'Pe'rawatan' Luka
'Pe'rawatan' Luka
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keterampilan Klinik
Praktik Kebidanan II pada Semester Genap (2)
Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perawatan Luka”. Dari makalah ini semoga dapat memberikan informasi
kepada kita semua bahwa pengambilan keputusan dalam organisasi itu juga penting.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berperan tanggung jawab serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
2.1 Luka................................................................................................................2
3.1 Kesimpulan...................................................................................................35
3.2 Saran.............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Luka
A. Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor,
1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan
tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
B. Jenis-jenis Luka
2
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
3
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan
kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi,
blister atau lubang yang dangkal.
4
Gambat luka akut
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi)
5
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
D. Penyembuhan Luka
6
diri dari mikroorganisme, dan (6) Penyembuhan normal ditingkatkan
ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua
proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis.
Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh
darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin
(menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah
luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik
fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng)
juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab
membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh
mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke
tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan
lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme
7
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon
seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan
mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan
dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya
daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke
daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari
monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini
menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut
pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF)
yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah.
Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan.
Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari
ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel
jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah
pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar
8
yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen
adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari
luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan
luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu
sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin
dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka
menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.
9
Menurut Taylor (1997):
a. Fase Inflamatory
Fase inflammatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir
hari ke 3 – 4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah
Hemostasis dan Pagositosis. Sebagai tekanan yang besar, luka
menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai hasil adanya suatu
konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk
menutupi luka. Diikuti vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran
darah ke daerah luka yang dibatasi oleh sel darah putih untuk
menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris. Lebih kurang
24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit ( makrofag) masuk ke
daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang
pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga
pembentukan kembali dapat terjadi.
b. Fase Proliferative
Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21.
Fibroblast secara cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Dua
substansi ini membentuk lapis- lapis perbaikan luka. Sebuah lapisan
10
tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada
didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka (kapilarisasi
tumbuh). Jaringan baru ini disebut granulasi jaringan, adanya
pembuluh darah, kemerahan dan mudah berdarah.
c. Fase Maturasi
Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat
berlanjut selama 1 – 2 tahun setelah luka. Kollagen yang ditimbun
dalam luka diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih
mirip jaringan. Kollagen baru menyatu, menekan pembuluh darah
dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan
garis putih.
Menurut Potter (1998):
11
Meningkatkan perbaikan luka dengan mengembalikan asam amino
normal dan glukose . Epitelial sel bergerak dari dalam ke tepi luka
selama lebih kurang 48 jam.
b. Reconstruksion / Tahap Prolifrasi
Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive
dan berlanjut selama 2 – 3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu
sintesis vitamin B dan C, dan asam amino pada jaringan kollagen.
Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan integritas luka. Epitelial
sel memisahkan sel-sel yang rusak.
c. Tahap Maturasi
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang
tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi
hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan
mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk
memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.
Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan
lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
12
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
5. Hematom
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan
menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat.
Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel
darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut
dengan nanah (“Pus”).
13
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan
suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah.
Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat
juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh
darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan
peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat
hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan
efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik
yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
14
intravaskular.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul
dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit
membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh
benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda.
Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering
dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah
itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan
15
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi
resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4
– 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika
dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan
balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien
disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
G. Perkembangan Perawatan Luka
16
memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti povidine
iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk
membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah
reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan
dengan kassa yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak
manipulasi gerakan. (Walker. D, 1996)
Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang
tepi luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan
hilang kira-kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi
luka menyatu. Perawat dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah
insisi :
2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama
satu atau beberapa jam setelah pembedahan ditutup.
17
7. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut
sampai 6 bulan atau lebih.
2. Absorbsi drainase
18
konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini sodium
klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan
larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi
jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan
membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan
harga relatif lebih murah (http://rpromise.com/woundcare/)
b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam
yang dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik
iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas.
Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan
dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer. Iodide tinture dan
solution keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu
pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999). Larutan ini akan melepaskan
iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput lendir sehingga
cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan negatif,
spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan alergen serta
meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa
antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J,
2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada
kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang
dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan
menyebabkan
A. Pengertian
19
mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur,
luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit
B. Tujuan
c.Mempercepat penyembuhan
f. Mencegah perdarahan
g. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.
C. Persiapan alat
1. Pembungkus
20
5. pasang pinset
c. Gunting
21
D. Cara kerja
2. Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil
22
6. Angkat plester atau pembalut.
7. Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan
hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.
8. Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau
menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan
menjauhi pasien.
12. Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan
sampai mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan
pada drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan
satu untuk memegang drain.
13. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
23
kapas dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya
labih rendah daripada pegangannya. Gunakan satu kapas satu kali
mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain :
c. Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar
15. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat
steril.
19. Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor.
Bersihkan alat dan buang sampah dengan baik.
21. Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat
24
yang bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka
dan respon pasien.
Membersihkan Daerah Drain
Daerah drain dibersihkan `sesudah insisi. Prinsip membersihkan
dari daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang
basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah drain paling
banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi
dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain.
Gunakan kapas yang lain. Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan
antiseptik.
25
kotor pada nierbekken atau kantung plastik, hindari kontaminasi permukaan
luar kantung (Aswadi, 2008).
Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalam keluar,
membuka nampan balutan steril. Membuka larutan antiseptik lalu tuang ke
dalam kom steril atau kasa steril, pakai sarung tangan steril, inspeksi luka.
perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan karakteristik
drainase (palpasi bila perlu, dengan bagian tangan non dominan yang tidak
akan menyentuh bahan steril). Bersihkan luka dengan larutan antiseptik atau
lanrtan normal satin. Bersihkan dari daerah yang kurang terkontaminasi ke
area terkontaminasi (Aswadi, 2008).
