Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial budaya.
Pembangunan agar menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan
sendiri (self sustaining process) tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya
(Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat
memberikan manusia kemampuan lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya
dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan
tertentu (Irawan dan M.Suparmoko, 2002:8-9).Pembangunan ekonomi perlu
dilakukan demi kehidupan manusia yang layak, salah satunya dengan
meningkatkan sektor perdagangan agar siklus ekonomi tetap
berjalan.Pembangunan pusat perdagangan pada saat ini sangat sering terjadi di
Indonesia. Menurut Ayuningsasi(2011), pembangunan pusat perdagangan
merupakan suatu variabel yang dapat dijadikan untuk mengukur perkembangan
perekonomian. Keberadaan pusat perdagangan merupakan bukti riil adanya
kegaiatan perekonomian di suatu daerah. Kegiatan perekonomian tersebut ditandai
dengan adanya suatu proses transaksi antara penjual dan pembeli. Tepat terjadinya
proses transaksi antara penjual dan pembeli disebut pasar. Menurut
Rasidin(2011), secara umum pasar dapat didefinisikan sebagai aera tempat jual
beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu.Menurut Kholis dkk.(2011),
perkembangan pasar modern yang cukup pesat dikhawatirkan akan menggeser
posisi pasar tradisional karena pasar tradisional tidak mampu bersaing dengan
pasar modern. Pasar tradisional mempunyai fungsi dan peranan yang tidak hanya
bagi tempat perdagangan tetapi juga sebagai peninggalan kebudayaan yang sudah
ada sejak dahulu (Weda dan Rahadi, 2012).Pasar tradisional identik dengan
kondisi lingkungan yang kumuh, kotor, becek dan bau berbeda halnya dengan
pasar modern yang menawarkan fasilitas lebih menarik dengan sauna yang
nyaman dan bersih.Kenyamanan berbelanja biasanya menjadi alasan konsumen
untuk lebih memilih pasar modern dibandingkan pasar tradisional (Isnaini, dkk.

1
2012).Munurut Rahadi(2010), kondisi ini menjadi ancaman serius bagi bagi
keberlangsungan usaha para pedagang tradisonal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan pembangunan pasar di Desa
Adat Pecatu secara efektif dan efisien?
2. Bagaimana analisis SWOT pada metode pelaksanaan pekerjaannya?
3. Bagaimana K3 pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan pasar di Desa
Adat Pecatu?

1.3 Tujuan Pelaksanaan


4. Merencanakan metode pelaksanaan pekerjaan pembangunan pasar di Desa
Adat Pecatu secara efektif dan efisien?
5. Merencanakan analisis SWOT pada metode pelaksanaan pekerjaannya?
6. Merencanakan K3 pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan pasar di
Desa Adat Pecatu?

1.4 Manfaat Pelaksanaan


Hasil Pelaksanaan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa,
fakultas dan pemerintah, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dibidang metode pelaksanaan, analisis
SWOT dan K3 pada pekerjaan konstruksi bangunan gedung.

2. Bagi Fakultas
Sebagai tambahan ilmu dan referensi dalam metode pelaksanaan,analisis
SWOT dan K3 pada pekerjaan konstruksi bangunan gedung.

3. Bagi Pemerintah
Dapat digunakan sebagai acuan metode pelaksanaan, analisis SWOT dan
K3 pada pekerjaan konstruksi bangunan gedung.

2
1.5 Batasan Pelaksanaan
Karena terbatasnya waktu dan biaya, maka dalam perencanaan
pelaksanaan ini ada beberapa permasalahan yang dibatasi adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan yang dibahas hanya sampai plat lantai dua.
2. Metode pelaksanaan direncanakan sampai plat lantai dua.
3. Analisis SWOT direncanakan sesuai dengan metode pelaksanaan yakni
sampai plat lantai dua.
4. Analisis K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) direncanakan sampai plat
lantai dua.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Metode Konstruksi


Metode konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan
konstruksi yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan
pengetahuan atau standar yang telah di uji cobakan. Cara atau metode tersebut
tidak terlepas dari penggunaan teknologi sebagai pendukung terhadap proses
percepatan pekerjaan, agar kegiatan pembangunan dapat berjalan sebagaimana
mestinya sesuai dengan yang diharapkan dan memliki aspek ekonomis. Aspek
teknologi dan inovasi teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi.
Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat
dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan, sehingga target 3 T
yaitu tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana
ditetapkan dapat tercapai.
Proyek secara umum adalah merupakan sebuah kegiatan pekerjaan yang
dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang pebisnis atau pemilik pekerjaan
yang ingin mencapai suatu tujuan tertentu dan dilaksanakan oleh pelaksana
pekerjaan sesuai dengan keinginan dari pada pebisnis atau pemilik proyek dan
spesifikasi yang ada. Dalam pelaksanaan proyek pemilik proyek dan pelaksana
proyek memiliki hak yang diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai
dengan batasan waktu yang telah disetujui bersama antar pemilik proyek dan
pelaksana proyek.

2.2 Jenis- jenis Proyek Konstruksi


Menurut Ervianto (2005), proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua
jenis kelompok, yaitu :
1. Bangunan gedung, seperti :
a. Rumah
b. Kantor
c. pabrik

4
d. dan lain-lain
2. Bangunan sipil, seperti :
a. Jalan
b. Jembatan
c. bendungan
d. dan infrastruktur lainnya.

2.3 Definisi konstruksi bangunan gedung


2.3.1 Pengertian Bangunan Gedung
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan
khusus.Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang
meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Pemanfaatan bangunan gedung
adalah kegiatan memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang telah
ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara
berkala.

