Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki lautan
yang cukup luas dan memiliki banyak potensi kekayaan laut yang dapat kita manfaatkan
untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Indonesia memiliki potensi sumber daya laut yang
sangat besar karena laut Indonesia kaya akan berbagai jenis ikan dan berbagai sumber
daya lain yang terdapat di laut, seperti berbagai jenis pertambangan, rumput laut,
terumbu karang, dan sebagainya. Semuanya kekayaan laut Indonesia memiliki nilai yang
tak ternilai untuk kesejahterakan rakyat, terutama kaum nelayan

Indonesia yang begitu luas dan jarak bentangannya sama dengan antara London dan
Istanbul, bisa bertahan dalam satu kesatuan negara-bangsa. Lihat, berapa banyak negara-
bangsa yang ada di kawasan antara London dan Istanbul. Padahal, wilayah tersebut
merupakan daratan yang menyatu dengan masyarakat yang relatif homogen, baik secara
kultural maupun agama. Tidak hanya itu, Indonesia adalah negara kepulauan; istilah benua
maritim yang belakangan ini dipopulerkan, sementara sebenarnya tidak dapat menutupi
kenyataan bahwa wilayah Indonesia sesungguhnya terpisah satu sama lain oleh lautan dan
selat yang demikian banyak. Hasilnya, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak
kelompok etnis lengkap dengan sistem sosial, budaya, dan bahasanya masing-masing.

Dewasa ini kita mengetahui bahwa maritime berhubungan dengan laut. Dimana
segala sesuatunya dibahas tentang al positif dan negative yang terjadi dalam dunia
maritim. Maritim merujuk kepada kata maritime yang berasal dari bahasa Inggris yang
berarti navigasi atau maritim.Pemahaman maritim yaitu segala aktifitas pelayaran dan
perniagaan yang berhubungan dengan kelautan atau biasa disebut dengan pelayaran niaga.
Berdasarkan terminologi maritim berarti ruang/wilayah permukaan laut yang terdapat
kegiatan seperti pelayaran, lalu lintas, jasa-jasa kelautan, dan lain sebagainya.

Kemaritiman menjadi sangat penting bagi kelanjutan pertumbuhan dan


perkembangan bangsa Indonesia. Sebagaimana diketahui, dua periga atau 63% wilayah
Indonesia adalah laut, dengan panjang 81.000 Km. Laut merupakan potensisumber daya
maritim yang sangat kaya. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki
wilayah laut seluas 5,8 juta km² yang terdiri dari wilayah teritorial sebesar 3,1 juta km²

1|Page
dan wilayah ZEEI 2,7 juta km², mempunyai 17.480 pulau dan memiliki garis pantai
sepanjang 95.181 km. Dengan potensi yang sedemikian besar, secara otomatis terkandung
keanekaragaman sumberdaya alam laut baik hayati maupun non hayati menjadikan sektor
kelautan sebagai penunjang perekonomian penting bagi Indonesia.

Mengenai pembahasan diatas, memicu pemahaman saya untuk mengangkat masalah


yang berhubungan tentang Ilmu dan Teknologi Maritim

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian ilmu dan teknologi maritim?


2. Bagaimanakah teknologi maritim di Indonesia?
3. Bagaimana Kebutuhan Riset dan Iptek Untuk Mendukung Dan Akselerasi
Pembangunan Kelautan?
4. Bagaimnana Pengembangan Kelautan Berkelanjutan?
5. Bagaimana Riset Laut Ilegal?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian ilmu dan teknologi maritim.


2. Untuk mengetahui teknologi maritim di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Kebutuhan Riset dan Iptek Untuk Mendukung Dan Akselerasi
Pembangunan Kelautan.
4. Untuk mengetahui Pengembangan Kelautan Berkelanjutan.
5. Untuk mengetahui Riset Laut Ilegal.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu dan Teknologi Maritim

Laut merupakan sumber kehidupan manusia selain daratan dan udara. Khususnya di
Indonesia, perairan laut Indonesia mencapai 2/3 bagian. Manfaat laut bermacam-macam,
yaitu sebagai sarana transportasi, pertahanan keamanan, sumber energi, pertambangan,
perikanan dan protein hasil laut lainnya, obat-obatan dan makanan, serta pariwisata dan
lain sebagainya. Dari situ pandangan tentang laut menjadi terbuka, bahwa laut juga
menarik untuk dimanfaatkan dan dipelajari.