Setelah luka selesai di bersihkan dilanjutkan dengan menggunakan
kasa yang basah tepat pada permukaan luka. Bila luka dalam secara perlahan
masukkan kasa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan
kasa basah. Pasang kasa steril kering diatas kasa basah, tutup dengan kasa,
surgipad, dan pasang plester diatas balutan (Aswadi, 2008).
Saat ini Konsep perawatan luka modern adalah konsep perawatan luka yang
berbasis lembab atau moisture balance. Konsep atau prinsip lembab ini
pertama sekali diperkenalkan oleh Winter (1962) dengan menunjukkan
penggunaan occlusive dressing meningkatkan proses penyembuhan dua kali
lipat dibandingkan dengan membiarkan luka tetap terbuka. Beberapa studi
telah menunjukkan bahwa lingkungan lembab mempercepat proses epitelisasi
dan untuk menciptakan lingkungan lembab dapat dilakukan dengan
menggunanakan balutan semi occlusive, full occulisive dan impermeable
dressing. (Schultz, et al. 2005).
26
perawatan luka adalah: calcium alginate, hidrokoloid, hidroaktif gel,
antimicobacterial, gamgee, polyurethane foam, dan silver dressing
(Templeton, 2005). Dressing atau balutan yang baik harus mampu
menyerap eksudat, mempertahankan lingkungan luka yang lembab,
memungkinkan terjadi pertukaran gas, mempertahankan suhu luka,
menjaga kondisi pathogen, mencegah infeksi, tidak mengeluarkan racun,
tidak menimbulkan reaksi alergi, mencegah trauma, tidak merusak
jaringam mudah dibuka tanpa menimbulkan trauma baru jaringan,
mudah digunakan, nyaman digunakan, sesuai dengan bagian tubuh, tidak
mengganggu fungsi tubuh, biaya efektif (Carville, 2012).
Poerwantoro (2013) menjelaskan faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam pemilihan balutan adalah jenis luka, deskripsi luka,
karakteristik luka, profil bakteri.
27
Keunggulan lain dari perawatan luka modern adalah mengurangi
infeksi dan infeksi silang, mengurangi jaringan parut, mengurangi waktu
perawatan dan mengganti balutan, serta mengurangi biaya (Slater, 2008)
C. Bahan-bahan dalam tindakan p`erawatan luka
b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam
yang dikombinasi dengan bahan lain, walaupun iodine bahan non metalik
iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas.
Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan
dalam antiseptik dan larutan sodium iodide encer. Iodide antiseptik dan
28
solution keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu
pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).
d. Larutan alkohol
Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan suci hama (larutan
betadine dan sebagainya), lalu ditutup dengan kain penutup luka, secara
penodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan. Dibuat pula catatan
kapan benang / orave kapan dicabut atau dilonggarkan. Diperhatikan pula
apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.
a. Pinset anatomi
b. Pinset cirurghi
29
c. Gunting steril
e. Larutan H2O2
f. Larutan boorwater
g. NaCl 0,9%
i. Plester / pembalut
j. Bengkok
k. Kasa steril
l. Mangkok kecil
m. Handskon steril
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
30
a. Evaluasi luka
b. Tindakan Antiseptik
c. Pembersihan Luka
31
d. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang
dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat
``dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh.
e. Penutupan luka
f. Pembalutan
g. Pemberian Antibiotik
h. Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. Pengangkatan
Jahitan
32
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.
6) Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari
tempat tidur dengan bantuan orang lain
7) Perawatan luka : insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat
pada hari ke empat setelah pembedahan
33
8) Pemeriksaan laboratorium : hematokrit diukur pagi hari setelah
pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyaratkan hipovolemia.
1) Pengertian
2) Tanda-tanda Infeksi
a) Kalor (Panas)
34
b) Dolor (Rasa Sakit)
c) Sopor (Kemerahan)
d) Tumor (Pembengkakan)
35
e) Fungsiolaesa
1) Environment
2) Pasien
a) Umur
c) Penyakit
36
d) Obat-obat yang digunakan
1) Pembersihan luka
2) Pembalutan
4) Sterilisasi
1. Ganti Balutan
37
a. Pengertian Mengganti Balutan
b. Tujuan
38
6) Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
c. Indikasi
d. Kontra Indikasi
e. Persiapan Alat
1) Alat-alat steril
39
f) Sarung tangan 1 pasang
g) Korentang/forcep
b) Plester
c) Pengalas
e) Nierbeken 2 buah
f) Kapas alkohol
g) Aceton/bensin
i) NaCl 9 %
40
k) Sarung tangan 1 pasang
l) Masker
f. Pelaksanaan
3) Pasang sampiran
41
9) Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam
nierbeken.
11) Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi
angkat balutan dengan berlahan
13) Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
14) Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan
obat luka dengan memperhatikan tehnik aseptic
17) Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan
terapi)
42
18) Menutup luka dengan cara:
a) Balutan kering
43
- Lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah
dilembabkan dengan cairan fisiologik
44
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera
atau pembedahan. Luka merupakan rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ada
faktor tertentu yang mempengaruhi proses penyembuhan luka. Dan dibutuhkan
keahlian khusus dalam melakukan perawatan luka, agar luka dapat segera
disembuhkan.
3.2 Saran
Kami memohon maaf atas segala kekurangan makalah ini dan senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah inilebih
bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
45
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/13366 , H. Purnama 2017
46