2.3.2 Pengertian Pasar


Pasar atau market merupakan sebuah tempat bertemunya pembeli dengan
penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli
suatu barang dan jasa atau sumber daya ekonomi dan berbagai faktor produksi
yang lainnya.Pada umumnya, pengertian pasar tidak menunjuk ke sebuah lokasi
ataupun tempat-tempat tertentu, hal ini karena pasar tidak memiliki batas
geografis. Adanya sistem jaringan komunikasi modern dapat meniadakan
hambatan atau batasan-batasan geografis, sehingga dapat memungkinkan penjual
dan pembeli bertransaksi tanpa harus saling melihat wajah satu sama lain.
Pada prinsipnya, aktivitas perekonomian yang terjadi di pasar didasarkan
dengan adanya kebebasan dalam bersaing, baik itu untuk pembeli maupun

5
penjual. Penjual mempunyai kebebasan untuk memutuskan barang atau jasa apa
yang seharusnya untuk diproduksi serta yang akan di distribusikan.Menurut
(William J.Stanton), berpendapat bahwa pengertian pasar adalah sekumpulan
orang yang memiliki keinginan untuk puas, uang yang digunakan untuk
berbelanja, serta memiliki kemauan untuk membelanjakan uang tersebut.

2.3.3 Ciri-Ciri Pasar


Berdasarkan dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan beberapa ciri – ciri
pasar, antara lain :
a) Terdapat calon pembeli dan penjual.
b) Terdapat jasa ataupun barang yang hendak untuk diperjualbelikan.
c) Terdapat proses permintaan serta penawaran oleh kedua pihak.
d) Terdapat interaksi diantara pembeli dan penjual baik itu secara
langsung ataupun tidak langsung.

2.3.4 Klasifikasi Pasar


A. Pasar tradisional
Pasar tradisional adalah suatu pasar dimana tempat tersebut merupakan
bertemunya para penjual dan pembeli serta terdapat transaksi jual beli secara
langsung serta pada umumnya terjadi proses tawar-menawar. Bangunan dari pasar
tradisional biasanya berupa los, kios-kios atau gerai, serta dasaran terbuka yang
dibuka oleh para penjual ataupun dari pengelola pasar.Beberapa pasar tradisional
yang terkenal adalah pasar Klewer di Solo, pasar Beringharjo di Yogyakarta, dan
daerah-daerah yang lainnya.Pasar tradisional tersebut masih terus mencoba untuk
bertahan menghadapi serangan dari adanya pasar modern.
B. Pasar Modern
Pada dasarnya, pasar modern tidak jauh berbeda dari pasar tradisional,
namun pasar modern terdapat penjual dan pembeli yang tidak bertransaksi secara
langsung melainkan konsumen atau pembeli melihat label harga yang terdapat
dalam barang tersebut, berada dalam bangunan serta pelayanannya dilakukan
secara mandiri atau swalayan dan dapat juga dilayani oleh pramuniaga. Barang-
barang yang dijual tersebut, selain dari bahan makanan, terdapat juga barang

6
lainnya yang dijual dan biasanya dapat bertahan lama.Contoh : minimarket, pasar
swalayan (supermarket), dan lain sebagainya.

2.4 WBS (Work Breakdown Structure)


WBS adalah suatu metode pengorganisasian proyek menjadi struktur
pelaporan hierarkis. WBS digunakan untuk melakukan Breakdown atau
memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail. Hal ini dimaksudkan agar
proses perencanaan proyek memiliki tingkat yang lebih baik.
WBS disusun bedasarkan dasar pembelajaran seluruh dokumen proyek
yang meliputi kontrak, gambar-gambar, dan spesifikasi. Proyek kemudian
diuraikan menjadi bagian-bagian dengan mengikuti pola struktur dan hirarki
tertentu menjadi item-item pekerjaan yang cukup terperinci, yang disebut sebagai
Work Breakdown Structure.
Pada dasarnya WBS merupakan suatu daftar yang bersifat top down dan
secara hirarkis menerangkan komponen-komponen yang harus dibangun dan
pekerjaan yang berkaitan dengannya.

2.4.1 Manfaat WBS (Work Breakdown Structure)


1. Analisa WBS yang melibatkan manajer fungsional dan personel yang lain
dapat membantu meningkatkan akurasi dan kelangkapan pendefinisian
proyek.
2. Menjadi dasar anggaran dan penjadwalan.
3. Menjadi alat control pelaksanaan proyek, karena panyyimpanan biaya dan
jadwal paket kerja tertentu dapat dibandingkan dengan WBS.

2.5 Analisi SWOT


Definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi
dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran).Analisa ini
menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu
kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing.SWOT adalah
singkatan dari:
S = Strength (kekuatan).

7
W = Weaknesses (kelemahan).
O = Opportunities (Peluang).
T = Threats (hambatan).

A. Strenght (S)
Yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan
dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini.Yang perlu di lakukan di dalam
analisis ini adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-
kekuatan dan kelemahan di bandingkan dengan para pesaingnya.Misalnya jika
kekuatan perusahaan tersebut unggul di dalam teknologinya, maka keunggulan itu
dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat
teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.
B. Weaknesses (W)
Yaitu analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan
kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara
menganalisis kelemahan di dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi yang
menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau organisasi.

C. Opportunity (O)
Yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar
suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi
organisasi dimasa depan. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun
terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun organisasi bisa
berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan datang.
D. Threats (T)
Yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang
harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi
berbagai macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu
perusahaan atau organisasi yang menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera di
atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang
bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.