Oseanografi (gabungan kata Yunani ωκεανός yang berarti "samudra" dan γράφω
yang berarti "menulis"), juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah cabang ilmu
Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup berbagai topik seperti
organisme laut dan dinamika ekosistem; arus samudra, gelombang, dan dinamika cairan
geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut, dan arus berbagai zat kimia dan fisika
di dalam lautan dan perbatasannya. Topik-topik yang beragam ini menggambarkan
berbagai macam disiplin ilmu yang digabungkan para oseanograf untuk mempelajari
lautan dunia dan memahami proses di dalamnya, yaitu biologi, kimia, meteorologi, fisika,
dan geografi.

Sedangkan Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang


yang diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup manusia. Teknik kelautan
(Inggris: Ocean Engineering atau Marine engineering) adalah cabang ilmu teknik atau
rekayasa yang mempelajari bangunan dan struktur yang berhubungan dengan laut.
Teknik kelautan perkembangan teknik sipil yang dikhususkan untuk mempelajari
struktur-struktur yang berada di daerah garis pantai (coast line) maupun daerah lepas
pantai (offshore), termasuk anjungan lepas pantai.

3|Page
B. Teknologi maritim (kelautan) di Indonesia

Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan banyak berbatasan dengan


berbagai negara di sekitarnya merupakan lokasi yang sangat rawan akan konflik
perbatasan. Terlebih indonesia merupakan wilayah strategis yang terletak dekat dengan
beberapa titik jalaur pelayaran dunia, salah satunya adalah selat malaka, yang merupakan
urat nadi perekonomian yang menjadi tangung jawab tiga negara yaitu adalah indonesia,
Singapura, dan Malaysia. Potensi besar yang dimiliki selat malaka sebenarnya sama
pentinnya denan Terusan Suez dan terusan Panama, karena selat Malaka membentuk jalur
pelayaran terusan anara Samudra Hindia dan Samudera Pasifik serta penghubung tiga dari
negara-negara penduduk terbesar seperti India, Indonesia dan Cina. Di samping itu
potensi besar lainnya adalah sebanyak 1200 kapal melintasi selat malaka setiap harinya, 22
kapal super ultra large dengan mengangkut antara sperlima dan seperempat perdanganan
laut dunia. Potensi besar ini seharusnya menjadi sebuah perhatian pemerintah dalam
meningkatkan pertahanan laut indonesia.

Disamping Selat Malaka, Konflik Laut Cina Selatan merupakan isu hangat dan
memerlukan penyelesaian secara komperhensif dengan melibatkan berbagai pihak terkait.
Makin pentingnya posisi indonesia dengan meningkatnya volume perdagangan merupakan
sebuah potensi besar yang seharusnya mampu di dukung dengan kekuatan maritim yang
memadai. Ini merupakan sebuah realita jika sampai saat ini indonesia merupakan negara
yang mempunyai potensi besar dalam jalur perdangangan di asia maupun di dunia.
Tentunya hal ini membutuhkan strategi dalam menjaga keamanan dan perbatasan
indonesia melihat potensi besar yang dimiliki indonesia. Diplomasi Indonesia akan lebih
efektif jika didukung dengan kekuatan militer yang handal dan memadai. Pasalnya
kedepan konflik perbatasan yang terjadi kian meningkat hal ini di sampaikan oleh Kasal
Laksamana TNI Marsetio.

