kelenjar tiroid, selain itu batas normal. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan WBC sebesar 8,6 103/ul, RBC sebesar 5,35 106/ul, HGB
sebesar 12,7 g/dl, HCT sebesar 38,6 %, PLT sebesar 360 103/ul, TSH (< 0.005
µIU/mL) Free T4 (>7,77 ng/dL). Pemeriksaan hasil EKG didapatkan sinus
Takikardia, HR 124x/menit dan axis normal. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
penyakit hipertiroid.
Hipertiroid adalah bentuk dari tirotoksikosis karena sintesis dan produksi
hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid. Sedangkan tirotoksikosis
mengarah pada status klinis akibat tingginya aktivitas hormon tiroid di jaringan.4
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi
tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme
(Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam
darah.1
Angka kejadian hipertiroid bervariasi pada anak-anak. Insidens pada usia
0-11 tahun dilaporkan sebanyak 0,44 kasus per 1000 populasi, sedangkan 0,59
kasus per 1000 populasi pada anak kelompok usia 12 sampai 17 tahun. Meskipun
hipertiroid merupakan kasus yang jarang pada anak-anak, namun jika ditemukan
umumnya disebabkan karena Graves’ disease (GD) dengan jumlah kira kira 1%-
5% kasus pada anak. GD lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan laki-
laki. Dapat terjadi pada semua umur dan insidens meningkat seiring pertambahan
usia dan memuncak pada usia remaja. GD lebih sering terjadi pada anak dengan
riwayat penyakit autoimun tiroid.5 Pada kasus ini pasien berjenis kelamin
perempuan dan umur 12 tahun.
13
Penyebab hipertiroid pada anak-anak dapat digolongkan berdasarkan
autoimun dan non autoimun. Penyebab autoimun tersering ialah Graves’ disease.
Sedangkan penyebab non autoimun ialah adenoma tiroid, tiroidisitis akut,
tiroiditis kronik, peningkatan produksi TSH, ingesti iodine yang berlebihan.6
14
Tiroiditis subakut juga dikenal sebagai de Quervain thyroiditis disebabkan
oleh infeksi virus atau merupakan proses inflamasi post viral biasanya pasien
memiliki riwayat infeksi pada saluran napas sebelumnya. Pada pasien dengan
tiroiditis akut dapat terjadi transien hipertiroid yang disebabkan karena adanya
gangguan pada folikel kelenjar tiroid sehingga terjadi peningkatan produksi
hormon tiroid.8
Iodine-induced hyperthyroidism disebabkan karena suplementasi iodine
secara berlebihan pada populasi yang mengalami defisiensi iodine atau
administrasi iodide dalam dosis tinggi, seperti iodine-containing drugs atau
iodinated radiographic contrast agents.9
Selective pituitary resistance to thyroid hormones (PRHT) adalah suatu
keadaan dimana terjadi resistensi terhadap hormon tiroid yang ditandai dengan
adanya resistensi kelenjar pituitari terhadap hormon tiroid. Pada pemeriksaan
penunjang ditemukan peningkatan kadar T4 dan T3, namun level TSH dapat
normal maupun meningkat. 10
15
ditemukan pada lebih dari setengah pasien Graves’ disease dan hampir selalu
dijumpai pembesaran kelenjar tiroid.12 Pada kasus ini didapatkan gejala seperti
ada pembesaran kelenjar tiroid, takikardi, peningkatan tekanan darah, proptosis,
peningkatan nafsu makan, gemetar/tremor dan kehilangan berat badan.
Tabel 2. Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada anak dan remaja12
16
semakin lama semakin berlebih, maka menyebabkan terjadi intoleransi terhadap
suhu panas terhadap lingkungan.11,12 Pada kasus ini pasien memiliki gejala
takikardia.
Mekanismekontraksi otot perifer umumnya dikontrol lewat serebelum dan
ganglion basalis. Namun pada hipertiroid, terjadi rangsangan berlebihan terhadap
ganglion basalis. Oleh karena itu, otot otot ekstremitas akan mengalami kontraksi
yang mengakibatkan tremor.12 Pada kasus ini pasien memiliki gejala tremor atau
gemetar dibagian kedua tangan.
Pada anamnesis, umumnya pasien dengan hipertiroid akan mengeluhkan
adanya kecemasan, tremor, napas cepat, tidak tahan terhadap suhu panas,
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.13
Diagnosis hipertiroid dapat dilakukan berdasarkan tanda dan gejala klinis
yang dinilai berdasarkan indeks Wayne14:
17
Eutiroid : 11-18
Hipotiroid :<11
Akurasi dalam membantu penegakan diagnosis ialah 85%
Menurut indeks Wayne, pada kasus ini memiliki skor 21, dimana terdapat
gejala dispnea, palpitasi, kelelahan, keringat berlebihan, nafsu makan meningkat,
penurunan berat badan, eksoptalmus, denyut nadi >80x/menit.