8
2.5.1 Tujuan Analisis SWOT
Tujuan analisis SWOT pada perusahaan adalah untuk membenarkan
faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang telah dianalisis. Apabila
terdapat kesalahan, agar perusahaan itu berjalan dengan baik maka perusahan itu
harus mengolah untuk mempertahankan serta memanfaatkan peluang yang ada
secara baik begitu juga pihak perusahaan harus mengetahui kelemahan yang
dihadapi agar menjadi kekuatan serta mengatasi ancaman menjadi peluang.

2.5.2 Manfaat Analisis SWOT


Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam
bisnis apa perusahaan beroprasi, dan arah mana perusahaan menuju ke masa
depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan
manajemen dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya.

2.5.3 Fungsi Analisis SWOT


Ketika suatu perusahan mengorbitkan suatu produk tentunya pasti telah
mengalami proses penganalisaan terlebih dahulu oleh tim teknis corporate plan.
Sebagian dari pekerjaan perencanaan strategi terfokus kepada apakah perusahaan
mempunyai sumber daya dan kapabilitas memadai untuk menjalankan misinya
dan mewujudkan visinya. Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan
membantu perusahaan untuk tetap menaruh perhatian dan melihat peluang-
peluang baru. Sedangkan penilaian yang jujur terhadap kelemahan-kelemahan
yang ada akan memberikan bobot realisme pada rencana-rencana yang akan
dibuat perusahaan.

2.6 K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah suatu upaya guna
memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, kesehatan, dan
keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

9
2.6.1 Tujuan K3
Tujuan kesehatan kerja menurut Ramlan (2006) adalah :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja
disemua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya baik fisik,
mental maupun kesejahteraan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya seperti kecelakaan
akibat kerja.
3. Memberi perlindungan bagi pekerja saat melaksanakan pekerjaannya dan
kemungkinan terjadinya bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan di tempat kerja.
4. Menempatkan pekerja disuatu lingkungan pekerjaan berdasarkan
keterampilan, kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya

2.6.2 Hazard/Bahaya
Hazard/bahaya adalah suatu bahan atau kondisi yang berpotensi
menimbulkan kerusakan/kerugian. Pada dasarnya hazard akan selamanya menjadi
hazard, walaupun tidak menimbulkan kerugian/konsekuensi pada manusia.
Kerugian baru muncul setelah adanya kontak pada manusia.

2.6.3 Resiko
Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya dampak/konsekuensi pada
kelompok/individu yang terpapar dengan hazard. Untuk mengelola resiko perlu
adanya suatu menajemen resiko (risk menagement). Tujuan dari menajemen
resiko adalah memperkecil kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun
peluang.

10
11
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Lokasi Proyek
Proyek ini berlokasi di Desa Adat Pecatu, Kecamatan Kuta Utara,
Kabupaten Badung, Bali.

3.2 Uraian Pekerjaan


Tabel 1. Uraian Pekerjaan Secara Umum

3.3 Metode Pelaksanaan


1. Pekerjaan Pembersihan Lahan Area Proyek
o Tahap Pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah
membersihkan areal pekerjaan sesuai dengan volume yang ada dengan
cara membersihkan tanaman semak belukar atau puing bongkaran yang
ada disekitar lokasi agar dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya tidak ada
kendala.
o Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya
pekerjaan seperti adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas
bangunan akan dibongkar dan dibersihkan serta dipindahkan dari lokasi

12
bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan harus dilindungi agar
tetap utuh.
o Pelaksanaan pembongkaran akan dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan.
o Bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan
kembali dan akan diangkut keluar dari halaman proyek dengan
sepengetahuan dan ijin dari Direksi.
a. Peralatan yang digunakan:
Excavator, dump truck, cangkul, sekop, gerobak dorong dan alat
bantu.

(Gambar 3.1 membersihkan areal pekerjaan dengan excavator)

2. Pengukuran Dan Pemasangan Bowplank


o Pekerjaan pengukuran dilakukan dengan menggunakan pesawat
theodolith. Pengukuran ini sangat penting karena merupakan dasar dari
pembangunan proyek, posisi bangunan baik arah horisontal maupun

13
vertikal.
(Gambar 3.2 Pekerjaan pengukuran menggunakan pesawat theodolith)

o Peil bangunan umumnya diambil dari as jalan atau titik tertentu yang
disepakati bersama dengan Direksi Teknis, dan menjadi acuan selanjutnya
dalam melaksanakan pekerjaan.
o Setelah pekerjaan pengukuran dilanjutkan dengan pekerjaan pasang
bouwplank. Bouwplank adalah alat bantu untuk membuat sudut (90°) dan

ketinggian/elevasi lantai.
(Gambar 3.3 Pekerjaan pasang bouwplank)
o Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran
minimum 3/20 cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan
tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak
satu meter. Papan harus lurus dan diketam halus pada bagian atasnya.
o Pemasangan bouwplank dilakukan pada jarak minimal 1 m di luar denah
yang akan dibuat, tujuannya agar bouwplank tidak terbongkar saat
penggalian pondasi.
o Bouwplank dipastikan benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus.
Bouwplank akan menunjukkan ketinggian ±0.00 dan as kolom/dinding.
o Letak dan ketinggian permukaan bouwplank selanjutnya akan dijaga dan
dipelihara agar tidak berubah selama pekerjaan berlangsung.
a. Peralatan yang digunakan:
Theodolit, waterpas, gergaji, palu, benang sipat dan alat bantu.