Sebuah pemaduan unsur antara kekuatan militer dan diplomasi guna mengamankan
kepentingan nasional merupakan kepentingan primer yang seharusnya mampu di sadari
oleh berbagai pihak yang berperan saat ini. Penggunaan kekuatan Angkatan Laut dalam
masa damai dan perang adalah praktik yang lumrah. Inilah yang dikenal dengan istilah
gun boat (diplomasi kapal perang) dan selanjutnya muncul istilah naval diplomacy.
Melihat hal ini keterbutuhan akan teknologi pertahanan merupakan sesuatu yang
dijadikan sebuah prioritas melihat keterbutuhan kedepan yang sangat mendesak. Tentunya
kedepan indonesia harus meningkatkan kekuatan pertahanan yang saat ini dimiliki,

4|Page
harapannya indonesia bukan hanya menambahkan kuantitas Alusista sebagai penjaga
pertahanan pertama, namun mamapu meningkatkan kwalitas Alusista kedepannya.
Dengan upaya membangun industri pertahanan negara yang maksimal harapannya
ketergantungan terhadap asing dan hobi membeli peralatanbekas kedepannya mampu
diminimalisir.

Melihat keterbutuhan yang sangat medesak tentang Alusista, angin segar pun
datang dengan di tetapkannya Undang-undang Industri Pertahanan Negara (IPH). Sebuah
harapan besar dalam bidang pertahanan diharapkan bukan hanya menjadi sebuah retorika
semata melainkan menjadi sebuah hal inplementatif yang mampu menjadikan indonesia
menjadi negara yang lebih bermartabat dalam permasalan keamanan dan pertahanan.
Melihat grafik APDN tentang Alusista terlihat kian membaik dari yang sebelumnya 72,54
Triliun pada tahun 2012 saat ini menjadi 77 triliun pada tahun 2013 harapannya anggaran
ini mampu terserap semuanya untuk meningkatkan Alusista Indonesia kedepannya.
Walaupun secara kasat mata anggaran indonesia cukup tinggi namun, jika kita
bandingkan dengan negara-negara tetangga yang mempunyai wilayah lebih kecil ternyata
indonesia memiliki anggaran jauh lebih kecil dari negara-negara tersebut, menurut
International Institute or Strategic Studies (IISS), Singapura pada 2011 memiliki
pengeluaran sebesar US$9,66 miliar untuk belanja Alusista. Jumlah tersebut hampir dua
kali lipat ari negara tetangga lainnya seperti Thailand (US$5,52 miliar), (Malaysia
(US$4,54 miliar), dan Vietnam (US$2,66 miliar). Hal ini menunjukkan bahwa negara
sekelas singapura menjadikan Alusista sebagai sebuah priritas yang layak di perhatikan.
Sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai 54.700 km, hal ini menjadi evaluasi
besar jika indonesia menjadikan pertahanan sebagai prioritas kelas dua kedepannya.

Jika kita menegok tentang pertahanan laut indonesia saat ini kita bisa melihat bahwa
sampai saat ini indonesia hanya memiliki dua kapal selam, terlebih lagi jika kita melihat
bagaimana kondisi pertahanan laut lainnya dari kapal-kapal yang dimiliki TNI AL saat ini
kurang lebih 148 kapal perang berbagai kelas dan jenis 2 kapal layar tiang tinggi, kapal
patroli yang panjangnya kurang dari 36 meter yang biasa disebut KAL atau kapal
angkatan laut yang berjumlah 317 unit. Kemudian dari beberapa kapal tersebut ternyata
adalah kapal ex Jerman dan kapal peninggalan perang dunia kedua. Tentunya melihat
tersebut kondisi kapal sudah di pastikan tidak dalam kondisi maksimal.Disamping itu
untuk memantau kondisi perairan indonesia memiliki 15 stasiun yang di kendalikan oleh
Bakormala (Badan Kordinasi Keamanan Laut Republik Indonesia), diantaranya Rescue
Coordinating Centre (RCC) yang terletak di Ttanjung Balai Karimun, Maritime Rescue

5|Page
Coordinating Centre (MRCC) Batam, RCC Natuna, RCC Sambas, GS Bangka Belitung,
RCC Bali, RCC Tarakan, RCC Kupang, MRCC Ambon, RCC Jayapura, RCC Tual, RCC
Merauke, (Ground Station) GS MRCC Bitung dan Puskodal Jakarta. Dengan
menggabungkan kekuaan pertahanan laut yang ada dari segi peralatan tempur dan IT
tentunya hal tersebut harus senantiasa di tingkatkan untuk mendapatkan kekuatan
pertahanan dan keamanan laut yang kuat. Karena saat ini pertahanan dan keamanan
merupakan hal yang sangat mendesak untuk terus senantiasa di tingkatkan.