Hipertiroid yang terjadi karena penyakit Graves menunjukkan adanya
pembesaran kelenjar tiroid yang bersifat difus dan padat. Bahkan kadang kadang
dapat terdengar bising dan berdenyut. Jika pada palpasi kelenjar tiroid didapatkan
pembesaran dan nyeri tekan maka perlu dicurigai sebagai tiroiditis subakut.13
Pemeriksaan laboratorium yang penting pada hipertiroid anak adalah
pengukuran kadar FT4 dan kadar TSH dalam darah untuk menegakkan diagnosis
hipertiroid. Pada hipertiroid primer didapatkan peningkatan kadar FT4 dan
penurunan kadar TSH. Sedangkan pada hipertiroid sekunder didapatkan adanya
peningkatan kadar TSH dan FT4 atau FT3, dan penurunan kadara TRH.12 Pada
kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan FT4 mengalami peningkatan sebesar
>7,777 ng/dl dan TSHS mengalami penurunan sebesar <0,005 ulU/ml jadi
termasuk hipertiroid primer.
Pemeriksaan laboratorium lain mungkin diperlukan seperti antara lain kadar
T3, antibodi tiroid terutama TRAbs dan ambilan yodium radioaktif. Pemeriksaan
ambilan yodium radioaktif dilakukan jika diagnosis penyakit Graves belum
meyakinkan.4
Tujuan pengobatan penyakit Graves adalah tercapainya kembali kadar
hormon tiroid yang normal. Ada tiga modalitas terapi untuk pasien dengan
penyakit Graves (Hipertiroid pada anak) yaitu obat antitiroid, yodium radioaktif
dan pembedahan. Faktor yang mempengaruhi pilihan pengobatan antara lain usia
pasien, besarnya kelenjar tiroid, adanya alergi obat, dan derajat besarnya
hipertiroid.4
Dua macam obat golongan tionamid yang dipakai secara luas adalah PTU
(Propiurasil) dan Metiomazol (Carbimazol). Kedua obat ini menghambat
biosintesis hormon tiroid dan menurunkan kadar hormon tiroid.4
18
PTU Bekerja dengan cara menghambat enzim tiroid peroksidase yang
berperan dalam penambahan iodine ke residu tirosin untuk membentuk
tiroglobulin. Selain itu PTU juga menghambat enzim tetraiodine 5’deiodinase
yang mengkonversi T4 menjadi T3.15
Dosis awal PTU adalah 5-10 mg/kg/hari dibagi menjadi tiga dosis,
sedangkan metimazol 0,25-1 mg/kg/hari yang diberikan sekali atau dua kali
sehari. Kemudian dosis dapat diturunkan setiap 4-8 minggu setelah dilakukan
evaluasi adanya pengurangan gejala-gejala dan pemeriksaan fungsi tiroid. Setelah
itu perlu dipertahankan pada dosis minimal yang mampu mempertahankan pasien
dalam keadaan eutiroid selama periode pengobatan 12 sampai 24 bulan. Namun
tetap berada dibawah pengawsan terhadap manifestasi yang dapat timbul. 15 Pada
kasus ini pasien diberikan terapi berupa PTU 3 kali 100 mg dan propranolol 3
kali 10 mg.
Peningkatan kadar TSH yang melebihi normal merupakan petanda dosis PTU
atau metimazol yang terlalu besar dan dapat menyebabkan bertambah besarnya
kelenjar tiroid. Respon klinis akan terlihat dalam dua sampai tiga minggu setelah
inisiasi terapi. Pemantauan ketat perlu dilakukan dalam 1-3 bulan. Dosis obat
dapat diturunkan sampai ke dosis minimal yang dapat mempertahankan keadaan
eutiroid. 4
Umur Dosis
Infant 1,25 mg/hari
1-5 tahun 2,5-50 mg/hari
5-10 tahun 5-10 mg/hari
10-18 tahun 10-20 mg/hari
19
Efek samping tersering pada terapi dengan MMI ialah hives, atralgia, dan
neutropenia. Jika selama terapi MMI, individu mengalami sakit kemudian demam
dan terjadi faringitis, maka terapi MMI harus segera dihentikan segera.