14
3. Pekerjaan Galian Tanah
o Seluruh areal galian akan dibersihkan terlebih dahulu sesuai dengan
petunjuk Pengawas/ Direksi Teknis.
o Setelah posisi titik ukur tetap ditentukan, berdasarkan titik tetap tersebut
dilakukan pengukuran terhadap titik dan elevasi galian tanah. Tandai hasil
pengukuran dengan menggunakan patok kayu yang diberi warna cat dan
tarik benang sebagai acuan.
o Penggalian tanah kemudian dilakukan dengan acuan patok dan benang
yang telah dipasang. Galian akan disesuaikan dengan jenis yang akan
dibuat, untuk pondasi menerus dari pasangan batu kali maka penggalian
tanah dilakukan sepanjang denah bangunan. Bila pondasi poer/setempat
maka penggaliannya hanya di sudut-sudut bangunan atau pada tumpuan
yang merupakan tempat pemasangan kolom

(Gambar 3.4 Pekerjaan penggalian tanah dengan excavator)


o Tanah sisa galian dibuang pada area yang telah ditentukan dan tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Galian tanah untuk pondasi
dilakukan sampai kedalaman dan lebar sesuai rencana. Pada setiap periode
tertentu kedalaman galian tanah selalu diperiksa dengan menggunakan alat
ukur manual atau dengan theodolith.
o Pengamanan akan dilakukan terhadap dinding tepi galian agar tidak
longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara atau lereng yang cukup.
o Langkah-langkah pengamanan akan dilakukan terhadap bangunan lain
yang berada dekat dengan lubang galian yaitu dengan memberikan

15
penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga dapat dijamin
bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan.
o Pekerjaan ini disesuaikan dengan ukuran galian yang akan dibuat
ditambah dengan kelebihan galian di bagian kanan dan kiri sebesar 10 cm
untuk mempermudah pekerjaan.
o Bila ada genangan air dalam galian maka disediakan pompa drainase
secukupnya supaya air dapat segera dipompa ke luar, sehingga tidak
mengganggu proses pekerjaan.
o Saat penggalian tanah sangat memungkinkan ditemukannya lokasi bekas
pembuangan sampah, banyak potongan kayu, atau tanah yang berlumpur.
Bila hal ini dijumpai, maka benda-benda tersebut akan diangkat dan
disingkirkan dari area proyek.
a. Peralatan yang digunakan:
Excavator, dump truck, cangkul, sekop, gerobak dorong, meteran, alat
bantu

4. Pekerjaan Urugan Pasir


o Urugan pasir dilakukan pada dasar galian pondasi atau di bawah beton
rabat untuk lantai bangunan.
o Pasir diratakan dengan menggunakan tarikan kayu dan selalu dikontrol
ketebalan dari pasir tersebut.
o Ukuran dari ketebalan urugan pasir disesuaikan dengan gambar
rencana/spesifikasi teknis dan merupakan dalam keadaan padat.
o Pasir dibasahi dengan air agar pasir dan dipadatkan dengan menggunakan
stamper agar memperoleh kondisi urugan yang benar-benar padat dan rata.
a. Peralatan yang digunakan:
Cangkul, sekop, stamper dan alat bantu.

16
5. Pekerjaan Beton
A. Pekerjaan Beton Pondasi
o Pekerjaan pondasi ini dilakukan setelah pekerjaan galian selesai
dikerjakan.
o Tanah pada lokasi pekerjaan pondasi yang ditunjukan pada gambar
rencana digali sesuai dengan dimensi poer yang telah direncanakan.

(Gambar 3.5pekerjaan beton pondasi)


o Sebagai landasan poer, maka dibuat lantai kerja terlebih dahulu dengan
ketebalan sesuai dengan gambar rencana.
o Selanjutnya dilakukan pembuatan dan pemasangan bekisting di sekeliling
daerah pondasi sesuai dengan bentuk akhir beton.

(Gambar 3.6 pembuatan dan pemasangan bekisting)


o Pemasangan tulangan-tulangan poer meliputi tulangan utama atas dan
bawah, dan pemasangan stek untuk tulangan kolom.
o Antara tulangan dengan bekisting beton dipasang beton decking dengan
ketebalan yang disesuaikan terhadap ketebalan selimut beton lengkap
dengan kawat pengikat. Pemasangan beton decking dilaksanakan, agar
ketebalan selimut beton menjadi rata.

17
o Pengecoran beton dilaksanakan dengan pengawasan atau persetujuan
Direksi. Pengecoran dilakukan dengan tertib, rapi dan teratur dengan cara-
cara semestinya.
o Alat vibrator digunakan selama waktu pengecoran agar tidak terjadi
rongga udara pada beton atau terjadi keropos beton.
o Beton yang sudah dicor kemudian dilindungi dari gangguan luar/cuaca dan
senantiasa dibasahi selama 28 hari agar tercapai mutu beton yang
direncanakan.
o Setelah umur beton cukup, maka bekisting poer akan dibongkar secara
perlahan. Sisa bongkaran lalu dibersihkan dan dilakukan pengurugan tanah
sampai elevasi atas poer.
o Sisa – sisa material dari pekerjaan beton pondasi maupun pembongkaran
bekisting yang masih digunakan kembali pada pekerjaan selanjutnya akan
ditata dan disusun dengan rapi, dan untuk material yang tidak
dipergunakan akan dibuang keluar lokasi pekerjaan pada tempat yang
telah disediakan.
a. Peralatan yang digunakan:
Cetok, ember, gerobak dorong, sekop, cangkul, bar cutter, bar bender,
compressor, vibrator, concrete mixer dan alat bantu.
B. Pekerjaan Beton Sloof
o Pekerjaan sloof dilakukan setelah pekerjaan dibawahnya sudah selesai
dilaksanakan.
o Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk sloof yang telah
direncanakan.
o Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi sloof yang akan dibuat.
o Penyiapan bekisting sesuai dengan bentuk akhir beton dan kuat menerima
beban selama pelaksanaan, serta dapat dibongkar dengan mudah tanpa
menimbulkan kerusakan pada konstruksi.