Harapan besar dengan ditingkatkannya anggaran pertahanan indonesia kedepan


indonesia akan mampu meningkatkan kekuatan pertahanan yang dimiliki saat ini. Hal
tersebut tentunya akan menjadi sebuah pendukung berbagai diplomasi yang terjadi pada
wilayah konflik antara indonesia dan negara sekitarnya. Dengan meningkatnya kondisi
pertahanan laut indonesia tentunya akan membuat indonesia menjadi lebih bermartabat di
mata negara tetangga.

C. Kebutuhan Riset dan Iptek Untuk Mendukung Dan Akselerasi Pembangunan


Kelautan

Untuk mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan maka mutlak


diperlukan IPTEK, yang harus pula didukung oleh riset yang sistematis dan
berkelanjutan. Pembangunan kelautan sekarang ini antara lain mencakup:
1. Capture Fisheries and Aquaculture
2. Marine Biotechnology
3. Non-Living Resources 7
4. Marine Transportation
5. Sea Territory
6. Small Island Development

Pengembangan riset dan pengembangan Iptek tersebut diharapkan menjawab dan


mengatasi masalah nasional dalam bidang;

1. Kecukupan Pangan
2. Kecukupan Obat dan Teknologi Kesehatan
3. Sumber Energi Alternatif
4. Transportasi
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi

6|Page
6. Teknologi Keamanan dan Pertahanan

Riset dibidang industri bioteknologi kelautan telah ditemukan beberapa hal antara
lain (Dahuri 2006):

1. Pembuatan obat tidur dan obat penenang dari kuda laut.


2. Pembuatan garam yang 99% murni untuk cairan infus.
3. Tempurung kura-kura untuk obat luka dan tetanus.
4. Hati ikan buntal untuk obat tetrodotoxin, guna memperbaiki saraf otak yang
rusak.
5. Chitosan dari kulit kepiting dan udang untuk obat anti kolesterol.

Disadari bahwa pemanfaatan sumberdaya kelautan sekarang ini lebih banyak


terkonsentrasi di wilayah pesisir dan perairan laut dangkal, maka pengembangan Iptek
dalam rangka pengembangan laut dalam sangat dibutuhkan dalam rangka pemanfaatan
berbagai sumberdaya kelautan di perairan laut dalam.
Departemen kelautan dan perikanan Republik Indonesia (DKP) juga aktif melakukan
kegiatan riset dalam mendukung pemanfaatan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan.
Perairan laut dalam adalah perairan laut yang kedalamannya lebih dari 200 m. Di
Indonesia perairan laut dalam umumnya berada di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), perairan
Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan wilayah laut perbatasan.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan laut dalam membutuhkan investasi yang tinggi


sehingga kita harus berhitung secara ekonomi, profit yang akan dihasilkan. Teknologi
MCS, teknologi industri rumput laut, teknologi budidaya perikanan, radio satelit, wartel
satelit, kios iptek, teknologi garam rakyat, teknologi tambak ramah lingkungan. Dibidang
perikanan tangkap iptek sangat penting dalam menjaga keberlanjutan sumberdaya
perikanan.

Pemanfaatan teknologi light fishning yang banyak beroperasi di wilayah laut


Indonesia mendorong diperlukannya riset yang menyangkut masalah intensitas cahaya
yang digunakan untuk menarik perhatian ikan-ikan yang layak tangkap, dan intensitas
optimum yang digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan tertentu.Tingkat respon ikan
terhadap stimulus cahaya yang diberikan dalam proses penangkapan ikan di laut dengan
light fishing. Kondisi dan isu perikanan tangkap saat ini antara lain (Arimoto, 2002):