Sedangkan efek samping dalam terapi PTU ialah leukopenia, namun bukan
merupakan alasan untuk menghentikan pengobatan. Ruam dan urtikaria juga
sering terjadi, namun dapat diatasi dengan penghentian obat untuk sementara
kemudian memulai lagi dengan obat antitiroid lain. Efek samping yang dapat
ditimbulkan dari pemakaian PTU ialah risiko gagal hati, dan pasien perlu
diedukasi tentang tanda dan gejala adanya abnormalitas hati seperti jaundice,
anorexia, warna feses yang cerah, urin gelap dan nyeri perut. Jika ditemukan
adanya tanda dan gejala seperti yang disebutkan diatas maka terapi harus segera
dihentikan dan pemeriksaan darah lengkap, bilirubin dan SGOT/SGPT.4,12
Pengobatan dapat diberikan selama lima tahun atau lebih dan remisi
sebesar 25% dapat terjadi setiap dua tahun pengobatan. Jika terjadi relaps setelah
obat dihentikan maka terapi harus dimulai kembali. Relaps biasanya timbul 3
sampai 6 bulan setelah terapi dihentikan. Pada pasien hipertiroid berat dapat
diberikan beta bloker seperti propranolol dengan dosis 0,5-2 mg/kg dapat dibagi
menjadi tiga dosis. Obat ini digunakan untuk mengontrol gejala hiperadrenergik
seperti tremor, gelisah, takikardi dan keringat yang banyak. Selain propranolor
obat lain yang dapat digunakan ialah atenolol, atau metoprolol, sedangkan jika
pasien memiliki penyakit asma maka dapat metoprolol yang merupakan beta
bloker non selektif. Jika kadar tiroid sudah normal maka pemberian beta bloker
dapat dihentikan. 4,15
Terdapat beberapa macam yodium radioaktif, yaitu I125, I130, dan I131.
Yodium radioaktif yang paling banyak dipakai untuk maksud biologis ialah I131. 15
Tujuan terapi radioiodine pada kasus hipertiroid ialah untuk mencapai status
hipotiroid.14
Hipertiroid merupakan kondisi yang dapat diobati (treatable), diagnosis
dan tata laksana secara dini memberikan prognosis yang baik. Pada badai tiroid
kematian dapat mencapai 10-20%, namun pernah dilaporkan mencapai 75%.15
20
Daftar Pustaka
1. Guyton, Hall. Buku ajar fisiologi edisi 11: sistem endokrin. Jakarta. EGC: 2010.
2. British tiroid foundation. UK Guidelines for the Use of Thyroid Function
Tests:2013.
3. John, Mathew. Review article: antythiroid drugs in pediatric Graves’ disease.
Departemen of endocrinology. 2015. 19(3). India.
4. Batubara, Jose. Buku ajar Endokrinologi anak edisi I: gangguan tiroid. Jakarta.
IDAI:2010.
5. Leger, Hyperthyroidism in Childhood: Causes, When and How to Treat. Journal
of clinical research of endocrinology: 2013.5(1).
6. Hung, autoimmune and non-autoimmune hyperthyroidism in pediatric patients: a
review and personal commentary on management. Pediatric endocrinology:
2013.2 (1).
7. Batra, Mohan. Fetal and neonatal thyrotoxicosis in Indian journal of
endocrinology of metabolism. India : 2013 (17).
8. Kumar. Basic pathology robbins: the endocrine system. Philadelphia. Elseiver:
2011.
9. Müssig, Karsten . Case report: Iodine-Induced Thyrotoxicosis After Ingestion of
Kelp-Containing Tea. German: 2013 (21).
10. Monaco, Fabrizio. Thyroid Diseases: Clinical Fundamentals and Therapy.
America: 2013.
11. Jameson JL, Weetman AP. The Disorders of Thyroid Gland. Dalam: Braunwald
E, Fauci A, Kasper D, Hoster S, Longo D, Jameson J, penyunting. Harrison’s
Principle of Internal Medicine. Edisi ke-16. New York: mcgraw Hill;
2014.h.2113-2117
21
12. Schraga, Erik. Hyperthyroidism, Thyroid Storm, and Graves Disease Follow-up.
UK:2014.
13. Karla, sanjay. Clinical scoring scales in thyroidology: A compendium. Indian
journal of endocrinology and metabolism. 2014.15(2)
14. Rivkees, Scott. review pediatric graves disease management in the post-
prophyltiuracil era. 2014.(10)
15. Mardjono, M. Farmakologi dan terapi: Hormon tiroid dan anti tiroid. FKUI.
Jakarta: 2011.
22