Chapter I
Chapter I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Edible film adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat
dimakan, dipergunakan untuk melapisi permukaan dari makanan yang
mempunyai fungsi sebagai penghambat transfer massa (misalnya kelembaban,
oksigen, lemak dan zat pelarut) atau sebagai carrier bahan makanan atau additive
dan untuk meningkatkan penanganan makanan (Krochta,1992).
Bahan pembentuk edible film dapat digolongkan ke dalam tiga kategori,
yaitu hidrokoloid, lipid dan komposit (campuran hidrokoloid dan lipid).
Hidrokoloid yang dapat digunakan untuk membuat edible film dapat berupa
protein (kolagen, gelatin, kasein, protein kedelai, protein jagung, dan gluten
gandum) atau karbohidrat (pati, alginat, pektin, gum arab dan modifikasi
karbohidrat lainnya). Sedangkan kelompok lipid yang digunakan adalah lilin,
trigliserida, monogliserida terasetilasi, asam lemak, alkohol asam lemak dan ester
sukrosa asam lemak (Wahyuni,2001).
Gelatin diperoleh melalui degradasi parsial dari kolagen yang kaya akan
bahan baku nutrisi dan merupakan bahan yang dapat terurai secara biologi
(biodegradable). Sehubungan dengan sifat-sifat gelatin meliputi biokompabiliti
pembentukan thermo- reversible dari sol menjadi gel, kapasitas mengikat air
(water holding capacity, binding capacity) kekuatan pengemulsi dan
viskositasnya , menyebabkan gelatin banyak digunakan didalam produk makanan,
Edible film berbahan dasar gelatin dapat digunakan sebagai zat pembawa
zat aditif seperti antioksidan, antimikroba, pewarna, flavors. Metode yang berbeda
dan aplikasi langsung seperti inkorporasi bahan antimikroba kedalam edible film
atau edible coating memberikan efek fungsional pada permukaan makanan
(Pranoto et al.,2005). Edible film gelatin dan antimikroba adalah pengemas yang
dapat mengurangi, mencegah atau memperlambat pertumbuhan mikroorganisme
patogenik didalam pembungkusan makanan dan bahan pengemas (Maizura et al
.,2008).Bahan antimikroba yang digunakan dalam aplikasi pada makanan antara
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,
batang, kulit, daun,bunga atau biji, diperoleh dengan cara penyulingan dengan uap
(Sastrohamidjojo, 2004).
Kulit kayu manis dapat didestilasi atau disuling untuk diambil minyak
atsirinya. Wahyu dkk.(2010), melaporkan bahwa minyak atsiri dari kulit batang
kayu manis (Cinnamomum burmanii) dengan komponen utamanya trans –
sinamaldehid sebagai agen anti bakteri melalui uji BSLT dan Larvasida.
1.3.Hipotesa Penelitian
1. Pemberian plasticizer gliserin dan turunannya dalam pembuatan edible film
gelatin yang bersifat antimikroba memberikan hasil yang berbeda terhadap
sifat –sifat edible film.
2. Edible film gelatin yang sudah diberikan plasticizer gliserol dan gliseril
monooleat yang diinkorporasi dengan minyak atsiri kulit kayu manis dapat
bersifat sebagai antimikroba dan dapat diaplikasikan terhadap ikan tongkol dan
menghambat pertumbuhan bakteri.