1. Pemanfaatan IPTEK yang masih rendah


2. Taraf hidup rata-rata nelayan yang masih rendah

7|Page
3. Kualitas dan kuantitas data serta informasi yang belum memadai
4. Kurangnya informasi dan data mengenai Daerah Penangkapan Ikan (DPI) yang
didasarkan pada studi dan kajian mendalam mengenai karakteristik dan sifat
fisik serta fenomena perairan lainnya
5. Operasi Penangkapan Ikan (OPI) yang tidak efektif, efisien dan selektif yang
dapat menyebabkan biaya tinggi dan masalah kelestarian ikan
6. Overfishing DPI tertentu dan masih ada DPI yang belum optimal
pemanfaatannya
7. Sumberdaya manusia/nelayan masih sedikit untuk memanfaatkan peran IPTEK
dalam OPI, pengelolaan dan pemantauan perikanan nusantara
8. Degradasi lingkungan:potasium,sianida dan pencemaran
9. Teknologi pengolahan yang masih rendah
10. Penghargaan dan penegakan hukum yang masih rendah dan kurang memadai,
pencurian ikan, dll.

Oleh sebab itu diperlukan suatu aksi tanggap melalui suatu trasformasi dari
perikanan tangkap tradisional menuju perikanan tangkap yang modern berlandaskan
IPTEK melalui (Wahyudi,2006) :

1. Peningkatan sistem pengelolaan (management), kebijakan, pemantauan


(monitoring), pengawasan (surveillance), pengendalian (controlling) secara
terpadu dan menyeluruh terhadap seluruh kegiatan perikanan tangkap
2. Operasi penangkapan yang efektif, efisien dan selektif
3. Perikanan tangkap yang lestari
4. Taraf hidup nelayan yang meningkat
5. Sektor perikanan dapat menjadi sumber devisa pembangunan yang bisa
diandalkan

8|Page
D. Pengembangan Kelautan Berkelanjutan

Dalam rangka pengembangan sumberdaya kelautan dimasa depan, maka titik


optimum pemanfaatan akan dicapai jika pengembangan dan pemanfaatannya meperhatikan
3 hal yaitu,

1. Pengembangan IPTEK Kelautan dan perikanan,


2. Industri perikanan dan kelautan serta
3. Admistrasi dan managemennya.

Pembangunan kelautan ke depan diharapkan dapat berlangsung secara efisien dan


berdaya saing tinggi, sehingga mampu menguntungkan seluruh pelaku usaha dan
menyumbangkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (lebih dari 7% per tahun) secara
berkesinambungan. Disamping itu pembangunan kelautan harus berkeadilan, sehingga
seluruh pelaku usaha dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (pangan, sandang, perumahan,
kesehatan, dan pendidikan) serta hidup sejahtera. Pengembangan kelautan harus ramah
lingkungan, yang menjamin kelestarian (sustainability) sumberdaya kelautan dan
ekosistemnya.

Oleh sebab itu Blue Print pembangunan kelautan secara optimal dan berkelanjutan
harus berbasis IPTEK, manajemen profesional, dan etos kerja Unggul. Dari tahap
perencanaan, implementasi, sampai pengendalian program pembangunan harus
dilaksanakan secara terpadu (sektor, level pemerintahan, pemerintah-swasta-masyarakat,
spasial, dan antar negara). Disamping itu pembangunan kelautan harus berbasis
masyarakat. Berbasis daya dukung lingkungan wilayah (konservasi).

E. Riset Laut Ilegal

Potensi dan kekayaan alam Indonesia yang luar biasa, wilayah nusantara menjadi
surga riset ilegal kapal asing. Tujuannya tidak lain adalah untuk kepentingan perusahaan,
lembaga atau negara yang ingin menguasai bumi khatulistiwa. Banyak data dan potensi
sumber daya alam dicuri karena ketidaktahuan dan ketidakpedulian bangsa ini. Sejak era
reformasi, survei dan pemetaan laut yang dilakukan pihak asing semakin marak terjadi.
Mulai dari kedok kerjasama institusi pemerintah dengan pihak asing, sampai dengan yang
jelas-jelas ilegal alias tidak memiliki izin dari pemerintah Indonesia.Kegiatan tersebut
tanpa sadar membawa konsekuensi bocornya data negara yang seharusnya dirahasiakan.