18
o Bekisting dipasang sehingga membungkus besi tulangan, posisi bekisting
dibuat benar-benar tegak.

o (Gambar 3.7 pemasangan bekisting)


o Antara tulangan dengan bekisting beton dipasang beton decking dengan
ketebalan yang disesuaikan terhadap ketebalan selimut beton lengkap
dengan kawat pengikat. Pemasangan beton decking dilaksanakan
sedemikian rupa, agar ketebalan selimut beton yang dihasilkan menjadi
rata.
o Pengecoran beton dilaksanakan dengan pengawasan atau persetujuan
Direksi. Pengecoran dilakukan dengan tertib, rapi dan teratur dengan cara-
cara semestinya.

o Alat vibrator digunakan selama waktu pengecoran agar tidak terjadi


rongga udara pada beton atau terjadi keropos beton.

o Beton yang sudah dicor kemudian dilindungi dari gangguan luar/cuaca dan
(Gambar 3.8 pengecoran)
o senantiasa dibasahi selama 28 hari agar tercapai mutu beton yang

19
direncanakan.
o Pembukaan bekisting dilakukan setelah beton memiliki umur yang cukup
dan dilakukan dengan hati-hati dan sepengetahuan Direksi atau atas
petunjuk dari Direksi.
o Sisa – sisa material dari pekerjaan sloof maupun pembongkaran bekisting
yang masih digunakan kembali pada pekerjaan selanjutnya akan ditata dan
disusun dengan rapi, sedangkan untuk material yang sudah tidak
dipergunakan kembali akan dibuang keluar lokasi pekerjaan pada tempat
yang telah disediakan.
a.Peralatan yang digunakan:
Cetok, ember, gerobak dorong, sekop, cangkul, bar cutter, bar bender,
compressor, vibrator, concrete mixer dan alat bantu.
C, Pekerjaan Beton Kolom
o Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom
bangunan, ini sesuai dengan gambar rencana.
o Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah
direncanakan.

(Gambar 3.9 merangkai pembesian)


o Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
o Penyiapan bekisting sesuai dengan bentuk akhir beton dan kuat menerima
beban selama pelaksanaan, serta dapat dibongkar dengan mudah tanpa
menimbulkan kerusakan pada konstruksi.
o Bekisting dipasang sehingga membungkus besi tulangan, posisi bekisting
dibuat benar-benar tegak.
o Antara tulangan dengan bekisting beton dipasang beton decking dengan

20
ketebalan yang disesuaikan terhadap ketebalan selimut beton lengkap
dengan kawat pengikat. Pemasangan beton decking dilaksanakan
sedemikian rupa, agar ketebalan selimut beton yang dihasilkan menjadi
rata.
o Pengecoran beton dilaksanakan dengan pengawasan atau persetujuan
Direksi. Pengecoran dilakukan dengan tertib, rapi dan teratur dengan cara-
cara semestinya.
o Alat vibrator digunakan selama waktu pengecoran agar tidak terjadi
rongga udara pada beton atau terjadi keropos beton.
o Beton yang sudah dicor kemudian dilindungi dari gangguan luar/cuaca dan
senantiasa dibasahi selama 28 hari agar tercapai mutu beton yang
direncanakan.
o Pembukaan bekisting dilakukan setelah beton memiliki umur yang cukup
dan dilakukan dengan hati-hati dan sepengetahuan Direksi atau atas
petunjuk dari Direksi.
o Sisa material dari pekerjaan kolom beton maupun pembongkaran bekisting
yang masih digunakan kembali pada pekerjaan selanjutnya akan ditata dan
disusun dengan rapi, dan material yang tidak dipergunakan kembali akan
dibuang keluar lokasi pekerjaan pada tempat yang telah disediakan.
a.Peralatan yang digunakan:
Ember, gerobak dorong, sekop, cangkul, bar cutter, bar bender,
compressor, vibrator, concrete mixer dan alat bantu.
D. Pekerjaan Beton Dinding
o Pekerjaan dinding beton dilakukan setelah pondasi telapak dan balok
selesai dikerjakan.
o Melakukan pengukuran untuk menentukan posisi sesuai dengan gambar
rencana.

21
(Gambar 3.10 tulangan dinding)
o Merangkai potongan besi dengan stek tulangan dinding pada pondasi
telapak dan balok sesuai dengan skema penulangan yang direncanakan.
o Antara tulangan dengan bekisting beton dipasang beton decking dengan
ketebalan yang disesuaikan terhadap ketebalan selimut beton lengkap
dengan kawat pengikat. Pemasangan beton decking dilaksanakan
sedemikian rupa, agar ketebalan selimut beton yang dihasilkan menjadi
rata.
o Penyiapan bekisting sesuai dengan bentuk akhir beton dan kuat menerima
beban selama pelaksanaan, serta dapat dibongkar dengan mudah tanpa
menimbulkan kerusakan pada konstruksi.
o Bekisting dipasang sehingga membungkus besi tulangan, posisi bekisting
dibuat benar-benar tegak.
o Pengecoran beton dilaksanakan dengan pengawasan atau persetujuan
Direksi. Pengecoran dilakukan dengan tertib, rapi dan teratur dengan cara-
cara semestinya.
o Alat vibrator digunakan selama waktu pengecoran agar tidak terjadi
rongga udara pada beton atau terjadi keropos beton.
o Beton yang sudah dicor kemudian dilindungi dari gangguan luar/cuaca dan
senantiasa dibasahi selama 28 hari agar tercapai mutu beton yang
direncanakan.
o Pembukaan bekisting dilakukan setelah beton memiliki umur yang cukup
dan dilakukan dengan hati-hati dan sepengetahuan Direksi atau atas
petunjuk dari Direksi.
o Sisa – sisa material dari pekerjaan dinding beton maupun pembongkaran
bekisting yang masih digunakan kembali pada pekerjaan selanjutnya akan

22
ditata dan disusun dengan rapi, sedangkan untuk material yang sudah tidak
dipergunakan kembali akan dibuang keluar lokasi pekerjaan pada tempat
yang telah disediakan.
a. Peralatan yang digunakan:
Ember, gerobak dorong, sekop, cangkul, bar cutter, bar bender,
compressor, vibrator, concrete mixer dan alat bantu.

E. Pekerjaan Beton Plat Lantai


o Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan elevasi plat.
o Bekisting dan acuan dipasang sesuai dengan bentuk akhir beton dan kuat
menerima beban selama pelaksanaan, serta dapat dibongkar dengan mudah
tanpa menimbulkan kerusakan pada konstruksi.
o Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi plat yang akan dibuat.

o (Gambar 3.11 merangkai pembesian tulangan plat lantai)


o Untuk pemasangan pembesian, terlebih dahulu dilakukan pengukuran luas
sesuai dengan luas bidang yang telah diperhitungkan sebelumnya. Apabila
luasan tersebut masih kurang, maka akan ditambahkan overlap kurang
lebih 15 cm.
o Ukuran diameter besi yang dipasang disesuaikan dengan kebutuhan yang
telah direncanakan.
o Material besi yang berkarat tidak akan digunakan dalam pelaksanaan
pembesian.
o Antara tulangan dengan bekisting beton dipasang beton decking dengan
ketebalan yang disesuaikan terhadap ketebalan selimut beton lengkap
dengan kawat pengikat. Pemasangan beton decking dilaksanakan

23
sedemikian rupa, agar ketebalan selimut beton yang dihasilkan menjadi
rata.
o Pengecoran beton dilaksanakan dengan pengawasan atau persetujuan
Direksi. Pengecoran dilakukan dengan tertib, rapi dan teratur dengan cara-
cara semestinya.
o Alat vibrator digunakan selama waktu pengecoran agar tidak terjadi
rongga udara pada beton atau terjadi keropos beton.
o Beton yang sudah dicor kemudian dilindungi dari gangguan luar/cuaca dan
senantiasa dibasahi selama 28 hari agar tercapai mutu beton yang
direncanakan.
o Pembukaan bekisting dilakukan setelah beton memiliki umur yang cukup
dan dilakukan dengan hati-hati dan sepengetahuan Direksi atau atas
o petunjuk dari Direksi.
o Sisa – sisa material dari pekerjaan beton plat lantai maupun pembongkaran
bekisting yang masih digunakan kembali pada pekerjaan selanjutnya akan
ditata dan disusun dengan rapi, sedangkan untuk material yang sudah tidak
dipergunakan kembali akan dibuang keluar lokasi pekerjaan pada tempat
yang telah disediakan.
a.Peralatan yang digunakan:
Ember, gerobak dorong, sekop, cangkul, bar cutter, bar bender,
compressor, vibrator, concrete mixer dan alat bantu.

24
BAB IV
REKAP DAN HASIL PEMBAHASAN
4.1 Rekap Metode Pelaksanaan Proyek Konstruksi Pasar Adat Pecatu

PEKERJAAN PERSIAPAN
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembersihan Lahan Area Proyek
Tenaga Peralatan Bahan
-Tukang kayu -Excavator --
-Pekerja -Dumptruck
-Kepala tukang -Cangkul
-Mandor -Sekop
-Supir DT -Argo
-Operator -Alat bantu
Excavator
SKETSA PEKERJAAN

TEKNIS PEKERJAAN
1. Membersihkan areal pekerjaan sesuai dengan volume.
2. Semua penghalang dibersihkan serta dipindahkan dari lokasi bangunan
kecuali barang-barang yang ditentukan.
3. pembongkaran akan dilakukan dengan sebaik-baiknya
4. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan untuk
dipergunakan kembali

25
PEKERJAAN PERSIAPAN
Metode pelaksanaan pengukuran dan pemasangan bowplank
Tenaga Peralatan Bahan
-Tukang kayu -Theodolit -Patok kayu usuk 5/7
-Pekerja -Waterpas -Cat pilok
-Kepala tukang -Gergaji
-Mandor -Palu
-Surveyor -Benang
-alat bantu

SKETSA PEKERJAAN

TEKNIS PEKERJAAN
1. Pekerjaan pengukuran dilakukan dengan menggunakan pesawat
theodolith.
2. Peil bangunan umumnya diambil dari as jalan.
3. Dilanjutkan dengan pekerjaan pasang bouwplank.
4. Bouwplank dibuat dari kayu terentang.
5. Pemasangan bouwplank dilakukan pada jarak minimal 1 m di
luar denah yang akan dibuat.
6. Bouwplank dipastikan benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus.
7. Letak dan ketinggian permukaan bouwplank selanjutnya akan dijaga
dan dipelihara agar tidak berubah selama pekerjaan berlangsung.

26
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
Metode Pelaksanaan Pekerjaan galian tanah
Tanaga Peralatan Bahan
-Tukang kayu -Excavator
-Pekerja -Dump truck
-Kepala tukang
-cangkul-sekop
-Mandor
-Supir DT -gerobakdorong
-Operator -meteran
Excavator

SKETSA PEKERJAAN

TEKNIS PEKERJAAN

27
1. Setelah posisi titik ukur tetap ditentukan, berdasarkan titik tetap
tersebut dilakukan pengukuran terhadap titik dan elevasi galian
tanah. Tandai hasil pengukuran dengan menggunakan patok kayu
yang diberi warna cat dan tarik benang sebagai acuan.
2. Penggalian tanah kemudian dilakukan dengan acuan patok dan
benang yang telah dipasang. Galian akan disesuaikan dengan jenis
yang akan dibuat, untuk pondasi menerus dari pasangan batu kali
maka penggalian tanah dilakukan sepanjang denah bangunan. Bila
pondasi poer/setempat maka penggaliannya hanya di sudut-sudut
bangunan atau pada tumpuan yang merupakan tempat pemasangan
kolom
3. Tanah sisa galian dibuang pada area yang telah ditentukan dan tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Galian tanah untuk pondasi
dilakukan sampai kedalaman dan lebar sesuai rencana. Pada setiap
periode tertentu kedalaman galian tanah selalu diperiksa dengan
menggunakan alat ukur manual atau dengan theodolith.
4. Pengamanan akan dilakukan terhadap dinding tepi galian agar tidak
longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara atau lereng yang cukup.
5. Langkah-langkah pengamanan akan dilakukan terhadap bangunan
lain yang berada dekat dengan lubang galian yaitu dengan
memberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga
dapat dijamin bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan.
6. Pekerjaan ini disesuaikan dengan ukuran galian yang akan dibuat
ditambah dengan kelebihan galian di bagian kanan dan kiri sebesar
10 cm untuk mempermudah pekerjaan.
7. Bila ada genangan air dalam galian maka disediakan pompa drainase
secukupnya supaya air dapat segera dipompa ke luar, sehingga tidak
mengganggu proses pekerjaan.

28
PEKERJAANTANAH DAN PASIR
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Urugan tanah dan Pasir
Tanaga Peralatan Bahan
-Pekerja -Cangkul -Tanah
-Mandor -Sekop -Pasir
-Stamper
-Alat bantu

SKETSA PEKERJAAN

TEKNIS PEKERJAAN
1. Urugan pasir dilakukan pada dasar galian pondasi atau di bawah
beton rabat untuk lantai bangunan.
2. Pasir diratakan dengan menggunakan tarikan kayu dan selalu
dikontrol ketebalan dari pasir tersebut.
3. Ukuran dari ketebalan urugan pasir disesuaikan dengan gambar
rencana/spesifikasi teknis dan merupakan dalam keadaan padat.
4. Pasir dibasahi dengan air agar pasir dan dipadatkan dengan
menggunakan stamper agar memperoleh kondisi urugan yang benar-
benar

29
PEKERJAAN BETON
A. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Beton Pondasi
Tanaga Peralatan Bahan
-Mandor -Cetok-Ember -kayu bekisting -Triplek
-Operator -gerobak dorong -paku
-readymix -sekop-cangkul-bar cutter -campuran beton (pasir,
-bar bender-compressor semen, koral/ batu pecah,
-vibrator concrete-mixer air)

SKETSA PEKERJAAN

30
TEKNIS PEKERJAAN
o Sebagai landasan poer, maka dibuat lantai kerja terlebih dahulu dengan
ketebalan sesuai dengan gambar rencana.
o Selanjutnya dilakukan pembuatan dan pemasangan bekisting di sekeliling
daerah pondasi sesuai dengan bentuk akhir beton.
o Pengecoran beton dilaksanakan dengan pengawasan atau persetujuan
Direksi. Pengecoran dilakukan dengan tertib, rapi dan teratur dengan
cara-cara semestinya.
o Alat vibrator digunakan selama waktu pengecoran agar tidak terjadi
rongga udara pada beton atau terjadi keropos beton.

PEKERJAAN BETON

B. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Beton Sloof

Tenaga Peralatan Bahan

-Mandor -Cetok -Ember kayu bekisting -Triplek


-Operator -gerobak dorong -paku
-readymix -sekop -cangkul -bar -campuran beton (pasir,
cutter semen, koral/ batu pecah, air)
-bar bender -compressor
-vibrator concrete -mixer

31
GAMBAR PEKERJAAN

32
TEKNIS PEKERJAAN

o Pekerjaan sloof dilakukan setelah pekerjaan dibawahnya sudah selesai


dilaksanakan.
o Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk sloof yang telah
direncanakan.
o Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi sloof yang akan dibuat.
o Penyiapan bekisting sesuai dengan bentuk akhir beton dan kuat menerima
beban selama pelaksanaan, serta dapat dibongkar dengan mudah tanpa
menimbulkan kerusakan pada konstruksi.
o Bekisting dipasang sehingga membungkus besi tulangan, posisi bekisting
dibuat benar-benar tegak.
o Antara tulangan dengan bekisting beton dipasang beton decking dengan
ketebalan yang disesuaikan terhadap ketebalan selimut beton lengkap
dengan kawat pengikat. Pemasangan beton decking dilaksanakan
sedemikian rupa, agar ketebalan selimut beton yang dihasilkan menjadi
rata.
o Pengecoran beton dilaksanakan dengan pengawasan atau persetujuan
Direksi. Pengecoran dilakukan dengan tertib, rapi dan teratur dengan cara-
cara semestinya.
o Alat vibrator digunakan selama waktu pengecoran agar tidak
terjadirongga udara pada beton atau terjadi keropos beton.

PEKERJAAN BETON
C. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Beton Kolom
Tanaga Peralatan Bahan

33
-Mandor -Cetok -Ember -kayu bekisting -Triplek
-Operator -gerobak dorong -paku
-readymix -sekop -cangkul -bar cutter -campuran beton (pasir,
-bar bender -compressor semen, koral/ batu pecah,
-vibrator concrete -mixer air)

GAMBAR PEKERJAAN

TEKNIS PEKERJAAN

34
o Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom
bangunan, ini sesuai dengan gambar rencana.
o Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah
direncanakan.
(Gambar 3.9 merangkai pembesian)
o Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
o Penyiapan bekisting sesuai dengan bentuk akhir beton dan kuat menerima
beban selama pelaksanaan, serta dapat dibongkar dengan mudah tanpa
menimbulkan kerusakan pada konstruksi.
o Bekisting dipasang sehingga membungkus besi tulangan, posisi bekisting
dibuat benar-benar tegak.
o Antara tulangan dengan bekisting beton dipasang beton decking dengan
ketebalan yang disesuaikan terhadap ketebalan selimut beton lengkap
dengan kawat pengikat. Pemasangan beton decking dilaksanakan
sedemikian rupa, agar ketebalan selimut beton yang dihasilkan menjadi
rata.
o Pengecoran beton dilaksanakan dengan pengawasan atau persetujuan
Direksi. Pengecoran dilakukan dengan tertib, rapi dan teratur dengan
cara-cara semestinya.
o Alat vibrator digunakan selama waktu pengecoran agar tidak terjadi
rongga udara pada beton atau terjadi keropos beton.

35
PEKERJAAN BETON
D. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Beton Dinding
Tanaga Peralatan Bahan

-Mandor -Cetok -Ember -kayu bekisting -Triplek


-Operator -gerobak dorong -paku
-readymix -sekop -cangkul -bar cutter -campuran beton (pasir,
-bar bender -compressor semen, koral/ batu pecah,
-vibrator concrete -mixer air)

GAMBAR PEKERJAAN

36
TEKNIS PEKERJAAN
o Merangkai potongan besi dengan stek tulangan dinding pada pondasi
telapak dan balok sesuai dengan skema penulangan yang direncanakan.
o Antara tulangan dengan bekisting beton dipasang beton decking dengan
ketebalan yang disesuaikan terhadap ketebalan selimut beton lengkap
dengan kawat pengikat. Pemasangan beton decking dilaksanakan
sedemikian rupa, agar ketebalan selimut beton yang dihasilkan menjadi
rata.
o Penyiapan bekisting sesuai dengan bentuk akhir beton dan kuat menerima
beban selama pelaksanaan, serta dapat dibongkar dengan mudah tanpa
menimbulkan kerusakan pada konstruksi.
o Bekisting dipasang sehingga membungkus besi tulangan, posisi bekisting
dibuat benar-benar tegak.

PEKERJAAN BETON
E. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Beton Lantai
Tanaga Peralatan Bahan

-Mandor -Cetok -Ember -kayu bekisting -Triplek


-Operator -gerobak dorong -paku
-readymix -sekop -cangkul -bar cutter -campuran beton (pasir,
-bar bender -compressor semen, koral/ batu pecah,
-vibrator concrete -mixer air)

37
SKETSA PEKERJAAN

38
TEKNIS PEKERJAAN
o Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan elevasi plat.
o Bekisting dan acuan dipasang sesuai dengan bentuk akhir beton dan kuat
menerima beban selama pelaksanaan, serta dapat dibongkar dengan
mudah tanpa menimbulkan kerusakan pada konstruksi.
o Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi plat yang akan dibuat.
o Untuk pemasangan pembesian, terlebih dahulu dilakukan pengukuran
luas sesuai dengan luas bidang yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Apabila luasan tersebut masih kurang, maka akan ditambahkan overlap
kurang lebih 15 cm.
o Ukuran diameter besi yang dipasang disesuaikan dengan kebutuhan yang
telah direncanakan.
o Material besi yang berkarat tidak akan digunakan dalam pelaksanaan
pembesian.
o Antara tulangan dengan bekisting beton dipasang beton decking dengan
ketebalan yang disesuaikan terhadap ketebalan selimut beton lengkap
dengan kawat pengikat. Pemasangan beton decking dilaksanakan
sedemikian rupa, agar ketebalan selimut beton yang dihasilkan menjadi
rata.
o Pengecoran beton dilaksanakan dengan pengawasan atau persetujuan
Direksi. Pengecoran dilakukan dengan tertib, rapi dan teratur dengan
cara-cara semestinya.
o Alat vibrator digunakan selama waktu pengecoran agar tidak terjadi
rongga udara pada beton atau terjadi keropos beton.

39
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil perencanaan metode pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Desa
Adat Pecatu didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pekerjaan beton menggunakan readymix agar proses pelaksanaan cepat,
efisien dan mutu yang di dapat sesuai dengan mutu yang direncanakan.
2. Pekerjaan galian tanah menggunakan excavator sebagai alat gali utama
dan cangkul sebagai alat gali pembersih/merapikan
3. Pengangkutan material hasil galian menggunakan dumptruck

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan pada metode pelaksanaan pekerjaan
Pembangunan Desa Adat Pecatuadalah sebagai berikut :
1. Sebelum pekerjaan pengecoran sebaiknya bekisting cek kekuatannya.
2. Sebelum menggali harus dilakukan pengukuran dan pembuatan garis
elevasi agar tidak terjadi kelebihan menggali dan mendapat ukuran sesuai
rencana.
3. Saat menggali sebaiknya dumptruck selalu siaga agar saat mengeruk tanah
bisa langsung dimuat pada dumptruck.

40
41
42

Anda mungkin juga menyukai