9|Page
Informasi tentang medan laut dapat digunakan pihak asing untuk menentukan taktik dan
strategi militer, jika mereka ingin menguasai wilayah Indonesia.Sebenarnya negara telah
memiliki peraturan kerjasama internasional di bidang penelitian dan pengembangan,
dengan adanya PP (Peraturan Pemerintah) No 41 tahun 2006, tentang perizinan kegiatan
penelitian dan pengembangan oleh pihak asing di Indonesia. Peraturan pemerintah ini
menetapkan ketentuan, persyaratan, kewajiban dan larangan yang harus ditaati lembaga
atau peneliti asing, mitra serta lembaga penjamin kegiatan penelitian. Peraturan tersebut
harus dilaksanakan pemerintah untuk melindungi masyarakat, bangsa dan negara dari
kemungkinan kerugian yang ditimbulkan penelitian pihak asing.Seluruh penelitian harus
mendapat izin dari lembaga penanggung jawab, yaitu Kementerian Riset dan Teknologi,
melalui tim yang dibentuk Sekretariat Perizinan Peneliti Asing (TKPIPA). Tim ini
merupakan pokja interdept yang anggotanya terdiri dari Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Pertahanan, Mabes POLRI, BIN, LIPI, BPPT, serta kementerian lain yang
disesuaikan dengan misi riset.

Selain itu, kapal survei asing yang akan digunakan di Indonesia juga harus
memenuhi persyaratan yang ditentukan Kementerian Pertahanan. Karena kapal riset asing
bukan sekadar lewat, tetapi membawa data informasi kondisi laut Indonesia. Jika tidak
berhati-hati data laut Indonesia bisa berpindah tangan.

Namun, pemerintah sendiri tidak konsekuen menjalankan peraturan tersebut.


Kondisi ini diperparah dengan terjadinya benturan antar peraturan yang ada. Sebagai
contoh, Undang-undang No 22 tahun 2001 yang mengatur tentang minyak dan gas.
Aturan ini memberikan peluang bagi pihak asing untuk melakukan kegiatan survei dan
pemetaan lepas pantai dengan cara mudah, yaitu cukup memperoleh izin dari Dirjen
Migas tanpa koordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan, seperti yang diatur
peraturan sebelumnya. Padahal, sudah sangat jelas bahwa penggunaan peneliti dan kapal
asing harus mendapat persetujuan Security Clearance dari pihak Kementerian Pertahanan.

Birokrasi yang rumit serta panjangnya waktu untuk proses perizinan inilah yang
menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku (mitra kerja dan lembaga penjamin di
Indonesia) pemenang tender mencari jalan pintas dengan cara mengambil celah-celah
hukum agar survei laut tetap “legal”, tanpa melewati prosedur. Hal ini terjadi, karena bagi
mereka yang dipikirkan adalah benefit yang harus diperoleh. Memotong jalur birokrasi
berarti menghemat waktu dan biaya yang harus dikeluarkan.Perusahan penjamin PT.HIE
misalnya, mitra pelaksana kegiatan survei migas lepas pantai asing yang beralamat di

10 | P a g e
bilangan Kuningan, Jakarta Selatan ini lebih senang memuluskan kegiatan survei melalui
perizinan dari Dirjen Migas dibandingkan melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Padahal untuk urusan survei laut yang menggunakan tenaga ahli asing dan kapal asing
diwajibkan mendapatkan pertimbangan dari tim yang berada di bawah Kemenristek
sebelum akhirnya memperoleh persetujuan Security Clearance dari Kemenhan.

Lalu, benarkah proses perizinan di Direktorat Wilayah Pertahanan Kemenhan


memerlukan waktu lama seperti yang dikeluhkan para agen pelaksana kegiatan? Seorang
sumber yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, untuk mengurus SC (Security
Clearance) di Kemhan hanya butuh waktu paling lama tiga hari jika semua persyaratan
seperti Diplomatic Clearance dari Kemenlu, PKKA (Permohonan Keagenan Kapal Asing)
dari Kemenhub, kemudahan Khusus Bermukim (Dahsuskim) dari Imigrasi Kemenhukham
serta persetujuan dari Sekretariat Perizinan peneliti Asing Kemenristek telah
lengkap.Bukti inilah yang menunjukkan pihak mana yang seharusnya diwaspadai melihat
peluang besar bocornya informasi data laut Indonesia.Disebutkan sumber, bahwa kapal-
kapal seismik (kapal riset) bisa sangat leluasa menyapu bersih informasi dasar laut
Indonesia. Datanya pun langsung dikirim via satelit ke negara di mana perusahaan
tersebut memenangi tender.Apalagi fakta menunjukkan sejak dulu Indonesia memegang
peranan penting dalam jalur perdagangan dunia. Semakin meningkatnya ketergantungan
dunia akan laut, perairan Indonesia menjadi incaran penguasaan negara asing, terutama
negara yang industrinya sangat tergantung pada minyak bumi dan transportasi
lautMeningkatnya kebutuhan minyak bumi dibuktikan dengan semakin intensifnya survei
seismik asing guna mencari wilayah-wilayah baru potensi minyak dan gas di dasar laut
Indonesia. Wilayah nusantara pun menjadi terbuka dari segala arah dan rentan terhadap
perkembangan lingkungan, baik global, regional maupun nasional.Mengutip apa yang
pernah ditulis oseanolog Prof Illahude, keunikan dan kompleksitas perairan Indonesia
telah menjadi daya tarik para peneliti asing dari berbagai negara. Hampir semua tipe dasar
topografi ditemukan di Indonesia, seperti continental shelves, continental , insular slope,
basin laut dalam, palung dan relung.

Ekspedisi penelitian laut Internasional pun banyak dilakukan mulai dari ekspedisi
Challenger (1872-1875), The Gazelle (1875), The Valdivia (1899), The Siboga (1899-
1900), The Planet (1906-1907), The Snellius I (1929-1930), The Albatros (1948), The
Spencer of Bird (1947-1950), The Galathea (1981) serta yang terakhir Deep Sea Explorer
(2010) yang dilakukan kapal Angkatan Laut Amerika Serikat di Laut Sulawesi.

11 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknologi maritime di Indonesia mempunyai potensi besar dalam jalur


perdangangan di asia maupun di dunia. Tentunya hal ini membutuhkan strategi dalam
menjaga keamanan dan perbatasan indonesia melihat potensi besar yang dimiliki
indonesia. Diplomasi Indonesia akan lebih efektif jika didukung dengan kekuatan militer
yang handal dan memadai.

Pada dasarnya potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dan memberi kontribusi
positif bagi pembangunan bangsa sangat luar biasa besarnya. Hal yang sangat
disayangkan adalah ketidakmampuan Indonesia memahami potensi laut Indonesa yang
sangat besar sekali dan metode serta teknis pengelolaan sumberdaya kelautan yang
berbasis teknologi sangat sulit diimplementasikan karena tingkat penguasaan teknologi
kelautan yang belum berkembang di Indonesia. Penguasaan teknologi yang belum
berkembang itu merupakan peran masyarakat terdidik yang akan sangat diperlukan guna
menemukan dan memanfaatkan potensi-potensi yang belum dikelola dengan baik.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, Kami sangat mengaharapkan kritik dan saran dari dosen dan mahasiswa
untuk perbaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat untuk mengetahui daln
menambah wawasan yang lebih luas untuk kearah yan lebih baik.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Akdon H, Wahyudi. 2006. Manajemen konflik dalam Organisasi. Bandung. Alfabeta,


Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

Anonim. Pengertian Ilmu Kelautan (Oseanografi). Http:// JelajahIPTEK.Com/. Diakses


Pada Tanggal 23 Mei 2016.

BRKP, 2004. Dukungan riset dan iptek kelautan dan perikanan dalam pelaksanaan Jakarta:
Gerbang Mina Bahari

http://www.kompas.com/read/xml/2009/11/06/15004486/potensi.kekayaan.laut.indonesia.
capai.rp.14.994.triliun diakses 23 Mei 2016

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai